BABl PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang melibatkan manipulasi atas data keuangan perusahaan besar. Pada tahun 2011 publik dibuat terkejut dengan terungkapnya skandal manipulasi laporan keuangan terjadi pada Olympus Corporation yang merupakan perusahaan terbesar di Jepang yang bergerak di bidang optik yang memproduksi kamera, mikroskop, kartu memori dan lensa kamera, produsen kamera asal Jepang tersebut mengakui telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi. Kasus yang melibatkan Olympus ini menambah panjang daftar perusahaan terkemuka yang melakukan manipulasi laporan keuangan. Pada tahun 2001 - 2002, beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat seperti Enron Corp, WorldCom, Xerox Corporation, dan Walt Disney Company terbukti telah melakukan kecurangan pada pelaporan keuangannya. Di Indonesia, skandal praktik manipulasi laporan keuangan juga terbukti telah dilakukan oleh beberapa perusahaan publik terkemuka seperti PT. Bank Lippo Tbk, PT. Kimia Parma Tbk, PT. Great River International Tbk, Waskita Karya, dan beberapa perusahaan milik pemerintah seperti PT. Telkom dan PT. KAI. Dengan demikian menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu media bagi manajer untuk mengkomunikasikan informasi keuangan bagi stakeholder untuk menilai kinerja perusahaan. Mengingat pentingnya manfaat
informasi bagi para pengguna laporan keuangan, maka informasi yang disajikan
1
2
harus berkualitas, disajikan dengan apa adanya, sesuai dengan keadaan perusahaan yang sesungguhnya (faithful respresentation). Menurut Statement of
Financial Reporting (SF AC) Nomor 2 menjelaskan bahwa integritas informasi laporan keuangan merupakan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tidak bias, dan menyajikan informasi secara jujur (Gayatri dan Saputra, 2013). Berbagai
fenomena
tentang
manipulasi
laporan keuangan
diatas
menunjukkan bahwa masih banyak laporan keuangan yang tidak memiliki integritas. Hal ini akan mempengaruhi pengambilan kebijakan pihak ekstemal perusahaan (investor, kreditur, pelanggan, dan pemerintah) dalam berinvestasi dan memberi keputusan ekonomis, oleh karena itu diperlukan auditor sebagai pihak independen yang menjembatani antara kepentingan pihak ekstemal sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan manajemen sebagai penyedia laporan keuangan. Data perusahaan akan mudah dipercaya oleh investor dan pemakai
laporan keuangan
lainnya
apabila
laporan
keuangan tersebut
mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan yang telah diaudit oleh audit independen. Pemyataan auditor terhadap kewajaran atas laporan keuangan diungkapkan melalui opini audit (Susanto, 2009) Kelangsungan usaha suatu entitas bisnis selalu dikaitkan dengan peran penting manajemen entitas bisnis dalam mengatur entitas tersebut agar dapat terus
survive sehingga pertanggungjawaban pertama dibebankan pada peranan manajemen namun pertanggungjawaban juga melebar pada auditor entitas terkait. Peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang
3
menyesatkan, sehingga dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit para pemakai laporan keuangan diharapkan dapat membuat keputusan dengan benar. Tanggung jawab auditor dituangkan pada SA Seksi 700, 705, dan 706 yang menjelaskan tentang perumusan suatu opini atas laporan keuangan termasuk bentuk dan isi laporan auditor ketika auditor menyatakan opini modifikasian atau mencantumkan paragraf penekanan suatu hal atau paragraf lain. Auditor dapat memberikan opini audit going concern jika terdapat keraguan pada perusahaan dalam menjalankan kelangsungan usahanya selama setahun kedepan terhitung dari dikeluarkannya laporan audit (IAPI, 2011 ). Opini audit going concern merupakan "kabar buruk" bagi pengguna laporan keuangan baik internal
(stakeholders) maupun ekstemal (shareholders). Masalah yang sering timbul adalah sulit untuk memperkirakan going concern suatu perusahaan, sehingga auditor menghadapi pilihan antara moral dan etika dalam memberikan opini audit
going concern. Perkiraan pada perusahaan akan mengalami kebangkrutan dimasa mendatang dan keraguan terhadap kelangsungan hidup perusahaan juga merupakan pertimbangan bagi auditor dalam pengeluaran opini audit going
concern. Altman dan McGough (1974) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82 persen dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai
alat
bantu
auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penelitian sebelumnya oleh Setyamo et
al. (2006), Santosa dan Wedari (2006), Hadi, et al (2006), Rudyawan dan Badera
4
(2007), Januari (2009), Praptorini dan Januarti (2011), Novanda eta/. (2011), dan Wibisono (2013) membuktikan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan
bahwa
perusahaan
yang
terancam
bangkrut
berpeluang
mendapatkan opini audit going concern dari auditor. Rasio
Leverage
dapat
diproksikan
dengan
debt
ratio
yaitu
membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya di masa depan
karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan Chen dan Church (1992) dalam Widyantari (2011 :3). Penelitian Rudyawan dan Badera (2007) dan Wibisono (2013) menyatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan opini audit going concern, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Masyitoh dan Adhariani (2010), Widyantari (2011), Salean (2013) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif secara signifikan pada penerimaan opini audit going concern.
5
Opini auditor merupak:an sumber informasi bagi pihak: di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Hanya auditor yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang dihasilkannya reliable. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan pada tahun
sebel~ya
atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1984)
dalam Widyantari (2011 :9) melak:ukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatak:an bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam Widyantari (2011:35) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Penelitian sebelumnya Setyamo,
et al. (2006), Santosa dan Wedari (2007), Januarti (2009), Widyantari (2011), serta Praptitorini dan Januarti (2011) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Wibisono (2013) yaitu opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Hasil temuan ini memberikan bukti empiris bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern ak:an mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Pemyataan Standar Auditing (PSA) No. 30 menunjukkan salah satu indikator yang digunak:an oleh auditor dalam memberikan keputusan atas opini audit going concern adalah kegagalan perusahaan dalam melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo (debt default). Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992) dalam Widyantari (2011:37) yang
6
menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak itu auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini audit going concern ketika perusahaan dalam keadaan
default, tinggi sekali, karenanya diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Hal ini sejalan dengan Penelitian sebelumnya Januarti (2009) dan Praptitorini dan Januarti (2011) menjelaskan bahwa debt default berpengaruh signiftkan positif terhadap penerbitan opini audit going concern. Perumusan suatu opini dan pelaporan atas laporan keuangan telah diatur dalam standar audit terbaru yang menjelaskan secara garis besar dua tipe opini audit yang termuat dalam Standar Audit (SA) 700 (IAPI, 2013) menjelaskan tentang opini tanpa modiftkasian yang merupakan opini wajar tanpa pengecualian
(Unqualified Opinion) dan Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013) menjelaskan tentang opini modiftkasian yang meliputi : (a) Opini wajar dengan pengecualian
(Qualified Opinion); (b) Opini tidak wajar (Adverse Opinion); (c) Opini tidak menyatakan pendapat (Disclaimer Opinion). Penggolongan Opini Audit Going
Concern yang diterima perusahaan berdasarkan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor independen. Opini audit going concern (OGC) meliputi opini modiftkasian (a) Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion); (b) Opini tidak wajar (Adverse
Opinion);
(c)
Opini tidak menyatakan pendapat
7
(Disclaimer Opinion), sedangkan non going concern (ONGC) merupakan
pendapat wajar tanpa pengecualian. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going concern yaitu model prediksi kebangkrutan, rasio leverage, opini audit tahun
sebelumnya dan debt default.
Adapun pemilihan penulis menggunakan
perusahaan manufaktur adalah karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang paling banyak terdaftar di BEl, sehingga nantinya diharapkan hasil penelitian lebih umum untuk menghindari adanya industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain. Penelitian ini menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 201 0 -
2014 sebagai sampel penelitian.
Berdasarkan pada uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul "PENGARUH MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN, RASIO LEVERAGE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN DEBT DEFAULTTERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN".
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur? 2. Apakah rasio leverage berpengaruh terhadap penerllllaan opim audit going concern pada perusahaan manufaktur?
8
3. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur? 4. Apakah debt default
berpengaruh terhadap penerimaan op1n1 audit going
concern pada perusahaan manufaktur?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menemukan bukti empiris apakah model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Untuk menemukan bukti
empiris
apakah rasio
leverage perusahaan
berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. 3. Untuk menemukan bukti empiris apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. 4. Untuk menemukan bukti empiris apakah debt default berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern.
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Kontribusi Teori Penelitian ini memberikan kontribusi keilmuan dibidang akuntansi khususnya pada penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini mengemukakan hasil temuan yang berkaitan dengan pengaruh model prediksi kebangkrutan, rasio
leverage, opini audit tahun sebelumnya, dan debt default.
9
2. Kontribusi Praktis Memberikan informasi bagi perusahaan untuk mengidentiftkasi pengaruh model prediksi kebangkrutan, rasio leverage, opini audit tahun sebelumnya, dan debt default pada penerimaan opini audit going concern perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010- 2014. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi : a. Investor Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada investor mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan berinvestasi. b. Praktisi Akuntan Publik terutama Auditor Penelitian ini dapat bermanfaat bagi para auditor khususnya dalam memberikan penilaian opini audit going concern pada auditee. c. Manajemen Perusahaan Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi manajemen perusahaan supaya dapat menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. d. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian yang selanjutnya dan menambah wacana keilmuan di bidang auditing dan akuntansi terutama mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern.
10
3. Kontribusi Kebijakan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi para auditor independen dan penyusun kebijakan dalam pemberian hasil laporan audit dengan modiftkasi paragraf going concern yang merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini terfokus pada opini audit dengan modiftkasi paragraf going concern yang diberikan oleh pihak independensi yaitu auditor. Dalam penelitian ini menguji variabel -
variabel bebas yang
mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Pembatasan dalam penelitian ini dibatasi pada variabel model prediksi kebangkrutan, rasio leverage, opini audit tahun sebelumnya, dan debt default. Dan obyek penelitian dibatasi dengan menggunakan data Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2010 - 2014. Informasi yang diperoleh penelitian ini dengan mengakses website www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market
Directory (ICMD) yang berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara seperti orang lain atau dokumen Sugiyono (2014).