Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
BAB VIII ARAH PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN WISATA TERPADU KABUPATEN BUTON TENGAH
8.1. Pariwisata Alam Berdasarkan uraian sebelumnya di Kabupaten Buton Tengah yang memiliki berbagai potensi Objek Destinasi Tujuan Wisata (ODTW) yang bersifat alamiah dengan “point rating system” nya telah dianalisis merupakan potensi wisata yang mutlak harus dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Buton Tengah secara professional dan fungsional melalui sistem sebagai berikut : 1. Pembangunan kepariwisataan secara geogratif 2. Pengikutsertaan kegiatan penanaman modal, dalam hal ini dunia usaha baik BUMN, BUMS, maupun UMKM baik berskala lokal/kedaerahan, nasional maupun penanaman modal asing. 3. Pelibatan seluruh pemangku kepentingan pembangunan di bidang pariwisata seperti diungkapkan pada gambar 8.1 di atas. Pendekatan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan berbasis kepada lingkungan alam atau ekowisata di Kabupaten Buton Tengah haruslah memenuhi kaidah-kaidah berikut ini : 1. Kaidah
EKOLOGI,
yaitu
dengan
memperhatikan
dan
mempertimbangkan kesesuaian, kelayakan dan kemampuan berupa daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tanpa mendegradasi mutu lingkungan yang telah ada. 2. Kaidah
ESTETIKA,
yaitu
keindahan,
keserasian
dan
keselarasan lingkungan sebagai perpadua,kombinasi aspek amenities
/
keindahan
alam
dan
seluruh
infrastruktur
penunjangnya dari karya-karya antropogenik (arsitektural).
VIII-1
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
3. Kaidah
EKONOMI yaitu
pengelolaan
ODTW
jaminan
terhadap
keberlangsungan
“trickle
down
usaha
effect”
bagi
kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pariwisata tersebut. 4. Kaidah SOSIAL BUDAYA, yaitu terjadinya perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha bagi seluruh masyarakat. Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia saat ini khususnya kepariwisataan
adalah
kecenderungan
terjadinya
penurunan
kualitas lingkungan hidup pada seantero ODTW dunia, serta adanya
tuntutan
maupun
dunia
khusus kepada
masyarakat
aspek
wisatawan
harmonisasi
baik
lingkungan
local dan
kehidupan yang tergabung di dalam “Ecology and Society”. Demikian sehingga melalui organisasi dunia WTO dan PATA telah dideklarasikan lingkungan
pendekatan
yang
dikenal
kepariwisataan dengan
istilah
yang
berwawasan
“Ecotourism”
atau
Ekowisata atau pariwisata lingkungan yang dipopulerkan sejak tahun 1992 lalu. Oleh karena itu, seluruh ODTW yang berbasis Wisata Alam maupun Wisata Buatan yang akan dibangun dan dikembangkan di Kabupaten Buton Tengah haruslah berlandaskan kepada pendekatan
tersebut
yang
diikuti
dengan
tanggungjawab
pengelolaan lingkungan hidup dimana ODTW tersebut berada. Bahwa
kegiatan
kesejahteraan
kepariwisataan
rakyat
harus
yang
diikuti
dapat
dengan
mengangkat penyelamatan
lingkungan hidup yang telah dipopulerkan dengan: ”Ecotourism is Responsible Which Overseas the environment and improves the welfare of local people”. Adapun komitmen yang akan dibangun di dalam pendekatan ekowisata adalah meliputi tanggungjawab ; 1. Sosial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Pendidikan lingkungan.
VIII-2
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
3. Penyelamatan bumi, budaya dan estetika lansekap alam. Berdasarkan
ketiga
tanggungjawab
tersebut
maka
lahirlah
“corporate social responsibility” yang menggantikan “community Development” yang telah digagas sebelumnya di bidang dunia kepariwisataan. Demikian
untuk
menjamin
keberlangsungan
pembangunan
pariwisata Kabupaten Buton Tengah., maka perlu diklasifikasikan pihak-pihak yang terkait seperti berikut: 1. Kelompok wisatawan selaku pelanggan membutuhkan P: (a) “Total rest and recreation” (b) “Quality of service to price-satisfaction” 2. Kelompok pengusaha pariwisata selaku pensuplai wisata membutuhkan : (a) “Proper rate of return to investment”. (b) Keterbatasan lingkungan pengembangan ODTW, sehingga perlu alokasi ruang sesuai Rencana Pola Ruang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah. 3. Kelompok
masyarakat
setempat
atau
“local
people”
memerlukan : (a) “Labour Opportunity” (b) “Business Opportunity”, (c) “Socio cultural interaction”. 4. Kelompok Pemerintah membutuhkan : (a) Kekuasaan Politik yang mencakup : i. Saling pengertian dan kerjasama antar pemerintahan dan kerjasama antar bangsa ii. Persatuan dan kesatuan bangsa serta antar bangsa iii. Peningkatan seni budaya bangsa iv. Peningkatan kesejahteraan masyarakat (b) Kemampuan di bidang moneter dan fiscal yang meliputi :
VIII-3
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
i. Peningkatan penerimaan devisa nasional ii. Peningkatan penerimaan PAD dan PDRB iii. Sehatnya neraca pembayaran iv. Peningkatan penerimaan pajak baik di daerah dan pusat v. Peningkatan penerimaan retribusi (c) Kemampuan ekonomi yang mencakup : i. Peningkatan perekonomian lokal dan nasional ii. Dampak keterkaitan ekonomi kebelakang dan dihadapan (d) Keterkaitan lintas sektoral yang mencakup : i. kehutanan (upaya produksi dan konservasi) ii. pertanian
(agronomi,
agrobisnis,
agroindustri
dan
agrowisata) iii. perhubungan / transportasi moda darat, moda laut dan moda udara iv. lingkungan hidup menyangkut Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) v.
Pendidikan menyangkut Balai Latihan Kerja dan Diklat
vi. Pariwisata dan ekonomi kreatif menyangkut sinergitas ODTW dan industri kreatif pariwisata dari masyarakat vii. Ketenagakerjaan menyangkut kesiapan Sumber Daya Manusia yang siap pakai dan siap kerja viii. Pekerjaan umum terkait dengan kesiapan infrastruktur prasarana dan sarana dasar wilayah serta utilitas wisata ix.
Tata ruang dan tata wilayah menyangkut keselarasan dan keserasian perencanaan antara rencana kawasan strategis peruntukan pariwisata dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan RDTR yang ada.
x.
HANKAM
melalui
pendekatan
“security
approach”
sehingga para wisatawan merasa kondusif terlindungi
VIII-4
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
berada di ODTW dan pendekatan “prosperity approach” bagi masyarakat lokal, xi. Lain-lainnya
adalah
menyelaraskan
kegiatan
kepariwisataan terhadap ritme pembangunan daerah. 8.2. Pariwisata Buatan (Budaya dan sejarah) Pariwisata budaya maupun sejarah adalah hasil buatan manusia atau “man made” yang terkait dengan kebutuhan maupun tidak terhadap hajat kehidupan manusia. Adapun wisata budaya / sejarah pada umumnya berhubungan dengan sejarah budaya manusia masa lalu yang memiliki kronologis gambaran peristiwa yang dapat diceritakan dan produk keagungan sejarah masa lalu tampak secara monumental di hadapan manusia. Diketahui bahwa sejak peringatan HUT Republik Indonesia ke-69 yang lalu, kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif telah mencanangkan tema pariwisata sejarah yang dapat dijadikan salah satu ODTW yang dipasarkan kepada para wisatawan khusus yang terkait dengan sejarah religi suatu wilayah. Demikian maka pemerintah Kabupaten Buton Tengah yang memiliki sejumlah lokasi ODTW budaya dan sejarah religi perlu dibenahi sedemikian rupa sehingga memiliki daya tarik khusus. 8.3. Upaya pengintegrasian kepariwisataan Pada prinsipnya bahwa di dalam manajemen pengelolaan ODTW di Kabupaten
Buton
Tengah
tidak
boleh
memisahkan
atau
membedakan antara pariwisata berbasis alam atau ekowisata dengan wisata budaya /sejarah. Sehingga kedua segmen yang secara nyata terdapat di Kabupaten Buton Tengah harus dikelola secara
terintegrasi/terpadu
oleh
Dinas
Pariwisata
secara
VIII-5
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
baiksecara berdaya guna dan berhasil guna seperti tampak pada gambar 8.1. berikut:
EKOKULTURASI ORGANISASI YANG PROFESIONAL DIMENSI WAKTU
Gambar 8.1.Diagram Pola Keterpaduan manajemen pengelolaan kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah Adapun pendekatan manajemen pengelolaan kepariwisataan yang akan dibangun dan dikembangkan di Kabupaten Buton Tengah adalah seperti berikut: 1. Sistem koordinasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah di bidang kepariwisataan dan pembinaan Sumber Daya Manusia pariwisatanya. 2. Sistem penataan retribusi, royalti dan seluruh pajak-pajak yang diperoleh dari kegiatan kepariwisataan 3. Sistem pembinaan kontinuitas / keberlangsungan kegiatan ekowisata dan wisata sejarah /budaya secara terintegrasi dalam satu sistem manajemen kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah. Maka untuk memperkokoh sistem pembinaan tersebut di atas diperlukan keterpaduan pengelolaan sebagai berikut : 1. Antar lintas SKPD dan Satker di kementerian pemerintah pusat
VIII-6
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
2. Antar lintas SKPD di internal pemerintah Kabupaten Buton Tengah 3. Ara pengelola biro travel perjalanan dan kegiatan wisata sampai tingkat lokasi ODTW sebagai berikut : (a) Biro perjalanan wisata (b) Agen perjalanan (darat, laut dan udara) (c) Perusahaan transportasi Dengan keterpaduan pengelolaan kegiatan pariwisata tersebut, maka diharapkan akan data menopang sektor pembangunan di Kabupaten Buton Tengah dalam mencapai target pertumbuhan perekonomian seperti berikut: 1. Pencapaian kesejahteraan rakyat 2. Peningkatan mutu pelayanan kegiatan kepariwisataan 3. Penciptaan
keharmonisan
ekosistem
dalam
menjamin
keberlanjutan pembangunan dan kelestarian lingkungan hidup 4. Peningkatan PAD dari sektor kegiatan kepariwisataan 5. Penertiban pembangunan wilayah dan daerah khususnya Kabupaten Buton Tengah sebagai Daerah Otonomi Baru. 6. Perwujudan kerjasama lintas sektoral SKPD terkait 7. Peningkatan
minat
investor
kepariwisataan
terhadap
pengembangan ODTW yang ada di Kabupaten Buton Tengah. Untuk menjaga dan mencegah hal-hal yang menjurus kepada poros integrasi, sehingga harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Tercapainya kesamaan persepsi tentang hakekat tujuan dan pembangunan kepariwisataan 2. Terjadinya
perkuatan-perkuatan
kerjasama
lintas
SKPD,
cara-cara
untuk
masyarakat dan dunia usaha 3. Tertatanya
perencanaan,
strategi
dan
mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan
VIII-7
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
4. Terlaksananya semua bentuk kesepakatan 5. Tersebarnya seluruh informasi pembangunan kepariwisataan secara tepat sasaran Oleh karena itu,
pemerintah Kabupaten Buton Tengah yang
sedang giat membangun, khususnya pembangunan kepariwisataannya yang sedang digalakkan bahwa membangun bukanlah hanya sekedar anjuran tetapi lebih suatu keharusan, dan manakala karya pembangunan itu kelak akan terwujud maka perawatan dan opemn3eliharaan
hasil-hasil
pembangunan
adalah
menjadi
kewajiban dari seluruh lapisan masyarakat Buton Tengah. 8.4.Konsistensi Pembangunan Kepariwisataan Sesuai Penataan Ruang Penyusunan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Tahun 20152025 , seyogyanya mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015-2035 yang sedang dalam proses penyusunan Demikian sehingga kawasan peruntukan pariwisata harus menjadi tolok ukur di dalam penyusunan Rencana
Pola
Ruang
pada
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Kabupaten Buton Tengah yang ada. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka penyusunan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015-2025 ini berpedoman kepada Peraturan Pemerinta R.I. No. 25 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ,Perda No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2034 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton 2007-2027 sebagai kabupaten induk sebagai rujukan rencana pemanfaatan ruang.
VIII-8
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
8.4.1.Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah nasional dan daerah Bahwa kegiatan kepariwisataan sudah pasti akan berkaitan dengan alokasi ketersediaan ruang, maka harus memperhatikan penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional”, dengan : a. Terwujudnya
keharmonisan
antara
lingkungan
alam
dan
lingkungan buatan b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia dengan tetap memperhatikan Sumber Daya Manusia dan c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. (pasal 3 huruf a, b dan c Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang). Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah R.I No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang mengamanatkan seperti berikut ini : (1) Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan : a. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan / atau b. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan (2) Kriteria teknis kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan oleh menteri
yang
tugas
dan
tanggung
jawabnya
di
bidang
pariwisata Berdasarkan arahan Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia No. 26
Tahun 2007 tentang PR dan Peraturan
Pemerintah R.I No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
VIII-9
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
Wilayah Nasional di atas maka telah diturunkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010 – 2025), seperti telah dirujuk di dalam pembahasan di atas. Sebagai patokan di dalam penerapan kriteria kawasan peruntukan pariwisata secara tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan pariwisata yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Meningkatkan devisa dari pariwisata dan mendayagunakan investasi b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan subsektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya c. Tidak mengganggu fungsi lindung d. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan Sumber Daya Alam e. Meningkatkan pendapatan masyarakat f. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah g. Menciptakan kesempatan kerja h. Melestarikan nilai warisan budaya, adat istiadat, kesenian dan mutu keindahan lingkungan alam dan / atau i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adalah telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa kawasan peruntukan pariwisata Kabupaten Buton Tengah dalam RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015-2025 telah menetapkan 2 (dua) pusat pelayanan kegiatan kepariwisataan di Buton Tengah yaitu : 1. Pusat pelayanan pariwisata I/A di Kecamatan Lakudo yang juga adalah ibu kota Kabupaten Buton Tengah, yang ikut melayani : (a) Kecamatan Lakudo , sendiri
VIII-10
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
(b) Kecamatan Gu (c) Kecamatan Sangia Wambulu (d) Kecamatan Mawasangka Timur 2. Pusat pelayanan pariwisata I/B di Kecamatan Mawasangka, yang melayani : (a) Kecamatan Mawasangka, sendiri (b) Kecamatan Mawasangka Tengah (c) Kecamatan Talaga Raya, dan .. (d) Kecamatan Mawasangka Timur yang juga dapat dilayani di pusat pelaanan I/B Kecamatan Mawasangka. Untuk mengaitkan dan meletakkan keberadaan Pusat Pelayanan Pariwisata I/A Lakudo dan I/B Mawasangka terhadap Rencana Struktur Ruang dan Rencana pola ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah yang akan disusun dapat dilihat pada gambar 8.2 berikut : Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Buton Tengah bersama Daerah Otonomi Baru lainnya belum memiliki status di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, sedangkan
Kabupaten
Buton saja setelah terpisah dari Kota Baubau juga tidak memiliki status di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Bahwa Kabupaten Buton adalah induk dari Kabupaten Buton Tengah sebelum resmi dimekarkan. Walaupun demikian maka Kabupaten Buton Tengah yang juga belum memiliki status di Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, tetapi harus diakui bahwa posisi Kabupaten Buton Tengah secara hirarkis berada pada posisi PKL di Rencana Tata Ruang Wilayah Sultra. Berdasarkan hal tersebut, maka status PKL di dalam Rencana Tata
Ruang
Wilayah
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
bermakna
mempunyai kriteria sebagai berikut :
VIII-11
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan
industri
dan
jasa
yang
melayani
skala
kabupaten atau beberapa kecamatan; dan / atau; b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Gambar 8.2. Peta Lokasi Pusat pelayanan Pariwisata Kabupaten Buton Tengah dalam Kawasan Peruntukan Pariwisata sesuai Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Tengah
Hal ini diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Pasal 14 ayat (3) huruf a dan b). dari uraian tersebut maka sungguh tepat bahwa keberadaan Kabupaten Buton Tengah dilalui oleh jalur transportasi darat
VIII-12
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
lintas Trans Sulawesi dari Malili (Sulsel)-Kolaka – Kolaka Utara – Konawe
Selatan menyeberang ke Tampo/Kabupaten Muna-
Kabupaten
Buton
Tengah-Kota
Kabupaten
Buton
Utara
–
Baubau-Kabupaten
dan
Kabupaten
Buton
Buton
–
Selatan.
Demikian maka di dalam pembangunan dan pengembangan kawasan ditunjang
peruntukan oleh
pariwisata
moda
Kabupaten
transportasi
darat
Buton
Tengah
tersebut
yang
dihubungkan oleh penyeberangan / ASDP Torobulu (Konawe Selatan)_ - Tampo (Muna) dan Tolandona/Waara (Buton Tengah) ke Baubau dan sekitarnya. Bahwa sebagai kabupaten dengan kawasan perkotaannya berupa PKL
(Pusat
Kegiatan
Lokal)
dapat
diarahkan
di
dalam
pengembangan kegiatan industri dan jasa yang berawal dari melayani internal di dalam Kabupaten Buton Tengah sendiri, terapi
terkait
dengan
kegiatan
industri
kreatif
dan
jasa
kepariwisataan yang telah diatur secara nasional melalui KPN, DPN/KPSN, maka keberadaan Kabupaten Buton Tengah menjadi sangat strategis dan sangat potensial di dalam pengembangannya. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perlu diantisipasi wawasan ruang sebagai berikut: 1. Wawasan ruang makro yang meliputi : (a) Penataan kawasan-kawasan wisata yang data dipadukan dengan perkembangan wilayah Kabupaten Buton Tengah (b) Penyesuaian dengan strategi pembangunan wisata secara nasional melalui KPN, DPN, maupun KPSN seperti yang telah diuraikan di atas, (c) Upaya antisipatif terhadap perkembangan positif pasar dunia tentang kepariwisataan baik yang bersifat nasional maupun
global
dan
keterkaitannya
dengan
rencana
VIII-13
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
pembangunan
dan
pengembangan
kepariwisataan
Kabupaten Buton Tengah. 2. Wawasan ruang mikro yang mencakup: (a) Resiko penurunan /degradasi kualitas lingkungan yang secepatnya harus dihindari dan diantisipasi jangan sampai terjadi (b) Pemikiran akan pembangunan dan pengembangan kegiatan kepariwisataan yang menyatu dengan kawasan peruntukan pemukiman
guna
mendukung
tercapainya
pemenuhan
kesejahteraan masyarakat tempatan sekitar ODTW. (c) Perlunya
memperhatikan
dan
mence3rmati
faktor
kemampuan daya dukung Sumber Daya Alam dan daya tampung lingkungan untuk keberlanjutan serta kelestarian ekosistem (d) Pola ruang dan struktur ruang kawasan pariwisata harus terjaring
di
dalam
pusat
infrastruktur
kota
ibukota
Kabupaten Buton Tengah dan pusat-pusat kota kecamatan yang
memiliki
sebelumnya,
ODTW demi
seperti
terwujudnya
yang
telah
diuraikan
keserasian
dengan
pendistribusian logistik serta keberadaan akomodasi wisata. 3. Wawasan kemampuan ruang pariwisata menyangkut : (a) Tingkat kemudahan pencapaian ke lokasi-lokasi ODTW yang ada, (b) Ukuran jumlah kunjungan wisatawan ke dalam ODTW dan kesiapan akomodasi logistik (c) RDTR dan RTBL pada masing-masing kawasan tapak ODTW (d) Jenis kegiatan yang diizinkan (e) Alokasi hubungan fungsional peruntukan ODTW 4. Pengintegrasian wawasan ruang dan kemampuan ruang yang harus merujuk kepada kebijaksanaan seperti berikut :
VIII-14
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
(a) Pembangunan daerah dan pembiayaannya (b) Rencana Tata Ruang Wilayah, RDTR, RTR dan Zonasi Regulasi,
maupun
RTBL
haruslah
dirujuk
di
dalam
pembangunan dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata secara konsisten dan konsekuen. (c) Kebijakan BANGDA di bidang pertahanan dan tata ruang / agraria dengan segala kegiatan sektoral di dalamnya. (d) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di sektor kepariwisataan (e) Kebijakan PEMDA Provinsi Sulawesi Tenggara di dalam pembangunan dan pengembangan kegiatan kepariwisataan (f) Kebijakan HANKAMTANNAS khususnya dengan kegiatan yang berbau teroris (g) Kebijakan bidang KESRA (h) Kebijakan
di
bidang
perdagangan,
industri
dan
perkoperasian, dan (i) Kebijakan pembiayaan dan investasi publik. 5. Penetapan Patok (“Bench marking”) pengembangan pariwisata terpadu yang meliputi : (a) Produk yang ditawarkan seperti yang telah diwajibkan dalam bentuk PRS pada seluruh ODTW di Buton Tengah. (b) Lingkungan kawasan wisata /ODTW yang memenuhi dan memadai (c) Masyarakat wisata dan pasar wisata “Benchmarking” yang dimaksudkan adalah perbaikan secara terus menerus kegiatan kepariwisataan dalam menghadapi persaingan global. Hal ini akan menjadi ukuran di dalam menentukan ambang batas kualitas persaingan oleh pemerintah Kabupaten Buton Tengah dalam menghadapi tantangan pariwisata ke depan.
VIII-15
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
Mengingat bahwa pembangunan dan pengembangan kegiatan kepariwisataan ini bukan hanya merupakan tugas pokok dan fungsi dinas pariwisata, tetapi bersifat lintas sektoral sehingga hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Tengah dalam seluruh jajaran aparaturnya serta seluruh rakyat Buton Tengah pada umumnya di bawah koordinasi Kementerian Pariwisata dari pemerintah pusat seperti tertera pada gambar 8.3 berikut .
Gambar
8.3.
Kerangka
Pembangunan
dan
Pengembangan
Kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara
VIII-16
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
8.4.2.Sistem Pembangunan dan Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Buton Tengah Semua uraian pembahasan RIPPARDA Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015-2025 di atas mengantarkan kepada penyusunan indikasi program sebagai program di dalam penyusunan rencana program aksi. Oleh karena itu, perlu kiranya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan diarahkan kepada pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan wisata yang dikemas di dalam program yang serasi, selaras, berkesinambungan dan berkelanjutan. 2. Pengusahaan potensi Sumber Daya Alam wisata di darat dan di lautan maupun Sumber Daya Buatan wisata sebagai kekuatan ekonomi yang patut diperhatikan secara seksama dengan tetap memperhatikan segala kaidah ekosistem, 3. Perlu dipikirkan terhadap pencegahan pencemaran lingkungan dan
degradasi
Sumber
Daya
Alam
akibat
kegiatan
kepariwisataan 4. Pemerintah
Kabupaten
mengantisipasi
berbagai
Buton kejadian
Tengah
harus
mampu
perkembangan
kawasan
regional menghadapi MEA dan APEC dan AFTA yang telah menembus batas wilayah. 5. Memantapkan dan mempertahankan jasa lingkungan dalam kegiatan ekowisata maupun wisata budaya / sejarah haus ditangani secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan 6. Menetapkan sistem pelembagaan pengelolaan kepariwisataan secara
profesional,
fungsional,
bertanggung
jawab
dan
bertanggung gugat Jika diperhatikan secara seksama maka kegiatan pariwisata dari berbagai ODTW yang telah dijelaskan dimuka berada di wilayah
VIII-17
Peningkatan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Buton Tengah : Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015 – 2025
daratan maupun yang terdapat di wilayah pesisir, sehingga keberadaannya harus diakomodasi dan tertuang di dalam Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015-2035 dan RZWBK Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015-2035 yang akan disusun
VIII-18