151
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN
7.1 Kesimpulan 7.1.1 Pengaruh Spillovers Teknologi PMA terhadap TFP Industri Manufaktur PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers teknologi, kemampuan inovasi, pemasaran, dan keterampilan manajemen mereka dianggap sebagai sumber penting bagi negara berkembang. TFP menjelaskan bahwa perubahan efisiensi dan pergeseran fungsi produksi frontier yang merepresentasikan
perubahan
teknologi.
Beberapa
faktor
yang
dapat
menyebabkan pergeseran ini diantaranya yaitu, inovasi teknis, peningkatkan ketrampilan tenaga kerja agar dapat menyerap perubahan teknologi. Perubahan produktivitas disebabkan adanya perubahan teknologi dan kemampuan manajerial dari sumber daya manusia. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan peningkatan efisiensi dan teknologi. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan peningkatan kemampuan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. Peningkatan teknologi dapat dilakukan diantaranya dengan mengadopsi teknologi baru. Sejauh itu produktivitas dipengaruhi oleh inovasi, ini adalah bagian perubahan teknis tanpa biaya yang mungkin mencerminkan eksternalitas spillover dari R & D. Residu adalah nomor indeks nonparametrik yang dirancang untuk memperkirakan satu parameter dalam struktur yang lebih besar dari produksi, sebagai parameter pergeseran efisiensi tetapi tidak dimaksudkan sebagai ukuran langsung dari perubahan teknis. Secara empiris residu industri pada awal periode penelitian (tahun 2000) memperoleh nilai yang bertanda negatif dan menjadi
152
positif pada akhir periode (2009) dengan besaran yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa efek spillovers dari PMA membutuhkan waktu dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan TFP industri. Perbedaan residu industri dimungkinkan terjadi karena adanya perbedaan skala dan tingkat keterampilan tenaga kerja yang digunakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kneller (2005) dan Nelson & Phelps (1966) yang menyatakan bahwa tenaga kerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dapat membantu negara-negara untuk mengembangkan teknologi serta meningkatkan kemampuan mereka menyerap teknologi yang dikembangkan di tempat lain. Dalam kerangka pertumbuhan endogen, menjelaskan tentang bagaimana spillovers teknologi berlangsung di industri. Spillovers PMA dapat menyebabkan penurunan produktivitas dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang terjadi peningkatan produktivitas industri. Pada saat alih teknologi tidak terjadi secara langsung tetapi melalui proses belajar sehingga efek spillovers menjadi negatif. Pengaruh positif spillovers sesuai dengan pertumbuhan endogen yang mengidentifikasikan bahwa tenaga kerja dan pengetahuan sebagai penggerak utama pertumbuhan. Efek spillover PMA mempunyai pengaruh yang berbeda sesuai dengan jenis industri: 1. Pada beberapa jenis industri padat SDA dan padat TK, bahwa efek spillover PMA akan meningkatkan kemampuan tenaga kerja yang dalam jangka panjang dan akan meningkatkan produktivitas industri. 2. Efek spillover pada jenis industri padat modal dan padat teknologi lemah, diduga karena lemahnya kemampuan daya serap teknologi tenaga kerja lokal dan sebagian besar ( > 50 persen) komponen input-antara masih menggunakan
153
input impor, sehingga efek spillover dari PMA hanya berpengaruh pada perubahan teknologi tetapi kurang berpengaruh pada peningkatan kemampuan sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. 3. Pada industri-industri padat TK dan masih menggunakan sebagian besar bahan baku impor efek spillover kurang memberikan pengaruh pada kemampuan sumber daya yang digunakan dalam proses produksi, karena input-antara impor memengaruhi proses produksi dari kualitas yang terdapat pada input-antara. 4. Industri penerbitan (KBLI 221) merupakan jenis industri padat SDA, dimana PMA lebih banyak berperan pada peralatan yang akan memengaruhi efisiensi pada teknologi produksi, keadaan ini akan tercermin pada peningkatan TFP. Kesimpulan dari model TFP tentang pentingnya perubahan teknis dapat meningkatkan produktivitas sebagai akibat adanya inovasi teknis dan peningkatan kemampuan managerial yang menyebabkan peningkatan output industri. Spillovers dari PMA akan meningkatkan efisiensi industri domestik dan akan menyebabkan peningkatan TFP. Perusahaan domestik dapat belajar dari MnC melalui observasi atau dengan membangun hubungan bisnis dengan perputaran tenaga kerja atau melalui karyawan domestik bergerak dari asing untuk perusahaan domestik. Pengetahuan masyarakat tentang teknologi, metode manajemen serta produk-produk baru dan proses yang terkait dengan PMA berfungsi sebagai masukan dalam produksi industri, menambah produktivitas semua faktor-faktor lain.
7.1.2 Pengaruh Spillovers Vertikal dari Bahan Baku Impor terhadap Produksi Industri Manufaktur Perkembangan penggunaan input-antara impor pada industri manufaktur
154
di Indonesia masih cukup tinggi. Penelitian ini telah menjawab dampak spillovers vertikal yang diperoleh dari teknologi yang terkandung dalam input-antara impor. Pengaruh penggunaan input-antara impor terhadap produktisi industri manufaktur sangat signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan teknologi yang terdapat pada input-antara impor semakin besar berasosiasi dalam proses produksi industri manufaktur. Hal ini mendukung pendapat Bwalya (2006) dan (Wang, 2010) yang menemukan pengaruh spillovers vertikal positif dari MnC terhadap pemasok dan pembeli produk mereka pada industri Zambia. Penggunaan input-antara impor pada beberapa jenis industri manufaktur masih cukup tinggi. Hal tersebut mengindikasikan penggunaan input-antara impor masih lebih efisien daripada input-antara lokal yang sejenis. Saat ini MnC menguasai hampir seluruh rantai perdagangan
baik sebagai pemasok input
sampai pemasaran hasil produksi.
7.1.3 Perbedaan Pengaruh Efek Spillovers Horizontal dan Spillovers Vertikal terhadap Produksi Industri Manufaktur Efek positif yang dihasilkan oleh MnC bagi negara tuan rumah dapat terjadi baik di dalam suatu industri (spillovers horizontal) maupun di antara industri (spillovers vertikal), seperti dalam hal alih teknologi untuk pemasok dalam negeri atau pelanggan dalam rantai produksi. Secara empiris, spillovers horizontal dan spillovers vertikal terjadi dengan besaran yang berbeda dan pengaruh spillovers horizontal lebih besar daripada spillovers vertikal. PMA memainkan peran penting dalam proses internasionalisasi bisnis secara multilateral. Terdapat banyak perubahan besar yang
dibawa PMA seperti
perkembangan teknologi, akuisisi, dan privatisasi industri di berbagai sektor.
155
Transaksi-transaksi tertentu lebih menguntungkan dilakukan dalam satu industri dan bukan antar industri seperti dengan melakukan integrasi vertikal baik industri hulu maupun industri hilir disatukan.
7.2 Saran Kebijakan PMA memainkan peran penting dalam proses internasionalisasi bisnis secara multilateralisme. Terdapat banyak perubahan besar yang melekat dalam PMA terhadap produktivitas industri manufaktur. Sebagian besar perubahan tersebut melibatkan perkembangan teknologi, akuisisi, dan privatisasi industri di berbagai sektor. PMA dalam bentuk MnC dengan mengembangkan pabrik-pabrik (perakitan atau dalam bentuk proses produksi) di negara yang tenaga kerjanya murah dan menjual hasil produksinya pada pasar internasioal. Setiap pengembangan kemampuan industri bermakna melalui spillover membutuhkan rekonseptualisasi PMA sebagai bagian dari proses pembangunan yang lebih luas. Artinya, proses ini membutuhkan perhatian untuk belajar, hubungan dan berinovasi. Reformasi Kebijakan Penanaman Modal di Indonesia dilakukan dengan diterbitkannya UU N0 25/2007 Tentang Penanaman Modal di Indonesia. UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal memberikan ketentuan terhadap investor asing yang akan menanamkan modalnya (melakukan kegiatan usaha) di Indonesia harus mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing tidak dikenal adanya asas perlakuan yang sama (non diskriminatif).
156
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 diberlakukannya asas perlakuan yang sama, dimana situasi perdagangan dunia yang telah berubah mengikuti arus globalisasi dan kecendrungan keinginan dunia usaha yang menghendaki perlakuan yang sama bagi semua peserta dalam perdagangan bebas. Namun asas perlakuan yang sama
pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tersebut hanyalah
sebatas untuk hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan perizinan penanaman modal, dan belum mencakup perlakuan yang sama terhadap bidang-bidang usaha yang terhadap bidang-bidang usaha yang dapat dimasuki untuk kegiatan penanaman modal.
Beberapa bidang-bidang usaha tertentu dinyatakan tidak
terbuka untuk semua penanaman modal karena diperuntukan khusus bagi pengusaha UMKM. PMA dalam bentuk MnC dengan mengembangkan pabrikpabrik (perakitan atau dalam bentuk proses produksi) di negara yang tenaga kerjanya murah dan menjual hasil produksinya pada pasar internasioal. MnC dianggap sebagai sarana untuk penyebar luasan teknologi dan produk canggih. Agar penguasaan MnC tidak menghambat perkembangan perusahaan domestik, perlu dibatasi dengan kebijakan-kebijakan yang tidak menghambat masuknya PMA, tetapi masih dapat membuat perusahaan domestik berkembang.
Meskipun ada efek positif dari PMA, diperlukan beberapa
kebijakan yang dapat membatasi kekuatan MnC. seperti: 1. peningkatan daya saing yang akan tercapai lewat alih teknologi dan pengetahuan dari PMA; 2. efektivitas kebijakan pembatasan investasi asing pada jenis usaha tertentu, seperti jenis industri dengan KBLI 15;
157
3. kebijakan strategis dalam mendefinisikan area, yaitu kemampuan teknologi dari perusahaan lokal perlu dibangun dan teknologi spesifik perusahaan asing yang dapat berkontribusi harus dispesifikasikan. Liberalisasi di sektor perdagangan dan industri telah memberikan peluang kepada asing untuk meningkatkan pasarnya di Indonesia. MnC masuk ke Indonesia sudah dalam satu paket (Hizbut Tahrir, 2011). Kondisi ini seharusnya pemasok lokal dan subkontraktor dapat mengambil manfaat dari teknologi baru yang disebarluaskan oleh MnC untuk memenuhi standar teknis mereka yang lebih baik. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti: 1. mengembangkan industri pendukung lokal yang membuat mesin, peralatan produksi, bahan baku siap pakai, komponen, onderdil, atau produk setengah jadi yang memenuhi kebutuhan produksi PMA; 2. kualitas hubungan intraindustri yang lebih baik, ketika kemampuan pemasok lokal lebih unggul dan didukung oleh kebijakan pemerintah; 3. membuat kebijakan yang dapat dorongan PMA yang masuk di industri hilir untuk memberikan alih tehnologi pada pemasok lokal industri agar dapat memaksimalkan spillovers vertikal; 4. membuat kebijakan tentang aturan hubungan kerjasama MnC dengan industri kecil dan menengah agar tidak hanya sebagai pemasok, tetapi juga dapat memberikan alih teknologi yang dapat meningkatan kualitas output industri kecil dan menengah lokal sebagai industri pemasok. Sebaran TKA menurut level jabatan yaitu, sebagai tenaga kerja profesional sebesar 34,61 persen, konsultan sebesar 19,91persen, manager sebesar 15,84 persen, dan teknisi sebesar 13,48 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
158
cukup tinggi yang diikuti dengan meningkatnya investasi PMA/PMDN diduga kuat menjadi salah satu pendorong masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) ke Indonesia. Jumlah TKA yang masuk ke Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat. MnC cenderung untuk memilih berinvestasi pada negara negara berkembang karena faktor rendahnya biaya tenaga kerja, kemudahan untuk mendapatkan
sumberdaya
alam,
dan
sebagai
pasar
potensial
untuk
mendistribusikan produk mereka. Kehadiran MnC tidak selalu membawa dampak positif pada khususnya pada tenaga kerja tetapi juga membawa dampak negatif, seperti pembayaran upah yang tidak sesuai dengan standar regulasi, berkurangnya potensi pasar tenaga kerja lokal. Kecenderungan meningkatnya arus TKA ke Indonesia, oleh karena itu pemerintah perlu memberikan kebijakan terkait dengan penggunaan TKL: 1. Pembatasan jabatan yang boleh diisi oleh TKA. 2. Pemerintah melakukan pengawasan alih teknologi sehingga tenaga
kerja domestik dapat mengambil alih pekerjaan yang selama ini ditangani oleh TKA. 3. Pengisian jabatan diutamakan untuk TKL yang memenuhi standar
kualitas yang dibutuhkan. Untuk itu dibutuhkan adanya kesepahaman antara masing-masing hak dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh PMA dan pihak yang terkait.