BAB VI PENUTUP
6.1 Ringkasan Temuan Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan tujuan penelitian tentang “Dinamika Akses Informasi Ilmiah Antar Generasi:Studi Kasus Pada Pemustaka Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,” peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan antara generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y dan generasi Z dalam melakukan akses Information Seeking Behavior dan prosedur Information Searching Behavior. Perbedaan dan persamaan tersebut adalah sebagai berikut: 6.1.1 Perbedaan Akses Informasi Ilmiah Antar Generasi. 1.
Generasi Baby Boomers yang mempunyai profesi sebagai seorang dosen dan
peneliti memiliki tingkat keselektifan dan kepekaan yang tinggi terhadap sumber informasi ilmiah, dibandingkan dengan generasi Baby Boomers atau generasi lainnya yang tidak memiliki profesi sebagai seorang dosen dan peneliti.
Generasi Baby
Boomers yang mempunyai profesi sebagai seorang dosen dan peneliti mempunyai tahapan akses Information Seeking Behavior paling banyak dibandingkan generasi Baby Boomers yang tidak berprofesi sebagai dosen dan peneliti, hal tersebut disebabkan karena generasi yang mempunyai profesi sebagai dosen dan peneliti mempunyai intensitas berinteraksi dengan sumber informasi ilmiah yang lebih tinggi
160
161
dibandingkan generasi Baby Boomers atau generasi lain yang tidak berprofesi sebagai seorang dosen dan peneliti. 2.
Generasi Y merupakan satu-satunya generasi yang tidak memiliki kedekatan
emosional dengan teknologi, hal itu disebabkan karena generasi Y mempunyai kabiasaan (habit) berinteraksi dengan media elektronik dan media online sejak mereka kecil dibandingkan dengan berinteraksi dengan media cetak.
Kebiasaan tersebut
menjadi acuhan perilaku mengakses kebutuhan informasi ilmiahnya meskipun mereka telah menginjak dewasa . 3.
Generasi Z yang merupakan generasi yang memiliki aktivitas Information
Seeking Behavior yang paling sedikit dibandingkan dengan generasi lainnya. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh usia, generasi Z mempunyai usia yang paling muda dibandingkan dengan generasi lain. Usia yang dimiliki oleh generasi Z mempengaruhi ketidakstabilan emosi pada diri mereka sehingga menyebabkan kurangnya kesabaran dalam melakukan penelusuran. 4.
Generasi Z yang mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi
mempunyai tahapan Information Seeking Behavior lebih banyak dibandingkan dengan generasi Z yang tidak mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi, tahapan itu antara lain yaitu; Starting, Chaining, Exploration dan Ending, sedangkan generasi Z yang tidak mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi mempunyai tahapan akses Information Seeking Behavior sebagai berikut Starting, Exploration dan Ending. Perbedaan tersebut terletak pada tahapan chaining, generasi Z yang mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi melakukan chaining ketika melakukan akses
162
Information Seeking Behavior disebabkan karena mereka memiliki literasi penelusuran informasi ilmiah yang baik, sehingga dalam mengakses kebutuhan informasi ilmiahnya mereka cenderung melakukan Convert Behavior, sedangkan generasi Z yang tidak mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi tidak melakukan chaining dalam memenuhi kebutuhan informasi ilmiahnya karena dipengaruhi oleh hobi membaca buku yang telah mereka miliki sejak mereka masih kecil, sehingga ketika mereka dewasa perilaku tersebut menjadi acuhan dalam mengakses kebutuhan informasi ilmiahnya. 5.
Generasi yang bijak dalam memanfaatkan teknologi akan lebih produktif
dibandingkan dengan generasi yang kurang bijak dalam menggunakan teknologi, generasi yang bijak dalam memanfaatkan teknologi antara lain yaitu; generasi Baby Boomers yang mempunyai profesi sebagai seorang dosen dan peneliti, sebab mereka terbukti produktif menghasilkan karya-karya ilmiah berupa tulisan-tulisan ilmiah; generasi X yang berprofesi sebagai peneliti yang mangaku lebih meningkatkan kualitas kerja ketika memanfaatkan media online; bagi mahasiswa pada generasi Y teknologi mampu meningkatkan kualitas membaca dan meningkatkan prestasi akademiknya; pada mahasiswa generasi Z teknologi lebih menambah literasi penelusuran informasi ilmiah, sedangkan generasi yang kurang bijak dalam memanfaatkan teknologi cenderung berdampak negative pada aktivitas kesehariannya, yaitu menurunya kualitas dan motivasi belajar akibat tingginya intensitas berinteraksi dengan media online, perilaku tersebut terjadi pada generasi X yang bersatatus sebagai mahasiswa.
163
6.
Generasi yang mempunyai latar belakang hobi berinteraksi dengan teknologi
cenderung melakukan aktivitas Convert Behavior dalam melakukan akses informasi ilmiahnya. Hobi berinteraksi dengan teknologi mempengarui intensitas berinteraksi dengan media online, frekuensi berinteraksi dengan media online mempengaruhi literasi penelusuran informasi yang baik, sebab semakin sering berinteraksi maka menimbulkan pengetahuan, pengalaman serta keahlian penelusuran informasi ilmiah yang lebih efektif dan efisien. Literasi penelusuran informasi ilmiah adalah kemampuan kognitif pencari informasi untuk memahami, mengenal dan menggunakan strategi tertentu untuk mendapatkan sumber informasi ilmiah yang cepat dan akurat. 7.
Generasi yang mempunyai latar belakang hobi membaca cenderung melakukan
Overt Behavior dalam memenuhi kebutuhan informasi ilmiahnya, aktivitas overt behavior juga dipengaruhi oleh sistem yang mengikat pada instansi, dimana sistem tersebut masih menggunakan pola lama dengan orang yang lama yaitu generasi yang hidup pada era manualisasi, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa Sumber Daya Manusia pada suatu instansi mempengaruhi pencari informasi pada generasi apapun dalam melakukan akses informasi ilmiahnya. 6.1.2 Persamaan Akses Informasi Ilmiah Antar Generasi 1.
Generasi Baby Boomers yang memiliki kedekatan emosional dengan teknologi
memiliki persamaan tahapan akses Information Seeking Behavior dengan generasi yang tidak mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi.
Tahapan akses
informasi ilmiah yang dilalui oleh generasi Baby Boomers juga memiliki persamaan dengan tahapan akses informasi ilmiah yang pada generasi Y. Mereka sama-sama
164
mempunyai tahapan akses sebagai berikut;
Starting,
Chaining,
Collecting,
Exploration, Extracting, Verifying, Ending. Persamaan tahapan tersebut disebabkan karena kedua generasi ini mempunyai tingkat kesabaran, ketelitian dan kesensitifan, pada generasi Baby Boomers ketiga aspek tersebut dipengaruhi oleh profesi sebagai seorang dosen dan peneliti sedangkan pada generasi Y dipengaruhi oleh lingkungannya. 2.
Generasi X yang memunyai kedekatan emosional dengan teknologi
mempunyai persamaan tahapan akses Information Seeking Behavior dengan generasi yang tidak mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi, mereka sama-sama mempunyai tahapan akses sebagai berikut; Starting, Chaining, Exploration, Collecting, Extracting dan Ending. Mereka sama-sama tidak melalui tahapan verifying karena dipengaruhi oleh waktu. 3.
Generasi X yang mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi dan
generasi X yang tidak mempunyai kedekatan emosional dengan teknologi mempunyai persamaan dalam melakukan Information Searching Behavior, yaitu mereka samasama melakukan Convert Behavior dan Overt Behavior dalam melakukan akses informasi ilmiahnya. Aktivitas Convert Behavior dilakukan oleh generasi X karena dipengaruhi oleh tingginya intensitas berinteraksi dengan media online, sehingga menimbulkan literasi penelusuran informasi ilmiah yang baik, sedangkan aktivitas Overt Behavior dilakukan oleh generasi X karena dipengaruhi oleh profesi sebagai seorang dosen, sistem atau lingkungan yang tidak mendukung, keterbatasan koleksi
165
dan pola pemikiran lama bahwa buku merupakan media yang paling tepat dijadikan bahan referensi ilmiah. 4.
Generasi Y dan generasi Z yang mempunyai kedekatan emosional dengan
teknologi sama-sama melakukan Convert Behavior karena dipengaruhi oleh lingkungannya, mereka sama-sama mempunya literasi penelusuran informasi ilmiah pada media online yang baik karena adanya sosialiasi dari pihak Fakultas tentang bagaimana menelusur sumber informasi ilmiah melalui media online yang efektif dan efisien. 5.
Generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y dan generasi Z yang
mempunyai hobi membaca buku sejak masih kecil mempunyai persamaan dalam memilih media akses informasi ilmiahnya yairu buku. Hobi yang dimiliki sejak kecil akan terus melekat pada diri mereka meskipun jaman dan usia telah berubah, tetapi kecintaannya pada membaca tidak mengurangi esensial mereka dalam menggunakan buku sebagai media akses informasi ilmiahnya. 6.2 Kontribusi Teoritik Berdasarkan hasil ringkasan temuan penelitian di atas, maka penelitian “Dinamika Akses Informasi Ilmiah Antar Generasi:Studi Kasus Pada Pemustaka Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,” ini memberikan kontribusi teoritik sebagai berikut: 1. Perilaku akses informasi ilmiah pada Generasi Baby Boomers, Generasi X, Generasi Y dan Generasi Z sangat dinamis dan statis, dikatakan statis apabila kekinian dari perkembangan teknologi informasi tidak merubah perilaku akses
166
informasi ilmiah pada setiap generasi, sedangkan dikatakan dinamis apabila perilaku akses informasi ilmiah pada masing-masing generasi mengalami perubahan mengikuti kekinian perkembangan dari teknologi informasi. 2. Generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y dan generasi Z melakukaan tahapan dan aktivitas Information Seeking Behavior dipengaruhi oleh jenis dari informasi yang diaksesnya, tahapan-tahapan Information Seeking Behavior seperti starting, chaining, exploration, collecting, extracting, verifying dan ending dan aktivitas Information Searching Behavior yaitu Convert Behavior serta Convert Behavior mungkin tidak dilalui dan tidak dilakukan oleh Baby Boomers, generasi X, generasi Y dan generasi Z apabila informasi yang diaksesnya bukan jenis dari informasi ilmiah. 6.3 Implikasi Kebijakan Instansi Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan
Perpustakaan
Perpustakaan-Perpustakaan
Pusat di
Universitas Indonesia
Gadjah
agar
Mada
menjadi
Yogyakarta
Perpustakaan
dan dapat
berorientasi pada pemustakanya, sebab Perpustakaan yang baik adalah Perpustakaan yang berorientasi pada pemustaka. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu Perpustakaan Perguruan Tinggi yang menjadi percontohan Perpustakaan Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia, tetapi dari segi koleksi buku, Perpustakaan Pusat UGM masih sangat terbatas, seharusnya Perpustakaan memperbanyak serta memperbaharui
167
kekinian keilmuan dari ketersediaan koleksi buku dari berbagai bidang keilmuan yang ada di Universitas Gadjah Mada, sebab masih banyak pemustaka yang masih memanfaatkan dan menggunakan buku sebagai salah satu media akses informasi ilmiahnya, sedangkan saat ini koleksi-koleksi tersedia masih sangat terbatas, sehingga dengan adanya perbaikan tersebut diharapkan dapat meminimalisir hambatan akses yang dialami oleh para pemustaka. 2. Memberikan layanan open access bagi seluruh civitas akademika Universitas Gadjah Mada terutama pada koleksi karya ilmiah, baik skripsi, tesis dan disertasi maupun karya-karya ilmiah lainnya, agar seluruh pemustaka Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada dapat mengakses sumber informasi ilmiah kapanpun dan dimanapun mereka berada, sebab dengan berkembangnya teknologi informasi open access merupakan layanan yang saat ini sangat dibutuhkan oleh seluruh pemustaka, layanan open access sangat membantu dan memudahkan pemustaka mendapatkan sumber informasi ilmiahnya, terutama pada pemustaka yang terkendala waktu dan letak geografisnya. 3. Meningkatkan
kualitas
konektivitas
internet
di
seluruh
lingkungan
Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada, sebab saat ini internet merupakan salah satu media paling banyak dimanfaatkan oleh pemustaka, internet merupakan media yang paling efektif dan efisien dalam membantu pemustaka mendapatkan sumber informasi ilmiahnya, semakin cepat konektivitas internet maka semakin tingi tingkat kepuasan yang diberikan oleh pemustaka.
168
4. Perpustakaan
Pusat
Universitas
Gadjah
Mada
dapat
menempatkan
intermediary atau guide yang benar-benar ahli dibidangnya, yaitu pada setiap layanan yang ada di Perpustakaan, agar setiap pemustaka yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada intermediary di layanan tersebut sehingga permasalahan yang dialami segera mendapatkan solusi yang terbaik. 5. Menyediakan berbagai media akses informasi yang dapat dimanfaatkan secara gratis oleh pemustaka, seperti gadget yang terkoneksi secara langsung dengan internet di sekitar lingkungan Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada, beserta panduan menggunakannya, sebab tidak semua pemustaka yang datang ke Perpustakaan mempunyai media elektronik dan tidak semua pemustaka yang datang membawa media elektronik. 6. Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada memperbanyak kerjasama dengan berbagai Universitas dan instansi lain, baik dalam maupun di luar Negeri, seperti corner-corner dari berbagai bidang keilmuan, dengan tujuan agar pemustaka dari berbagai bidang keilmuai tidak mengalami kesulitan ketika harus dituntut mendapatkan sumber informasi ilmiah yang berasal dari sumber informasi internal, yaitu sumber yang berasal dari organisasi atau instansi yang berwenang terhadap bidang tertentu. 7. Memberikan pelatihan khusus dan sosialiasi tentang literasi penelusuran informasi ilmiah yang efektif dan efisien dalam berinteraksi dengan media online, yaitu dengan cara menjemput bola, sebab tidak semua pemustaka mengetahui bagaimana mengakses sumber informasi ilmiah yang efektif dan efisien dan tidak
169
semua civitas akademik Universitas Gadjah Mada mengunjungi Perpustakaan Pusat, dengan sistem jemput bola maka literasi tersebut akan lebih efektif, tindakan jemput bola dapat dilakukan pada masing-masing Fakultas dan masing-masing jenjang pendidikan yang ada di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 6.4 Saran Penelitian Lanjutan Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti merekomendasikan pada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan merekomendasikan penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian mengenai dinamika akses informasi ilmiah pada generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y ataupun generasi Z atau pada salah satu generasi tersebut di lingkungan akademis selain lingkungan di Perguruan Tinggi, seperti di lingkungan sekolah yaitu SD, SMP dan SMA. 2. Memperdalam penelitian dengan memilih salah satu aspek atau indikator yang menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku akses informasi ilmiah pada generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y maupun generasi Z atau salah satu pada generasi tersebut. 3. Penelitian mengenai akses informasi non ilmiah pada generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y atau generasi Z atau pada salah satu generasi tersebut pada instansi atau lembaga tertentu. 4. Penelitian tentang implikasi kedekatan emosional dengan media akses informasi pada generasi Baby Boomers, generasi X, generasi Y atau generasi Z atau pada salah satu generasi tersebut.
170
Rekomendasi tersebut pada nantinya dapat dijadikan perbandingan untuk melihat perbedaan maupun persamaan yang dihasilkan dari kajian ini, sehingga dari hasil penelitian tersebut, penelitian mengenai “Dinamika Akses Informasi Ilmiah Antar Generasi:Studi Kasus Pada Pemustaka Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.” lebih berkembang sehingga bermanfaat untukperkembangan keilmuan informasi dan Perpustakaan.