59
BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA 6.1.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang dilakukan oleh Nelayan Karimunjawa
6.1.1. Penggolongan Nelayan Karimunjawa Nelayan oleh Ditjen Perikanan (2002) dalam Satria (2002) digolongkan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan. Berdasarkan penggolongan nelayan tersebut, maka Nelayan Karimunjawa tergolong nelayan ikan penuh dan nelayan ikan sambilan. Pada dasarnya di Karimunjawa nelayan terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan letak geografisnya yaitu nelayan Kampung Lego, Nelayan Daerah Tengah dan Nelayan Daerah Timur. Daerah tengah dan daerah timur banyak dibangun penginapan dan homestay berbeda dengan daerah Kampung Lego. Nelayan daerah tengah dan timur pada umumnya merupakan nelayan ikan sambilan. Selain melakukan pekerjaan sebagai nelayan. Nelayan daerah tengah dan timur juga ikut bekerja di bidang pariwisata sebagai pemandu wisata atau menyewakan kapal. Nelayan di Kampung Lego pada umumnya adalah nelayan ikan penuh yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. Hal ini disebabkan karena masih kurang meratanya pembagian peranan dalam sektor pariwisata di Desa Karimunjawa.. Satria (2002) menggolongkan nelayan berdasarkan kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi pasar dan karakteristik hubungan produksi. Berdarkan
penggolongan
yang dilakukan
oleh
Satria
(2002),
Nelayan
Karimunjawa tergolong Nelayan Tradisional dan Nelayan Post-Tradisional. Berdasarkan
tujuannya
untuk
melakukan
penangkapan
ikan,
Nelayan
Karimunjawa melakukan kegiatan penangkapan ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan dan rumah tangga saja. Nelayan Karimunjawa pada umunya melakukan kegiatan penangkapan ikan di pagi atau di malam hari. Apabila selesai menangkap ikan dari laut, hasil tangkapannya langsung dikumpulkan dan dipilihpilih. Hasil tangkapan berupa ikan yang besar dan layak untuk
dijual akan
diserahkan kepada juragan. Hasil tangkapan ikan yang kecil-kecil biasanya
60
dikonsumsi sebagai lauk sendiri atau di jual ke pasar lokal seperti yang diungkapkan oleh EK (30 tahun). “kalau ikan yang kecil-kecil biasanya dimakan sendiri mbak, nah kalau yang besar-besar seperti ini baru di jual ke juragan” Nelayan di Desa Karimunjawa mayoritas menganut agama Islam. Mereka memegang kuat nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu, pada hari jumat mereka tidak melaut dan menggunkan waktu tersebut untuk beribadah ke mesjid. Selain hari jumat, mereka juga tidak melakukan penangkapan ikan pada saat terang bulan dan gelombang besar (baratan). Hanya nelayan-nelayan tertentu saja yang berani untuk tetap menangkap ikan pada saat musim baratan. Nelayan Karimunjawa memiliki sistem penanggalannya sendiri yaitu sistem penanggalan jawa sebagai acuan untuk melakukan kegiatan menangkap ikan.
Kompresor 20%
Pancing 80%
Gambar 7. Persentase responden berdasarkan alat tangkap yang digunakan di Karimunjawa. Nelayan di Karimunjawa terbagi menjadi dua jenis yaitu nelayan yang melakukan kegiatan budidaya dan nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan secara langsung. Mayoritas Nelayan Karimunjawa merupakan nelayan yang melakukan penangkapan ikan secara langsung dengan menggunakan alat tangkap. Berdasarkan data yang disajikan dalam Gambar 7, mayoritas Nelayan Karimunjawa menggunakan alat tangkap pancing. Selain menggunakan pancing, Nelayan Karimunjawa juga menggunakan alat tangkap lain yang tradisional berupa tembak (panah), bubu, bagan dan jaring. Beberapa nelayan yang
61
beroperasi dengan menggunakan alat tangkap berupa pancing memiliki alat tangkap tambahan. Alat tangkap tambahan yang digunakan oleh nelayan pancing berupa jaring. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan orang lain atau sendirian. Ketika penangkapan ikan dilakukan dengan orang lain maka akan ada yang bertindak sebagai pemilik kapal dan anak buah kapal (ABK). Pemilik kapal menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk menyediakan kapal, alat tangkap dan bahan bakar untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan gambar, kebanyakan Nelayan Karimunjawa berstatus sebagai pemilik kapal (Gambar 8).
Gambar 8. Persentase responden berdasarkan status Nelayan Karimunjawa. Pentingnya kapal sebagai sarana utama dalam melakukan penangkapan ikan sehingga mayoritas nelayan memiliki kapal sendiri. Jenis kapal yang digunakan oleh Nelayan Karimunjawa masih sederhana berupa sampan tidak bermotor dan kapal motor. Jenis mesin kapal masih sangat sederhana terdiri dari hanya terdiri dari satu atau dua buah mesin yang terdiri dari 16-24 pk dan kapasitas kapal berada di bawah 5 GT (Gross Ton). Pengenalan nelayan akan alamnya dan alat tangkap yang didominasi oleh pancing menyebabkan kebanyakan Nelayan Karimunjawa melakukan operasi penangkapan ikan sendirian (Gambar 9). Dimana, dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Nelayan pancing yang sudah berusia lima puluh tahun ke atas biasanya ditemani oleh saudara atau keluarganya. Nelayan
62
yang sudah berusia lima puluh tahun ke atas sudah mengalami penurunan daya tahan tubuh. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap panah tidak dapat dilakukan seorang diri. Panah menggunakan alat bantu kompressor yang membutuhkan tenaga kerja lebih dalam pengoperasiannya. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap panah biasanya dilakukan dengan saudara dan teman (tetangga). ABK di Karimunjawa homogen karena memiliki tanggung jawab yang sama dan berasal dari daerah yang sama yaitu Karimunjawa.
Gambar 9. Jumlah dan persentase responden berdasarkan anggota kelompok dalam kegiatan penangkapan ikan di Karimunjawa. 6.1.2. Alat Tangkap yang digunakan oleh Nelayan Karimunjawa Nelayan Karimunjawa menggunakan beberapa alat penangkapan ikan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan di sekitar TNKJ. Alat tangkap yang digunakan oleh Nelayan Karimunjawa antara lain, yaitu pancing, bubu, jaring, dan branjang. Selain melakukan kegiatan pengkapan ikan, Nelayan Karimunjawa juga melakukan pembudidayaan ikan. 1. Pancing Pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu line (tali) dan hook (mata pancing). Tali pancing bisa terbuat dari bahan benang katun, nilon, polyethylin, plastik (senar), dan lain-lain. Mata pancing terbuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lainnya yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada tiap perangkat (satuan) pancing bisa tunggalmaupun ganda (dua-tiga buah) bahkan
63
banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancing bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap/pancing. Jenis pancing yang digunakan oleh nelayan Kepulauan Karimunjawa adalah pancing tonda yang termasuk ke dalam jenis troll line (pancing tarik). Pancing ini terdiri dari pancing dan mata pancing, nelayan pada umumnya menggunakan imitation balt (umpan tiruan) berupa kain sutera dan bulu ayam dan true balt (umpan benar) yaitu cumi-cumi. Dalam pengoperasian pancing tonda ini dilakukan dengan menarik (baca: menonda) pancing tersebut dengan kapal motor secara horisontal menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar perairan. Musim tangkap para nelayan tonda dimulai pada bulan Juni hingga September setiap tahunnya, dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tongkol dan tenggiri. Jumlah tenaga kerja dalam satu kapal antara satu hingga dua orang. Pada umumnya, nelayan tonda menangkap ikan setiap hari (malam-pagi) pada saat musim tangkap atau sekitar 26 hari dalam satu bulan musim tangkap. 2. Bubu Bubu merupakan alat tangkap berupa jebakan dan bersifat pasif. Bahan bubu umumnya terbuat dari anyaman bambu, rotan, dan kawat. Bentuk bubu bermacam-macam, seperti sangkar, silinder, gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dan lain-lain. Secara garis besar, bubu terdiri dari tiga bagian yaitu badan, mulut, dan pintu. Badan berupa rongga, tempat ikan terkurung. Mulut bubu berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tetapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan. Dilihat dari cara operasional penangkapannya, bubu dibagi kedalam tiga golongan, yaitu bubu dasar, bubu apung dan bubu hanyut. Jenis bubu yang digunakan di TNKJ adalah bubu dasar yang dipasang di sekitar perairan karang atau di antara karang-karang. Bubu yang nelayan gunakan terbuat dari anyaman bambu dan kawat. Umur teknis dari bubu anyaman bambu adalah sekitar tiga sampai empat bulan, sedangkan umur teknis bubu kawat bisa mencapai satu tahun. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dua sampai tiga hari
64
setelah bubu dipasang. Musim tangkap bubu adalah sepanjang tahun, dengan hasil tangkapan utama berupa ikan Baronang, Kakatua dan Ekor Kuning. 3. Jaring Jenis jaring yang digunakan nelayan tradisional di kepulauan Karimunjawa adalah jaring insang. Jaring insang adalah suatu alat tangkap berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan penampung, pemberat ris atas dan ris bawah (terkadang tanpa ris bawah untuk sebagian jaring udang barong). Besar mata jaring bervariasi disesuaikan dengan sasaran tangkap (udang, ikan). Ikan yang tertangkap akan terjerat dibagian belakang lubang penutup insang (operculum), terbelit dan terpuntai pada mata jaring yang terdiri dari satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis (jaring kantong, trammel net). Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting. Dalam operasi penangkapan biasanya terdiri dari beberapa tinting yang digaung menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300-500 m). Dilihat dari cara pengoperasiannya, alat tangkap ini dibedakan menjadi tiga, yaitu drift gill net (dihanyutkan), set gill net (dilabuhkan) dan encircling gill net (dilingkarkan) (Subani dan Barus, 1989). Nelayan disekitar TNKJ pada umumnya menggunakan jaring insang jenis insang labuh. Jaring insang ini didirikan secara tegak lurus. Mereka melabuhkan jaringnya di dasar, lapisan tengah, maupun di bawah lapisan atas kolom perairan. Musim tangkap nelayan jaring adalah pada bulan September hingga November. Ikan hasil tangkapan pada umumnya terdiri dari jenis badong, baronang, dandeng, cucut, ekor kuning, panti, ikan hijau, pari, selar, smadar, tongkol, tenggiri, udang topeng, toda dan tambak. 4. Branjang Branjang/waring atau jaring bagan merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri. Jaring branjang ini umumnya berukuran 9 x 9 m, bahannya berasal dari benang katun atau nilon. Jaring ini diikatkan pada bingkai berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu atau bambu. Jenis bagan yang digunakan oleh nelayan di sekitar TNKJ adalah bagan perahu (boot lift nets) yang beroperasi di perairan dalam. Penangkapan dengan bagan perahu ini hanya dilakukan pada malam hari (light fishing) dengan menggunakan lampu (pertomax)
65
sebagai alat bantu penangkapan. Musim tangkap nelayan branjang di Kepulauan Karimunjawa dimulai dari bulan Juni hingga Agustus. Ikan teri yang ditangkap terdiri dari dua jenis yaitu teri hitam dan putih, hasil tangkapan dijual dalam keadaan kering ke pedagang pengumpul setempat. 5. Panah (Speargun) Nelayan panah di sekitar TN Krimunjawa terdapat di Desa Karimunjawa dan Parang. Alat tangkap ini terdiri dari anak panah (stainless), tangkai senapan (kayu), karet pelenting dan pelatuk. Waktu penangkapan ikan adalah malam hari dengan musim tangkap sepanjang tahun. Nelayan menggunakan bantuan kompressor sebagai sumber oksigen, mereka pun membawa keranjang dan senter sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan. Target utama penangkap adalah ikan karang yaitu ekor kuning, selain itu tertangkap pula kerapu dan betet. 6. Kegiatan Perikanan Budidaya Satu armada penangkapan ikan di Karimunjawa beranggotakan 4-6 orang nelayan. Kegiatan budidaya perikanan yang dilakukan di TNKJ terdiri dari dua komoditas yaitu kerapu dan rumput laut. Jumlah keramba yang berada di Karimunjawa berkisar 31 unit. Setiap unit terdiri dari beberapa lokal (kolam pemeliharaan dengan ukuran 3x3 m). Jenis kerapu yang dibudidayakan adalah kerapu macan dan kerapu bebek.
Budidaya rumput laut di Karimunjawa
tergolong ke dalam tiga filum yaitu Clorophyta, Phaeophyta, dan rhodophyta. 6.1.3. Musim Penangkapan Ikan di Karimunjawa Penangkapan ikan di Karimunjawa dilakukan pada saat musim timur. Musim baratan gelombang besar sehingga kebanyakan nelayan takut untuk melaut. Nelayan dari luar wilayah Karimunjawa banyak datang ke Karimunjawa pada musim timuran. Perubahan iklim memberikan dampak kepada musim penangkapan ikan di Karimunjawa.
Musim baratan yang tahun sebelumnya
terjadi pada bulan juni berubah menjadi sulit diprediksi karena sampai akhir juli belum terjadi baratan. Musim ikan di Karimunjawa juga mengalami perubahan, musim tongkol yang awalnya dimulai dari bulan Desember sampai Maret menjadi Agustus sampai September.
66
Tabel 14 . Musim-musim penangkapan ikan di Karimunjawa Keadaan dan Kegiatan
Waktu Pelaksanaan atau Kejadian Januari Februari Maret Apr Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Musim Baratan
X
X
X
Musim Timuran
X X
X
X
X
X
X
X
Musim Ikan Tenggiri Musim Ikan Sulir
X X
X
Musim Ikan Teri
X
Musim Cumi
X
Musim Ikan Tongkol Musim Ikan Mahal Tanam Rumput Laut Tebar Bibit di Keramba
X
X
X
X X X
X
X
X
X
X
X X
67
6.1.4. Daerah Tangkap Nelayan Karimunjawa Penangkapan ikan oleh Nelayan Karimunjawa hanya dilakukan di sepanjang TNKJ. Jarak yang
ditempuh oleh nelayan dalam melakukan penangkapan ikan
berkisar 4-7 mil, 10-20 mil dan paling jauh 30-40 mil. Mayoritas Nelayan Karimunjawa melakukan penangkapan ikan di sekitar 4-7 mil saja. Kapal yang sederhana hanya berupa sampan, motor tempel yang menjadi pertimbangan nelayan untuk tidak melakukan penangkapan ikan pada jarak yang lebih jauh lagi.
6.2.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang Dilakukan Oleh Nelayan Jepara
6.2.1. Penggolongan Nelayan Berdasarkan Karakteristik Usaha Nelayan Ujung batu tergolong nelayan penuh, berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan. Nelayan Jepara adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan penangkapan ikan. Berdasarkan karakteristik usahanya. Nelayan Jepara sudah tergolong Commercial fisher. Nelayan Jepara sudah beorientasi kepada peningkatan keuntungan. Skala usaha Nelayan Jepara sudah besar yaitu pasar domestik bahkan ada yang sudah masuk pasar eksport. Nelayan Jepara menjual hasil tangkapan ikan langsung ke TPI (Tempat Penampungan Ikan). Berbeda dengan Nelayan Karimunjawa yang menjual hasil tangkapannya kepada juragn ikan. Nelayan Jepara memilih untuk menjual hasil tangkapan ikan ke TPI karena di TPI tempat berkumpulnya juragan ikan yang sudah siap membeli ikan lelangan nelayan. Teknologi yang digunakan menengah yaitu kapal yang sudah bermotor dan alat tangkap berupa mini purse seine dan pukat harimau. Alat tangkap mini purse seine adalah alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan.
68
4.4. Gambar 11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan alat tangkap yang 4.5. 4.6. Gambar 10. Persentase responden berdasarkan alat tangkap yang digunakan oleh Nelayan Jepara. Nelayan Jepara melakukan penangkapan ikan dengan orang lain (Gambar 11). Alat tangkap mini purse seine menggunakan jaring yang cukup besar sehingga membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak untuk mengoperasikannya. Umumnya, mini purse seine hanya dapat dioperasikan oleh minimal 20 orang. Pangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pukat harimau juga dilakukan dengan orang lain.
Gambar 11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan ada tidaknya anggota kelompok dalam kegiatan penangkapan ikan di Jepara.
69
Kapal yang digunakan oleh Nelayan Jepara dalam melakukan usaha penangkapan ikan sudah tergolong canggih yaitu kapal yang bermotor. Kebanyakan kapal di Ujungbatu memiliki kapasitas sebesar 20 GT. Data persentase muatan kapal nelayan Ujung batu disajikan gambar dibawah ini.
Hanya sedikit nelayan di
Ujungbatu yang memiliki kapal. Berdasarkan data yang disajikan pada Gambar 12 hampir semua nelayan tidak memiliki kapal. Mahalnya harga kapal dan biaya perawatan kapal menyebabkan hanya orang-orang yang memiliki modal yang besar yang dapat memiliki kapal.
Gambar 12. Kapal yang digunakan untuk menangkap ikan oleh Nelayan Jepara. Hubungan produksi Nelayan Jepara lebih kompleks karena status nelayan tidak hanya terdiri dari pemilik kapal dan ABK. Terdapat beberapa peranan dalam penangkapan ikan yang menggunakan mini purse seine yaitu sebagai pemilik kapal, awak kapal, dan nakhoda. ABK yang ikut serta dalam penangkapan ikan sangat heterogen karena berasal dari daerah asal, status, dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Pemilik kapal adalah pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan modal berupa bahan bakar, alat tangkap, kapal dan perbaikan alat tangkap maupun kapal. Pemilik kapal juga bertanggungjawab untuk memberikan bantuan berupa pinjaman uang kepada ABK yang kesulitan keuangan. Pemilik kapal dan ABK saling bekerjasama dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. ABK dan
70
pemilik kapal saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Hasil tangkapan perikanan tidak selalu ada setiap kali melaut, sehingga ABK membutuhkan pemilik kapal sebagai orang yang dapat memberikan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan ABK sehari-hari. Pemilik kapal membutuhkan ABK untuk membantu penangkapan ikan. Oleh karena itu, pemilik kapal dan ABK jarang terlibat konflik karena masingmasing pihak saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Gambar 13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status nelayan di Jepara.
6.2.2. Alat Tangkap yang Digunakan Oleh Nelayan Jepara Nelayan Jepara berbeda dengan Nelayan Karimunjawa terutama dalam hal alat tangkapnya. Nelayan Jepara menggunakan alat tangkap yang lebih modern. Alat tangkap yang digunakan oleh Nelayan Jepara dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan mayoritas berupa mini purse seine dan pukat harimau. 1. Mini purse seine Mini purse seine merupakan salah satu bentuk alat tangkap pukat cincin. Mini purse seine adalah jenis alat tangkap yang terbuat dari jaring dengan ukuran besar, membutuhkan tenaga banyak untuk mengoperasiannya. Pukat cincin memiliki bentuk dasar berupa sebuah empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk
71
menangkap ikan. Alat tangkap ini dioperasikan secara aktif, yaitu menemukan, mengejar, dan mengurung kawanan ikan yang bergerombol dan bergerak cepat dalam jumlah besar. Mini purse seine dibentuk dari dinding jaring yang sangat panjang, biasanya tali ris bawah (leadline) sama atau lebih panjang daripada tali ris atas (floatline). Karakteristik jaring mini purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring. Dilihat dari segi konstruksi maka komponen jaring pukat cincin dapat dikelompokkan dalam lima bagian besar yaitu ; (1) badan jaring, (2) tali kerut, (3) cincin (ring), (4) pelampung dan pemberat, dan (5) tali selembar. Nelayan Jepara pada umumnya menggunakan jaring mini purse seine yang berukuran 245-400 m yang dioperasikan dengan menggunakan satu kapal. 2. Pukat Harimau Pukat harimau merupakan sejenis alat tangkap berbentuk trawl. Jaring trawl merupakan jenis –jenis jaring yang berbentuk kantong yang ditarik sebuah kapal bermotor dan menggunakan alat pembuka mulut jaring yang disebut gawang (beam) atau sepasang alat pembuka (otter board). Menurut P3MN6 (Pusat Pengembangan dan Pengkajian Masyarakat Nelayan),
pukat harimau terdiri dari beberapa
komponen, yaitu : tali penarik (warp), papan pembuka mulut jaring (otter board) atau gawang (beam), tali lengan (and rope), sayap jaring (wing), mulut jaring, badan jaring (body), kantong (cod end) . Pukat Harimau di Jepara telah diubah/dimodifikasi dan digunakan oleh nelayan usaha skala kecil yaitu nelayan yang memiliki sebuah kapal tidak bermotor atau bermotor luar atau bermotor tidak lebih dari 5 GT dan atau mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 15 daya kuda, mesin berkekuatan tidak lebih dari 36 DK dan ukuran panjang bentangan sayap tidak kurang dari 60 meter. Nelayan Jepara yang menggunakan alat tangkap pukat harimau juga menggunakan alat tangkap lain sebagai alat tangkap tambahan yaitu pancing.
6
Leonardo Marbun. 2008. TRAWL : DEFINISI, DAMPAK & KEBIJAKANNYA. http://pppmn.wordpress.com/2008/07/11/pukat-harimau/. Diuduh pada tanggal 30 juli 2012.
72
6.2.3. Musim Tangkap di Jepara Nelayan Jepara menggunakan sistem tanggalan yang sama dengan Nelayan Karimunjawa yaitu menggunakan tanggalan jawa. Nelayan Jepara hampir setiap hari melakukan penangkapan ikan. Penangkapan ikan biasanya dilakukan pada sore hari yaitu jam empat sore. Nelayan Jepara tidak melakukan penangkapan ikan hanya pada saat gelombang besar dan terang bulan. Bulan juni sampai bulan Agustus biasanya merupakan musim ikan sepi. Bulan Agustus merupakan musim tangkap tongkol. Nelayan Jepara pada bulan Agustus atau Oktober biasanya pergi ke Karimunjawa untuk menangkap tongkol. 6.2.4. Daerah Tangkap Nelayan Jepara Penangkapan ikan oleh Nelayan Jepara hanya dilakukan di sekitar Laut Jawa. Jarak yang ditempuh oleh nelayan dalam melakukan penangkapan ikan berkisar 12 mil keatas dan sekitar 30-35 mil. Kebanyakan Nelayan Jepara melakukan penangkapan ikan pada jarak 30-35 mil bahkan sampai ke daerah TNKJ. Jarak penangkapan ikan yang cukup jauh karena alat tangkap dan kapal yang digunakan sudah menggunakan mesin bermotor dan memiliki ukuran yang besar. Nelayan Karimunjawa dan Nelayan Jepara memiliki perbedaan dari segi penggolongan nelayan, alat tangkap yang digunakan, status nelayan, anggota kelompok dalam kegiatan penangkapan ikan, kapal menangkap ikan dan daerah penangkapan ikan. Tabel 15 menunjukkan bagaimana perbedaan antara Nelayan Karimunjawa dan Jepara dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan.
73
Tabel 15.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan oleh Nelayan Karimunjawa dan Nelayan Jepara Kategori Nelayan Karimunjawa Nelayan Jepara nelayan tradisional dan post- commercial fisher. Penggolongan tradisional. Berdasarkan waku untuk Berdasarkan waku nelayan melakukan operasi penangkapan ikan untuk melakukan merupakan nelayan ikan penuh dan operasi nelayan ikan sambilan. penangkapan ikan merupakan nelayan ikan penuh. Kompresor, pancing, bubu, branjang, Mini purse seine, Alat tangkap jaring, dan budidaya perikanan. pukat harimau dan Mayoritas menggunakan pancing. pancing. Mayoritas menggunakan mini purse seine. Mayoritas pemilik kapal Mayoritas ABK Status nelayan Mayoritas dengan Anggota kelompok Moyoritas sendiri teman dalam kegiatan penangkapan ikan Di bawah 5 GT Di atas 5 GT Kapal menangkap ikan Di TNKJ Di Jepara dan Daerah TNKJ penangkapan ikan