BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI DESAIN
6.1. Kesimpulan Penelitian Pemanfaatan spasial bantaran Sungai Winongo memiliki ragam tipe yang berbeda beda, dimana dalam lingkup urban dipengaruhi oleh komponen spasialnya. Spasial yang sangat berperan, terutama pada lokasi bantaran sungai adalah tingkat kemiringan lahan dan luasan bantaran (baik luasan meter per segi maupun dimensi). Sehingga didapatkan pola pola potensi ruang (lahan pada bantaran) sebagai kegiatan urban farming yang nantinya dapat dimanfaatkan sesuai dengan atau lebih maksimal dari kondisi spasialnya. Dari 11 perpotongan sungai, serta bantaran dikanan kirinya berjumlah 22 sampel bantaran, tidak semua spasial memiliki nilai pemanfaatan yang sesuai dengan kondisi fisiknya.Terdapat faktor faktor penentu yang melatar belakangi keterkaitan antara nilai potensi spasial dengan nilai pemanfaatan. Jawaban dari pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut; 1. Bagaimana tipe pemanfaatan lahan sempit di bantaran sungai sebagai budi daya pertanian perkotaan yang dilakukan oleh masyarakat tepian Sungai Winongo? Tipe pemanfaatan spasial sebagai kegiatan budi daya diantaranya adalah a.
Pemanfaatan sesuai dengan kondisi fisik potensi spasial di lapangan 18.18%, maksudnya adalah kriteria lahan dimanfaatkan sesuai dengan potensi pemanfaatan yang ditemui di lapangan.
b.
Pemanfaatan lebih dari kondisi fisik potensi spasial di lapangan 45.45%, maksudnya adalah semakin spasial memiliki tingkat kesulitan yang tinggi akan tetapi malah semakin dimanfaatkan.
149
c.
Pemanfaatan kurang dari kondisi fisik potensi spasial di lapangan 36.36%, yang berarti kondisi fisik bantaran seharusnya sesuai untuk dimanfaatkan akan tetapi tidak maksimal atau bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali.
Dari prosentase hasil di atas dapat diketahui bahwa pemanfaatan bantaran Sungai Winongo penggal utara sebagian besar direspon oleh masyarakat dengan dilakukannya kegiatan budidaya (urban farming). Pemanfaatan spasial sama bahkan lebih dari nilai potensi – lebih dari setengah jumlah keseluruhan sampel, yang artinya suatu lahan dengan tingkat kesulitan untuk bertanam ternyata tetap dimanfaatkan. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa pemanfaatan kurang dari kondisi fisik spasial menempati kurang lebih sepertiga bagian dari jumlah keseluruhan sampel dikarenakan faktor faktor tertentu. 2. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan pemanfaatan ruang terbuka kecil di bantaran Sungai Winongo sebagai kegiatan urban farming sesuai dengan hasil tipologi pemanfaatan? a.
Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lebih dari kondisi fisik potensi spasial adalah adanya motivasi petani yang mendorong memanfaatkan lahan minim tersebut, diantaranya motivasi karena hobi, motivasi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan motivasi ekonomi (menanam untuk dijual). Masyarakat tepian sungai memanfaatkan
bantaran sebagai kegiatan
pertanian perkotaan tidak lepas dari faktor ketahanan pangan, meskipun sekedar hobi akan tetapi hasil panen tersebut dikonsumsi oleh pribadi dan masyarakat sekitar – adapun hasil pertanian untuk dijual sebagai mata pencaharian sampingan. b.
Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan kurang dari kondisi fisik potensi spasial adalah ditinjau dari aspek spasial lahan berupa aspek topografi, aspek talud, aspek luasan dan aspek akses.
Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat tepian Sungai Winongo memiliki kemampuan, kekreatifan dan respon yang besar dalam memanfaatkan 150
spasial terbatas yang berada di pinggir sungai, dengan berbagai tujuan diantaranya; sebagai penyaluran hobi bertanam, sebagai konsumsi kebutuhan pribadi dan untuk dijual. Respon urban farming oleh masyarakat tepian Sungai Winongo selain sebagai bentuk ketahan pangan juga sebagai bentuk nilai ekonomi. Adapun spasial yang tidak dimanfaatkan sebagai kegiatan budidaya, jika dilihat secara fisik lokasi perlunya memperhatikan aspek penentu (aspek topografi, aspek talud, aspek luasan dan aspek akses) agar memberikan solusi dalam
memaksimalkan pemanfaatan lahan terbatas
dengan kondisi yang minimal.
6.2. Rekomendasi Desain Rekomendasi desain tidak lepas dari hasil penelitian yang memaparkan mengenai kurang maksimalnya pemanfaatan dipengaruhi oleh aspek aspek yang terkait di dalamnya.Arahan desain harus dapat mensolusikan penataan kawasan urban farming dari faktor yang melatar belakangi penghambat kurangnya potensi lahan. a. Aspek Topografi dan Aksesibilitas Kemiringan lahan dan akses sangat penting diperhatikan terkait dengan aktor atau petani sebagai pengguna lahan yang seharusnya dengan mudah dapat mengakses lahan tersebut.Kemiringan spasial yang terlau terjal namun dimanfaatkan teraplikasi pada bantaran H, bantaran terjal tersebut diturap bertingkat dengan menyisakan lahan untuk budidaya.Sama kasusnya dengan bantaran A, agar maksimal pemanfaatannya, aspek kemiringan lahan dapat diatasi dengan talud bertingkat yang menyisakan lahan datar untuk ditanami. Selain itu pada bantaran A juga kesulitan mengakses ke bantaran sebelahnya, yaitu dari bantaran A3 ke bantaran A1, oleh karena itu fasilitas penghubung spasial perlu diperhatikan, diantaranya tangga menuju ke sungai dan jembatan untuk menghubungkan bantaran di sebelahnya.
151
Gambar 6.1 Foto Kondisi Eksisting Bantaran A
KondisiEksisting BantaranA
(Sumber :Dokumen Peneliti, 2014) Gambar 6.2Rekomendasi Desain Bantaran A
RekomendasiDesain BantaranA
(Sumber :Dokumen Peneliti, 2016)
b. Aspek Talud dan Luasan (Dimensi Lebar yang Sempit) Bagaimana memanfaatkan lahan yang sudah diturap (ditalud) yang sama sekali tidak menyisakan lahan menjadi lahan budidaya dapat diambil dari contoh kondisi lapangan di potongan bantaran J3 yang menggunakan media polybag untuk menanam.
152
Aspek luasan berkaitan erat dengan dimensi lahan sehingga pemanfaatan lahan dengan lebar yang minim membutuhkan media pertanian dan tanaman khusus, artinya yang dapat dibudidayakan dengan keterbatasan space tersebut. Rekomendasi desain aspek talud dan luasan ini, peneliti contohkan pada bantaran F3.Bantaran F3 memiliki lebar yang sangat minimal yaitu 50 cm dan tertutup oleh talud keseluruhan. Peneliti merekomendasikan pemanfaatan lahan dengan cara merambatkan tanaman; sebagai contoh tanaman markisa sebagai tanaman lokal masyarakat winongo yang sering ditemui untuk dibudidayakan. Gambar 6.3Foto Kondisi Eksisting Bantaran F3
KondisiEksisting BantaranF3
(Sumber :Dokumen Peneliti, 2014) Gambar 6.3Rekomendasi Desain Bantaran F3
RekomendasiDesain BantaranF3
(Sumber :Dokumen Peneliti, 2016)
Rekomendasi pemanfatan lahan seperti di atas bukanlah satu satunya cara dalam memanfaatkan lahan terbatas, karna pada hasil survey lapangan bantaran J3 juga memanfaatkan perkerasan dengan media tanam polybag.
153
6.3. Saran Penelitian Pengambilan sampel bantaran diambil spot yang mewakili lokasi penelitian dengan perubahan spasial bantaran sungai dari yang terjal ke landai atau sebaliknya pada setiap segmentnya, yang mana mengacu pada data dari Bapeda. Sehingga kelemahan dari penelitian ini tidak semua spasial termanfaatkan. Ada kemungkinan dengan kriteria spasial yang sama, bisa terjadi pemanfaatan lebih maksimal ditinjau dalam kurun waktu mendatang.
Penulis
sarankan
apabila
dilakukan
penelitian
lanjutan,
perlunya
mengidentifikasi sample kawasan dengan variasi spasial yang lebih terinci dan sudah jelas spot tersebut dimanfaatkan. Meskipun tidak menutup kemungkinan sepanjang bantaran dengan kriteria spasial yang sama ternyata masih saja dengan pemanfaatan nol. Oleh karena itu perlunya membandingkan data sample demi mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid lagi. 154