BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN
6.1
Potensi
Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik
Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
6.1.1.
Atraksi Wisata Memiliki keunikan sebagai Kampung tradisional Jawa. Kampung
Wisata Batik Kauman memiliki potensi atraksi sebagai wisata budaya (batik dan religi) yang sangat kuat, terletak di Koridor Budaya Surakarta (KeratonMangkunegaran-Pasar Gedhe), yang merupakan wilayah dengan prioritas penanganan konservasi di Surakarta.
a) Setting Fisik Kampung Wisata Batik Kauman Kampung Wisata Batik Kauman sebagai salah satu potensi wisata budaya Kota Surakarta. Dari sisi sejarah dan peninggalan budayanya, sangat erat kaitannya dengan Keraton Surakarta, sehingga upaya pengembangan kampung ini bisa memperkuat keberadaan Keraton sebagai pusat orientasi budaya Surakarta dan kampung-kampung lama lain yang ada di sekitarnya.
b) Masjid Agung Keberadaan Masjid Agung dalam sejarah terbentuknya Kampung Wisata Batik Kauman merupakan pusat orientasi kampung pada awalnya. Keberadaannya sebagai landmark Kampung Wisata Batik Kauman. Posisi Masjid Agung sebagai landmark kurang didukung oleh fisik kawasan di sekitarnya. Mulai
107
dari posisi akses utama kawasan, sampai kepada kondisi bangunan di sekitar dan menuju Masjid Agung.
c) Bangunan Tradisional Bangunan tradisional masih banyak dijumpai, berupa rumah tradisional, seperti rumah ketib, rumah joglo serta langgar yang dengan kondisi beragam belum tergali maksimal sebagai heritage culture. Hanya tersisa kurang lebih 30% dari bangunan tradisional yang masih dapat dinikmati keindahannya, selebihnya dalam kondisi yang tidak terawat atau bahkan berubah fungsi dan bentuknya. Perubahan fasad yang terjadi pada beberapa bangunan dapat menjadi atraksi yang menarik bagi pengunjung. Fasad berubah dengan etalase – etalase yang dapat mencukupi kebutuhan “something to buy” atau dapat dimanfaatkan sebagai potensi „wisata belanja „ bagi wisatawan yang didukung dengan adanya Kampung Wisata batik Laweyan dan Pasar Klewer sebagai komplementer.
d) Lojen Lojen merupakan ruang sirkulasi penghubung di Kampung Wisata Batik Kauman yang saling terhubung satu dengan lainnya. Menjadi menarik selain karena bentuknya yang berupa loronglorong juga karena deretan bangunan toko batik maupuan bangunan tradisional di kanan dan kiri lojen. Berjalan menyusuri lojen dapat menjadi salah satu potensi atraksi wisata. Atraksi ini kurang didukung oleh aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Berbagai macam penggunan melintas pada ruang jalan sehingga wisatawan akan merasa tidak nyaman melewatinya. Penataan fasad pada bangunan agar lebih menarik dan pengaturan pengguna pada ruang jalan dapat menciptakan atraksi pada lojen.
108
e) Aktivitas Budaya Masyarakat Aktivitas membatik dan religi merupakan aktivitas turun temurun yang ada di Kampung Wisata Batik Kauman. Hal ini dapat
dikembangkan
menjadi
potensi
living
culture
bagi
wisatawan. Kedua aktivitas ini masih dapat ditemukan dan masih berlangsung hingga saat ini, walaupun kegiatan membatik hanya tersisa 3 toko diantara beberapa yang ada di Kampung Kauman. Posisinya tepat berada di tengah kampung sehingga tidak ada pemerataan potensi.
6.1.2.
Sarana Pendukung Wisata Keberadaan Kauman sebagai kampung Wisata Batik tidak hanya
menempatkan Atraksi sebagai daya tarik wisata, tetapi juga harus mendapat dukungan dari sisi akses dan amenitas kawasan. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke tempat atau daerah yang sama sekali masih asing bagi wisatawan tersebut, maka ia memerlukan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Pelayanan tersebut melingkupi kemudahan aksesibilitas dan orientasi serta pelengkap atau pelayanan kebutuhan pada kawasan wisata. Secara kemudahan Akses dan kelengkapan Amenitas, pemenuhan kebutuhan di Kampung Wisata Batik Kauman dapat dikatakan kurang mendukung kegiatan atraksi sebagai Kampung Wisata. Diperlukan penambahan fasilitas dan perbaikan dari sisi aksesibilitas.
a) Pencapaian ke Kawasan. Mudah dan dapat dicapai dengan beberapa sarana transportasi umum. Terdapat halte bus dan parkir angkot di sekitar kawasan Pencapaian ke kawasan yang mudah tidak diikuti dengan mudah tidaknya kawasan Kampung Wisata Batik Kauman ditemukan. Posisi gerbang dan fasad toko yang tidak mendukung fungsi kawasan menjadi penyebab Kampung Wisata Batik Kauman
109
kadang terlewat oleh pengunjung. Pintu gerbang kawasan kurang dapat dikenali dari jalan utama karena tertutup oleh bangunan di kanan-kirinya (tidak legibel).
b) Sirkulasi dan Ruang Terbuka di dalam Kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Jalur jalan yang saling terhubung di dalam kawasan memudahkan pengunjung bergerak di dalam Kampung Wisata, namun
fisik
jalur
yang
berupa
gang
sempit
seringkali
membingungkan karena tidak ada penunjuk arah serta tidak nyaman sebagai jalur pedestrian karena kondisi material dan tidak ada vegetasi perindang. Selain itu tidak ada pemisahan antar pengguna jalan mengakibatkan aktivitas lebih didominasi oleh pengguna kendaraan bermotor (orientasi di dalam kawasan tidak jelas). Belum tersedianya ruang terbuka publik sebagai sarana atraksi wisata sekaligus mendukung kegiatan masyarakat, mengakibatkan jalur sirkulasi sebagai satu-satunya ruang terbuka. Selain itu, aktivitas yang terjadi pada ruang jalan kurang mendukung sebagai kawasan wisata. Atraksi yang ada jadi tidak dapat maksimal dinikmati pengunjung. Berbagai pengguna melintas pada ruang jalan.
c) Parkir Tersedia di Kampung Wisata Batik Kauman, baik on street maupun off street yang lebih banyak melayani kebutuhan kegiatan perdagangan dan jasa di luar kawasan kampung, seperti Pasar Klewer, pusat perdagangan di sepanjang Jl Dr Radjiman sampai kepada kebutuhan parkir untuk wisata Keraton Surakarta. Kapasitas masih sangat kurang, sebagai sarana pendukung kegiatan wisata, pemenuhan kapasitas parkir sangat dibutuhkan sehingga
110
pengunjung tidak perlu membawa kendaraannya masuk ke dalam Kawasan.
d) Bangunan Amenitas Kawasan Terdapat beberapa warung makan dan 3 buah homestay di Kawasan Kampung Wisata Batik Kauman. Masih sangat kurang dalam memenuhi kebutuhan pelayanan bagi wisatawan. Perlu ditambahkan
beberapa
sarana
pelengkap
lagi
agar
dapat
mendukung atraksi wisata.
e) Street Furniture Street Furniture sudah memiliki desain khas sehingga dapat mencirikan karakter Kampung Wisata Batik Kauman. Masalah terdapat pada perletakkan dan penggunaan yang belum maksimal sehingga kurang mendukung fungsi kawasan. Misalnya, pada penempatan kursi bagi pejalan kaki yang lelah. Tidak ditempatkan pada posisi yang pengguna nyaman untuk beristirahat. Tidak adanya peneduh serta banyaknya pengguna yang melintas menjadi salah satu masalah yang harus diselesaikan.
6.2. Arahan Penataan Kampung Wisata Batik Kauman Beberapa potensi dan permasalahan yang ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman dirumuskan sebuah konsep penataan kawasan Kampung Wisata batik Kauman yang tidak hanya mampu menghidupkan kawasan (visitable) tetapi juga harus mampu malayani pengguna dan nyaman untuk dikunjungi (livable dan walkable). Selain itu juga dapat menjadi perkuatan budaya bagi Kota Surakarta. Keterkaitan Kampung Wisata Batik Kauman dengan Masjid Agung dan Keraton, serta keberadaan Pasar Gede dan Kampung Wisata Batik Laweyan membuat Kampung Kauman berpotensi untuk dikembangkan menjadi Kampung Wisata Budaya (Batik dan Religi).
111
Gambar 6.1 Konsep Penataan Kampung Wisata Batik Kauman
Perencanaan kampung Wisata Batik Kauman harus mampu memanfaatkan warisan budaya sebagai daya tarik wisata sekaligus melakukan perlindungan terhadap warisan budaya. Perencanaan kawasan yang tepat tidak hanya akan menjadi daya tarik wisata, tapi sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan kualitas budaya di kawasan tersebut.
6.2.1. Perkuatan Atraksi Wisata Perkuatan atraksi wisata di Kampung Wisata Batik Kauman harus memenuhi kebutuhan Site dan Event Attraction. Potensi fisik dan kegiatan lokal khas di Kampung Wisata Batik Kauman ditawarkan kepada wisatawan.
112
1.
Perkuatan Kampung Wisata Batik Kauman sebagai Wisata Budaya Dengan memaksimalkan potensi budaya fisik non fisik pada
Kampung terkait dengan sejarah dan bangunan terhadap Kota Surakarta.
a) Heritage Walk Kampung Wisata Batik Kauman Lojen atau jalur sirkulasi papan catur sebagai salah satu potensi wisata, ditambah keberadaan bangunan tradisional yang masih ada pada kawasan dapat menciptakan sebuah atraksi baru yaitu „wisata heritage-religi trail‟ di Kampung Wisata Batik Kauman. Selain itu, potensi budaya di luar kampung juga dapat dimanfaatkan sebagai Jalur penjelajahan situs-situs budaya. Membuat jalur penjelajahan dengan rute : Kampung Wisata
Batik
Kauman
→
Masjid
Agung
→
Mangkunegaran → kampung Wisata Batik Laweyan → Sriwedari → Keraton Kasunanan Surakarta → kembali ke Kampung Wisata Batik Kauman.
Gambar 6.2 Arahan Jalur Wisata Budaya kampung Kauman terhadap Kota Surakarta
Selain ke situs-situs bersejarah di luar kampung, penjelajahan
dengan
membuat
Heritage
Trail
melihat
113
bangunan kuno di Kampung Wisata Batik Kauman sekaligus menikmati petualangan melewati lojen-lojen.
Gambar 6.3 Arahan Jalur Wisata Budaya di Dalam Kampung
b) Kampung Wisata Batik Kauman sebagai “Kampung Galery” Ketrampilan membatik (Batik Performing Art) yang dimiliki penduduk dapat dimanfaatkan untuk ditampilkan kepada wisatawan. Atraksi yang biasanya berada di dalam bangunan dan tidak banyak diketahui oleh pengunjung dibuat di tempat yang mudah terlihat, seperti showroom. Atraksi ini dapat disaksikan secara langsung oleh pengunjung ketika masuk ke kawasan. Pengunjung juga dapat langsung mencoba kegiatan ini sebagai bagian dari konsep perencanaan yang “something to see” dan “something to do” bagi para wisatawan. Penataan bangunan dengan arahan “active building form” memperkuat ruang terbuka publik. Fasad bangunan toko
114
dengan desain kaca agar memudahkan pengunjung untuk melihat-lihat apa saja yang ditawarkan.
Gambar 6.4 Arahan active building form fasad bangunan toko
Gambar 6.5 Arahan Jalur Wisata Kampung Galery di Dalam Kampung Wisata Batik Kauman
Seperti halnya Heritage trail, wisata Kampung galeri juga menawarkan rute melewati toko-toko batik hingga menuju ke Pasar Gede, Kampung Wisata Batik Laweyan dan Potensi komplementer di sekitar Kampung Wisata Batik Kauman.
115
Membuat jalur penjelajahan dengan rute : Kampung Wisata Batik Kauman → Pasar Klewer → kampung Wisata Batik Laweyan → Pasar Triwindu (Ngarsopuro) → Pasar Gede → kembali ke Kampung Wisata Batik Kauman.
Gambar 6.6 Arahan Jalur Wisata Belanja kampung Kauman terhadap Kota Surakarta
2.
Perkuatan Masjid sebagai Landmark Kawasan Masjid Agung merupakan pusat orientasi kawasan. Dari sisi
sejarah serta bangunan yang masih tradisional, perkuatan Masjid Agung sebagai bagian yang penting bagi Kampung Wisata Batik Kauman sangat diperlukan, agar sejarah tidak terputus. Perlatakkan Gapura yang tepat dan menjadikan Jalan Hasyim Asy‟ari sebagai Main Entrance kawasan untuk memperkuat Masjid Agung sebagai landmark utama kawasan. Perkuatan landmark sangat penting, selain memudahkan pencapaian ke kawasan juga dapat mempetkuat image/ citra Kampung Wisata Batik Kauman. Main entrance sebaiknya berada di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi atau di sisi utara kawasan. Bagian jalan ini masih memiliki jalan yang lebar dan memiliki city walk. Main Entrance berada pada tepi Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr. Radjiman.
116
Side Entrance berada pada tepi Jalan Yos Sudarso, Jalan Kalimosodo dan Jalan Masjid Agung sebagai penghubung kawasan Kampung dengan wilayah sekitarnya. Meletakkan Gapura pada titik yang memudahkan pencapaian ke kawasan oleh pengunjung.
Mempertahankan desain gapura
yang telah ada merupakan salah satu bagian dari mempertahankan karakter kawasan.
Gambar 6.7 Arahan Main Entrance dan Gapura Kawasan
3.
Aktivitas Budaya Masyarakat sebagai Atraksi Wisata Atraksi kegiatan membatik merupakan potensi terkuat yang
dimiliki Kampung Wisata Batik Kauman sebagai bagian dari Something to do
bagi wisatawan .
Bagaimana membuat
wisatawan betah tinggal berlama-lama di Kampung Wisata batik Kauman merupakan tantangan yang dimiliki Kampung Wisata Batik Kauman. Lokasi dimana terdapatnya toko dengan atraksi membatiknya cenderung berada di tengah kawasan, tepat pada penempatan gapura. Oleh karena itu, diperlukan magnet-magnet
117
baru di beberapa titik kawasan sebagai perkuatan sekaligus penyebar atraksi (tidak mengumpul di tengah). Konsep active building form pada toko batik selain menawarkan batik yang telah jadi, akan lebih menarik apabila proses pembuatannya juga terlihat oleh wisatawan yang melintas. Proses penggambaran batik dengan menggunakan malam dapat dilakukan pada sisi depan toko dan menjadi tontonan bagi pengunjung.
Gambar 6.8 Arahan Magnet Baru di Kampung Wisata Batik Kauman
4.
Penataan Tata Massa Bangunan Mempertahankan ornamen-ornamen asli khas Kampung
Wisata Batik Kauman. Membuat design guidelines bagi kawasan. Fasad bangunan dirancang dengan konsep kaca dengan bentuk yang tetap mengikuti bentuk asal bangunan tradisional agar menghadirkan kontekstualitas dengan bentukan material yang bisa memperkuat bangunan lama, sehingga karakter kawasan dapat terjaga. Karakter khas ini dapat menjadi souvenir dari masa tertentu yang unik bagi pengunjung.
118
Penataan tata massa bangunan bangunan-bangunan
baru
yang
sebagai pengendalian muncul
agar
tidak
menenggelamkan atau mereduksi nilai, kualitas serta identitas bangunan-bangunan yang telah menjadi komponen penting bagi sejarah Kampung Wisata Batik Kauman. Mengembangkan massa bangunan berskala manusia dengan mengatur tinggi dan setback bangunan. Deretan komersial retail diatur dengan mempertahankan sempadan yang telah diatur. Tinggi bangunan memperhatikan skala manusia, terutama pada bagian dalam kawasan Kampung Wisata Batik Kauman. 6.2.2. Penataan Sarana Pendukung Wisata 1.
Sirkulasi dan Ruang Terbuka di dalam Kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Mempertahankan
dan
mengembangkan
jalur
kendaraan
tradisional/ lokal non motor seperti andong dan becak dengan memantapkan jalur lambat di sisi utara Jalan Slamet Riyadi dan beberapa ruas jalan di sekitar kawasan. Mempertahankan keberadan Trans-Solo dan kereta Jaladara sebagai transportasi umum masal sebagai fasilitas transportasi menuju ke kawasan.
Gambar 6.9 Konsep Sistem Pergerakan
119
Memisahkan antara jalur pejalan kaki dengan kendaraan bermotor.
Di
dalam
kawasan,
moda
transportasi
yang
diperbolehkan adalah non motorize, seperti becak dan sepeda.
Pada Jalur Utama kawasan, seperti Jalan Hasyim Asy‟ari, Jalan Masjid Agung dan Jalan Trisula dapat dilalui oleh kendaraan tradisional dan pejalan kaki.
Untuk ruang jalan lainnya hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki. Masyarakat kendaraan
Lokal dengan
Kauman
boleh
aturan-aturan
menggunakan
tertentu.
Seperti,
terbatas pada kendaraan roda 2, dan dilarang melewati rute wisatawan.
Gambar 6.10 Arahan Jalur Sirkulasi
Setiap Jalur pedestrian di desain harus ada pemisahan antar pengguna jalan. Desain jalur pedestrian yang dipisahkan oleh jalur hijau yang ditanami vegetasi pengarah. Jalur pedestrian dibuat berimpit dengan bangunan
agar
mempermudah
pengunjung
untuk
melihat-lihat.
120
Gambar 6.11 Arahan Jalur Pedestrian pada Sirkulasi Utama Kawasan
Untuk jalur sirkulasi yang dikhususkan bagi pejalan kaki, arahan penataan sebagai berikut.
Gambar 6.12 Arahan Jalur Pedestrian pada Sirkulasi khusus pejalan kaki
Tidak adanya open space atau ruang terbuka publik menjadikan jalur pedestrian didesain sebagai salah satu ruang terbuka yang dapat digunakan bagi pengguna beraktivitas. Penciptaan nodes sebagai ruang terbuka publik juga dapat menciptakan ruang bagi sarana beraktivitas bagi pengunjung dan masyarakat sekaligus menjadi orientasi pada kawasan sekaligus dapat menciptakan magnet baru pada kawasan.
121
Gambar 6.13 Arahan letak nodes kawasan
Nodes ini juga sebagai tempat perpindahan moda, baik dari kendaraan umum ke tradisional maupuan dari tradisional ke pejalan kaki.
2.
Parkir Konsep kawasan yang dirubah menjadi jalur pedestrian
mewajibkan penyediaaan kantong-kantong parkir. Kantong parkir ada pada sisi timur kawasan, yaitu di depan Masjid Agung dan Pasar Cenderamata. Parkir On Street terdapat pada jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr. Radjiman dan Jalan Yos Sudarso.
122
Gambar 6.14 Arahan parkir dan sirkulasi kawasan
3.
Amenitas Kawasan Membuat nyaman pengunjung yang datang dengan mendesain
jalur pedestrian. Atractive street, menata koridor jalan menjadi bentkan yang atraktif melalui desain pola material jalan yang bervariasi serta penunjang art performing, space dan fasilitas hiburan. Signage sebagai faktor kemudahan dan kenyamanan (keteduhan,
kantong
istirahat
dan
pedagang
kaki
lima).
Penambahan elemen vegetasi sebagai pendukung kenyamanan. Bangunan Amenities yang ada sampai saat ini berupa Homestay.
Potensi
pedagang kaki
lima
yang ada dapat
dimanfaatkan menjadi kulinary area dengan dilakukan penataan.
123
Selain itu, diperlukan beberapa tambahan fungsi amenities untuk mendukung fungsi kawasan wisata, seperti toilet umum. Penataan zonasi bangunan penunjang wisata, antara PKL, Homestay, Resto dan fasilitas lainnya terhadap bangunan hunian dan non hunian komersial lainnya agar menciptakan keteraturan tatanan massa bangunan
Menambah
fasilitas
berupa
Pusat
Informasi
Wisata
(Tourism Information Center) Sangat diperlukan oleh pengunjung agar dapat dengan mudah mengetahui apa yang dibutuhkan dan tempat mana yang akan dituju.
Fasilitas Pelayanan Wisata
- Menyediakan layanan bagi pengunjung seperti persewaan sepeda dan layanan pemandu wisata. Pemandu Wisata ini harus orang yang benar-benar mengerti tentang sejarah Kampung Wisata Batik Kauman. Tugasnya adalah memberikan penjelasan kepada wisatawan tentang sejarah dan segala yang berhubungan dengan kampung Wisata
Batik
Kauman.
Pengunjung
dipersilahkan
melakukan penjelajahan terhadap situs-situs bersejarah. Penjelajahan situs ini tidak hanya di Kampung Kauman tetapi juga pada kawasan bersejarah lainnya, seperti Keraton Surakarta hingga Pasar Gede.
4.
Penataan Street Furniture Kawasan Desain street furniture yang ada seperti bangku taman dan
lampu yang sudah dengan karakter khas Kauman dipertahankan. Penataan hanya pada perletakkannya saja. Jalur pedestrian dilengkapi dengan street furniture
Kursi ditempatkan pada titik lelah orang berjalan pada posisi yang teduh sehingga orang dengan nyaman
124
beristirahat. Lebih diutamakan pada bangunan yang memiliki setback dan pada nodes kawasan.
Lampu ditempatkan dengan jarak tertentu sebagai penerangan kawasan. Begitu juga dengan peta kawasan Kampung Wisata Batik Kauman, ditempatkan pada nodes dan pada sisi dalam dari pintu gerbang.
125