BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Ringkasan Temuan Pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City tidak bersifat sektoral, namun lebih kepada pendekatan secara holistik, dari berbagai subsistem kota yang dikembangkan secara bersama-sama sehingga terkesan lambat. Beberapa kota lain mengembangkan Smart City dengan berfokus pada dimensi tertentu, misalnya lingkungan, dengan pengurangan polusi dan manajemen energi dengan menggunakan teknologi tinggi, namun di Surabaya tidak demikian. Surabaya telah melakukan pembangunan-pembangunan kota dengan didasarkan pada prioritas masalah, kebutuhan masyarakat dan keinginan meberikan pelayanan publik yang lebih baik yang kemudian membawa Surabaya menuju Smart City. Pembangunan kota Surabaya menuju Smart City berangkat dari pembenahan kinerja pemerintah dengan bantuan teknologi sebagai alat untuk membuat kinerja pemerintah menjadi lebih baik dan efisien. Kota Surabaya menyadari bahwa untuk menciptakan kota yang cerdas, pemerintah sebagai pelaksana dan motor penggerak pembangunan dan pengelolaan kota harus cerdas terlebih dahulu. Sistem-sistem yang ada dalam pemerintah harus dibenahi hingga dapat melakukan tugasnya dengan baik. Dengan sistem dalam pemerintahan yang berfungsi dengan baik, maka pelayanan publik sebagai tugas pemerintah juga akan bekerja secara optimal. Pendekatan sosial merupakan pondasi awal yang penting untuk membangun kota menuju Smart City. Melihat kondisi Surabaya yang saat itu memiliki masalah rendahnya kepercayaan masyarakat, pendekatan sosial menjadi kunci penting dalam pembangunan. Banyak program-program pembangunan yang memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat agar berjalan dengan baik, sehingga kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat harus dibina dengan baik. dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang tinggi, maka kerjasama
174
tersebut bisa terlaksana dengan baik yang berimpak pada suksesnya programprogram pembangunan kota. Adanya best practice Smart City di negara maupun kota lain pada akhirnya membuat Surabaya ingin melakukan hal yang sama. Hal ini terkait dengan penggunaan sensor-sensor berteknologi tinggi dalam aktifitas di dalam kota. Adaptasi dari best practice tersebut dilakukan Surabaya pada perencanaan sistem transportasi cerdasnya dan early warning system untuk penanggulangan bencana. Adaptasi ini dilakukan setelah melihat kondisi Surabaya yang sudah lebih siap membangun kota dengan teknologi.
6.2 Kontribusi Teoritik Proses pembangunan sebuah kota (dengan kondisi mirip Surabaya) memiliki fase-fase awal pembangunan untuk menuju Smart City yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6.1 Fase-fase Pembangunan Kota Menuju Smart City Sumber: Analisis (2013) Fase pertama,pembenahan internal pemerintah, merupakan fase dimana fokusnya adalah pembenahan kinerja pemerintah dan pembangunan infrastruktur teknologi sebagai modal dan alat untuk meningkatkan kinerja pemerintah. Dalam fase pertama penggunaan teknologi dominan dalam internal pemerintah. Fase kedua, penguatan modal sosial, fokusnya adalah untuk pendekatan sosial untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan menyiapkan masyarakat untuk
175
melek teknologi. Dalam fase kedua ini program-program pembangunan juga difokuskan untuk penanganan masalah prioritas. Fase ketiga yaitu fase pengembangan layanan eksternal pemenrintah, adalah fase yang berfokus pada penggunaan teknologi dalam pengembangan pelayanan publik. Berbagai pelayanan publik dikembangkan dengan pemanfaatan teknologi di dalamnya, setelah masyarakat mendapat edukasi teknologi sehingga menghindari urban splintering. Fase keempat, fase pengembangan layanan kota berbasis teknologi tinggi, merupakan fase dimana fokusnya adalah pengembangan sistem-sistem dengan teknologi yang lebih tinggi dengan melihat best practice di kota atau negara lain yang juga telah mengembangkan konsep Smart City. Pondasi awal suatu kota (dengan kondisi mirip Surabaya) untuk menuju Smart City ada tiga hal, yaitu pembangunan infrastruktur teknologi, pembenahan sistem kinerja dalam pemerintah, dan pendekatan sosial masyarakat. Ketiga program tersebut yang akan mendasari program-program pilar pembangunan selanjutnya. Program-program pilar yang dilakukan oleh Surabaya dalam proses menuju Smart City ini dimulai dari program-program lingkungan, mengingat prioritas permasalahannya. Selain dari prioritas permasalahan, pembangunan pondasi dengan tahapan demikian juga didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan kemudahan pemanfaatan teknologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembangunan kota menuju Smart City dapat dibedakan menjadi dua klasifikasi, yaitu faktor dari internal pemerintah, dan faktor dari luar pemerintah (eksternal). Faktor yang berasal dari internal pemerintah antara lain faktor leadership, program-program yang berkelanjutan, sumberdaya pegawai pemerintah, pendekatan sosial, dan anggaran biaya. Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal pemerintah yaitu faktor prioritas permasalahan kota, partisipasi aktif masyarakat, dan kolaborasi berbagai pihak.
176
6.3 Implikasi Kebijakan Sebagai masukan dalam pembangunan suatu kota menuju Smart City, dirumuskan beberapa saran berikut: 1. Dalam melaksanakan pembangunan, kinerja pemerintah harus diperbaiki dahulu, karena pemerintah adalah motor pembangunan. Tanpa pemerintah yang bekerja dengan baik, program-program pembangunan yang direncanakan maupun dilaksanakan juga akan menjadi tidak optimal. 2. Pengembangan Smart City tidak bisa dimulai dengan teknologi canggih tanpa pendekatan sosial, harus disertai dengan pendekatan sosial. Apabila pengembangan Smart City tidak disertai dengan pendekatan sosial untuk menyiapkan masyarakat yang melek teknologi dan hanya berfokus pada pengembangan teknologi tinggi, maka yang terjadi adalah urban splintering, teknologi hanya sia-sia, dan bahkan malah menyusahkan masyarakat yang buta teknologi. 3. Bagi masyarakat, perlu menumbuhkan kemauan belajar yang tinggi sebagai modal untuk memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Kemajuan teknologi terus berlangsung mau tidak mau menuntut penggunaan teknologi dalam segala lini, tidak terkecuali pembangunan kota. Oleh karena itu, sebagai sasaran pembangunan dan pihak yang turut menyukseskan program-program pembangunan kota, masyarakat juga perlu melek teknologi, sehingga dapat memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut dengan baik.
6.4 Rekomendasi Penelitian Lebih Lanjut Peluang pengembangan riset-riset mengenai Smart City ini masih luas untuk dilakukan, mengingat bahwa konsep ini memang sedang terus berkembang. Penulis merekomendasikan untuk dilakukannya penelitian lanjutan dari penelitian yang penulis lakukan ini, karena penelitian ini masih merupakan tahapan awal yang dilakukan Surabaya menuju Smart City. Masih ada proses-proses lanjutan
177
dari pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City hingga nanti pada akhirnya Surabaya bisa mencapai apa yang disebut Smart City. Penelitian yang dilakukan penulis ini juga masih merupakan gambaran umum sehingga memang pembahasannya tidak terlalu mendalam. Penulis merekomendasikan untuk dilakukan penelitian-penelitian yang lebih mendalam terkait bagian-bagian yang lebih kecil dari hasil penelitian ini, misalnya dalam bagian transportasi cerdas, atau pada sistem penanggulangan bencana, maupun pada bagian-bagian lain yang lebih kecil di dalamnya. Penelitian yang penulis lakukan ini yang menjadi payung dari penelitian-penelitian yang lebih mendalam tersebut. Penulis juga menyarankan adanya pengujian dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan peneliti ini dengan kasus-kasus di kota lain sehingga bisa dilihat apakah proses yang terjadi memang akan selalu berpola semacam itu atau tidak. Dengan begitu, hasil yang penulis dapatkan ini telah teruji sehingga dapat direplikasi pada kasus-kasus yang sejenis. Selain itu, perlu ada penelitian-penelitian dari berbagai bidang ilmu karena pengembangan Smart City ini masih baru dan memiliki peluang untuk dikembangkan dari berbagai bidang ilmu. Apa yang penulis teliti ini masih merupakan suatu konsep besar dari proses pengembangan konsep Smart City dari kacamata pembangunan kota, namun pada lingkup yang lebih kecil, pembangunan kota ini memiliki detail-detail kecil yang bisa dianalisis dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contohnya, dalam sistem kinerja pemerintah, penggunaan teknologi GRMS sebenarnya bisa dikaji lagi dari segi ilmu pemerintahan, bagaimana penggunaan teknologi bisa membuat kinerja pemerintah menjadi lebih efektif dan efisien.
178