BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.KESIMPULAN 6.1.1. Arsitektur Metabolisme Jepang Kenzo Tange mengungkapkan bahwa konsep Metabolisme adalah Linear City dan Jaringan Tiga Dimensi. Kiyonori Kikutake mendefinisikan menjadi empat konsep yaitu Artificial Land, Megastructure, Kota Laut dan Traditional ini Modern Form. Kurokawa sebagai tokoh termuda mengungkapkan 2 konsep; Simbiosis dan Connector. Fumihiko Maki menawarkan konsep anti Metabolis; group form dan Arsitektur Penghubung/connector, sedangkan Arata Isozaki mendefinisikan metabolisme sebagai suatu “Proses” yang menggambarkan siklus kehidupan yang berakhir pada “kehancuran”. Karakteristik dan ciri-ciri yang menggambarkan Arsitektur Metabolisme Jepang terbagi menjadi dua konsep struktur yaitu struktur tunggal skala super (megastructure) dan bentuk kelompok (group form). Dalam Metabolisme keseluruhan skema dan karya-karya metabolisme dibangun pada lahan yang sempit dan berada di daerah yang padat penduduk. Dalam Metabolisme Jepang terdapat ruang “komunal” untuk berbagi fasilitas umum. Arsitektur Metabolisme Jepang dapat melakukan proses “pertumbuhan” dan “perubahan” baik secara organic maupun linear (horizontal maupun vertikal). Prinsip-prinsip Metabolisme yang sering digunakan dalam karya Arsitektur Metabolisme Jepang adalah core, pilotis, void, geometric form, plug-in, joint core system, teknologi prefabrikasi, en-space, geometric fractal (bentuk bebas/ambigu),
modular,
kapsul/movenett,
duplikasi
dan
space
frame.
Keseluruhan prinsip ini dapat ditemui pada karya-karya para Metabolis yang terbangun maupun tidak terbangun. Arsitektur Metabolisme Jepang muncul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari Pemikiran-pemikiran arsitek modern
304
yaitu Le Corbusier, Louis I Kahn, Konrad Wachsmann, Bertrand Goldberg, Aldo van Eyck dan Bernard Rudofsky. Selain tokoh-tokoh arsitektur modern faktor yang mempengaruhi juga berasal dari aliran-aliran arsitektur modern Barat yang menyerupai dan memiliki konsep yang hampir sama dengan Arsitektur Metabolisme Jepang yaitu Futurist, Constructivist, Socialist and Soviet City Planning, Archigram, Arsitektur abad pertengahan di Eropa dan Rasionalist. Kritik terhadap arsitektur modern juga menambah perbendaharaan faktor yang mempengaruhi munculnya Arsitektur Metabolisme Jepang yaitu dualisme berdasarkan
fungsi
(dualism
based
by
function),
universalisme
yang
dikembangkan oleh industrilisasi (universalism through industrilization), aturan oleh hirarki (Order by Hierarchy), dan materialisme (materialism). Faktor selanjutnya adalah perjalanan yang dilakukan oleh tokoh Metabolis ke luar negeri membuka paradigma mereka tentang bagaimana arsitektur dan kota yang cocok untuk masyarakat yang kontemporer. Faktor terakhir adalah dari dalam Jepang sendiri yaitu keadaan Jepang yang baru pulih dari Perang Dunia ke II kemudian memiliki masalah-masalah baru yaitu kepadatan jumlah penduduk, keterbatasan lahan, kurangnya sarana infrastruktur, masalah kepemilikan lahan, dan keajaiban perekonomian Jepang yang tumbuh dengan pesat. Kenzo Tange Karya Terbangun : Ciri, karakter, prinsip desain, pemikiran yang berpengaruh dan aliran yang berpengaruh
Karya Tidak Terbangun : Ciri, karakter, prinsip desain, pemikiran yang berpengaruh dan aliran yang berpengaruh
Manifestasi konsep dan teori dari para tokoh Metabolis
Kiyonori Kikutake Kisho Kurokawa Fumihiko Maki
Konsep Arsitektur Metabolisme dari Karya-karya kelima tokoh Arsitek Metabolisme Jepang
Arata Isozaki
ARSITEKTUR METABOLISME JEPANG
Faktor Pengaruh Munculnya Ars. MetabolisME Jepang Arsitektur “Metabolisme” Barat Bagan 6.1 Arsitektur Metabolisme Jepang Sumber: Analisa Penulis, 2014
305
Arsitektur Metabolisme Jepang
digambarkan sebagai Proses dari
hubungan sistem-sistem “Konektor”. Sistem “Konektor” berfungsi sebagai pembentuk dan penghubung antara 2 atau lebih elemen yang berbeda karakteristik, mengaburkan sifat-sifat elemen tersebut dan
berada di antara
elemen-elemen itu kemudian dengan sendirinya menciptakan hubungan simbiosis. Sistem “Konektor” dalam proses “hubungan” Metabolisme berada pada batas antara individu dengan kelompok, yang dapat menghubungkan antara Negara dan kota. “Konektor” juga berperan sebagai enzim yang mengakatalisasi pertumbuhan arsitektur dan kota. Adanya Penghubung, elemen yang dihubungkan, dan proses keterhubungan inilah kemudian menjadi proses Metabolisme dalam Arsitektur Metabolisme Jepang.
Bagan 6.2 Arsitektur Metabolisme Jepang sebagai Proses Hubungan dari Sistem “Koektor” Sumber: Analisa Penulis, 2014
Proses
hubungan
dari
Sistem
“Konektor”
menggambarkan
dan
mendefinisikan pengertian Metabolisme yang dibangun oleh masing-masing tokoh gerakan Metabolis melalui teori-teori Metabolisme dan karya-karya Metabolisme mereka baik yang terbangun maupun yang tidak terbangun. Elemen-elemen yang dihubungkan pada sistem “Konektor” berfungsi sebagai penghubung dan pertukaran sistem informasi. Sebagai sistem “Konektor” arsitektur ini mengadopsi bentuk-bentuk serta proses pertumbuhan makhluk hidup, DNA serta jaringan saraf. Material yang digunakan sebagian menggunakan
306
beton bertulang, baja dan material prefabrikasi. Terdapat elemen-elemen yang dapat dipertukarkan, berduplikasi dan dapat diganti secara periodic, serta memiliki elemen yang bebas dari struktur yang dikaitkan pada core.
6.1.2. Lesson Learned Prinsip yang mendasari "keutuhan" membangun apresiasi bagaimana pentingnya memahami hubungan timbal balik suatu proses dalam membuat kota bagi kehidupan urban. Pertanyaan mengenai bagaimana mempromosikan urbanisme yang terpadu dalam menanggulangi tantangan secara luas dan dapat dipertahankan di lapangan, membuat tokoh urbanisme modern seperti Rogers, Arup, Krier dan para pengikut Amerika New Urbanism memahami prinsip ini. Berkembangnya peran teknologi dalam mempromosikan kota yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat mendorong batas-batas arsitektur yang tidak dapat dihindari bagaimanapun juga. Pelajaran dari para Metabolis bukan hanya pendekatannya terhadap perubahan, adaptasi dan ketidakpastian, tetapi juga holistik dan peran teknologi dalam pembangunan kota. Hal yang mungkin dan
paling penting adalah
keengganan (mereka) untuk berpisah dari visi utopia yang dapat dipinjam oleh siapapun arsitek selanjutnya. Bentuk keengganan ini adalah perekat dari “orkestra” ruang dan waktu (atau lingkungan dan waktu) dalam menanggapi keinginan jiwa manusia dan penafsiran tentang masa lalu. Arsitektur Metabolisme Jepang dihadapkan dengan masalah kontemporer yang baru dan menanggapi kebutuhan untuk mobilisasi perkotaan dan menemukan cara baru untuk ide-ide perkotaan. Dalam perkembangannya prinsip-prinsip dalam Metabolisme seperti adaptasi, perubahan, hubungan, transformasi, mutasi dan lain-lain menciptakan pemikiran
baru
dalam
arsitektur
misalnya:
flexible
architecture
yang
dikembangkan oleh Kroenboerg dan Archology yang merupakan kepanjangan dari “architecture” dan “technology” oleh Paolo Soleri.
307
6.2.SARAN Karena keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian Arsitektur Metabolisme Jepang ini disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang bagaimana Perkembangan Arsitektur Metabolisme hingga kini, dan melakukan pendalaman penelitian terhadap masingmasing tokoh arsitektur Metabolisme, serta tipologi bangunan dengan karya dan konsep metabolisme.
308