125
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
terkait dengan pengelolaan sumber daya air bersih Batang Tabik dapat berlangsung dengan harmonis dan diterima dengan baik oleh para pemangku kepentingan sebagai berikut: 1. Pengelolaan dapat berjalan dengan harmonis karena adanya kesamaan pandangan sebagai dasar pengelolaan yaitu Sakato (sekata/satu kata) dalam berpartisipasi dan bersepakat untuk kerjasama yang saling menghormati dan memahami serta saling menguntungkan yang dibentuk oleh nilai-nilai Raso jo Pareso dan Prinsip Siliah Jariah. 2. Sakato sebagai bentuk kesamaan pandangan dalam masyarakat Nagari Sungai Kamuyang untuk bersepakat dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan sumber daya air Batang Tabik dengan konsep Siliah Jariah sebagai prinsip-prinsip pengusahaan yang saling menguntungkan serta nilai-nilai Raso jo Pareso dalam pemanfaatan yang saling menghormati dan memahami antara pemangku kepentingan untuk pemanfaatan bagi PDAM, irigasi dan kolam pemandian. 3. Konsep Siliah Jariah dalam pengusahaan potensi sumber daya air dilaksanakan bukan hanya sebagai ganti rugi saja, tetapi dikembangkan
126
dengan prinsip-prinsip bagi hasil, sewa dan kerjasama yang saling menguntungkan. Bukanlah dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan semata, tetapi lebih besar dari itu yaitu memberikan pembelajaran dan pemberdayaan
kepada
pemuda
pemudi
dalam
berorganisasi
dan
berwirausaha serta tetap menjaga kekayaan nagari (tidak berpindah kepemilikan) untuk diwariskan pada generasi selanjutnya. Adapun nilainilai yang mendukung harmonisnya pengelolaan adalah pembagian tugas, kepemilikan dan pengelola yang jelas, kesepakatan, perjanjian, pembaruan kesepakatan (renegosiasi), komitmen, kompensasi dan
tranparansi,
pemerataan, pemberdayaan pemuda dan pengurangan pengangguran. 4. Raso jo Pareso merupakan nilai-nilai yang menjadi perekat dan mengikat erat persaudaraan masyarakat untuk saling menghirmati dan saling memahami. Pemanfaatan sumber daya air dapat berjalan dengan harmonis karena adanya nilai-nilai yang melandasi dan menguatkan terlaksananya konsep Siliah Jariah seperti kerjasama yang berlandaskan kepercayaan dan kejujuran, tenggang rasa, solidaritas, persaudaraan, menumbuhkan rasa
memiliki,
memanfaatkan
dengan
sebaik-baiknya
dan
untuk
kepentingan bersama 5. Siliah Jariah dan Raso jo Pareso sebagai salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat khususnya di Nagari Sungai Kamuyang dalam pengelolaan sumber daya air bersih Batang Tabik memiliki manfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan sehingga prinsip pengelolaan tersebut dapat berlanjut hingga sekarang.
127
6. Sumber daya air bersih sebagai salah satu potensi ekonomi masyarakat tidak sepenuhnya dalam pengusahaannya bertujuan ekonomis seperti pengelolaan PDAM dan kolam pemandian dengan prinsip Siliah Jariah. pengelolaan irigasi dilaksanakan sebagai perwujudan nilai-nilai sosial dalam bentuk Raso jo Pareso. 7. Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, masyarakat Minangkabau tidak mengenal adanya kepemilikan pribadi atas harta pusako dan pemindahan hak (jual beli), tetapi dibolehkan pengusahaannya oleh orang lain/investor. Sumber air bersih Batang Tabik dengan kepemilikan bersama (common property), tetapi dengan ditunjuknya Pemerintah Nagari sebagai pihak yang mengatur pengelolaannya (restricted common property) tidak akan mungkin setiap orang bisa memanfaatkan dan mengambil dengan seenaknya saja. Kemungkinan terjadinya bencana bersama karena eksploitasi sumber daya yang berlebihan (tragedy of the common) akan dapat terhindari karena adanya aturan yang mengatur pengelolaan dan pemanfaatannya yaitu Peraturan Nagari.
6.2
Saran Beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengelolaan
sumber daya air dan tantangan pengelolaan kedepan adalah : 1. Perkembangan teknologi dan informasi, jumlah penduduk, ekonomi dan sumberdaya manusia tentunya akan memberikan tekanan terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air bersih Batang Tabik
128
kedepan. Tekanan tersebut bisa dalam bentuk hubungan antar lembaga pengelola, kearifan lokal, konservasi dan alih fungsi lahan serta alokasi dan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya air. Untuk itu prinsip Siliah Jariah dan nilai-nilai Raso jo Pareso sebagai kearifan lokal masyarakat yang telah diwariskan secara turun temurun, perlu hendaknya dipelihara dan dipupuk untuk keberlanjutan pembangunan dan kelestarian budaya lokal untuk masa depan yang lebih baik. 2. Kearifan lokal tersebut dapat dijaga melalui beberapa hal seperti dengan tetap mempertahankan bahasa tutur (lokal) yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal serta memasukan muatan budaya lokal (budaya alam Minangkabau) sebagai mata pelajaran pada tingkat pendidikan dasar, dan kebijakan pemerintah yang berpihak terhadap kearifan lokal masyarakat. 3. Aturan yang dibuat dalam mengatur pengelolaan sumber daya air Batang Tabik tidak hanya untuk pemanfaatan air sebagai kebutuhan air bersih dan irigasi. Seiring dengan perkembangan penduduk, peningkatan konsumsi air bersih dan penurunan kualitas dan kuantitas air bersih diberbagai daerah sehingga kedepannya diperlukan aturan dan kesepakatan untuk pemeliharaan dan perlindungan sumber air seperti aturan tentang alih fungsi dan penggunaan lahan disekitar sumber air, konservasi serta efisiensi
pemanfaatannya.
Semua
itu
bertujuan
untuk
menjaga
keberlanjutan sumber daya, ekonomi dan kelestarian lingkungannya. 4. Pemerintah
dalam
merencanakan
dan
pengambilan melaksanakan
kebijakan
dan
pembangunan
keputusan agar
dalam
melibatkan
129
masyarakat serta mengakomodir kearifan lokal masyarakat sehingga pembangunan dapat lebih baik dan nilai-nilai budaya lokal tetap lestari. Karena prospek kearifan lokal dimasa depan akan dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintah yang berhubungan langsung dengan pengelolaan pembangunannya. 5. Penelitian ini terbatas dalam hal menemukan prinsip dan nilai-nilai budaya lokal dalam pengelolaan sumber daya air. Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan tentang bagaimana peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan serta relevansi konsep pengelolaan kedepannya.