50
BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat, baik yang dibentuk oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak-pihak tertentu yang mempunyai kepedulian. PNPM Mandiri Perkotaan juga menggunakan pendekatan kelompok sehingga terbentuklah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi pemberdayaan anggota-anggotanya. Selama pelaksanaan kegiatan PNPM, telah terbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat di Kelurahan Situ Gede berdasarkan tugas dan kewajibannya. Kelompok tersebut antara lain adalah KSM di bidang sosial, KSM bidang ekonomi serta KSM bidang lingkungan atau sarana fisik. KSM bidang sosial dan lingkungan saat ini masih tumbuh dan berkembang. Namun tidak demikian dengan KSM bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena dana bergulir yang macet, yang mengakibatkan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi tersebut dihentikan. Seperti halnya KSM lainnya, KSM Rubah yang menangani bidang lingkungan atau sarana fisik pun memiliki kepengurusan. Kepengurusan ini bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dalam satu tahapan pencairan dana. Dimulai dari kegiatan perencanaan sampai monitoring dan evaluasinya. Pasca tahapan pencairan dana, KSM Rubah bertanggung jawab dalam hal operasi dan pemeliharaan renovasi RTLH tersebut hingga mencapai umur pakai lima tahun. Setelah itu, pada tahapan pencairan dana berikutnya akan dibentuk KSM Rubah yang baru, dengan spesifikasi tugas dan kewajiban yang sama dengan sebelumnya. Kepengurusan KSM Rubah dibentuk oleh BKM, melalui Unit Pengelola Lingkungan (UPL). Warga masyarakat yang ingin berpartisipasi kemudian mendaftarkan dirinya sebagai anggota KSM. Kepengurusan KSM umumnya terdiri dari 10-15 anggota dan masing-masing memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MR sebagai berikut:
51
“….KSM punya kepengurusan. Ada pengurus inti yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Terus juga ada tim monitoring dan evaluasi partisipatif, tim pelaksana, dan tim operasi dan pemeliharaan. Biasanya sih jumlah anggotanya antara 10-15 orang”.
Tugas dan kewajiban masing-masing anggota dibedakan berdasarkan posisi mereka dalam struktur organisasi KSM. Pengurus terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara bertanggung jawab terhadap setiap tahapan program. Dimulai dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, monitoring, dan evaluasi. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengurus KSM, Pak EL sebagai berikut: “….tanggung jawab pengurus inti dimulai dari tahapan perencanaan, seperti pembuatan proposal dan survei-survei. Dilanjutkan dengan pelaksanaan program RTLH yang umumnya dikejar dateline, sampe monitoring dan evaluasinya oleh tim relawan dan lainnya.”
Tidak ada persyaratan tertulis untuk ikut tergabung ke dalam komunitas KSM. Anggota KSM cukup memiliki keikhlasan serta tanggung jawab yang besar terhadap pelaksanaan program. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Pak EM sebagai berikut: “….enggak ada tuh persyaratan untuk jadi anggota KSM. Saya dan teman-teman di sini cuma mau bantu-bantu aja. Kita ikhlas bisa bantuin masyarakat. Seperti ada kepuasan tersendiri aja mba.”
Salah satu kegiatan penting dari seluruh proses PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya pada pendekatan pelaksanaan kegiatan lingkungan adalah kegiatan pemanfaat dan pemeliharaan (atau operasi dan pemeliharaan, disingkat O dan P). Kegiatan ini dilakukan melalui inisiatif dan kesadaran masyarakat oleh KSM atau pengelola O dan P sebagai penggerak utama. Bila prasarana yang dibangun tidak memberikan manfaat jangka panjang akibat lemahnya pengelolaan, akan berakibat pada tidak tercapainya harapan masyarakat dan tujuan program. Sadar akan kondisi tersebut, maka pembangunan PNPM Mandiri Perkotaan dengan entry poin pemberdayaan masyarakat mengupayakan langkah antisipasi melalui pengembangan dan penguatan peran serta masyarakat. Langkah tersebut mulai dari tahapan perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis pelaksanaan, dan memutuskan sendiri prasarana yang akan dibangun. Selanjutnya pada tahapan pelaksanaan,
52
masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasi kegiatan pembangunan prasarananya. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EL sebagai berikut: “….setiap KSM tau masalah yang dihadapi, jadi harus tau juga solusinya gimana. Mulai dari perencanaan sampai evaluasi kegiatan, kita menghadapi berbagai kendala. Tapi kita sih anggapnya udah lumrah aja. Udah biasa…”
Setiap organisasi apapun nama dan bentuknya selalu ada aturan. Begitu juga O dan P, harus ada aturan organisasi. Peraturan ini memuat pengaturan tentang hal-hal yang mendasar atau yang pokok-pokok bagi organisasi, termasuk hubungannya dengan pihak lain diluar organisasi. Beberapa peraturan dasar yang diperlukan, seperti Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga dan Program Kerja maupun kebijakan-kebijakan terkait lainnya seperti adanya iuran atau retribusi bagi pemanfaat, harus dibuat dan disepakati secara bersama-sama oleh anggota KSM atau warga pemanfaat melalui forum Musyawarah Warga Pemanfaat atau forum pengambilan keputusan tertinggi organisasi KSM yang ada9. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MY sebagai berikut: “….KSM punya tata aturan tertulis. Aturan-aturan itu terkait dengan AD atau ART dan program kerja. Terus juga mengatur hak dan kewajiban seluruh anggota KSM.”
Penyusunan ketentuan organisasi sangat dipengaruhi pula oleh kelompok masyarakat pemanfaat prasarana itu sendiri. Setiap desa atau kelurahan dapat mengembangkan peraturan yang jelas sesuai dengan kondisi sosial-budaya, adat istiadat dan lain-lain. Aturan tersebut hendaknya merupakan aturan sederhana yang operasional dan dapat diterapkan serta tidak terlalu teoritis. 6.2 Tahapan Perkembangan Kelompok Swadaya Masyarakat Rubah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rubah merupakan kelompok yang dibentuk untuk pelaksanaan PNPM-MP. KSM Rubah di bentuk pada awal masuknya program ke Kelurahan Situ Gede. KSM Rubah I di bentuk tahun 2008, dan khusus bertanggungjawab terhadap program renovasi RTLH. Sampai tahun 2010 ini, KSM Rubah sudah mencapai KSM Rubah IV dimana pengurus dan anggotanya ada yang merupakan pengurus dan anggota KSM yang lama. 9
Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Modul Khusus Komunitas Unit Pengelola Lingkungan (UPL)
53
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sama halnya seperti kelompok pada umumnya, mengalami tahapan perkembangan dalam setiap proses pemberdayaan. Tahapan perkembangan kelompok ini diawali dari tahap perintisan kelompok, penataan kelompok, pengembangan, dan pemandirian kelompok. 6.2.1 Tahap Perintisan Kelompok Tahapan perkembangan KSM dimulai pada tahap perintisan. Tahap perintisan diawali dengan dibentuknya kelembagaan KSM melalui sosialisasi yang dilakukan oleh aparat kelurahan kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan dengan mengundang masyarakat untuk berkumpul dan memusyawarahkan mengenai PNPM-MP. Tahapan sosialisasi selanjutnya dilakukan dengan memusyawarahkan apakah masyarakat kelurahan menerima atau menolak program. masyarakat harus siap untuk menanggung konsekuensi dari pelaksanaan program apabila program tersebut diterima oleh masyarakat. Kegiatan ini disebut dengan RKM atau Rembuk Kesiapan Masyarakat. Setelah itu dilakukan musyawarah kembali oleh masyarakat untuk menentukan kriteria kemiskinan masyarakat kelurahan. Selain itu juga di bentuk tim relawan yang akan memfasilitasi tahapan selanjutnya, yaitu pemetaan swadaya (PS). Pemetaan swadaya dilakukan untuk mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi oleh masyarakat. Melalui PS ini akan didapatkan hasil mengenai potensi dan upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Setelah PS, kemudian dibentuk BKM untuk memfasilitasi PJM penanggulangan kemiskinan. Penyusunan PJM tersebut merupakan hasil tertulis yang disepakati oleh masyarakat dan merupakan hasil dari pemetaan swadaya. Tahapan selanjutnya setelah PJM yaitu pembentukkan KSM sebagai penggerak utama dalam pelaksanaan program. KSM merupakan anggota masyarakat yang memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk turut berpartisipasi dalam PNPM-MP. Hal tersebut dikarenakan KSM tidak mendapatkan gaji atau upah. Mereka kerja secara sukarela, meskipun pekerjaan mereka cukup berat. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Pak SA,
54
selaku Kepala RW 05 sekaligus koordinator BKM Kelurahan Situ Gede, sebagai berikut: “….masyarakat ikut berpartisipasi sebagai KSM umumnya timbul dari hati nurani. Karena mereka bekerjanya cukup berat, maka dibantu oleh para pimpinan kolektif BKM beserta UP-UP nya. Istilahnya, mereka pegang uang banyak, terus yang mengerjakan pembangunan juga. Kalo BKM kan cuma sebagai transit aja.”
KSM dibentuk setelah adanya penetapan pengurus BKM. Di awal pembentukkannya, warga masyarakat yang berminat untuk ikut tergabung, mendaftarkan dirinya langsung melalui Unit Pengelola (pada struktur BKM). Seperti yang diutarakan Pak UT selaku sekretaris BKM sebagai berikut: “….masyarakat yang berminat dan berniat secara sukarela untuk tergabung ke dalam komunitas KSM mendaftarkan dirinya ke kelurahan melalui Unit Pengelola (UP) di kelurahan.”
Selanjutnya daftar calon-calon anggota KSM akan dirembukkan oleh BKM bersama UP. Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu pengurus KSM Rubah, Pak EL sebagai berikut: “….setelah ada sosialisasi dari pendamping atau fasilitator dan pihak kelurahan. Masyarakat yang ingin mendaftar, langsung datang ke kelurahan menemui UP. Untuk struktur dan pembagian tugasnya ditetapkan oleh BKM dan UP melalui pertemuan yang dihadiri pula oleh KSM.”
Pada tahapan ini, umur kelompok masih sangat muda, bahkan ada yang belum berbentuk kelompok dengan struktur dan pembagian tugas yang jelas. Anggota kelompok belum membangun visi dan misi bersama. Umumnya anggota kelompok sudah saling mengenal satu sama lain. Meskipun terdapat hubungan pertemanan atau pertetanggan, namun mereka mencoba untuk saling mengenal satu sama lain lebih mendalam. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan salah satu pengurus KSM, Pak EL sebagai berikut: “….disini mah kita tetangga semua. Meski awalnya gak terlalu akrab, tapi sekarang mah udah pada kenal semua mba. Pengurus KSM yang disini aja ada yang dari RW 06, RW 09, sama RW 04.”
KSM Rubah di awal perintisannya belum mengetahui spesifikasi tugasnya dengan jelas. Oleh karena itu, peran UP serta pendamping sangat diperlukan, termasuk dalam mendorong kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok. Pada
55
awalnya, terasa sedikit sulit untuk menjaga pola serta rutinitas pertemuan, karena banyak yang beranggapan bahwa Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) merupakan dana atau bantuan operasional yang diperuntukkan bagi pengurus maupun anggota KSM. Namun, setelah ada sosialisasi lebih lanjut, khususnya oleh BKM serta UP, pengurus serta anggota KSM mengerti dan memahami bahwa BLM tersebut diperuntukkan bagi pelaksanaan program. Seiring berjalannya waktu, KSM semakin mengetahui spesifikasi tugasnya. Mereka masih dalam tahapan pembelajaran, terlebih di kelurahan sudah dibentuk Komunitas Belajar Kelurahan (KBK). Akan tetapi, KBK di Kelurahan Situ Gede belum dapat berjalan dengan maksimal. Namun demikian, proses pembelajaran harus tetap berlanjut. Hal ini dapat dilakukan karena kepengurusan KSM Rubah umumnya terdiri dari anggota lama dan beberapa anggota baru. Pola serta rutinitas pertemuan KSM di jaga agar informasi yang diperoleh dari BKM maupun faskel dan relawan dapat sesegera mungkin ditindaklanjuti. KSM Rubah semakin terbiasa dengan rutinitas kegiatan PNPM-MP. Kegiatan yang dimulai dari tahapan perencanaan hingga evaluasi tersebut diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat. Partisipasi perempuan untuk kegiatan infrastruktur atau fisik masih sangat minim, sebab banyaknya pandangan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah sehingga KSM Rubah tidak cocok untuk perempuan, karena kerjanya dianggap berat. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MR sebagai berikut: “…perempuan mah kebanyakan perannya jadi relawan. Kalo KSM, palingan KSM bidang sosial. Soalnya banyak perempuan yang nganggep tugas KSM Rubah itu berat. KSM Rubah kan ikut bantu-bantu renovasi juga. Apalagi kalo udah di kejar waktu.”
6.2.2 Tahap Penataan Kelompok Tahap penataan kelompok memiliki ciri dimana masing-masing anggota menyepakati dan memahami tujuan serta cita-cita kelompok. Selain itu juga ditandai dengan anggota kelompok yang menyusun rencana kegiatan dalam waktu tertentu dan menyusun norma-norma serta nilai-nilai kelompok. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan Pak MY sebagai berikut: “….kita mah terbuka dan bebas aja mba. Disini kita sama-sama punya tujuan untuk membangun kelurahan ini biar maju. Biar masyarakatnya juga sejahtera. Yaa.. mungkin melalui PNPM inilah salah satu caranya.”
56
“….kita saling percaya satu sama lain. Jadi udah gak ada yang namanya saling curiga. Kita punya peraturan yang mengatur hak dan kewajiban KSM secara tertulis.”
Rencana kegiatan disusun untuk membantu anggota KSM dalam pengorganisasian kelompok. Rencana kegiatan tersebut mencakup hal apa saja yang ingin dicapai dalam beberapa waktu kedepan. Sebagai contoh, pada pertengahan tahun akan ada pencairan dana BLM, maka KSM akan mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari pembagian tugas serta tanggung jawab masing-masing sampai dengan masalah teknis seperti pengadaan barang, tenaga kerja, serta kerapian administrasinya. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Pak MY: “….kalau BLM turun, paling kita nyiapin teknis di lapangannya kayak gimana. Mulai dari pembagian tugas masing-masing anggota kelompok, pengadaan barang dan keperluan lainnya, swadaya-nya gimana, upah tenaga kerja, sampe administrasinya itu harus rapi.”
Pada tahapan ini, kelompok mulai tumbuh. Hal tersebut ditandai dengan visi dan misi yang dibangun serta disepakati bersama oleh kelompok. Visi dan misi yang dibangun tersebut mendasari terbentuknya pengorganisasian kelompok yang lebih baik. KSM Rubah umumnya memiliki tujuan serta cita-cita kelompok yang ingin dicapai. Anggota kelompok memahami dengan baik peran dan fungsinya di KSM. KSM merupakan wadah untuk pembelajaran. Pembelajaran tersebut salah satunya ialah pembelajaran mengenai keorganisasian sehingga muncul perubahan paradigma melalui pembiasaan praktek nilai-nilai, cara pandang, dan cara kerja baru serta melembagakannya dalam praktek sehari-hari. KSM Rubah pada tahapan penataan kelompok ini membangun visi dan misi yang disepakati bersama oleh kelompok. KSM merupakan wadah aspirasi dan pembahasan serta penyelesaian masalah. Anggota kelompok semakin terbiasa dengan memusyawarahkan hal-hal yang penting dan krusial. Pada tahapan penataan kelompok ini, anggota semakin saling mengenal satu sama lain. Selain memberikan pembelajaran bagi anggota KSM baru, kepengurusan KSM Rubah juga semakin baik dalam menata kelembagaannya dengan menjaga pola serta
57
rutinitas pertemuan. KSM merupakan wadah untuk menyampaikan aspirasi para anggotanya. Selain itu, untuk menampung keluhan-keluhan yang disampaikan oleh warga masyarakat. Dengan demikian hubungan baik akan terjalin antara para anggota KSM serta terhadap warga masyarakat lainnya. KSM Rubah semakin menjaga dan meningkatkan kualitas dan mutu anggotanya sehingga tugas dan kewajibannya dapat dilaksanakan dengan baik pula. Transparansi KSM terhadap masyarakat semakin baik. Hanya saja masalah koordinasi dan kerja sama dengan relawan dirasakan kurang. Hal ini dikarenakan adanya sikap segan antara relawan dan KSM karena perbedaan jenis kelamin. Relawan masyarakat umumnya adalah perempuan, sedangkan KSM infrastruktur didominasi laki-laki. Seperti pernyataan Bu RE sebagai berikut: “…Hubungan antara relawan sama KSM dapat dikatakan baik mba. Tapi untuk intensitasnya agak kurang. KSM lebih sering koordinasi dan kerja sama dengan BKM dan faskel. Kalau dengan KSM lainnya (selain KSM Rubah) kita sering kerja sama bareng. Kemungkinan juga karena ada unsur “segan”. KSM Rubah kan hampir semuanya laki-laki sedangkan relawannya perempuan semua mba.”
Anggota
KSM
mendapatkan
manfaat
yang
beragam
dengan
keikutsertaannya dalam kelompok. KSM bagi mereka, merupakan suatu wadah untuk menggalang tumbuhnya kepercayaan antar sesama anggota. Selain itu juga merupakan wadah aspirasi dan pembahasan serta penyelesaian masalah. Kelembagaan KSM dapat pula berfungsi sebagai sumber keuangan (swadaya masyarakat). Secara tidak langsung, akan terjadi perubahan paradigma atau perubahan cara pandang khususnya dalam memaknai pemberdayaan itu sendiri dengan membiasakan praktek nilai-nilai baru atau cara kerja baru dan melembagakannya. Seperti apa yang diutarakan oleh Pak EM sebagai berikut: “….kita dapet banyak manfaat dari KSM. Kita jadi tau gimana caranya organisasi, cara nyelesein masalah-masalah yang timbul, sebagai wadah aspirasi masyarakat, dan lain-lain.” “….. Menurut saya pemberdayaan itu kita sebagai anggota mempunyai kedudukan yang sama dengan yang lainnya. KSM itu sebagai subyek pembangunan.”
58
6.2.3 Tahap Pengembangan Kelompok Pada tahap ini, keadaan kelompok sudah mulai tertata. Kelompok perlu difasilitasi untuk mengembangkan isi pertemuan kelompok, modal swadaya, serta kerjasama dengan pihak-pihak lain. Tahap pengembangan kelompok ditandai dengan lingkup dan jangkauan program yang diperluas. Sebagai contoh, program RTLH diperuntukkan bagi penerima manfaat (rumah tangga). Akan tetapi untuk operasi dan pemeliharaanya juga melibatkan peran RT atau RW serta masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar umur manfaat bangunan mencapai lima tahun, sesuai ketentuan program, seperti pernyataan salah satu pengurus KSM, Pak EM sebagai berikut: “….saat renovasi selesai, penerima manfaat-lah yang kemudian memelihara rumah. Namun tetap diperhatikan pula oleh masyarakat lainnya di sekitar wilayah situ, misal RT dan RW. Biar umur manfaatnya bisa sampai lima tahun atau bahkan lebih.”
Anggota KSM memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Dalam setiap kegiatan atau program, KSM juga bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Pada tahapan ini, hubungan kerja sama tersebut lebih dipererat, baik melalui pertemuan-pertemuan, pelatihan-pelatihan, maupun kegiatan lainnya. Oleh karena itu hubungan dengan BKM, Relawan dan Faskel harus terjalin dengan baik. Anggota KSM saat ini didominasi oleh laki-laki. Sementara perempuan lebih banyak berperan sebagai relawan. Hal ini dikarenakan tugas maupun kerja anggota KSM yang rutin dan jadwalnya yang tidak menentu, sehingga perempuan mengalami sedikit kesulitan untuk mengatur jadwal serta tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga maupun wanita bekerja. Peran sebagai relawan lebih menonjol saat ada kegiatan-kegiatan besar seperti RK, PS, serta review-review yang jadwalnya lebih terorganisir. Selain itu juga karena pada program infrastruktur seperti renovasi RTLH membutuhkan tenaga dan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan program atau kegiatan lainnya, seperti misalnya kegiatan sosial. Oleh karena itu, kegiatan sosial lebih di dominasi oleh peran dari perempuan dan kader-kader. KSM Rubah pada tahapan pengembangan kelompok ini mencoba untuk mengembangkan isi pertemuan kelompok, modal swadaya, dan kerja sama dengan pihak-pihak lain. KSM Rubah mengatur dan menjaga pola serta rutinitas
59
pertemuan kelompok dan menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak lainnya seperti BKM, Faskel, dan Relawan. Tahapan pengembangan kelompok pada KSM Rubah ditandai dengan meningkatnya social trust diantara berbagai pihak yang terlibat dalam PNPM-MP, termasuk dengan masyarakat. Social trust mendasari terciptanya hubungan baik diantara sesama anggota KSM maupun dengan pihak lainnya seperti BKM, faskel dan relawan. Dengan demikian kerja sama dapat berjalan dengan baik. Tahapan pengembangan kelompok pada KSM Rubah juga ditandai dengan pola pertemuan dan jadwal kegiatan yang sudah terencana. Selain itu, anggota kelompok semakin aktif, baik dalam pertemuan maupun pelaksanaan program. Modal swadaya mulai tumbuh meskipun masih dalam skala yang kecil. KSM Rubah juga semakin meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak lain. Kendala dan permasalahan yang muncul selama perencanaan sampai evaluasi program dimusyawarahkan bersama, termasuk dengan masyarakat. Kelompok mencoba memperluas jaringan kerja sama dengan pihak lainnya di luar program, seperti pemerintah kota. 6.2.4 Tahap Pemandirian Kelompok Tahapan pemandirian kelompok dapat dilihat dari peran fasilitator atau pendamping yang semakin berkurang serta peran kelompok untuk mengelola pertemuan, rapat pengurus, dan kerja sama dengan pihak lain semakin besar. Tahapan pemandirian pada KSM Rubah terlihat dari para anggotanya yang sudah mengerti dan memahami tugas dan kewajibannya. Anggota KSM terus belajar mengenai segala informasi mengenai pelaksanaan program. KSM Rubah pada tahap pemandirian juga ditunjukkan dengan anggota yang memiliki kemampuan dalam mengelola pertemuan dan rapat pengurus rutin. Setiap kendala dan permasalahan dihadapi bersama dengan melakukan musyawarah. Hubungan baik dijalin dengan pihak-pihak terkait seperti BKM, Relawan, dan Faskel. Tahap Pemandirian pada KSM Rubah terlihat dari berjalannya peran dan fungsi masing-masing anggota KSM. Tahapan pemandirian KSM Rubah pun dapat terlihat dari sisi keorganisasian yang lebih baik dari sebelumnya. Anggota-anggota merasakan manfaat untuk tergabung ke dalam komunitas KSM. Selain itu juga anggota KSM
60
terus melakukan perluasan jaringan dengan menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak lainnya di luar program. Faskel turut memfasilitasi upaya perluasan jaringan tersebut. Secara umum, KSM di Kelurahan Situ Gede belum dapat dikatakan sebagai kelompok yang mandiri. Berdasarkan indikator yang disusun oleh PNPMMP, kelompok dapat dikatakan telah mandiri dilihat dari sisi keorganisasiannya, administrasi, permodalan, kegiatan, serta keberadaannya. Sisi keorganisasian KSM Kelurahan Situ Gede dapat dikatakan baik. KSM memiliki tujuan dan program kerja yang jelas. Anggota memiliki dan melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik. Hal tersebut terlihat dari disepakatinya community contracting dan tidak ada kesepakatan yang dilanggar oleh seluruh anggota KSM. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EM sebagai berikut: “….tugas dan tanggung jawab KSM diatur dalam community contracting. Jadi kalo urusannya belum slesai sementara waktunya udah mepet, kita sebagai KSM yang turun tangan langsung ke lokasi.” “…tidak ada yang melanggar setiap kesepakatan dalam community contracting. Kalaupun ada, orang tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang ada.”
Semua pengurus KSM melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Hal tersebut dikarenakan solidaritas yang terjalin dengan baik antar sesama anggota KSM. Selain itu, hak dan kewajiban KSM diatur dalam suatu tata aturan tertulis yang disusun serta disepakati oleh seluruh anggota KSM. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MR sebagai berikut: “….sebelum PNPM masuk, kita semua sudah saling kenal. Nah, sekarang kerja sama bareng, jadi semakin akrab. Udah kaya keluarga sendiri aja mba. Hubungan internal kita selama ini baik-baik aja. Itu yang buat kerja kita juga jadi semangat.”
Administrasi KSM Rubah dapat dikatakan baik. Hal tersebut terlihat dari adanya perangkat serta kemampuan pengurus dalam mengelola administrasi dan pembukuan. Meskipun KSM belum memiliki sistem informasi manajemen akan tetapi KSM memiliki laporan keuangan lengkap dan dilaporkan secara rutin, baik kepada anggota maupun ke UP atau pun BKM.
61
KSM memiliki beberapa kendala dari sisi permodalannya. KSM tidak memiliki kas maupun tabungan. KSM belum memiliki kemampuan untuk mengelola dana dari luar (bukan hasil swadaya). Setiap kegiatan, umumnya langsung swadaya dari masyarakat. Hasil swadaya tersebut dicatat dalam laporan keuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MR sebagai berikut: “….kita ga ada uang kas mba. Kalo kegiatan biasanya langsung swadaya dari masyarakat. Misalnya waktu pelaksanaan RTLH ada yang ngasih kopi atau makanan buat pekerja. Itu masuk hitungan swadaya mba.”
Sisi kegiatan KSM dimulai dari tahap perencanaan sampai dengan kegiatan evaluasi. KSM mandiri memiliki ciri-ciri kegiatan produktif yang terus berkembang dan menguntungkan anggota-anggotanya. Namun demikian, sarana dan pelayanan masih kurang lengkap. Misalnya saja alat untuk pengerjaan kegiatan RTLH, seperti ember dan perlengkapan bangunan lainnya. KSM juga dirasakan belum mampu membiayai operasional secara layak, seperti yang diutarakan Pak MR sebagai berikut: “….KSM gak punya dana operasional. Kas juga gak punya mba. Palingan klo lagi kerja kita swadayain aja dari masyarakatnya. Ada yg minjemin ember, sekop, sampe swadaya makanan buat pekerjapekerjanya.”
Keberadaan KSM di Kelurahan Situ Gede dapat dikatakan cukup baik. Keanggotaan KSM tetap ada, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Mutu keanggotaan KSM setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan anggota lama memberikan kesempatan bagi anggota baru untuk turut berpartisipasi dalam program atau kegiatan penanggulangan kemiskinan. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MY sebagai berikut: “….kepengurusan KSM klo diliat dari kuantitasnya, yaa emang orangnya itu-itu aja mba. Tapi klo dari kualitas dan mutunya, orang-orangnya udah cukup bagus. Setiap kegiatan selesai, seharusnya memang KSM nya juga ganti. Tapi masyarakat tetap mempercayakan sama kita soalnya masyarakat menilai kerja kita juga bagus. Palingan klo pun ada yang ganti hanya beberapa orang saja.”
Setiap anggota KSM merasakan manfaat yang besar dari keikutsertaannya dalam komunitas tersebut. Manfaat yang diperoleh beragam mulai dari menjalin silaturahmi antar anggota kelompok dan masyarakat lainnya, peningkatan
62
pengetahuan mengenai kelembagaan, tata cara berorganisasi dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MY sebagai berikut: “….kita dapet banyak sekali manfaat saat tergabung dalam KSM ini. Sekarang mah kalo jalan kemana-mana kita dikenal sama masyarakat. Awalnya mah enggak. Terus kita juga dapet pengetahuan sama pengalaman gimana caranya berorganisasi.”
Pengetahuan dan keterampilan anggota semakin berkembang, terutama dalam pengorganisasian. KSM memiliki kesempatan yang sama dalam menentukan pengambilan keputusan di tingkat kelurahan. Sebagai contoh, misalnya ada perubahan kegiatan dalam pencairan dana BLM, seperti yang diungkapkan oleh Pak MY: “….KSM memiliki peran dalam pengambilan keputusan. Biasanya sama pihak Faskel, BKM, dan relawan juga. Kita sama-sama rembukin gimana baiknya.”
KSM masih mengalami beberapa kekurangan dalam hal kemandirian, terutama dalam hal permodalan dan kegiatan. Akan tetapi proses pemberdayaan masih berlangsung, sehingga diharapkan nantinya kelompok dapat dikatakan sebagai kelompok yang mandiri. Pernyataan Pak SA menyebutkan sebagai berikut: “….KSM Situ Gede belum bisa dibilang mandiri. Masih banyak kekurangannya untuk bisa dibilang mandiri. Tapi kita semua ada usaha ke sana. Biar KSM mandiri perlu juga ada kerja sama yang lebih erat sama masyarakatnya.”
Pernyataan Pak SA tersebut ditegaskan pula oleh Pak MY yang mengatakan bahwa KSM Situ Gede belum dapat dikatakan sebagai KSM yang mandiri. Namun demikian, pemberdayaan KSM di Kelurahan Situ Gede masih berlangsung. Hal tersebut dirasakan langsung oleh seluruh anggota KSM. Seperti yang diungkapkan oleh Pak MY sebagai berikut: “….kita ngerasain betul kalo kita ini sedang “diberdayain”. Mulai dari buat proposal, kegiatannya, sampe evaluasinya. Cuma modal ikhlas aja. Kita seneng klo bisa bantuin orang. Syukur-syukur klo yang dibantu juga seneng sama hasil kerja kita semua.”
Saat ini, KSM, penerima manfaat serta masyarakat dapat merasakan manfaat dari adanya kegiatan PNPM-MP ini. Manfaat yang dirasakan cukup besar. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EL sebagai berikut:
63
“….sekarang mah bukan cuma penerima manfaat aja yang ngerasain manfaat program ini. Tapi juga masyarakat lainnya. Misal kayak pembangunan jalan, awalnya gerobak bakso gak bisa masuk. Tapi setelah ada program perbaikan jalan jadi bisa berjualan.”