BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Sistem tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari produsen hingga ke tingkat konsumen, secara umum memiliki beberapa saluran tataniaga yang berbeda. Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir terdapat 3 saluran tataniaga yaitu ; Saluran tataniaga 1
: petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer –
konsumen. Saluran tataniaga 2
: petani – pedagang pengecer – konsumen.
Saluran tataniaga 3
: petani – konsumen.
6.1.1
Saluran Tataniaga 1
Saluran tataniaga satu merupakan saluran tataniaga terdiri dari petani pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa petani yang menjual sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir melalui pedagang pengumpul berjumlah 16 orang dari 20 orang petani yang diwawancarai. Alasan petani menggunakan saluran tataniaga ini adalah karena petani tidak perlu memasarkan sendiri produk yang dihasilkannya. Produk petani yang
dijual ke pedagang pengumpul sudah pasti terjual habis, karena sudah menjadi resiko pedagang pengumpul jika produknya tidak terjual habis. Harga yang berlaku pada saluran tataniaga ini adalah harga yang terjadi di pasar. Penentuan harga pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga pedagang pen gumpul yang baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul umumnya tidak hanya menjual sayuran bayam tetapi juga menjual komoditas sayuran lainnya seperti selada, kangkung, caesin, kemangi dan sayuran lain-lain. Produk sayuran bayam diangkut dengan menggunakan mobil. Biaya transportasi yang dikenakan antara Rp 900 - Rp1500/ gabung. Biaya transportasi setiap pedagang pengumpul berbeda – beda , hal ini disebabkan karena tujuan pasar yang berbeda. Pedagang pengumpul menjual seluruh komoditas tersebut kepada pedagang pengecer yang terdapat di Pasar Merdeka. Pedagang pengecer berasal dari Bogor dan Jakarta. Pedagang pengumpul menjual sayuran bayam dalam bentuk per gabung dari jam 17.00 – 23.00 WIB. Satu gabung sayuran bayam terdiri dari 50 ikat. Para pedagang pengumpul ini tidak memiliki kios, tetapi menggelar barang dagangan di sepanjang jalan raya di Pasar Merdeka.
6.1.2
Saluran Tataniaga 2
Saluran tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petanipedagang pengecer - konsumen. Jenis saluran tataniaga ini dilakukan oleh 3 orang atau 15 persen dari petani responden. Petani membawa sayuran bayam sendiri
dengan menggunakan mobil bak terbuka ke pasar Bogor dan langsung menjual hasil panennya ke pedagang pengecer yang berada di pasar Bogor dengan sistem jual yaitu per gabung dan biaya transportasi Rp 1000,- /gabung. Pada saluran tataniaga ini, petani juga berperan sebagai pedagang pengumpul yaitu menjual produk sayuran dari jam 17.00 – 23.00 WIB. Jika produknya tidak habis terjual sayuran bayam dijual secara eceran dalam bentuk ikat kepada konsumen. Petani menjual sayuran dalam secara eceran dalam bentuk ikat dari jam 23.00- 07.00 WIB. Para petani ini tidak memiliki kios tetapi menggelar barang dagangan di jalan raya trotoar yang berada di sekitar pintu masuk kebun raya Bogor. Biayabiaya yang harus dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengangkutan, biaya sewa tempat dan biaya retribusi. Petani menjual produk sayuran ke pasar, jika terjadi panen dan sayuran yang dibawa ke pasar berbeda-beda tergantung dari hasil panen. Alasan petani menggunakan saluran tataniaga dua adalah karena petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menjualnya ke pedagang pengumpul.
6.1.3 Saluran Tataniaga 3
Saluran tataniaga tiga merupakan saluran tataniaga yang terdiri dari petani - konsumen. Jenis saluran tataniaga ini dilakukan oleh 1 orang atau 5 persen petani responden. Petani membawa sayuran bayam sendiri ke pasar Bogor dan langsung menjual hasil panennya secara eceran dalam bentuk ikat ke konsumen yang berada di pasar Bogor. Pada saluran tataniaga ini, petani juga berperan sebagai pedagang pengecer. Petani menjual sayuran dalam bentuk eceran dari jam 21.00 - 07.00 WIB.
Para petani ini tidak memiliki kios tetapi menggelar barang dagangan di jalan raya. Petani tidak hanya menjual sayuran bayam, tetapi menjual sayuran lainnya seperti : kangkung, kemangi, selada dan caesin. Produk sayuran yang dibawa ke pasar masing-masing sebesar 5 gabung dan tergantung dari hasil panen sayuran yang dilakukan. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengangkutan, biaya sewa tempat dan biaya retribusi. Alasan petani menggunakan saluran tataniaga tiga adalah karena petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menjualnya ke pedagang pengumpul atau ke pedagang pengecer.
6.2
Fungsi Tataniaga
Fungsi tataniaga diperlukan dalam kegiatan tataniaga untuk memperlancar distribusi barang dan jasa dari tiap lembaga tataniaga yang terlibat. Secara umum fungsi tataniaga yang dilaksanakan lembaga tataniaga terdiri dari tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan – kegiatan yang dapat memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik merupakan perlakuan fisik yang perlu dilakukan agar komoditas yang diperlukan konsumen dapat tersedia pada tempat yang diinginkan. Fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik terdiri dari pengolahan hasil, pengangkutan, dan penyimpanan. Fungsi fasilitas meliputi pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Fungsi pembiayaan merupakan kegunaan uang untuk berbagai aspek tataniaga. Fungsi penanggungan resiko merupakan penerimaan kemungkinan dari
kerugian pemasaran produk yang terdiri dari atas resiko fisik dan resiko harga. Resiko fisik terjadi akibat kerusakan produk sedangkan resiko harga terjadi akibat perubahan nilai produk di pasar. Informasi pasar merupakan hal yang diperlukan produsen dan lembaga-lembaga tataniaga untuk kondisi pasar, lokasi, jenis mutu, waktu dan harga pasar. Setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga sayuran bayam mulai dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer menjalankan fungsi tataniaga yang berbeda-beda. Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yaitu ;
6.2.1
Petani
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir adalah fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. a.
Fungsi Pertukaran
Petani di Desa Ciaruten ilir melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan. Petani bayam di Desa Ciaruten Ilir yang menjual hasil produksinya melalui pedagang pengumpul sebanyak 16 orang dari total petani responden. Sedangkan petani yang langsung menjual produknya kepada pedagang pengecer sebanyak 3 orang dan menjual produknya langsung ke konsumen sebanyak 1 orang dari total petani responden.
b.
Fungsi Fisik
Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani jika petani tersebut menjual hasil panennya langsung ke pasar dan tidak melalui pedagang pengumpul. Fungsi fisik tersebut terdiri dari kegiatan pengemasan dan pengangkutan. Kegiatan pengemasan sayuran bayam dilakukan dengan mengikat bayam sebanyak 50 ikat menjadi satu gabung. Kegiatan pengangkutan dilakukan oleh petani apabila petani memasarkan produknya langsung ke pasar. Namun apabila petani tidak langsung memasarkan ke pasar melainkan ke pedagang pengumpul
maka
pedagang
pengumpullah
yang
melakukan
kegiatan
pengangkutan dan biaya pengangkutan di tanggung oleh pedagang pengumpul. Pada umumnya biaya penyusutan sayuran bayam tidak ada di tingkat petani, karena baik petani yang menjual ke pedagang pengumpul ataupun menjual langsung ke pasar tidak melakukan kegiatan penyimpanan. Petani melakukan kegiatan penjualan hasil panennya pada hari yang sama. c.
Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani meliputi informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar dapat diperoleh petani dengan sangat mudah, tidak terdapat biaya dalam mendapatkan informasi pasar bagi petani. Kegiatan informasi pasar yang dilakukan berupa perkembangan harga dari petani lain yang sebelumnya menjual produknya, kualitas barang yang diinginkan oleh konsumen. Setelah mengetahui informasi pasar petani dapat menentukan keputusan waktu menjual hasil produksinya serta pemilihan saluran tataniaga yang tepat untuk mengoptimalkan kegiatan penjualan untuk mencapai efisiensi tataniaga. Kegiatan penanggungan resiko yang dialami petani berupa
penurunan harga sayuran bayam di pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi. Modal petani berasal dari petani itu sendiri dan tidak berasal dari pinjaman atau pemberian kredit oleh pihak lain, oleh karena itu petani harus dapat mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya.
6.2.2
Pedagang Pengumpul
Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. a.
Fungsi Pertukaran
Kegiatan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang pengumpul di Desa Ciaruten Ilir melakukan fungsi pembelian ke para petani langganannya. Jumlah petani yang mejadi langganan pedagang pengumpul di Desa Ciaruten Ilir berkisar 5 sampai 7 petani dan memiliki petani langganan di Desa lain.. Setiap terjadi panen petani memberitahu kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mengambil produk sayuran yang telah di panen ke rumah petani, kemudian membawa ke Pasar Merdeka untuk dijual. Penentuan harga yang ada dalam pembelian sayuran bayam melalui proses tawar-menawar berdasarkan informasi pasar yang mereka ketahui sebelumnya.
b.
Fungsi Fisik
Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu kegiatan pengangkutan. Pedagang pengumpul membawa sayuran bayam dengan mobil pick up dan membayar biaya pengangkutan kepada pemilik mobil tersebut. Biaya pengangkutan para pedagang pengumpul berbeda-beda tergantung tujuan pasarnya. c.
Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul meliputi informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar diperoleh dari sesama pedagang pengumpul lain di Desa Ciaruten Ilir. Penanggungan resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab pedagang pengumpul. Resiko yang bisa muncul seperti penurunan harga, hal ini disebabkan banyaknya produk sayuran bayam di pasar yang berasal dari daerah lain. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu penyediaan modal untuk membeli produk sayuran bayam dari petani sampai pedagang pengumpul dapat menjual produk tersebut di pasar.
6.2.3
Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer responden berjumlah 8 orang di pasar Bogor dan di pasar Minggu. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.
a.
Fungsi Pertukaran
Fungsi tataniaga yang dilakukan pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada konsumen. Pembelian yang dilakukan pedagang pengecer dalam bentuk gabung, jumlah pembelian biasanya 5 sampai 20 gabung. Pedagang pengecer melakukan penjualan ke konsumen dalam satuan ikat. b.
Fungsi Fisik
Fungsi fisik yang dilakukan berupa pengemasan dan pengangkutan. Selain itu biaya retribusi pasar juga ditanggung oleh padagang pengecer sayuran bayam. Pedagang pengecer di Pasar Bogor tidak terdapat biaya transportasi karena pedagang pengumpul langsung membawa barang dagangan di Pasar Bogor, sedangkan pedagang pengecer yang berasal dari Jakarta memerlukan biaya transportasi. c.
Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer meliputi informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. 1. Fungsi informasi pasar yang dilaksanakan oleh pedagang pengecer diataranya berupa perkembangan harga di setiap tingkat pasar. Produk yang dihasilkan pesaing serta jenis dan kualitas produk yang diminta oleh konsumen. Harga yang berlaku di pasar Bogor dan pasar Minggu terjadi sesuai dengan mekanisme pasar. Penjual seringkali melakukan diskriminasi harga terhadap konsumen yang membeli komoditas sayuran bayam. 2. Pedagang pengecer juga menanggung resiko pada saat terjadi penurunan harga sayuran bayam di pasar. Jika tidak habis terjual pedagang pengecer selalu
berusaha menjual habis sayuran bayam dalam waktu satu hari dengan cara menurunkan harga sayuran bayam atau diborong oleh pedagang sayuran yang lain. 3. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengecer diantaranya berupa penyediaan modal usaha. Pada umumnya pedagang pengecer melakukan kegiatan pembelian sesuai dengan besarnya modal yang dimilikinya. Produk sayuran yang dijual tidak hanya bayam tetapi beraneka ragam sayuran seperi kangkung, sawi, daun singkong, selada dan sayuran lainnya. Modal yang dipergunakan pedagang pengecer umumnya berasal dari pedagang pengecer itu sendiri dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak lain. Modal yang dibutuhkan oleh pedagang pengecer responden berkisar antara Rp 100.000 sampai dengan Rp 500.000 per hari. Besarnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya jumlah penjualan yang dilakukan pedagang pengecer. Semakin besar modal yang dimiliki pedagang pengecer , maka semakin besar tingkat keuntungan yang diraih. Pedagang pengecer membeli sayuran bayam berkisar antara 5 gabung sampai 20 gabung.
Tabel 19. Fungsi-Fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh LembagaLembaga Tataniaga Bayam Pada Setiap Saluran Tataniaga Sayuran Bayam Di Desa Ciaruten Ilir , Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Saluran Fungsi Tataniaga Fungsi dan Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Pertukaran Lembaga Tataniaga jual beli kemas angkut simp sorta Resiko biaya infor Saluran 1 Petani Pengumpul Pengecer Saluran 2 Petani Pengecer Saluran 3 Petani
Keterangan
an
si
masi Pasar
√ √ √
√ √
√ -
√ √
-
-
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√ -
√ √
-
-
√
√
√
√
-
√
√
-
-
√
√
√
: √ = melakukan kegiatan fungsi tataniaga - = tidak melakukan kegiatan fungsi tataniaga
Berdasarkan Tabel 19 diatas diketahui bahwa pada saluran tataniaga satu petani melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan dan fungsi fasilitas berupa resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pengangkutan tidak dilakukan oleh petani karena pedagang pengumpullah yang membawa produk ke pasar untuk dijual. Kegiatan panen dilakukan oleh petani dan langsung dijual pedagang pengumpul untuk dibawa ke pasar sehingga petani tidak melakukan kegiatan penyimpanan. Pedagang pengumpul pada saluran tataniaga satu melakukan pembelian kepada petani dan penjualan ke pedagang pengecer di Pasar Merdeka. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk mengangkut hasil panen dari petani ke pasar. Fungsi pengemasan tidak dilakukan karena produk sayuran bayam yang dibawa pedagang pengumpul langsung dijual ke pedagang pengecer dalam bentuk
gabung. Produk yang dijual pedagang pengumpul terjual habis dalam satu hari sehingga tidak ada kegiatan penyimpanan. Pada saluran tataniaga dua, petani melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan dan fungsi pengangkutan untuk membawa sayuran bayam yang akan dijual ke pedagang pengecer di Pasar Bogor. Sebelum dijual petani melakukan kegiatan pengemasan berupa menyatukan 50 ikat sayuran bayam menjadi 1 gabung, karena petani menjual dalam bentuk gabung untuk pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga dua petani bertindak sebagai pedagang pengumpul. Pedagang pengecer pada saluran tataniaga satu dan dua melakukan fungsi pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada konsumen akhir. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk membawa sayuran bayam yang akan dijual ke tempat pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan tidak dilakukan, karena produk yang dijual pedagang pengecer terjual habis dalam satu hari. Pada saluran tataniaga tiga fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan petani sama dengan saluran tataniaga dua, hal yang membedakan petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Petani menjual ke konsumen dalam bentuk ikat.
6.3 Struktur Pasar
Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat atau karakteristik pasar. Faktor penting yang diperlukan dalam penentuan struktur pasar meliputi jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, sifat atau keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar dan informasi pasar berupa biaya, harga dan kondisi pasar. Petani dan lembaga – lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir menghadapi struktur pasar yang berbeda.
6.3.1
Petani
Struktur pasar yang dihadapi petani sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir bersifar pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. Produk petani bersifat homogen, hal ini terlihat melalui keseragaman kualitas dari produk sayuran bayam yang dihasilkan petani. Pada saat penelitian dilakukan jumlah petani responden sayuran bayam sebanyak 20 orang. Petani melakukan kegiatan tanam sayuran secara bergilir dari bayam, kangkung, caesin, selada. Informasi harga yang dimiliki petani cukup baik. Petani tidak memerlukan biaya untuk mendapatkan informasi tentang harga. Petani mendapatkan informasi harga dari pedagang pengumpul ataupun dari petani lainnya. Sistem penentuan harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang berlaku di pasar sehingga kedudukan petani dalam sistem tataniaga sangat lemah. Petani tidak memiliki posisi tawar yang memadai dan hanya bertindak sebagai price taker.
6.3.2
Pedagang Pengumpul
Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul di Desa Ciaruten Ilir adalah Oligopsoni, karena jumlah penjual dan pembeli sedikit. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul. Pada umumnya pedagang pengumpul memiliki hubungan yang erat dengan petani. Setiap pedagang pengumpul telah memiliki petani langganan, meskipun demikian petani mungkin saja menjual produk yang dihasilkannya ke pedagang pegumpul yang bukan langganannya. Jumlah pedagang pengumpul di Desa Ciaruten Ilir lebih sedikit jika dibandingkan jumlah petani. Pedagang
pengumpul memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga yang terjadi di Desa Ciaruten Ilir. Informasi pasar diperoleh pedagang pengumpul melalui survei pasar dan dari pedagang lainnya.
6.3.3
Pedagang Pengecer
Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer adalah pasar persaingan sempurna, karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak, produk yang diperjualbelikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar sehingga bertindak sebagai price taker. Sistem pembayaran yang berlaku di pasar pengecer adalah tunai. Harga sayuran bayam ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar tetapi pembeli dapat melalukan kegiatan tawar- menawar dengan pedagang pengecer. Informasi harga didapatkan pedagang pengecer melalui survei pasar atau dari pedagang lainnya. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan mudah keluar masuk pasar, karena tidak terdapat hambatan bagi pedagang pengecer lain untuk memasuki pasar. Pedagang pengecer tidak hanya menjual sayuran bayam tetapi juga menjual sayuran lain seperti kangkung, kemangi, daun sinkong dan sayuran lainnya.
6.4
Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah pola tingkah laku lembaga-lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta bentuk-bentuk keputusan yang diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar meliputi kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan kerjasama antar lembaga tataniaga
6.4.1 Praktek Pembelian dan Penjualan a.
Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat Petani
Hampir seluruh petani sayuran bayam yang ada di Desa Ciaruten Ilir menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul yang berasal dari desa tersebut. Petani melakukan panen pada pagi hari dan
pedagang pengumpul
mengambil hasil panen ke rumah petani.yang jadi langganannya. b.
Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul di Desa Ciaruten Ilir umumnya membeli produk sayuran bayam langsung dari petani. Pedagang pengumpul bahkan seringkali yang melakukan kegiatan panen jika membeli dari petani dengan sistem borongan. Pada umumnya pedagang pengumpul telah memilki petani langganan yang menyediakan sayuran bayam yang siap dijual. Pedagang membawa sayuran bayam ke pasar sekitar 50 – 70 gabung. Pedagang pengumpul melakukan kegiatan penjualan pada malam hari dari jam 19.00-23.00 WIB di Pasar Merdeka. Penjualan sayuran bayam dalam jumlah gabung kepada pedagang pengecer.
c.
Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat pedagang pengecer
Pedagang pengecer pada penelitian ini adalah pedagang pengecer yang berada di Pasar Bogor dan Pasar Minggu. Pedagang pengecer melakukan kegiatan pembelian sayuran bayam dari pedagang pengumpul yang berada di pasar Bogor. Pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengecer dilakukan secara tunai. Jumlah sayuran yang dibeli dari pedagang pengumpul sekitar 5 gabung sampai dengan 20 gabung dan jumlah yang dijual pada umumnya habis terjual. Pedagang
melakukan penjualan dalam bentuk ikat kepada konsumen. Apabila sayuran bayam tidak habis terjual pedagang menurunkan harga untuk menghindari kerugian yang lebih besar .
6.4.2
Sistem Penentuan Harga
Harga terbentuk dari hasil kerjasama antar lembaga dan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Jumlah permintaan dan penawaran terhadap suatu produk dan faktor geografis menjadi beberapa faktor penentu pembentukkan harga. Harga yang terbentuk harus dapat menguntungkan produsen dan konsumen. Penentuan harga untuk komoditas pertanian berdasarkan mekanisme harga. a.
Sistem Penentuan Harga di Tingkat petani
Bargaining position ditingkat petani sangat rendah, akibatnya petani tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Sehingga petani hanya bertindak sebagai price taker. Penentuan harga sayuran bayam ditentukan oleh pedagang pengumpul berdsasarkan harga yang terjadi di pasar. Pada saat penelitian dilakukan harga jual di tingkat petani ke pedagang pengumpul berkisar antara Rp180 per ikat sampai dengan Rp 300 per ikat. b.
Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul
Harga sayuran bayam di tingkat pedagang pengumpul dipengaruhi oleh kekuatan pedagang pengumpul dalam mempengaruhi harga pasar. Pedagang pengumpul memiliki kebebasan dalam menentukan harga. Sistem pembayaran kepada petani dapat dilakukan secara tunai. Hal yang sama terjadi pada sistem pembayaran atas pembelian yang juga dilakukan secara tunai. Secara umum
informasi harga diperoleh dengan mudah melalui survei pasar atau dari pedagang lain. c.
Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengecer
Sistem penentuan harga di tingkat pengecer berdasarkan mekanisme pasar. Akan tetapi harga jual di tingkat pedagang pengecer juga ditentukan oleh besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan, harga beli, tingkat keuntungan yan ingin diraih dan harga jual produk sayuran bayam di pedagang pengecer lainnya. Pada saat penelitian dilakukan harga beli sayuran bayam di tingkat pedagang pengumpul berkisar antara Rp 200 per ikat sampai dengan Rp 300 per ikat. Harga jual sayuran bayam di tingkat konsumen bervariasi yaitu berkisar antara Rp 500 sampai dengan Rp 700 per ikat. Selain itu antara pedagang pengecer dan konsumen masih terdapat tawar – menawar dalam kegiatan jual beli produk.
6.4.3
Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga
Kerjasama antar lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran dan kemudahan dalam pemasaran sayuran bayam. Besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan dapat merugikan lembaga tataniaga. Kerjasama antar lembaga tataniaga yang baik akan meminimalkan biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Kerjasama antara petani dengan pedagang pengumpul dilakukan melalui kegiatan jual beli hasil produksi petani. Jalinan kerjasama yang terjadi diantara kedua pihak tersebut sudah cukup baik, karena mereka merupakan penduduk desa
yang sama. Hubungan yang mereka jalin merupakan suatu hubungan mitra usaha yang tidak hanya mengutamakan keuntungan akan tetapi berlandaskan kekeluargaan. Sehingga terciptalah sifat saling percaya diantara keduanya sehingga petani seringkali menjual produk yang dihasilkannya hanya kepada pedagang pengumpul langganannya.
6.5
Margin Tataniaga
Analisis marjin tataniaga dilakukan untuk mengetahui efisiensi tataniaga suatu produk dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga yang terjadi di setiap lembaga tataniaga. Besarnya marjin tataniaga ditentukan oleh besarnya biaya tataniaga yang terjadi dengan besarnya keuntungan di setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga suatu produk. Biaya tataniaga terdiri dari komponen biaya panen, biaya pengemasan, biaya pengangkutan, dan biaya retribusi. Sedangkan keuntungan tataniaga diukur dari besarnya imbalan jasa yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan dalam penyaluran suatu produk sayuran bayam. Sistem tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir terdiri dari tiga buah saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga satu : petani → pedagang pengumpul → pedagang pengecer → konsumen ; saluran tataniaga dua : petani → pedagang pengecer → konsumen ; saluran tataniaga tiga : petani → konsumen.
Tabel 20. Marjin Tataniaga Sayuran Bayam Pada Saluran Tataniaga 1, 2 dan 3 di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Bulan Maret-April 2008 Uraian Saluran tataniaga
1 Nilai (Rp/ikat)
%
Petani Biaya produksi Biaya tataniaga Keuntungan Harga jual
93 157 250
15,5 26,1 41,6
Pedagang Pengumpul Harga beli Biaya tataniaga Keuntungan Marjin tataniaga Harga jual
250 26 74 100 350
41,6 4,3 12,3 16,6 58,3
Pedagang Pengecer Harga beli Biaya tataniaga Keuntungan Marjin tataniaga Harga jual
350 65 185 250 600
Konsumen
Total biaya tataniaga Total keuntungan tataniaga Total marjin tataniaga
2 Nilai (Rp/ikat)
%
3 Nilai % (Rp/ikat)
93 32 225 350
18,6 6,4 45 70
93 39 368 500
18,6 7,8 73,6 100
58,3 10,8 30,8 41,6 100
350 14 136 150 500
70 2,8 27,2 30 100
500
100
600
100
500
100
500
100
91
15,1
46
9,2
-
259
43,1
367
73,4
-
350
58,3
150
30
-
Pada saluran tataniaga satu biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari biaya pengemasan Rp 8 per ikat, biaya pengangkutan Rp 18 per ikat. Sedangkan biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya pengangkutan Rp 60 per ikat, biaya retribusi Rp 5 per ikat (Lampiran 3). Total biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesar Rp 91 per ikat. Total rata – rata biaya
tataniaga tersebut terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Rata-rata biaya tataniaga pada tingkat lembaga tataniaga pedagang pengumpul sebesar Rp 26 per ikat , pedagang pengecer sebesar Rp 65 per ikat. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp 185 per ikat, petani sebesar Rp 157 per ikat, sedangkan pedagang pengumpul memperoleh keuntungan terkecil yaitu sebesar Rp 74 per ikat. Saluran tataniaga dua merupakan saluran tataniaga yang tidak melibatkan lembaga tataniaga pedagang pengumpul. Petani menjual produk sayuran bayam langsung di bawa ke pasar, petani bertindak sebagai pedagang pengumpul. Pada saluran tataniaga dua biaya tataniaga yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya pengemasan Rp 8 per ikat, biaya pengangkutan Rp 20 per ikat, biaya retribusi Rp 4 per ikat. Sedangkan biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengecer biaya pengangkutan Rp 10 per ikat, biaya retribusi Rp 4 per ikat (Lampiran 4). Total rata – rata biaya tataniaga tersebut terdiri dari biaya tataniaga tiap- tiap lembaga tataniaga seperti pedagang pengecer sebesar Rp 14 per ikat. Keuntungan terbesar diperoleh petani sebesar Rp 225 per ikat, sedangkan pedagang pengecer memperoleh keuntungan yaitu sebesar Rp 136 per ikat sayuran bayam. Pada saluran tataniaga tiga petani bertindak sebagai pedagang pengecer, karena hasil produksi sayuran bayam langsung dibawa ke pasar dan dijual langsung ke konsumen dalam bentuk ikat. Pada saluran tataniaga tiga biaya tataniaga yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya pengemasan Rp 8 per ikat, biaya pengangkutan Rp 25 per ikat, biaya retribusi Rp 6 per ikat. Petani memperoleh keuntungan terbesar yaitu sebesar Rp 368 per ikat(lampiran 5).
Marjin tataniaga sayuran bayam untuk saluran tataniaga 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada Tabel 20.
6.6
Farmer’s Share
Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase. Farmer’s Share memiliki hubungan negatif dengan marjin tataniaga yang mana semakin tinggi marjin tataniaga, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah. Farmer’s Share pada saluran tataniaga komoditas sayuran bayam dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Farmer’s Share Pada Saluran Tataniaga Sayuran Bayam Di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Saluran Tataniaga Harga di Harga di tingkat Farmer’s Share tingkat petani konsumen (Rp/ikat) 41,66 600 Saluran Tataniaga 1 250 70 500 Saluran Tataniaga 2 350 100 500 Saluran Tataniaga 3 500
Bagian harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran tataniaga tiga sebesar 100 persen, karena petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Pada saluran tataniaga satu hanya menghasilkan Farmer’s Share sebesar 41,66
persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada saluran tataniaga satu
merupakan saluran tataniaga satu merupakan saluran yang tidak menguntungkan petani, sedangkan pada saluran tataniaga dua hanya memberikan Farmer’s Share 70 persen. Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran tataniaga komoditasnya usahataninya. 6.7
Rasio Keuntungan dan Biaya
Tingkat keuntungan pada setiap lembaga tataniaga tersebar tidak merata. Penyebaran keuntungan pada setiap lembaga tataniaga dapat diukur melalui analisa rasio keuntungan dan biaya. Besarnya rasio keuntungan dan biaya setiap lembaga tataniaga pada setiap saluran tataniaga dapat dilihat pada Tabel 22. Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa rasio keuntungan dan biaya lembaga tataniaga sayuran bayam yang diterima petani pada saluran tataniaga tiga yaitu sebesar 9,43 karena petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 per ikat biaya tataniaga yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 9,43. Tabel 22. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Tataniaga Sayuran Bayam (Rp/ ikat) di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Lembaga tataniaga 1 Petani Li Ci Rasio Li / Ci Pedagang Pengumpul Li Ci Rasio Li / Ci Pedagang Pengecer Li Ci Rasio Li / Ci
Saluran Tataniaga 2 225 32 7,03
3 368 39 9,43
74 26 2,84 185 65 2,84
Total 259 Li 91 Ci 2,84 Rasio Li / Ci Keterangan : Li : keuntungan lembaga tataniaga Ci : biaya tataniaga
136 14 9,71 361 46 7,84
Pada saluran tataniaga satu rasio keuntungan dan biaya terbesar diperoleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yaitu sebesar 2,84. Pada saluran tataniaga dua rasio keuntungan dan biaya diperoleh petani yaitu sebesar 7,03
karena petani tidak memerlukan pedagang pengumpul dalam memasarkan produknya. Sedangkan pada pedagang pengecer memperoleh rasio keuntungan dan biaya terbesar yaitu sebesar 9,71 , karena biaya tataniaga yang dikeluarkan kecil.
6.8
Efisiensi Tataniaga
Sistem tataniaga terdiri dari kegiatan mendistribusikan produk ke pihak konsumen. Output dari sistem tataniaga adalah kepuasan konsumen atas produk yang dikonsumsinya. Sedangkan input dari sistem tataniaga meliputi tenaga kerja, modal dan manajemen. Efisiensi tataniaga juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan perubahan yang dapat meminimalkan biaya input tanpa harus mengurangi kepuasaan konsumen dengan ouput barang dan jasa. Biaya tataniaga merupakan tingkat efisiensi tataniaga yang terjadi. Analisis efisiensi tataniaga mencakup analisis marjin tataniaga, farmer’s share serta analisis rasio keuntungan dan biaya. Efisiensi tataniaga dapat juga diketahui melalui penyebaran marjin pada tiap saluran tataniaga. Berdasarkan identifikasi saluran tataniaga yang terdapat di Desa Ciaruten Ilir, bahwa saluran tataniaga yang ada sebanyak tiga saluran tataniaga. Analisis marjin menunjukkan bahwa saluran yang memiliki nilai marjin terkecil adalah saluran tataniaga tiga yaitu sebesar nol atau nilai marjin tataniaga tidak ada dan dianggap saluran tataniaga yang paling efisien. Farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya dapat dijadikan indikator efiseinsi tataniaga. Berdasarkan perhitungan Farmer’s share yang diterima petani berkisar 41,66 – 100 persen. Farmer’s share yang tertinggi yang diperoleh petani
terdapat pada saluran tataniaga 3 yaitu sebesar 100 persen. Rasio keuntungan dan biaya tertinggi pada tingkat petani terdapat pada saluran tataniaga 3 yaitu sebesar 9,43 . Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas sayuran bayam, saluran tataniaga sayuran bayam yang efisien adalah saluran tataniaga tiga karena memiliki marjin tataniaga yang paling kecil, rasio keuntungan dan biaya tertinggi, dan farmer’s share yang tertinggi dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya. Namun pada saluran tataniaga tiga petani berprofesi sebagai pedagang pengecer dan produk yang dijual sedikit sehingga keuntungan secara total yang diperoleh tidak begitu besar dan hanya sebagian kecil dari jumlah petani yang di wawancarai yang melakukan kegiatan tataniaga ini . Apabila petani memilih saluran tataniaga 1 petani dapat menjual produk sayuran bayam dalam jumlah besar kepada pedagang pengumpul dan memperoleh keuntungan yang besar, meskipun marjin tataniaga yang paling besar, rasio keuntungan dan biaya terkecil dan farmer’s share yang terkecil.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan