BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
Bab VI ini akan dianalisis tentang : (a) Keadaan rumah tinggal
menurut tipologi rumah tinggal, kondisi bangunan, keadaan lingkungan, aksesbilitas responden dengan fasilitas umum, lokasi rumah tinggal, dan
letak rumah tinggal di
pinggir jalan atau tidak di pinggir jalan, (b) keadaan responden menurut karakteristik nya, (c) pola preferensi relatif
pilihan rumah tinggal menurut tipologinya, dan
elastisitas permintaan rumah tinggal, (d) hubungan antara tipolologi rumah tinggal dengan pengeluaran rumah tangga, hubungan tipe rumah tinggal dengan pendidikan kepala keluarga, hubungan tipe rumah dengan status kepemilikan rumah, hubungan tipe rumah dengan rawan banjir, hubungan tipe rumah dengan klasifikasi daerah tempat tinggal, (e) sebaran rumah tinggal menurut KabupatenIKota. Dalam penelitian ini variable bebasnya dibedakan antara variable yang menentukan besaran tipologi rumah tinggal, karakteristik individu yang menentukan pilihan rumah tinggal, variable yang menentukan lokasi,keadaan lingkungan, serta varicible
menentukan pilihan rumah sesuai dengan aksesbilitas dengan
fasilitas
umum. Variabel yang menentukan menggunakan acuan
klasifikasi tipologi rumah tinggal dengan
dari Real Estate Indonesia (REI)
(Komarudin ,1997) dan
sesuai hasil Susenas 2001, terdiri dari luas tapak bangunan, jenis atap, jenis plafon,
jenis dinding, jenis lantai, kondisi bangunan, fasilitas tempat mandi, fasilitas tempat buang air besar, fasilitas sumber air minum, dan sumber penerangan.
Variable yang menentukan karakteristik individu
responden
yaitu
umur
kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, jenis kelamin kepala keluarga, status perkawinan kepala keluarga, jumlah anggota rumah tangga, dan jumlah pengeluaran rumah tangga per bulan. Sedangkan yang menentukan lokasi rumah yaitu klasifikasi perkotaan
atau perdesaan, letaknya dipinggir jalan
atau tidak; adapun yang
menentukan lingkungan adalah rawan banjir atau tidak banjir. Variable
yang
menentukan aksesbilitas dengan fasilitas umum yaitu jarak dengan angkutan umum, jarak ke Puskesmas, jarak ke Kantor Pos, jarak ke Kantor Polisi, jarak ke Pasar Tradisional, jarak ke Telpon Umum, jarak ke SLTP, dan jarak ke SMU. Variable yang menentukan status kepemilikan rumah tinggal yaitu apakah rumah milik sendiri, kontrak, sewa, rumah dinas, bebas sewa, dan apakah milik orang tua atau famili lainnya.
6.1 Keadaan Rumah Tinggal
6.1.1 Jenis Rumah Tinggal menurut Tipologinya Jumlah rumah tinggal yang terkena sampel pada penelitian ini sebanyak 8.825 unit rumah tinggal
dan sebanyak 6.170
unit rumah tinggal
yang memenuhi
klasifikasi sesuai yang telah ditentukan pada Tabel 14, sisanya sebanyak 2.655 unit tidak memenuhi kriteria klasifikasi tipe rumah yang telah ditetapkan
disebut tipe
lainnya. Dari 6.170 rumah tinggal yang memenuhi kriteria tipologi rumah tinggal tersebut
terdiri dari
rumah sangat sederhana (RSS) sebanyak 1.085 unit ( 1 7,655).
rumah sederhana (RS) sebanyak 2.031 unit (32,9%), rumah menengah (RMN) 2.964 unit (48,0%), dan rumah mewah (RMW) sebanyak 90 unit (1,5%). Tabel 23. berikut menunjukkan jumlah rumah tangga menurut tipologinya di Jabotabek dan pada Tabel 24. jumlah mmah tinggal yang memenuhi klasifikasi tipologi yang telah ditetapkan menurut wilayah. Tabel 24. Persentase Rumah Tinggal menurut Tipologinya di Jabotabek Tahun 2001 -
/ Nomor I I. 2. 3. 4.
I I
I
\
1 / Persentase I
I Total
Tipologi rumah Sangat Sederhana (RSS) Sederhana (RS) Menengah (RMN) Mewah (RMW) Jumlah
1.085 2.031 2.964
,
90
6.170
1 1
17,6 32.9 48,O
1
100,O
1.5
1
Sumber : Hasil Olahan Data Susenas 2001
Tabel 25. Jumlah Rumah Tinggal yang memenuhi Klasifikasi Tipe Rumah Menurut Wilayah di Jabotabek Tahun 2001
Wilayah
Tipe Rumah RS RMN
RSS
RMW
Total
Kab Bogor
95
233
176
0
504
Kota Bogor
27
50
50
2
129
Kab Tangerang
39
183
152
1
375
Kota Tangerang Kab Bekasi
41 8
83 55
119 64
1 d
244 127
Kota Bekasi
37
106
148
0
29 1
Jakarta Selatan
185
260
416
4C
90 1
Jakarta Timur Jakarta Pusat
169 159
222 279
499 397
16 22
906 857
Jakarta Barat
205
250
40C
4
859
Jakarta Utara
112
256
433
1
802
8 1.085
54 2.03 1
110 2.964
3 90
175 6.176
Kota depok Total
Surnbcr Data : Hasil OIahan Susenas 2001
Tabel 26. Jumlah dan Persentase Rumah Tinggal "Tipe lainnya" menurut Luas Tapak Bangunan dan Wilayah di Jabotabek Tahun 2001 Luas Tapak Bangunan (m2) No Wilayah 36-70 70-300 >300 <2 1 2 1-36 Total mor 42 31 Jakarta Selatan 294 14 29 410 1. (1 1,l) ( 16) (15,4) (12) (03 (1,l) Jakarta Tlmur 167 25 21 16 229 2. (63) (096) (0>9) (0,8) (896) Jakarta Pusat 37 231 32 23 9 332 3. (8,7) ( 1 ,4) (12) (0,9) (0,3) (123 Jakarta Barat 52 2 241 32 29 356 4. (9,l) (230) (1 2) (0,1) (13,4) 212 79 1 35 Jakarta Utara 42 369 5. (890) (3,O) (1 >3) (0) ( 13,9) ( 196) 9 115 75 26 225 Kab Bogor 6. (033) (473) (23) ( (83.5) 5 13 8 5 Kota Bogor 31 7. (02) (0s) (22) (02) (132) 1 22 3 25 51 Kota Depok 8. (0) (0>9) (03) (1 >9) 48 152 53 1 Kabupaten 43 297 9. Tangerang (1 1,20 (1,8) (57) cu"2 ( 1 ,6) (0) 71 16 5 16 108 10. Kota Tangerang (0,6) (2,7) (0x9 (4,1) (02) 9 11,5 75 26 225 I I . Kab. Bekasl (093) (43) (298) ( (875) 10 14 17 1 47 Kota Bekasl 5 12 (094) (075) (092) (0) (1 32) 28 360 1.335 671 2.655 Total 261 (50,3) (25,3) (13,6) (1,l) (100) (93) 190)
(091)
190)
I
Sumber: Has11Olahan Susenas 2001 Catatan . (..) = persentase thd. Total
Pada Tabel 26. disajikan jumlah rumah tinggal "tipe lainnya" sebanyak 2.655 unit yang tidak memenuhi kriteria tipe rumah yang telah ditentukan
pada Tabel 14.
Terlihat bahwa dari 2.655 unit rumah tinggal yang tidak termasuk kriteria klasifikasi terdapat 50,3% luas tapak bangunannya dibawah standard (<21m2), ha1 ini termasuk rumah kumuh, terbanyak di Jakarta Selatan ( 1 ],I%), Jakarta Barat (9.1 %) dan Jakarta Pusat (8.7%). Sebagian besar rumah kumuh terletak di perkotaan khususnya di DKI
Jakarta. Hal ini terbukti bahwa masih banyak penduduk yang tinggal di mmah di bawah ukuran kelayakan. Pada Tabel 26. yang luas tapak bangunan > 21m2 namun tidak memenuhi kriteria klasifikasi tipologi rumah yang disajikan pada Tabel 14. seperti
tipe rumah
menengah atau mewah namun tidak ada fasilitas kamar mandi, tidak ada tempat buang air besar atau tidak ada
sumber air. Kebanyakan mereka menggunakan fasilitas
tersebut secara bersama-sama atau umum. Selain ha1 tersebut rumah menengah atau mewah namun tidak ada atap, tidak ada plafon, atau dindingnya terbuat dari bambu. Rumah sederhanalsangat sederhana masih ada yang jenis lantainya tanah, sehingga tidak memenuhi kriteria bahwa lantainya minimum bukan tanah. Maka
2.665 unit rumah tinggal dalam penelitian ini
di masukkan dalam
sebanyak tipe lainnya
sehingga tidak dianalisis.
6.1.2
Kondisi Bangunan Dari Tabel 27. dan Tabel 28. dibawah ini, terlihat bahwa jumlah rumah
dari seluruh tipe sebagian besar dalam kondisi baik yaitu sebanyak 65,s persen, dan yang sedang 32,4persen yang kondisinya rusak hanya 2,l persen. Rumah tipe sangat sederhana sebagian besar kondisinya sedang sebanyak 48,4 persen, dan pada tipe sederhana sebagian besar kondisi baik sebanyak 59,4 persen, kondisi menengah juga sebagian besar kondisinya baik sebanyak 76,2 persen dan rumah mewah sebagian besar kondisinya baik sebanyak 86,2 persen,
bahkan tidak ada yang dalam kondisi
rusak. Menurut Tabel 28.terlihat bahwa persentase rumah yang kondisi bangunannya
baik,
terbanyak pada
rumah menengah sebanyak 55,9%, dan yang
kondisi
bangunannya sedang yang terbanyak pada rumah sederhana sebanyak 39,7%, dan kondisi rusak yang terbanyak rumah sangat sederhana sebanyak 4 1,6%.
Tabel 27.
Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Kondisi Bangunan di Jabotabek Tahun 2001
Tipe Rumah
Sangat Sederhana Sederhana Menengah
Kondisi Bangunan
I
ewah
Baik 46,s 592 766 I 86,71
Sedang 48,4 38,s 22,3 I 13381
Rusak 4,s 2,o 1,1I 0,d
Total 100,O 100,O 100,O 100,
Tabel 28. Persentase Rumah Tinggal menurut Kondisi Bangunan dan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001 Tipe Rumah
Kondisi Bangunan
Sumber : Hasil olahan Susenas (2001)
6.1.3
Keadaan Lingkungan Lokasi rumah yang memenuhi syarat hidup sehat adalah rumah yang terletak di
kawasan permukiman yang aman dari ancaman bencana alam. Rumah yang terletak di kawasan rawan banjirlbencana alam seharusnya ditata kembali. Karena terbatasnya lahan perumahan pendududuk terpaksa membangun rumah didaerah tersebut. Pada
Tabel 29. dan 30. menunjukkan
persentase dari
tipe
rumah
tangga yang
bertempat di lokasi rawan banjir dan tidak rawan banjir. Disetiap tipe rumah hampir sama proporsinya, lebih dari 87% tinggal di lokasi tidak rawan banjir. Kalau dilihat dari persentase dari masing-masing tipe rumah, yang mengalami banjir apabila musim hujan tiba sebanyak 10,7 5% dan yang tidak sebanyak 89,3% dari jumlah sample yang diteliti. Rumah mewah 97,8% tidak mengalami banjir, rumah menengah 90,5% tidak banjir, rumah sederhana 88,0% tidak banjir dan rumah sangat sederhana 87,696 tidak mengalami banjir.
Pada Tabel 29. terlihat persentase berdasarkan banjir dan tidak
banjir proporsinya hampir sama pada setiap tipe rumah; dari jumlah rumah tangga yang banjir yang terbesar terletak pada tipe rumah menengah yaitu yang terkena banjir sebanyak 42,696 dan yang tidak terkena banjir sebanyak 48,796.
Tabel 29.
Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Rawan BanjirITidak Banjir di Jabotabek Tahun 2001 Rawan BanjirITidak Banjir Tipe Rumah Banjir 12,4
Tidak Banjir 876
Total 100,O
12,O
88,O
100,O
9,5
90,5
100,O
22
97.8
100.0
10,7
89,3
100,O
Sangat Sederhana Sederhana Menengah Mewah Total Sumber: Hasil olahan Susenas(2001)
Tabel 30. Persentase Rumah Tinggal menurut Rawan Banjir dan Tipe Rumah di ~abotabekTahun 2001 I
I
1
Rawan BanjirJTidak Banjir
Tipe Rumah I
Sumber : Hasil olahan Susenas 2001
6.1.4
Aksesbilitas Permintaan rumah juga di pengaruhi oleh mudahnya aksesbilitas dengan
fasilitas umum, yaitu
jarak ke Angkutan Umum, jarak ke Pasar Tradisional, jarak
ke Kantor Pos, Jarak ke Kantor Polisi dan jarak ke Telpon Umum, jarak ke Puskesmas jarak ke sekolah SLTP dan SMU,
Selain jarak ke fasilitas umum aksesbilitas juga
ditentukan oleh letak rumah tinggal apakah dipinggir jalan atau tidak di pinggir jalan, dan lokasi rumah menurut klasifikasi daerah rumah tinggal. Pada penelitian ini jarak dibagi menjadi tiga katagori yaitu jarak dekat apabila kurang dari 1 Km, jarak sedang bila antara 1-3 Km dan jarak jauh apabila >3 Km. Pada Tabel 30. berikut disajikan persentase rumah tinggal menurut jarak ke angkutan umum. Terlihat hampir semua dekat dengan angkutan umum sebanyak 95,6%. Apabila dilihat dari tipe rumah yang jaraknya dekat hampir semua diatas 90%, ha1 ini dimungkinkan karena fasilitas angkutan umum sudah merambah hampir di semua lokasi permukiman.
Tabel 31. Persentase Rumah Tinggal menurut Jarak ke Angkutan Umum dan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001 Jarak ke Angkutan Umum Dekat
RS
RSS 17.51
Tipe Rumah R M ~ 33.d
RMN 1.d
48.11
Total 100.0
Sumber: Hasil Olahan Susenas 2001
Tabel 32. Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Jarak ke Angkutan ~ & u m di ~abotabekTahun 2001
I
Lmum
arak ke Angkutan
petal
Tipe Rumah RSS
100,0(
Total
100,0(
l00,q
l00,d
100,O
1
Sumber: Hasil Olahan Susenas 2001 Selain jarak ke angkutan umum dikaji pula jarak ke Pasar tradisional
bisa
dilihat pada Tabel 33. dan Tabel 34. berikut ini. Seperti pada jarak ke angkutan umum, sebagian besar jaraknya dekat ke pasar tradisional di semua tipe rumah diatas 83 %. Kalau dilihat dari tipe rumah yang berjarak dekat ke pasa tradisional yang paling banyak pada tipe menengah, yang berjarak sedang terdapat pada tipe menengah, dan yang berjarak jauh pada tipe sederhana. Hal ini disebabkan karena tipe rumah menengah jumlahnya
sangat signifikan dibanding dengan tipe lain sehingga
persentase berdasarkan jarak mengelompok pada rumah menengah. Rumah menengah disini dimungkinkan karena adanya modifikasi (renovasi) yang tadinya berasal rumah sederhana atau rumah sangat sederhana.
Tabel 33.
Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Jarak ke Pasar Tradisional di Jabotabek Tahun 2001
Jarak ke Pasar Tradisional Dekat
Sedang
Jauh
Total
86.1 83.2 87,6 87,s 859
6.7 10,8 9,4 7,8 94,3
7.2 6,o 3,c 4,4 4,8
100.C 100,C 100,C 100,O 100,O
-
Sanlrat Sederhana Sederhana Menengah Mewah Total Sumber: hasil Olahan Susenas 2001
Tabel 34. Persentase Rumah Tinggal menuurut Jarak ke Pasar Tradsional dan T i ~ Rumah e di Jabotabek Tahun 2001 Jarak ke Pasar Tradisional Tipe Rumah ~ekatl sedan4 ~auh( Total Isangat Sederhana 17,d 12,6] 2651 174 Sederhana 3 1,9 37,9 41,s 32,9 Menengah 49,C 48,3 306 48,O Mewah 1,5 1 2 1,4 1,5 Total IOO,~ lO O , ~ 1O O , ~ 100,O Sumber: Hasil Olahan Susenas 2001
Selain jarak ke angkutan umum dan ke pasar tradisional dikaji pula jarak ke Puskesmas, jarak ke Kantor Pos, jarak ke telpon umum, dan jarak ke Kantor Polisi, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar dari semua tipe rumah dekat dengan fasilitas umum tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas umum menjadi variable yang menentukan seseorang untuk menentukan pilihan rumah. Selain jarak ke fasilitas umum variable lain yang menentukan
kemudahan
aksesbilitas ke tempat kegiatan adalah lokasi rumah tinggal yaitu klasifikasi daerah. Klasifikasi daerah menurut Susenas 2001 dibagi menjadi daerah perkotaan dan daerah perdesaan. seperti pada Tabel 35.
klasifikasi tipe rumah sebagian besar rumah
tinggal berada di perkotaan 95,8%, bahkan rumah mewah
100% berada di daerah
perkotaan. Kalau dilihat berdasarkan persentase rumah
klasifikasi daerah, proporsi tipe
yang tinggal di perkotaan dan yang tinggal di perdesaan tidak signifikan
bedanya periksa pada Tabel 35. berikut. Tabel 35. Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Klasifikasi Daerah di Jabodetabek Tahun 2001
Sumber : Hasil olahan Susenas 2001
Tabel 36. Persentase Rumah Tinggal menurut Klasifikasi Daerah dan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001
Sumber : Hasil olahan Susenas 2001
Selain jarak dan
lokasi rumah tinggal, yang menentukan kemudahan
aksesbilitas adalah letak rumah tinggal apakah di pinggir jalan atau tidak di pinggir jalan. Pada tabel 37. dan 38.
disajikan persentase rumah tinggal yang terletak di
pinggir jalan atau tidak di pinggir jalan. Berdasarkan
kriteria tipe rumah, rumah
tinggal yang terletak di pinggir jalan sebanyak 86,4%, terbesar pada rumah mewah, yang di pinggir jalan sebanyak 97.8%. Apabila dilihat dari persentase letak rumah tinggal
pada Tabel 37. menunjukkan
bahwa yang terletak di pinggir jalan yang
paling banyak rumah menengah sebanyak 49,5%, demikian juga yang terletak tidak di pinggir jalan jumlah terbesar juga pada rumah menengah sebanyak 39,1%. Tabel 37. Persentase Rumah Tinggal Menurut Tipe Rumah dan Letak Rumah di -Jabotabek tahun 2001 Letak Rumah
Sumber : hasil olahan Susenas 2001
Tabel 38. Persentase Rumah Tinggal Menurut Letak Rumah
l00,cj Sumber : Hasil olahan Susenas 2001
100,0(
100.0
1
6.2
Karakteristik Responden Selain
variabel yang digunakan untuk menentukan tipologi rumah tinggal,
dikaji pula tentang variabel yang mempengamhi responden dalam memilih rumah tinggal.
6.2.1 Status Perkawinan Kepala Keluarga Responden yang kepala keluarganya berstatus belumltidak kawin sebanyak
3,9% dan yang berstatus kawin sebanyak 85,4, dan berstatus cerai hidup sebanyak 2%, dan cerai mati sebanyak 8,7%. Rumah Tangga yang kepala rumah tangganya belum kawin yang paling banyak menempati rumah sangat sederhana sebanyak 6,570, dan yang menempati rumah mewah sebanyak 5,6%. Adapun yang kepala rumah tangganya cerai mati
dari seluruh responden yang menempati mmah mewah
sebanyak 13,3%. Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Status Perkawinan Kepala Keluarga di Jabotabek Tahun 2001 Status Perkawinan Tipe Rumah Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Total 86,O Sangat Sederhana 100,O 4,9 2,6 6s Sederhana 85,8 100,O 3,4 l,7 9,l Tabel 39.
Menengah
3,3
Mewah 5x5 Total 3,9 Sumber :Hasil Olahan Data Susenas 2001
6.2.2
85,l 80,O 85,4
2,c 2,O
9,6
100,O
13,3
100,O 100,O
8,7
Pendidikan Kepala Keluarga Tentang data pendidikan kepala keluarga pada penelitian ini ada yang missing
(tidak ada jawaban) sebanyak 245 mmah tangga, dimungkinkan karena tidak jelas ijazahnya. atau merasa malu menyebutkan pendidikan yang sebenarnya. Responden
yang menjawab tentang pendidikan kepala keluarganya hanya 5.925 rumah tangga. Pada Tabel 39. menunjukkan bahwa persentase berdasarkan tingkat pendidikan kepala
Tabel 40.
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Persentase Rumah Tinggal menurut Pendidikan Kepala Keluarga dan T i ~ Rumah e di Jabotabek Tahun 2001 -
-
.
Pendidikan KK
RSS
Tdk Tamat S D Tamat S D TamatSLTP Tamat SLTA SMKejuruan DID2 D3/SM D4/S 1 S 21s 3 Total
I
212 21.4 21,3 17.5 19,6 10,3 8.2 4,4 3,o 17.7
Tipe Rumah RS RMN 38,o 34.6 373 3 1.1 41 ,o 31,O 16.4 19,l 11,9 32.6
RMW Total
40,6 43.1 4075 50.2 38,4 569 69.8 71,8 77,6 48.1
0,2 1 .O 0,8 1.2 1,o 1,7 5.7 4,6 7,5
100 100 100 100 100 100
1.5
100
Hasil Olahan Data Susenas 2001
keluarga yang tidak tamat S D menempati rumah sangat sederhana (RSS) sebanyak 21,2%, rumah sederhana (RS) 38%, rumah mewah (RMN) 40,6% dan menempati rumah mewah (RMW) sebanyak 0,296.
Tabel 41.
Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Pendidikan Kepala Keluarga di Jabotabek Tahun 2001
Pendidikan Kepala Keluarga Tdk Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA SMKejuruan D 1 ID2 DYSM D4lS 1 S2lS3 Total Sumber : Hasil olahan Susenas 2001
RSS 11,7 22,6 20,9 29,O 11,O 0,6 22 1,8 02 100,O
Tipe Rumah RS RMN 11,4 19,8 2 0 28,O 1x4 0,9 24 4,7 0,4 100,O
8,3 16,7 14,6 30,6 7,9 12 6,9 128 1,s 100,O
RMW
Total
1,1 12,2 8,9 22,2 6,7 1,1 17,8 24,4 5,6 100,O
93. 18,7 17,4 29,3 9,s 1,c 4,7 8,c I,], 100,O
10G
100 100
Sebaliknya yang pendidikan kepala keluarga tamatan S2/S3menempati rumah sangat sederhana sebanyak 3%.
Pendidikan Kepala Keluarga yang paling banyak
tamatan SLTA, sebanyak 29,396 dari seluruh sampel.
6.2.3 Pengeluaran Rumah Tangga Pada penelitian ini yang dimaksud tingkat pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran rumah tangga berupa makanan maupun non makanan dalam rupiah pada setiap bulan. Tingkat pengeluaran dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok bawah apabila pengeluarannya dibawah Rp 500.000,- setiap bulan,
kelompok
menengah apabila pengeluarannya antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,setiap bulan, dan kelompok atas apabila pengeluaran rumah tangganya diatas Rp 1.000.000,- setiap bulan. pengeluaran responden
Pada Tabel 41. dan Tabel 42. terlihat bahwa tingkat sebagian besar kelompok
sebanyak 48,110 dan 43,396,
menengah dan kelompok
atas
yang termasuk kelompok bawah sebanyak 8,6 95.
.Adapun pada tipe rumah sangat sederhana sebagian besar 61,6% dihuni oleh kelompok yang
tingkat pendapatannya
sederhana sebagian besar (57,1%)
menengah,
demikian juga pada rumah
ditempati oleh kelompok yang tingkat
pendapatannya menengah, namun rumah tipe menengah dan mewah didominasi oleh kelompok yang tingkat pendapatannya tingkat atas yaitu 57,796 dan 85,695.
Tabel 42. Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga di ~abotabekTahun 2001-
Kelompok Pengeluaran
/ Bawah
RSS I
I
1531 61,6 23,l 100,O
Menengah Atas Total
Tipe Rumah RS I RMN I
11.81 57,l 31,l 100,O
I RMW I I
Total
I
4.31 38,o 57,7 100,O
o.d
8.4 48,l 43,3 100,O
14,4 85,6 100,O
Sumber: Hasil olahan Susenas 2001
Tabel 43.
Persentase Rumah Tinggal menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga dan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001
Kelompok Pengeluaran Rumah Tangga
Tipe Rumah RSS
RS
I
RMN
I
23,9
1
Bawah
31,A
4454
rota1
17,6
32,9
RMW
I
Total
0,d
loo,(
1,5
100,o
Sumber: Hasil olahan Susenas 2001
6.2.4 Kepemilikan Rumah Tinggal Menurut status kepemilikan rumah tinggal yang ditempati, sebanyak 65,6% adalah hak milik, sebanyak 10,6 adalah kontrak, dan sebanyak 10 % sewa,
yang
menempati rumah dinas sebanyak 2,6% dan yang bebas sewa hanya menempati saja sebanyak 1.5% dan yang menempati rumah orang tua atau famili sebanyak 9,4%, dan 0.6% selain yang tersebut diatas, lebih jelasnya lihat di Tabel 43. dan Tabel 44.
Tabel 44.
Persentase Rumah Tinggal menurut Status Kepemilikan Rumah dan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001
Status Kepemilikan Bangunan
Tipe Rumah Sangat Sedrhana 9,s 33,7
Sederhana
Menengah
Mewah
Total
33,4
55,4
1,7
100
37,1
282
1,1
100
Sewa
51,9
24,o
23,9
0,2
100
Rumah Dinas
16,s
20,6
61,9
0,6
1OC
Bebas Sewa
20,O
29,3
48,O
2,7
1 OC
Rumah Orang Tua
19,4
38,s
40,4
1,7
100
Lainnya
13,9
27,s
556
2,s
10"
Total
17,6
32,9
48.0
1,5
100
Milik Sendiri Kontrak
Sumber : Hasil Olahan Data Susenas 2001
Tabel 45.
Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Status Ke~emilikanRumah di Jabotabek Tahun 2001
Status penguasaan bangunan Milik Sendiri Kontrak Sewa Rumah Dinas Bebas Sewa Rumah Orang Tua Lainnya Total Sumber: Hasil Olahan Susenas 2001
6.3.
Tiye Rumah Sederhana 35,4 20,3 29,,7 2,4 1,4 10,4 0,s 100,O
666 11,9 7,3 1,6 1,1 1 l,d 0,5 100,O
Menengah Mewah 75,7 62 50 3,2 1 2 7,9 O,7 100,O
75,d 7,81 1,11 1,11 24 11,11 1,lI l00,d
Total 65,6 10,6 10,O 2,s 1 2 9,4 0,6 100,C
Sebaran Rumah Tinggal di Jabotabek Kalau dlihat dari sebaran responden yang kena sampel Susenas 2001 yang
paling banyak di wilayah Jakarta Timur sebanyak 15,l C/o dari total responden dan berikutnya Jakarta Selatan sebanyak 15% dari total responden.
dan sebaliknya yang
paling kecil dikabupaten Bekasi hanya 2,1% dan Kota Bogor sebanyak 2,2% dari total responden.
Pada Tabel 45.dan Tabel 46. disajikan jumlah rumah tangga yang kena
sampel menurut wilayah dan tipe rumah. Pada Tabel 46. dibawah ini terlihat bahwa di Jakarta Barat masih ada rumah sangat sederhana sebanyak 23,996 dari jumlah sampel yang ada pada Jakarta Barat, ha1 ini dimungkinkan karena harga tanah dan bangunan di Jakarta Barat sangat mahal sehingga masih banyak masyarakat yang menempati rumah sangat sederhana. depok rumah sangat sederhana hanya 4,6%, Depok,
Kota
dari jumlah sampel yang ada di Kota
ha1 ini karena tanah di Depok relatif lebih murah
dibanding
Jakarta
selain ongkos Tukang bangunan masih relatief murah dibanding Jakarta, selain itu rumah di Depok sudah banyak yang mengalami renovasi, yang semula rumah sederhana dalam waktu yang tidak lama direnovasi menjadi rumah tipe sederhana atau menengah.
Tabel
46.
Persentase Rumah Tinggal menurut Wilayah dan Tipe rumah di Jabotabek Tahun 2001 -
Sumber : Hasil Olahan Susenas 2001
Rumah tinggal yang paling banyak menengah sebanyak
pada penelitian ini adalah rumah
48 % dari seluruh jumlah sampel.
Hal ini seperti yang
disebutkan diatas sudah banyak responden yang mengembangkan setelah
ditempati. Rumah mewah hanya 1,5%
rumah (renovasi)
dari jumiah rumah yang diteliti,
bahkan ada 3 kabupatenIKota yang tidak ada sampel rumah mewahnya yaitu pada Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kabupaten Bekasi.
Tabel 47.
Persentase Rumah Tinggal menurut Tipe Rumah dan Wilayah di Jabotabek Tahun 2001
k
ilayah di Jabodetabek
Tipe Rumah
Sumber : Hasil Olahan susenas 2001
Dari total sample rumah tipe sangat sederhana yang paling sedikit di Kabupaten Bekasi hanya 0.7%, rumah sederhana yang paling sedikit di Kota Bogor hanya 2,5% dari total sample rumah sederhana dan rumah menengah yang paling sedikit di Kota
Bogor, sebanyak 1,8% dari total sample rumah menengah, adapun rumah mewah yang tidak ada sampelnya di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi.
6.4 Pola Preferensi Pilhan Jenis Rumah Tinggal Analisis koefisien multinomial logit preferensi relatif pilihan rumah tinggal pada penelitian
terdapat enam kemungkinan tipe rumah dengan referensi
tipe
rumah lainnya yaitu : rumah sangat sederhana referensi rumah mewah (P1/P4),rumah sederhana referensi rumah mewah (P2/P4), rumah menengah referensi rumah mewah (P3/P4), rumah sangat sederhana referensi rumah sederhana (P1/P2), rumah sangat sederhana referensi rumah menengah (P1/P3), dan rumah sederhana referensi rumah menengah (P2/P3).
6.4.1 Pola Preferensi Relatif Pilihan Rumah Referensi Rumah Mewah (PI&) Pada Tabel lampiran 1 .
Sangat
Sederhana dengan
di bawah ini adalah hasil olahan data dugaan
koefisien multinomial logit dari peluang pilihan jenis rumah tinggal bagi masyarakat yang terkena sampel di wilayah Jabodetabek yang tergolong rumah sangat sederhana dengan referensi rumah mewah (Pl/P4). Nilai koefisien variable bebas Pengeluaran
rumah tangga kepala keluarga
dalam hubungan dengan pilihan rumah sangat
sederhana relatif terhadap rumah mewah, bertanda negatif dan taraf nyata satu persen, artinya bahwa setiap ada pertambahan pengeluaran rumah tangga peluang untuk memilih rumah
rumah sangat sederhana
akan mengurangi
dan menambah peluang pada
mewah. Bertambah pengeluaran berarti bertambah pendapatan, wajar kalau
memerlukan rumah yang lebih besar sehingga bisa menampung perabot rumah tangga
yang bertambah. Nilai koefisien variable umur kepala keluarga bertanda negatif dan taraf nyata
1% menunjukkan bahwa apabila umur kepala keluarga bertambah akan
mengurangi peluang preferensi relatif untuk memilih rumah sangat sederhana sebanyak I % , dan sebaliknya akan
akan menambah peluang memilih rumah
referensinya yaitu rumah mewah. Logikanya setiap orang bertambah umurnya akan bertambah besar pula anggota rumah tangganya, maka perlu rumah yang lebih besar. Nilai koefisien variuble bebas, ke pasar tradisional, ke Puskesmas, ke
telpon umum
bertanda negatif dan taraf nyata 5 persen untuk jarak ke pasar
tradisional dan dan ke telpon umum, artinya dengan bertambah jauh ke fasilitas umum tersebut akan mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana, logikanya mereka yang menempati rumah tipe kecil masih mendambakan aksesbilitas ke pasar tradisional, ke telpon umum dan ke Puskesmas
kemudahan tersebut.
Masayarakat yang tinggal di rumah tipe sangat sederhana menginginkankan tinggal dekat ke Pasar tradisional, karena pasar tradisional
harganya relatif lebih murah
daripada pasar swalayan, dan sifatnya kekeluargaan. Ingin dekat dengan telpon umum karena kebanyakan belum mempunyai telpon pribadi, dan telpon merupakan alat komunikasi yang utama, selain itu juga kepasar tradisional, masih dibutuhkan karena harga relatif lebih murah, juga ke Puskesmas
masih dibutuhkan karena, biaya
pengobatan yang paling murah, maka fasilitas umum tersebut menjadi pertimbangan mereka yang rumahnya tipe kecil ( masyarakat lapis bawah). Nilai koefisien ?nultinoliul logit vuriable bebas jumlah anggota rumah
tangga bertanda negatif meskipun tidak nyata, ha1 ini menunjukkan bahwa apabila jumlah anggota rumah tangga bertambah maka akan mengurangi peluang memilih
rumah tipe kecil akan beralih ke rumah mewah.
Logikanya responden yang jumlah
anggota rumah tangganya bertambah akan perlu rumah yang bertambah besar dengan jumlah kamar tidur yang lebih banyak.
Nilai koefisien multinomial logit variable
pendidikan kepala keluarga yang tidak tamat SD, bertanda positif dan bertaraf nyata lima persen dan sepuluh persen,
artinya mereka yang kepala keluarganya
hanya tidak tamat SD, tamat SD, dan tamatan SLTP, tidak mengurangi peluang preferensi relatif untuk memilih rumah sederhana relatif terhadap rumah mewah. Logikanya mereka yang kepala keluarganya tidak tamat S D masih belum mampu untuk membeli rumah mewah karena pendidikannya
rendah dan kemungkinan
pendapatannya juga rendah, jadi lebih baik memilih rumah sangat sederhana. Nilai koefisien variable bebas status penguasaan bangunan sewa
bertanda
positif dan bertaraf nyata lima persen, artinya apabila masyarakat yang sewa rumahnya bertambah mahal tidak mengurangi peluang pilihan preferensi relatif untuk memilih rumah sangat sederhana. Logikanya bahwa mereka yang masih menyewa dan harga sewa rumah bertambah mahal
maka lebih baik memilih rumah sangat
sederhana, karena apabila memilih rumah mewah akan lebih mahal lagi dan belum mampu untuk beralih ke rumah mewah. Nilai koefisien
Multinomial logit variable bebas lingkungan yaitu rawan
banjir, bertanda positif dan nyata 5 persen, artinya apabila rumah sangat sederhana rawan
banjir tidak mengurangi peluang pilihan preferensi relatif memilih rumah
sangat sederhana relatif terhadap rumah mewah. Logikanya masyarakat yang tinggal di rumah sangat sederhana penghasilannya masih relatif rendah sehingga meskipun lingkungan yang rawan banjir. tidak mengurangi pilihan rumah sangat sederhana
karena tidak mampu untuk beralih ke rumah mewah.
logit variable bebas persen,
daerah perkotaan
artinya responden
mengurangi peluang
Nilai koefisien multinomial
bertanda negatif dan taraf nyata satu
rumah sangat sederhana apabila di perkotaan akan
memilih rumah sangat sederhana. Logikanya mereka masih
mendambakan hidup tenang tidak bising di pedesaan. Analisis Elastisitas Respon
Pada Tabel Lampiran 1 pada kolom 8 adalah
hasil olahan dari analisis Multinomial logit yaitu
exponen dari koefisien
Multinomial logit yang berarti nilai elastisitas respon dari masing-masing variable bebasnya. Nilai koefisien dalam elastisitas respon diatas menunjukkan setiap kenaikkan satu persen suatu variable bebas akan menaikkan atau menurunkan sekian persen peluang pilihan jenis rumah tinggal (cateris paribus), tergantung pada
nilai
koefisiennya lebih dari satu atau kurang dari satu dan juga tergantung dari besarnya angka koefisien elastisitas respon
dimaksud. Melihat dari nilai koefisien elastisitas
respon dari setiap variable bebas pada elastisitas yang nilainya lebih dari satu dan taraf
nyata (uji statistik)
pada Tabel Lampiran 1 . kolom 8 yang sangat mencolok
yaitu : pendidikan kepala keluarga tidak tamat S D (54,9%), tamat SD (6%), tamat SLTP (6,5%), penguasaan bangunan sewa(36,3%) rumah dinas (32,6%) dan rawan banjir (4,2%). Dari nilai elastisitas Variable-variabel tersebut menunjukkan bahwa Peluang memilih rumah sangat sederhana sangat berpengaruh terhadap perubahan dari
variable-variabel
elastisitasnya satu (1,O) tangga
bebas tersebutpengeluaran
rumah tangga nilai koefisien
artinya apabila ada pertambahan
jumlah anggota rumah
satu persen akan menambah peluang permintaan rumah sangat sederhana
juga satu persen, ha1 tersebut juga menunjukkan bahwa rumah adalah barang vital. variable lain yang taraf nyata kurang dari satu yaitu : Umur Kepala keluarga jumlah anggota rumah tangga, jarak ke puskesmas, jarak ke pasar tradisional, jarak ke telpon umum klasifikasi daerah perkotaan, ha1 ini menunjukkan bahwa apabila pertambahan satu persen dari variable-variabel tersebut akan menurunkan peluang memilih rumah sangat sederhana.
6.4.2
Pola Preferensi Relatif Pilihan Rumah Sederhana dengan Referensi Rumah Mewah (Pfl4) Pada Tabel Lampiran 2. dibawah ini merupakan hasil olahan data dugaan
koefisien multinomial logit dari peluang pilihan jenis rumah tinggal bagi masyarakat responden yang terkena sampel Susenas 2001, yang bertempat tinggal di Wilayah Jabotabek.
Dilihat dari yang bertaraf nyata yang mempengaruhi pilihan rumah
sederhana relatif terhadap rumah mewah adalah : Umur Kepala Keluarga, Pengeluaran rumah tangga, jarak ke angkutan umum, jarak ke pasar tradisional, jarak ke telpon umum, kepala keluarga tidak kawin, pendidikan Kepala keluarga tidak tamat SD, tamat SLTP,
penguasaan bangunan rumah dinas, rawan banjir.
dan daerah perkotaan. Nilai koejisien
Multinomial logit variable bebas pengeluaran rumah
tangga bertanda negatif dan taraf nyata satu persen, artinya apabila responden pengeluaran rumah tangganya bertambah akan mengurangi peluang memilih rumah sederhana
akan beralih ke rumah mewah. Logikanya responden yang bertambah
pengeluaran rumah tangganya berati bertambah penghasilannya, wajar kalau memilih
rumah yang lebih besar bisa menampung perabotan rumah tangga yang bertambah banyak akibat dari bertambahnya penghasilan.
Nilai koefisien Multinomial Logit
variable bebas jarak ke angkutan umum bertanda negataif , meskipun tidak nyata, berarti setiap ada tambahan jarak
ke angkutan umum akan mengurangi peluang
responden memilih mmah sederhana, dan akan beralih ke rumah mewah. Logikanya responden masih mementingkan dekat jaraknya ke angkutan umum karena akan memperlancar aksesbilitas ke tempat kerj a, ke sekolah dan kegiatan lainnya. Nilai
koefisien multinomial logit variable bebas jarak ke pasar tradisional bertanda negatif dan taraf nyata satu persen, artinya apabila jarak ke pasar tradisional bertambah jauh akan mengurangi peluang memilih mmah sederhana dan akan beralih ke rumah mewah. Logikanya responden masih mendambakan rumah dekat pasar, karena selain harganya relatif murah juga suasana yang masih familier.
Nilai
koefisien multinomial logit variable bebas jarak ke Telpon Umum bertanda negatif dan taraf nyata 5 persen, artinya bahwa responden yang jarak ke telpon umumnya bertambah jauh, akan mengurangi peluang memilih rumah sederhana akan beralih ke rumah mewah. Logikanya wajar kalau responden mementingkan dekat dengan telpon umum. karena telpon adalah alat komunikasi yang sangat vital, dan yang tinggal di rumah sederhana kebanyakan belum mempunyai telpon pribadi.
Nilai koefisien
Multinomial logit variable, variable bebas kepala keluarga tidak kawin bertanda negatif dan taraf nyata 5 % , ha1 ini berarti masyarakat yang berstatus kawin yang akan menambah peluang memilih rumah sederhana, logikanya karena sudah punya keluarga maka lebih membutuhkan tempat tinggal.
Nilai koefisien rnultinomial logit variable bebas jumlah anggota rumah
tangga betanda negatif meskipun tidak nyata, artinya apabila responden bertambah anggota rumah tangganya akan mengurangi peluang untuk memilih rumah sederhana, akan beralih ke rumah mewah. Logikanya wajar kalau jumlah anggota keluarga bertambah menginginkan rumah yang lebih besar karena perlu banyak kamar tidur. Nilai koefisien rnultinornial logit variable bebas pendidikan kepala
keluarga tidak tamat SD bertanda positif dan taraf nyata 5 persen, artinya bahwa apabila kepala keluarga tidak tamat S D tidak mengurangi peluang memilih rumah sederhana
dibanding rumah mewah. Logikanya responden yang yang kepala
keluarga tdak tamat S D penghasilannya relatif rendah, sehingga hanya mampu memilih rumah sederhana. Nilai koefisien rnultinornial logit variable bebas pendidikan kepala
keluarga tamat SLTP bertanda positif dan taraf nyata 5 persen, artinya bahwa apabila kepala keluarga tamat SLTP tidak mengurangi peluang memilih rumah sederhana keluarga
dibanding rumah mewah. Logikanya responden yang yang kepala tamat SLTP penghasilannya relatif rendah, sehingga hanya mampu
memilih rumah sederhana. Nilai koefisien rnultinornial logit variable bebas rawan banjir bertanda positif dan taraf nyata 5 persen, artinya bahwa apabila rumahnya banjir responden tidak mengurangi peluang memilih rumah sederhana. Logikanya mereka tidak mempertimbangkan lokasi banjir karena dianggap banjir hanya terjadi sesaat saja
dan apabila pindah ke
lokasi yang tidak banjir memerlukan biaya yang tidak
sedikit. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas daerah bertanda negatif dan taraf nyata satu persen artinya daerah pedesaan. Logikanya responden
perkotaan
responden lebih menyukai
memilih daerah pedesaan, karena lebih
tenang dan tidak bising yang penting dekat dengan angkutan umum. Analisis elastisitas respon Tabel Lampiran 2. pada kolom 8 adalah hasil olahan analisis Multinornial Logit yaitu exponen dari koefisien multinomial logit yang menunjukkan nilai elastisitas respon pilihan rumah sederhana relatif terhadap rumah mewah.
Nilai koefisien dalam elastisitas respon tersebut menunjukkan
setiap kenaikkan satu persen suatu variable bebas akan menaikkan atau menurunkan sekian persen peluang pilihan jenis rumah tinggal (ceteris parebus), tergantung dari nilai koefisien elastisitasnya apakah lebih dari satu atau kurang dari satu. Apabila lebih dari satu akan menambah peluang untuk memilih rumah sederhana sekian persen, apabila nilainya kurang dari satu akan menurunkan peluang memilih rumah sederhana sekian persen. Nilai koefisien elastisitas variable bebas yang nilainya lebih dari satu dan nyata yaitu : pendidikan kepala keluarga tidak tamat SD, tamat
SLTP, rumah dinas dan rawan banjir, ha1 ini menunjukkan apabila ada pertambahan satu persen dari unit variable tersebut akan menambah peluang memilih rumah sederhana. Nilai elastisitas yang kurang dari satu persen dan nyata yaitu umur kepala keluarga, jarak ke pasar tradisional, jarak ke telpon umum, kepala keluarga tidak kawin, dan daerah perkortaan, ha1 ini berarti apabila ada penurunan satu
persen dari masing-masing unit variable tersebut akan menurunkan peluang sekian persen untuk memilih rumah sederhana daripada memilih rumah mewah. Nilai elastisitas pengeluaran rumah tangga sama dengan 1%,
berarti
meskipun ada perubahan pengeluaran rumah tangga satu persen akan menambah peluang memilih rumah sederhana juga 1 %.
6.4.3 Pola Preferensi Relatif Pilihan Rumah Menengah Rumah Mewah (P3/P4).
dengan Referensi
Tabel Lampiran 3. dibawah ini merupakan hasil olahan data dugaan dengan koefisien multinomial logit dari peluang pilihan jenis rumah tinggal bagi responden Susenas
2001
kategori rumah menengah relatif terhadap rumah mewah di
Jabotabek. Dilihat dari nilai koefisien variable bebas dalam hubungan relatif antara rumah menengah relatif terhadap rumah mewah yang berpengaruh nyata adalah, umur kepala keluarga, jarak ke pasar tradisional, pengeluaran rumah tangga, kepala keluarga tidak tamat SD, status rumah dinas, rawan banjir, dan daerah perkotaan. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas pengeluaran rumah tangga bertanda negatif meskipun tidak nyata ha1 ini berarti semakin bertambah pengeluaran
responden dan peluang untuk memilih rumah menengah menurun
dibandingkan rumah mewah. Logikanya orang bertambah pengeluaran
akan
bertambah pula penghasilannya, sehingga perlu rumah yang lebih besar untuk bisa menampung tambahan perabot rumah tangga karena ada tambahan penghasilan. Nilai
koefisien variable
bebas jarak pasar tradisional bernilai negatif
menunjukkan bahwa apabila jarak ke pasar tradisional bertambah jauh responden
akan mernilih rumah mewah. Logikanya pasar tradisional sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena selain harga masih relatif murah juga bersifat familier. Nilai koefisien multinomial Logit variable bebas jarak ke fasilitas umum yang
bertanda negatif meskipun tidak nyata yaitu jarak ke Puskesmas, jarak ke
Kantor Pos, dan jarak ke telpon umum, artinya
apabila jarak fasilitas umum
tersebut bertambah jauh akan mengurangi peluang untuk memilih rumah menengah, dan akan beralih memilih rumah mewah. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas jumlah anggota rumah
tangga bertanda negatif, artinya bila jumlah anggota rumah tangga bertambah akan mengurangi peluang memilih rumah menengah. Logikanya apabila responden bertambah jumlah anggota rumah tangganya, perlu rumah yang lebih besar yaitu rumah mewah, ha1 ini wajar karena responden memerlukan banyak kamar tidur. Nilai koefisien
Multinomial Logit variable bebas penguasaan bangunan
rumah dinas, dalam hubungan dengan rumah menengah relatif terhadap rumah mewah, rumah dinas bertanda positif dan taraf nyata 5 %, ha1 ini berarti apabila masih menempati rumah dinas maka akan menambah peluang memilih rumah menengah.
Logikanya apabila mereka masih menempati rumah dinas
maka
responden akan tetap memilih rumah menengah, karena apabila memilih rumah mewah belum ada dana. Analisis elastisitas respon
Pada Tabel Lampiran 3. dibawah ini, pada
kolom 8 adalah hasil olahan analisis Multinomial Logit merupakan exponen dari
koefisien Multinorrziul Logit, menunjukkan elastisitas respon variable bebas rumah menengah relatif terhadap rumah mewah (cateris paribus). Dilihat dari besaran
nilai
koefisien elastisitas respon apabila nilainya lebih dari satu maka akan
menaikkan peluang pilihan relatif terhadap rumah menengah dibanding rumah mewah, sebaliknya apabila nilainya kurang dari satu akan menurunkan peluang memilih rumah menengah relatif terhadap rumah mewah.
Variabel
yang nilai
koefisien elastisitasnya lebih dari satu dan taraf nyata yaitu: pendidikan kepala keluarga tidak tidak tamat SD, menempati rumah dinas, rawan banjir. Hal ini menunjukkan apabila ada pertambahan satu persen dari unit variable tersebut akan menambah peluang memilih rumah menengah dari pada rumah mewah. Nilai elastisitas yang kurang dari satu dan taraf nyata yaitu umutr kepala keluarga, dan daerah perkotaan, ha1 ini menunjukkan apabila ada pertambahan satu persen dari unit variable tersebut akan menurunkan peluang memilih rumah menengah dan akan beralih ke rumah mewah. Nilai elastisitas pengeluaran rumah tangga satu persen, artinya apabila ada perubahan pengeluaran satu persen akan menambah peluang memilih rumah menengah juga satu persen, ha1 ini menunjukkan bahwa rumah adalah barang normal.
6.4.4
Pola Preferensi Relatif Pilihan Rumah Sangat Sederhana dengan Referensi Rumah Sederhana (P1/P2)
Tabel Lampiran 5. dibawah ini merupakan hasil olahan data dugaan koefisien multinorniul logit dari peluang pilihan jenis rumah tinggal bagi masyarakat yang terkena sampel pada survei Susenas 2001 yang menempati rumah sangat sederhana di Jabotabek dengan referensi rumah sederhana. Dilihat dari koefisien multinomial log it pada ~~uriuhlr-variahel bebas menunjukkan bahwa dalam hubungan antara
peluang pilihan rumah sangat sederhana relatif terhadap rumah sederhana sangat dipengaruhi oleh variable dengan uji statistik nyata yaitu : jarak ke puskesmas, jarak ke Kantor Pos, jarak ke Kantor Polisi,
pengeluaran rumah tangga, status
perkawinan cerai hidup, dan rumah sewa. Nilai koefisien Multinomial logit variable bebas yang bertanda negatif yaitu
umur kepala keluarga meskipun tidak nyata, jumlah anggota rumah tangga, jarak ke pasar Puskesmas, jarak ke telpon umum, dan jarak ke Kantor Polisi berarti apabila ada pertambahan pada variable tersebut akan mengurangi peluang untuk memilih rumah sangat sederhana, dan akan beralih ke rumah sederhana meskipun ada yang tidak nyata. Nilai M~iltinomialLogit variable bebas jarak ke Puskesmas bertanda negatif dan taraf nyata satu persen, artinya apabila jarak ke Puskesmas bertambah jauh akan mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana, akan beralih ke rumah sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas akan menjadi pertimbangan untuk memilih rumah, karena Puskesmas merupakan tempat berobat yang murah, bagi mereka yang pendapatannya rendah yang tinggal di rumah sangat sederhana masih membutuhkan rumah yang dekat Puskesmas. Nilai ko~fisienmultinomial logit variable bebas jarak ke Angkutan Umum bertanda positif dan taraf nyata 1096, berarti apabila jarak ke angkutan umum lebih jauh akan tetap memilih rumah sangat sederhana. Logikanya rumah sangat sederhana dan rumah sederhana
perbedaan luasnya tidak signifikan, maka mereka bisa
merenovasi rumah sangat sederhana untuk menjadi yang lebih besar.
Nilai koefisien multinomial logit variable bebas jarak ke Kantor Pos yang bertaraf nyata dan positif, berarti apabila jarak ke Kantor Pos bertambah jauh tidak akan mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana, ha1 ini karena fungsi Kantor Pos
tidak menjadi pertimbangan untuk memilih rumah sangat sederhana,
karena bukan merupakan kebutuhan vital. Nilai koefisien multinomial logit jarak ke Telpon Umum bertanda negatif meskipun tidak nyata, namun menunjukkan bahwa telpon umum merupakan alat komunikasi yang utama maka menjadi pertimbangan memilih rumah Nilai koefisien Multinomial Logit variable bebas jarak ke Kantor Polisi bertanda negatif dan nyata 5%, berarti apabila jarak ke Kantor Polisi bertambah jauh akan mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana dan akan memilih rumah sederhana, logikanya mereka yang tinggal di rumah-rumah tipe kecil yang padat penduduknya sering terjadi perkelaian penduduk antar kampung, sehingga mereka memerlukan keamanan yang lebih ketat. Nilai koefisien rnultinomial logit pengeluaran rumah tangga dikolom lima bertanda negatif dan taraf nyata 10 persen, artinya mereka yang pengeluarannya meningkat akan
menurunkan peluang memilih rumah sangat sederhana relatif
terhadap rumah sederhana, dan akan memilih rumah Sederhana. Logikanya apabila pengeluarannya bertambah
berati
pendapatan juga
bertambah, maka akan
memerlukan rumah yang lebih besar karena kemungkinan akan menambah perabot rumah tangga. Nilai koefisien variabel bebas status perkawinan cerai hidup di kolom lima bertapda positif dan bertaraf nyata lima persen, ha1 ini berarti apabila masyarakat
yang bertempat tinggal di rumah sangat sederhana cerai dengan suamilisteri tidak mengurangi peluang memilih
rumah sangat sederhana relatif terhadap rumah
sederhana. Logikanya apabila yang tinggal dirumah sangat sederhana itu isteri yang ditinggal suaminya akan berkurang pendapatannya maka mereka lebih memilih tinggal di rumah yang sangat sederhana saja dan tidak ada dana untuk memilih rumah yang lebih besar. Nilai koefisien variabel bebas status penguasaan bangunan sewa bertanda positif dan bertaraf nyata satu persen, berarti apabila nilai sewa rumah bertambah mahal maka responden yang tinggal di rumah sangat sederhana tidak mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana. Logikanya bagi mereka yang tinggal dirumah sangat sederhana pendapatannya relatif rendah jadi tidak mampu menyewa rumah yang lebih besar. Analisis elastisitas respon
Tabel
Lampiran 4.
kolom delapan
diatas
merupakan hasil olahan analisis multinomial logit merupakan exponen dari koefisien multinomial logit menunjukkan
elastisitas respon dari masing-masing
variabel bebasnya. Nilai koefisien elastisitas respon tersebut menunjukkan setiap kenaikkan satu persen suatu variabel bebasnya akan menaikkan atau menurunkan sekian persen peluang pilihan jenis rumah tinggal (cateris paribus) tergantung besar nilainya apakah lebih besar dari satu atau kurang dari satu. Apabila nilai koefisien elastisitas variable bebas lebih dari satu maka setiap ada perubahan bertambah
satu persen
dari variable bebas tersebut akan menaikkan peluang
memilih rumah sangat sederhana sekian persen (lebih dari satu persen),
dan
sebaliknya apabila nilai koefisien elastisitas variable bebasnya kurang dari satu akan
menurunkan peluang terhadap pilihan rumah sangat sederhana sekian persen relatif terhadap rumah sederhana. Nilai koefisien elastisitas yang lebih dari satu dan bertaraf nyata yaitu jarak ke Puskesmas (1,6%), jarak ke kantor Polisi (1,9%), jarak ke sekolah, (1,1%), cerai hidup (2,2%), rumah sewa (4,4%). Adapun variable pengeluaran nilai koefisien elastisitasnya bernilai satu (I%), ha1 ini berarti
apabila variable
pengeluaran rumah tangga bertambah satu persen maka akan menambah peluang terhadap permintaan rumah sangat sederhana juga satu persen, ha1 ini menunjkkan bahwa rumah tinggal adalah merupakan kebutuhan pokok. variable yang bernilai kurang dari satu dan bertaraf nyata menurut statistik yaitu : jarak ke kantor Pos (0,9%), jarak ke pasar tyradisional (0,9%), dan Jumlah anggota rumah tangga (0,.9%). 6.4.5
Pola Preferensi Relatif Pilihan Rumah Sangat Sederhana dengan Referensi Rumah Menengah (P1/P3) Tabel Lampiran 5. dibawah ini pada kolom 5 adalah hasil olahan data dugaan
nilai koefisien Multinomial logit dari preferensi pilihan jenis rumah sangat sederhana relatif terhadap rumah menengah bagi masyarakat yang terkena sampel Survei Susenas 2001 modul perumahan di daerah Jabotabek. Melihat besarnya nilai koefisien multinomial logit pada variable-vtrriubel bebas pada kolom 5
menunjukkan bahwa dalam hubungan relatif antara pilihan
rumah sangat sederhana dibandingkan rumah menengah lebih dipengaruhi (taraf nyata) oleh umur kepala keluarga, jumlah anggota rumah tangga, jarak ke Kantor
Pos, jarak ke Pasar tradisional, pengeluaran rumah tangga, kepala keluarga laki-laki, Kepala Keluarga tidak tamat sekolah dasar (SD), kepala keluarga tamat SD, rumah kontrak, rumah sewa, rumah pinggir jalan, dan daerah perkotaan. Nilai koefisien Multinomial Logit variable bebas umur kepala keluarga bertanda negatif dan taraf nyata satu persen, berarti apabila kepala keluarga bertambah umur akan mempertimbangkan pemilihan rumah yang lebih besar. Logikanya kepala keluarga yang umurnya bertambah tua akan bertambah anggota rumah tangganya (tambah anak), jadi perlu kamar tidur yang lebih banyak. Nilai koefisien variable bebas pengeluaran rumah tangga bertanda negatif dengan taraf nyata satu persen , artinya apabila jumlah pengeluaran rumah tangga bertambah
akan menurunkan peluang memilih rumah sangat sederhana dan akan
beralih ke rumah menengah. Logikanya apabila responden pengeluaran bertambah berarti penghasilan juga bertambah
maka akan memilih rumah yang lebih besar
karena dengan tambahan penghasilan akan menambah perabotan rumah. Nilai koefisien variable bebas jarak ke Kantor Pos bertanda positif dengan taraf nyata satu persen, artinya apabila rumah jauh jaraknya ke Kantor Pos tidak mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana. Logikanya Kantor Pos tidak menjadi pertimbangan untuk menentukan pilihan rumah sangat sederhana karena masyarakat yang penghasilannya relatif rendah tidak memikirkan jauh atau dekat dengan Kantor Pos. Nilai koefisien variable bebas Jumlah anggota rumah tangga bertanda negatif namun tidak nyata, artinya apabila bertambah banyak anggota rumah tangga, akan mengurangi peluang untuk memilih rumah sangat sederhana, akan beralih ke
rumah menengah. Logikanya apabila responden bertambah anggota rumah tangganya akan memilih rumah yang lebih besar karena memerlukan kamar tidur yang lebih banyak, maka pilihan akan beralih ke rumah menengah. Nilai koefisien variable bebas jenis kelamin kepala keluarga laki-laki bertanda positif dengan taraf nyata lima persen, artinya jenis kelamin kepala keluarga laki-laki tidak mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana. Logikanya kepala keluarga
laki-laki tidak menjadi pertimbangan untuk memilih rumah,
meskipun laki-laki kalau
pendapatannya pas-pasan akan memilih rumah sangat
sederhana dibanding rumah menengah. Nilai koefisien variable bebas pendidikan kepala keluarga tidak tamat SD bertanda positif dengan taraf nyata lima persen, artinya apabila kepala keluarga tidak tamatan SD akan menambah peluang memilih rumah sangat sederhana dibanding rumah menengah. Logikanya wajar kalau kepala keluarga tidak tamat SD memilih rumah sangat sederhana dibanding rumah menengah karena pendapatannya yang relatif rendah tidak mampu membeli rumah menengah. Nilai koefisien variable bebas pendidikan kepala keluarga tamat SD bertanda positif dengan taraf nyata lima persen. artinya apabila kepala keluarga tamatan SD, akan menambah peluang memilih rumah sangat sederhana dibanding rumah menengah. Logikanya wajar kalau kepala keluarga
tamatan S D memil ih
rumah sangat sederhana karena pendapatannya yang relatif rendah, tidak mampu membeli rumah menengah. Nilai koefisien variable bebas kontrak bertanda positif dengan taraf nyata \atu persen.
artinya apabila kontrak rumah bertambah mahal
akan menambah
peluang untuk memilih ruma sangat sederhana
dibanding rumah menengah.
Logikanya apabila harga kontrak rumah sangat sederhana saja mahal apalagi rumah menengah akan lebih mahal, maka mereka tetap memilih rumah sangat sederhana. Nilai koefisien variable bebas sewa bertanda positif dengan taraf nyata satu persen, artinya apabila harga sewa rumah bertambah mahal maka tidak mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana.
Logikanya apabila sewa rumah naik,
mereka yang penghasilannya masih relatif rendah, masih tetap memilih rumah sangat sederhana. Nilai koefisien variable bebas rumah pinggir jalan bertanda negatif dan taraf nyata lima persen, artinya rumah yang tidak pinggir jalan akan mengurangi peluang untuk memilih rumah sangat sederhana. Logikanya bagi responden yang tinggal di rumah sangat sederhana lebih senang rumah dipinggir jalan karena lebih strategis dan mudah akses dengan Pusat kegiatan. Nilai koefisien variable bebas daerah perkotaan bertanda positif dengan taraf nyata satu persen, artinya responden apabila rumah daerah perkotaan akan menambah peluang memilih rumah sangat sederhana. Logikanya memilih didaerah perkotaan lebih dekat dengan tempat kerja, dan fasilitas umum. Analisis Elastisitas Respon
Tabel Lampiran 5. dibawah ini pada kolom 8
merupakan hasil olahan analisis multinomial logit merupakan exponen dari koefisien
multinomial logit menunjukkan nilai elastisitas respon variable bebas terhadap peluang memilih rumah
sangat sederhana relatf terhadap rumah menengah. Nilai
elastisitas respon tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen variable bebas berakibat menaikkan atau menurunkan sekian persen peluang pilihan rumah
sangat sederhana (cateris parebus), tergantung besaran nilai elastisitas respon tersebut apabila lebih dari satu berarti menaikkan peluang, apabila nilai koefisien elastisitas kurang dari satu berarti menurunkan peluang memilih rumah sangat sederhana dan akan beralih pilihan rumah menengah. Melihat dari besarnya nilai koefisien elastisitas
relatif di Tabel Lampiran 5.
nilai elastisitasnya lebih dari satu dan bertaraf nyata
adalah : jarak ke angkutan
umum, jarak ke Kantor Pos kantor Pos, Kepala keluarga tidak tamat SD, Kepala keluarga tamat SD, rumah kontrak rumah sewa, daerah perkotaan. Variable bebas
pengeluaran rumah tangga nilainya 1 %, berarti setiap ada perubahan variabel 1 % akan menaikkan peluang memilih rumah sangat sederhana 1 % juga. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tinggal adalah merupakan barang kebutuha pokok. Selain yang menambah peluang memilih rumah, berikut nilai elastisitas yang menurunkan peluang memilih rumah yaitu apabila nilai elastisitasnya kurang dari satu persen
dan yang bertaraf nyata adalah umur kepala keluarga, jarak ke pasar
tradisional, pengeluaran rumah tangga, dan rumah pinggir jalan.
6.4.6 Pola Preferensi Relatif Pilihan Rumah Sederhana Rumah Menengah (P2/P3)
dengan Referensi
Tabel Lampiran 6. dibawah ini adalah hasil olahan data dugaan koefisien
rnultinornial logit dari preferensi relatif pilihan rumah sederhana relatif terhadap rumah menengah bagi responden yang terkena sampel Jabotabek.
survei Susenas 2001 di
Melihat nilai besaran koefisien multinomial logit,
dalam hubungan relatif
antara pilihan rumah sederhana dibandingkan rumah menengah sangat dipengaruhi oleh variable-variabel : umur kepala keluarga, jarak ke angkutan umum, jarak ke Puskesmas, jarak ke Kantor Pos, jarak ke Kantor Polisi, jarak ke Pasar Tradisional, pengeluaran rumah tangga, kepala keluarga tidak kawin, kepala keluarga tidak tamat SD, kepala keluarga tamat SLTP, kepala keluarga tamat SM Kejuruan, status kepemilikan bangunan rumah kontrak, pengaruh lingkungan rawan banjir, dan klasifikasi daerah di perkotaan. Nilai koefisien Multinomial Logit variable umur kepala keluarga bertanda negatif dan taraf nyata satu persen, berarti umur kepala keluarga yang bertambah tua akan mengurangi peluang memilih rumah sederhana akan beralih ke rumah menengah. Logikanya seseorang yang bertambah umur akan bertambah pula anggota rumah tangganya, sehingga perlu kamar tidur yang lebih banyak. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas jarak ke angkutan umum bertanda negatif dan nyata sepuluh persen, artinya apabila jarak ke angkutan umum bertambah jauh akan menurunkan peluang memilih rumah sederhana meskipun tidak begitu nyata, dan akan beralih ke rumah menengah. Logikanya responden masih mementingkan angkutan umum, karena untuk kelancaran aksesbilitas ketempat kerja atau kegiatan lainnya. Nilai koefisien multi nomial logit variable bebas jarak ke Puskesmas bertanda positif dengan taraf nyata satu persen, artinya apabila jarak ke Puskesmas bertambah jauh akan tetap memilih rumah sederhana dibanding rumah menengah. Logikanya bahwa Puskesmas bukan satu-satunya tempat berobat, ada alternatif
lainnya untuk berobat yaitu dokter praktek bersama, dokter pribadi, dan lain sebagainya. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas
jarak ke Kantor Pos
bertanda positif dengan taraf nyata satu persen, artinya bahwa apabila jarak ke Kantor Pos bertambah jauh tetap menambah peluang memilih rumah sederhana dibanding rumah menengah. Logikanya responden
penghuni mmah sederhana masih belum
mementingkan Kantor Pos, karena bukan kebutuhan sehari-hari
mengirim surat
atau keperluan lain. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas jarak ke Kantor Polisi bertanda positif dengan taraf nyata lima persen, artinya bahwa apabila jarak ke Kantor Polisi bertambah jauh
akan tetap
memilih rumah sederhana,
dibanding rumah
menengah. Logikanya responden yang tinggal di rumah sederhana merasa tidak banyak harta kekayaannya sehingga tidak begitu mementingkan rumah dekat Kantor Polisi, jadi belum terlalu mempertimbangkan rumah dekat Kantor Polisi, dan sebaliknya rumah menengah mempertimbangkan dekat dengan Kantor polisi karena memiliki harta dan kekayaan lebih banyak jadi ingin merasa aman apabila dekat dengan Kantor Polisi. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas jarak ke Pasar Tradisional bertanda negatif dengan taraf nyata satu persen,
artinya apabila jarak ke pasar
tradisional bertambah jauh maka akan menurunkan peluang memilih rumah sederhana dan akan beralih ke rumah menengah. Logikanya kalau responden mementingkan dekat pasar tradisional, sebab bagi masyarakat ekonomi lemah masih senang belanja
di pasar tradisional selain harganya relatif murah dibanding pasar swalayan, juga bersifat kekeluargaan. Nilai koefisien Multinomial Logit variable bebas penngeluaran rumah tangga bertanda negatif dan taraf nyata satu persen, berarti apabila pengeluaran bertambah besar akan bertambah pula pendapatan rumah tangga, dan akan mengurangi peluang memilih rumah sederhana. Logikanya mereka yang bertambah pendapatannya akan bertambah pula perabotan rumah tangga, wajar kalau memilih rumah yang lebih besar. Nilai koefisien Multinomial Logit variabel bebas kepala keluarga tidakhelum
kawin bertanda negatif dan taraf nyata sepuluh persen, berarti apabila kepala keluarga nya tidak kawin akan mengurangi peluang memilih rumah sederhana, ha1 ini karena kepala keluarga yang belum kawin masih belum membutuhkan rumah meskipun sederhana. Logikanya mereka yang belum kawin belum banyak pertimbangan untuk memiliki rumah. Nilai koefisien rnultinomilal logit variable bebas
pendidikan kepala
keluarga tidak tamat SD bertanda positif dengan taraf nyata sepuluh persen, artinya apabila responden tidak tamat S D maka akan menambah peluang memilih rumah sederhana dari pada rumah menengah. Logikanya wajar kalau responden yang tidak tamat SD penghasilannya relatif rendah, akan memilih rumah yang lebih murah karena belum mampu untuk membeli rumah menengah. Nilai koefisien multinomilal logit variable bebas pendidikan kepala keluarga
tamat SMP bertanda positif dengan taraf nyata sepuluh persen, artinya apabila responden tamat SMP maka akan menambah peluang memilih rumah sederhana dari pada rumah menengah. Logikanya kalau responden yang tamat SMP penghasilannya
akan memilih rumah yang lebih murah karena belum mampu
pas-pasan,
untuk
membeli rumah menengah. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas pendidikan kepala keluarga
tamatan SM Kejuruan
bertanda positif
dengan taraf nyata lima persen, artinya
apabila responden hanya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
akan menambah
peluang untuk memilih mmah sederhana dari pada rumah menengah. Logikanya tamatan sekolah menengah kejuruan juga masih belum berani untuk membeli rumah menengah, karena penghasilannya masih belum memadai. Nilai koefisien multinomial logit variable bebas status penguasaan bangunan
kontrak
bertanda positif dengan taraf nyata sepuluh
statusnya kontrak
maka
tidak menurunkan peluang
persen,
artinya apabila
memilih rumah sederhana.
Logikanya responden yang masih kontrak masih belum punya dana untuk membeli rumah apalagi rumah menengah. Nilai koefisien Multinomial Logit vuriable bebas rawan banjir bertanda positif dan taraf nyata sepuluh persen, artinya meskipun banjir mereka masih tetap mempertahankan pilihannya yaitu rumah sederhana. Logikanya banjir adalah kejadian yang tidak terus menerus hanya sesaat saja, pada umumnya mereka dengan tetangga sudah akrab maka mereka tidak ingin pindah rumah selain itu harga rumah yang relatif lebih mahal tidak ada dana untuk memilih rumah yang lebih besar. Nilai
perkotaan
koefisien multinomial logit variable bebas klasifikasi daerah
bertanda posi tif dengan taraf nyata lima persen, artin ya apabila di
daerah perkotaan mereka akan menambah peluang untuk memilih rumah sederhana,
logikanya
karena mudah tingkat aksesbilitasnya dengan tempat kerja,
anak
kesekolah, dan kegiatan lainnya lancar. Analisis elastisitas respon koefisien elastisitas respon
pada Tabel Lampiran 6. kolom 8 menunjukkan
hubungan antara peluang pilihan rumah sederhana
relatif terhadap rumah menengah.
Nilai koefisien elastisitas respon tersebut
menunjukkan setiap kenaikan satu persen variable bebas akan menaikkan atau menurunkan sekian persen peluang pilihan rumah sederhana, tergantung dari nilai elastisitas tersebut apakah lebih dari satu artinya akan menaikkan sekian persen peluang memilih rumah sederhana, atau kurang dari satu akan menurunkan sekian persen peluang memilih rumah sederhana. Variabel pengeluaran rumah tangga nilai elastisitasnya 1 % artinya setiap naik satu persen dari pengeluaran rumah tangga, akan menaikkan permintaan rumah sederhana juga satu persen. Adapun variabel yang mempengaruhi menurunnya
peluang permintaan
rumah tinggal adalah : umur kepala keluarga, jumlah anggota rumah tangga, jarak ke angkutan umum, jarak ke pasar tradisional, rumah pinggir jalan. Variabel yang mempengaruhi naiknya peluang memilih rumah sederhana dibandingkan rumah menengah adalah : jarak ke Puskesmas, jarak ke Kantor Pos, jarak ke Polisi, kepala keluarga tidak tamat SD, kepala keluarga tamat SLTP, kepala keluarga tamat SM Kejuruan, rumah kontrak, rawan banjir dan klasifikasi daerah perkotaan.
6.5
Perubahan Taraf Nyata akibat perubahan Referensi Pilihan Rumah Tinggal Untuk melihat perubahan taraf nyata variable
bebas pada pengujian
Multinomoal Logit pilihan rumah tinggal akibat dari perubahan referensi
rumah
mewah, rumah menengah dan rumah sederhana, pada tabel lampiran 7. sampai dengan 24 disajikan tabel-tabel
perubahan taraf nyata dari setiap variable yang
mempengaruhi pilihan rumah secara signifikan. Pada Tabel lampiran 7. sampai dengan Tabel lampiran 24. tersebut
menunjukkan bahwa pilihan rumah sangat
tergantung dengan pilihan alternatifnya atau referensinya. Pada Tabel lampiran 7. terlihat bahwa umur kepala keluarga pada PI/P2 tidak nyata (O), pada P1/PI nyata (- ***), pada P I P 4nyata (- ***). Hal ini berarti pada kenaikan umur kepala keluarga untuk rumah sangat sederhana referensi rumah sederhana tidak berpengaruh (indifference), karena perbedaan ukuran rumah tidak signifikan, namun pada P1/P4 berpengaruh nyata negatif, artinya bertambahnya umur kepala keluarga akan memlih rumah yang lebih besar, demikian pula pada P2/P3, P2/P4,dan P3/P?. Tabel Lampiran 8. jarak ke pasar tradisional. pada pilihan rumah sangat sederhana dengan referensi rumah sederhana (PI/P2) tidak ada pengaruhnya, pada pilihan rumah sangat sederhana dengan referensi rumah menengah ( P I P 3 ) bertanda negatif dan nyata 596, ha1 ini berarti apabila pasar tradisional bertambah jauh mereka akan mengurangi peluang memilih rumah sederhana, demikian pula (P1/P2),(P2/P3), (PIP,), ( P I P J ) , dan (PI/P4) dengan kata lain rumah tipe kecil semua menghendaki rumah.dekat pasar tradisional.
Tabel Lampiran 9. jarak ke Puskesmas, untuk pilihan rumah sangat sederhana dengan referensi rumah sederhana (PI/P2)bertanda negatif dan taraf nyata 190,berarti apabila Puskesmas bertambah jauh akan mengurangi peluang memilih rumah sangat sederhana, untuk rumah sederhana dengan referensi rumah menengah (P2/P3) bertanda positif dan taraf nyata 1%, ha1 ini berarti bahwa apabila Puskesmas bertambah jauh tidak mengurangi peluang memilih rumah sederhana, dan pilihan rumah yang lain puskesmas tidak mempengaruhi pilihan rumah, berarti
hanya
rumah tipe sangat sederhana saja yang menghendaki rumah dekat Puakesmas. Pada Tabel lampiran 10, telpon umum semuanya bertanda negatif meskipun pada pilihan rumah sangat sederhana referensi rumah sederhana (PI/P2)dan PI/P3, dan P2/P3 tidak nyata, ha1 ini menunjukkan bahwa apabila telpon umum jauh akan mengurangi pilihan rumah tipe kecil meskipun tidak signifikan. Namun bagi P I P 4 ,
P2/P4 dan P?/P4 yaitu rumah tipe kecil dengan referensi rumah tipe besar bertanda negatif dan nyata 5%. Pada Tabel lampiran 1 1,12 dan 13 tentang jarak ke angkutan umum, jarak ke kantor Pos, dan jarak ke Kantor Polisi. Terlihat bahwa yang bertanda negatif dan nyata pada jarak ke angkutan umum yaitu pilihan rumah sederhana dengan referensi rumah menengah, artinya apabila jarak ke angkutan umum jauh akan mengurangi peluang memilih rumah sederhana akan beralih ke rumah menengah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka penghuni rumah sederhana mementingkan dekat dengan angkutan umum,
karena merupakan sarana transportasi yang murah untuk
mempelancar aksesbilitas ke tempat kegiatan, bagi tipe rumah lainnya tidak pengaruh. Untuk jarak ke Kantor Pos semuanya bertanda positif, berarti kantor Pos
tidak menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan rumah. Untuk jarak ke Kantor Polisi terlihat bahwa pilihan rumah sangat sederhana dengan referensi rumah sederhana bertanda negatif dan nyata lo%, artinya mereka mengkhawatirkan adanya tawuran antar warga sehingga perlu dekat dengan kantor Polisi, namun pada rumah sederhana dengan referensi rumah menengah bertanda positif dan taraf nyata 1%, artinya penghuni rumah sederhana tidak memerlukan keamanan Polisi karena tidak ada harta benda yang perlu dijaga polisi, sebaliknya bagi rumah menengah perlu pengamanan Polisi karena memliki harta benda yang berharga, dan pada tipe lainnya tidak berpengaruh. Pada Tabel Lampiran 14 mengenai
variable pengeluaran rumah tangga,
terlihat bahwa pada P1/P2 taraf nyata 10% tanda negatif, pada P2/P4,P I P 4 ,P2/P4,dan P1/P4 taraf nyata 1% dan tanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semua pilihan rumah
pengeluaran rumah tangga
bertanda negatif
dan nyata berarti tingkat
pengeluaran rumah tangga memang mempengaruhi pemilihan tipe rumah, apabila bertambah pengeluaran berarti bertambah pendapatan sehingga pilihan rumah juga berubah menjadi memilih yang lebih besar, meskipun pada P1/P2 tidak begitu nyata (1 0%) karena perbedanan luas rumahnya juga tidak signifikan. Tabel lampiran 15. terlihat bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga tidak tamat SD bagi rumah sangat sederhana dengan referensi rumah sederhana ( P I P 2 ) tidak ada pengaruhnya atau tidak nyata, namun pada rumah sangat sederhana dengan referensi rumah menengah
(PI/P3) atau rumah mewah (PI/P4), terlihat bahwa
tandanya nyata positif. Hal ini berarti bahwa apabila kepala keluarga hanya tamat SD mereka tidak mengurangi peluang untuk memilih rumah sangat sederhana dibanding
rumah menengah maupun rumah mewah karena pendapatannya sangat minim. Demikian pula pada variable-variabel yang lain berbeda alternatif pilihan rumah berbeda pula taraf nyata pengujian statistiknya. Pada Tabel lampiran 16, 17, 18 tentang pendidikan kepala keluarga yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, dan tamat S.M kejuruan, menunjukkan semua yang taraf nyata bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang kepala keluarganya berpendidikan rendah tidak mengurangi peluang untuk memilih rumah tipe kecil, karena merasa penghasilannya rendah jadi tidak mungkin untuk beralih ke rumah yang lebih besar. Pada Tabel
lampiran
19, tentang kepala keluarga tidak kawin, bertanda
negatif untuk rumah tipe sederhana dengan referensi rumah menengah (P2/P3) dan rumah sederhana dengan referensi rumah mewah (P2/P4) ha1 ini menunjukkan bahwa yang tidak kawin tidak menambah peluang untuk memilih rumah sederhana, ha1 ini menunjukkan bahwa sebaiknya kepala keluarga kawin dulu baru memikirkan rumah tinggal. Pada Tabel lampiran 20 dan 21 tentang kepemilikan rumah sewa dan rumah dinas, semuanya bertanda positif, berarti tidak menjadi pertimbangan untuk menentukan pilihan rumah. Pada Tabel
lampiran 22, tentang rawan banjir bertanda positif, berarti
meskipun banjir tidak mengurangi peluang memilih rumah tipe kecil, karena untuk mencari rumah yang tidak banjir memerlukan biaya yang tidak sedikit maka bagi mereka yang penghasilannya rendah tetap memilih rumah tipe kecil meskipun banjir.
Pada Tabel lampiran 23 tentang rumah pinggir jalan terlihat pada tipe rumah sangat sederhana dengan referensi rumah sederhana tidak ada pengaruh. Untuk rumah sangat sederhana dengan referensi rumah menengah (PI/P3), rumah sangat sederhana dengan referensi rumah mewah (Pl/P4), rumah sederhana dengan referensi rumah menengah (P2/P3), iumah sederhana dengan refernsi rumah mewah (P2/P4), dan rumah menengah dengan referensi rumah mewah (P3/P4) bertanda negatif dan taraf nyata 170, ha1 ini menunjukkan bahwa hampir semua pilihan rumah menghendaki rumah pinggir jalan, karena selain strategis juga mudah untuk aksesbilitas. Pada Tabel lampiran 24 tentang r4umah di daerah Perkotaan, terlihat bahwa pada rumah sangat sederhana dengan referensi rumah sederhana (P1/P2)tidak ada pengaruh, namun pada rumah sederhana dengan referensi rumah menengah ( P I P 3 ) , rumah sederhana dengan referensi rumah menengah (P2/P3),bertanda positif dan taraf nyata 1 %, berarti pada rumah yang referensinya rumah menengah tidak mengurangi peluang memilih rumah sederhana meskipun di perkotaan, namun apabila dengan referensi rumah mewah bertanda negatif dan taraf nyata 1 %, berarti mereka memilih lokasi rumahnya lebih senang di pedesaan, karena bertambah nyaman tidak bising, harga-harga keperluan sehari-hari masih relatif lebih murah daripada di perkotaan. Hasil analisis Multinomial logit pada Tabel lampiran beberapa variable penjelas tidak nyata disemua
pilihan rumah yaitu variable jenis kelamin kepala
keluarga, pendidikan kepala keluarga SMU keatas, dan kepemilikan rumah (rumah milik,
bebas sewa, kontrak, dan
rumah milik Orang Tua). Hal ini disebabkan
variable-variabel tersebut ragamnya sangat besar sehingga indifference (tidak ada pengaruhnya) dalam menentukan pilihan rumah.
6.6
Kajian Tentang Hubungan Variabel Penjelas Dengan menggunakan model Log linear Correspondence Analysis akan
diduga apakah ada hubungan korelasi antara variable penjelas
dengan pilihan
jenis rumah menurut tipenya, tingkat pendapatan dengan penguasaan bangunan, dan tingkat pendapatan dengan kondisi rumah.
6.6.1
Hubungan antara Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dengan Pilihan Tipe Rumah
Faktor pendapatan masyarakat ini secara teoritis sangat menentukan sikap atau penentuan pilihan terhadap jenis rumah tinggal, baik menyangkut kualitas, bangunan, tipe rumah, dan kemampuan membayar melalui cicilan (kredit) atau kontan. Makin tinggi pendapatan seseorang, daya belinya makin tinggi dan kesempatan membeli makin terbuka. Seseorang bila jumlah anggota keluarganya besar, akan perlu rumah yang relatif besar, namun apabila tidak ditunjang dengan penghasilan yang tinggi juga tidak akan mampu membelilmembayar uang muka dengan cicilan
sebesar 33,33% dari jumlah
penghasilan.Sehingga
variable
penghasilan ini sangat menentukan dalam penentuan pilihan rumah tinggal. Dalam penelitian ini penghasilan rumah tangga didekati dengan pengeluaran rumah tangga. Data pengeluaran rumah tangga didapat dari hasil survei Susenas
2001. Tingkat pendapatan di kelompokkan dalam tiga kelompok pendapatan yaitu
kelompok bawah apabila pendapatannya dibawah Rp 500.000,OO kelompok menengah apabila pendapatannya antara Rp 500.000,OO sampai dengan Rp
1.000.000,00 dan kelompok atas apabila pendapatannya diatas Rp 1.000.000.00. Dengan menggunakan "Metode Correspondence Anayisis". (Khi kuadrat) sebesar
6589
didapat Chi square
lebih besar dibandingkan dengan khi kuadrat tabel
(a= 0.001) dengan df=6 maka nilai
X'
tabel = 16,8 berarti antara tingkat pendapatan
dan tipe rumah ada hubungan sangat erat artinya masyarakat yang penghasilannya rendah akan menempati rumah yang lebih kecil dan yang pendapatannya tingkat atas menempati rumah yang relatif besar yaitu menengah dan mewah. Pada Gambar
6. berikut
hasil pengolahan dengan software
SPSS,
dengan menggunakan
Correspondence Analvsis, terlihat bahwa tingkat pendapatan atas dekat dengan tipe rumah yang menengah dan mewah. Bagi yang tingkat pendapatan bawah terletak dalam satu kwadran dengan tipe rumah sangat sederhana, dan selanjutnya tingkat pendapatan yang menengah terletak dalam satu kwadran dengan rumah sederhana. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan besarnya tipe rumah.
Row and Column Points Symmetrical Normalization
Tipe Rumah Tk Pendapatan RT
Cambar 5, Hubungan antara Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dengan Tipe Rumah di Jabotahek Tahnn 2081
6.6.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Keluarga dengan Pilihan Tipe Rumah.
Kepala
Faktor pendidikan sebagai salah satu variabel bebas yang secara teoritis mempengaruhi penentuan pilihan jenis rumah tinggal,
karena pada umumnya
terdapat dugaan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, tuntutan atas jenis rumah tinggal yang memberikan kebebasan pribadi atau property right yang tinggi merupakan prioritas pilihannya. Hasil pengolahan Correspondence Analysis dihasilkan nilai Khi kuadrat hitung adalah
399,8 dengan derajat kebebasan 24 maka nilai Khi kuadrat tabel (a=0,Ol)
adalah 42,9. Disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara pendidikan kepala keluarga dengan tipe rumah yang ditempati. Gambar 7. dibawah ini hubungan dari kedua variable tersebut terlihat bahwa letak tingkat pendidikan kepala keluarga yang tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SLTP terletak dalam satu kwadran dengan tingkat pendapatannya bawah dan tipe rumah sangat sederhana. Adapun yang tingkat pendidikan kepala keluarga SLTP dan SLTA terletak dalam satu kwadran dengan tipe rumah sederhana dan tingkat pendapatan menengah, selanjutnya bagi kepala keluarga yang tingkat pendidikannya S1, D2/D3 dekat dengan tipe rumah menengah
dan
pendapatannya tingkat atas, tipe rumah mewah sangat erat dengan tingkat pendidikan S2/S3.Maka ada hubungan yang sangat erat antara pendidikan kepala keluarga, tingkat pendapatan keluarga dan tipe rumah.
Row and Column Points Symmetrical Normalization 7
-.9. i7
-7 -8 ..a,
. %
.d
@. -
Dimension ?
4
s ,
5
3
4
11 073
2?
Is --5 <
3
2
ti= DI/D2 7= D3/Sh4 8= Dills1 9=S2/S3
:!$ -€I
2
231
w q
Ketemngaa: TK Pendidikan KK: I=Tdk.Tamat SD 2=Tamat SD 3= Tamat SLTP 4=Tamat SLTA 5= Tamat SM Kej.
8 lr'
7 1.
9
Dimension 2
u
Tipe Rumah: 1=RSS 2=RS , 3=Rumah Menengah 1 4 = R d Metiah
Tk. Pendidikan KK 4
Tipe Rumah
i
Gambar 7. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga (KK) dengan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001
6.6.3
Hubungan antara Jarak Angkutan Umum dengan Pilihan Tipe Rumah. Angkutan umum adalah salah satu fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat luas, karena salah satu sarana aksesbilitas ke segala aspek misalnya pergi ke tempat
kerja, ke sekolah dan
lain
sebagainya. Dari hasil
pengolahan
Correspondence analisis didapat Khi kuadrat hitung sebesar 44,3 dengan derajat kebebasan = 6, khi kudrat tabel (a = 0,Ol) adalah 16,8. Maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara jarak ke angkutan umum dengan pilihan rumah tinggal. Gambar 8. dibawah ini menunjukkan hubungan antara kedua variable
tipe rumah
yang sangat sederhana, sederhana, dan menengah dengan jarak ke angkutan umum adalah dekat ( < 1 Km) , sedangkan rumah mewah jarak ke angkutan umum sedang ( 1-3 Km).
Row and Column Points Symmetrical Normalization
Tipe Rumah
Jarak Fasurn Angkutan
Gambar 8. Hubungan antara Jarak ke Angkutan Umum dengan Tipe Rumah di Jabotabek Tahurr 2001
6.6.4
Hubungan antara Jarak ke Pasar Tradisional dengan Piliban Tipe Rumah
Pasar tradisianal adalah tempat bedanja kebutuhan sehari-hari rumah tangg* yang harganya masih relatif murah dan masih bersifat kekerabatan. Maka masyarakat yang lapis menengat; kebawah masih menginginkan rumah dekat pasar tradisional. Dari hasil pengotahan Correspondence analisis didapat Khi Kuadrat sebesar 5.54 1,
dengan derajat kebebasan 46
nilai khi kuadrat tabel (a+,01)
adalah l6,8. Maka
disimpulkan bahwa jar& ke pasar tradisional dengan tipe rumah ada hubungan yang erat. Pada Gambar 9. dibawah ini terlihat sernua tipe dekat dengan jarak ke pasar, berarti semua tipe rumah menginginkan dekat dengan pasar tradisional.
Row and Column Points Symmetrical Normalization Keterangan Gambar: Jar& ke Pasar Trarfisioml : 1= Dekat 2= Sedang +fa&
*
Tipe Rumah
Jarak ke Pasar Trad
Gambar 9. Hubungan antara Jarak ke Pasar Tradisional dengan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001 6.6.5
Hubungan antara Tingkat Pendapatan Rurnah Tangga dengan Kondisi Bangunan dan Tipe Rumah Tingkat pendapatan keluarga dengan sendirinya sangat menentukan dengan
sikap rnasyarakat terhadap kondisi rurnah tinggal. Baik menyangkut kualitas bangunan atau kondisi bangunan. Karena harga bahan bangunan yang sangat mahal maka bagi mereka yang berpendapatan rendah agak sulit untuk menyisihkan uangnya untuk biaya
perbaikkan (maintenance) rumah. Dengan menggunakan Correspondence analyisis, hubungan tingkat pendapatan rumah tangga dengan kondisi rumah tangga didapat khi kuadrat hitung sebesar 506,121
dengan derajat kebebasan
4 nilai khi kuadrat
tabel(a=0,01) adalah 13,3 maka ada hubungan erat antara tingkat pendapatan rumah tangga dengan kondisi rumah tinggal. Pada Gambar 10. dibawah ini
terlihat hubungan antara pendapatan, Tipe
Rumah dan Kondisi bangunan rumah yang ditempati. Pada gambar terlihat bahwa kelompok pendapatan tingkat atas dekat dengan kondisi rumah baik dan tipe
rumah mewah dan menengah terletak dalam satu kwadran yang sama. Kodisi rumah rusak dan kelompok pendapatan rumah tangga tingkat bawah dan tipe rumah sangat sederhana terdapat dalam satu kwadran yang sama, selanjutnya kondisi rumah sedang, kelompok pendapatan tingkat menengah dan
tipe
rumah sederhana terletak dalam satu kwadran yang sama. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara tingkat pendapatan, kondisi rumah dan tipe rumah.
Category Quantifications Keterangan Gambar TkPendapatan RT 1= bawah 2=menengah 3= atas
Tipe Rumah 1= RSS 2=RS 3=Rum. Menengah 4=Rmah Mewah Kondisi Bangunan 1 = Baik 2= Sedang 3= Rusak
Tk. Pendapatan RT
"
Tipe Rumah Kondisi Bangunan
Dimension 1 Garnbar 10.
6.6.6
Hubungan Tingkat Pendapatan Rurnah tangga, Kondisi Bangunan dan Tipe Rumah di Jabotabek Tahun 2001
Pernbahasan Hubungan Korelasi antar Variabel Penjelas
Dan seluruh pembahasan hubungan korelasi antara tipe rumah dengan tingkat pendapatan rumah tangga, tipe rumah dengan pendidikan kepala keluarga, tipe rumah
dengan jarak
ke angkutan umum,
tipe
rumah dengan jarak ke pasar
tradisional, tingkat pendapatan rumah tangga dengan kondisi rumah tinggal, tipe
id
rumah dengan
tingkat pendapatan keluarga, dan kondisi rumah yang dianalisis
dengan menggunakan "Correspondence Analysis "secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut : (1)
Hubungan antara tingkat pendapatan dan tipe rumah menunjukkan ada hubungan yang erat, ha1 ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan sangat menentukan seorang menentukan pilihan rumah sesuai dengan tipologinya.
(2)
Hubungan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan tipe rumah sangat erat, ini menunjukkan pendidikan juga
menentukan tingkat pendapatan,
sehingga dalam ha1 ini tingkat pendidikan sangat berpengaruh pilihan rumah
terhadap
tinggal.
( 3 ) Hubungan jarak ke angkutan umum dengan tipe rumah sangat erat dalam ha1
ini dari semua tipe rumah memilih jarak rumah ke angkutan umum
dekat
alam Gambar 6. diatas terlihat bahwa rumah sangat sederhana dan sederhana lebih memilih dekat dengan angkutan umum. (4) Hubungan erat
antara jarak ke pasar tradisional dengan tipe rumah juga sangat
hubungannya, artinya rumah sangat sederhana dan sederhana lebih
dekat ke pasar dari pada rumah mewah,
ha1 ini jelas bahwa penghuni
rumah mewah banyak alternatif belanja harian bisa ke pasar swalayan
( 5 ) Hubungan tingkat pendapatan dengan kondisi rumah tinggal
terlihat sangat
erat. Pada Gambar 9. terlihat rumah yang kondisinya rusak dekat dengan ingkat pendapatan yang bawah. rumah yang kondisinya sedang dekat dengan pendapatan yang menengah, dan rumah yang kondisinya baik ekat engan tingkat pendapatan tingkat atas. Pada Gambar 10. hubungan antara
tipe
rumah,
tingkat pendapatan dan kondisi rumah juga sangat erat,
bahwa
rumah
terlihat
sangat sederhana dekat dengan tingkat pendapatan yang
bawah, namun kondisi rusak terletak jauh dari semua tipe rumah dan semua kondisi rumah, dan tipe rumah mewah dan menengah dekat dengan kondisi rumah baik dan tingkat pendapatan atas. Selanjutnya tingkat pendapatan sedang berada di tipe rumah sederhana dan kondisi rumahnya sedang.
6.7
Peta Tematik Terlihat pada Gambar Peta Jabotabek pada lampiran, bahwa sebagian besar
tingkat pendapatan adalah tingkat menengah yaitu kabupaten Bogor, Kota Depok, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kota bekasi, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Utara, dan Kota Bogor. Tingkat pendapatannya tinggi yaitu kota Tangerang, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, dan Kota Jakarta selatan. Hampir semua Kabupaten dan Kota jumlah rumah tipe menengah yang paling banyak, kecuali Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang rumah sederhananya yang
lebih
banyak. Tidak semua KabupatenIKota ada rumah mewah yaitu Kabupaten bogor, Kabupaten Tangerang,
Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2000,
kepadatan
penduduk yang lebih
10.000 jiwa per Km2 adalah Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Pusat. Kepadatan penduduk antara 5.000-10.000 jiwa per Km2 adalah Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Jakarta Utara, dan Kota Tangerang. Kepadatan Penduduk antara 2.500 -5.000 jiwa per Km2 tidak terdapat
pada KabupatenIKota di Jabotabek. Kepadatan penduduk < 2.500 jiwa per Km2 adalah pada Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi. Kalau dilihat dari luas daerah dan dibandingkan dengan kepadatan penduduk dan banyaknya bangunan rumah tinggal, maka belum ada keberimbangan
antar
KabupatenIKota di Jabotabek. Terlihat Kabupaten Bekasi, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bogor masih perlu digalakkan lagi
tentang pembangunan
perumahan, karena terlihat masih luas areanya dan kepadatan penduduknya masih sedikit (jarang) sehingga bisa menarik penduduk dari KabupatenIKota lain yang padat penduduknya.
6.8
Pembangunan Permukiman di Wilayah Jabotabek Lahanltanah adalah obyek persaingan di antara sektor ekonomi komersial dan
perumahan. Makin dekat dengan Pusat kegiatan dan lebih strategis, harga lahan akan menjadi lebih mahal. Dengan demikian sektor usaha yang tidak mampu memberikan tingkat keuntungan tinggi hanya mampu mendapatkan lahan yang jauh dari Pusat kegiatan. Lama kelamaan lahan dipinggiran kota juga akan menjadi lebih mahal. Satu-satunya jalan agar
rumah diminati masyarakat dan harga terjangkau, para
pengembang akan membeli lahanltanah disekitar kota Jakarta, yang secara administrative termasuk wilayah Bodetabek, dengan membangun sarana umum atas biaya dari para pengembang. Akibatnya timbul kota-kota kecil disekeliling Jakarta yang menjadi kota Satelit dari kota metropolitan Jakarta. Penduduk Jakarta yang berpenghasilan menengah kebawah yang tidak mampu membeli rumah di wilayah kota .Jakarta akan membeli rumah sangat sederhandrumah sederhana di wilayah
Bodetabek, akan tetapi masih tetap bekerja di Jakarta sebagai penduduk komuter, sehingga dalam tahun-tahun terakhir persentase perkembangan jumlah penduduk di wilayah Botabek lebih besar dari pada kota Jakarta yaitu 4,37 % berbanding 0,16 % (hasil Sensus Penduduk Tahun 2000) sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam kepemilikan rumah, pada penelitian ini didapat rata-rata pendapatan rumah tangga di setiap KabupatenIKota di Jabotabek ditunjukkan pada Tabel 48. berikut.
Tabel 48. Jumlah Rumah Tangga menurut Tingkat Pendapatan dan wilayah di Jabotabek Tahun 2001 Tingkat Pengeluaran Wilayah Di Jabotabek
1 <500.000
1 . Kab Bogor 2. Kota Bogor 3. Kota Depok 4 . Kab Tangerang 5. Kota Tangerang 6. Kab Bekasi 7. Kota Bekasi 8. Jakarta Selatan 9 Jakarta Timur 10.Jakarta Pusat 1 1. akarta Barat 12. Jakarta Utara Total Sumber : Hasil Olahan Susenas 2001
5,5 5,7 3,5 43 5,7 8,6
>500.000 sld > 1.000.000 Jumlah 1 .ooo.ooo 59,7 16,3 100,O 612 20,9 100,O 566 33,1 100,O 560 33,6 100,O 45,l 100,O 5 1,6 55,9 20,5 100,O 593 15,l 100,C 43,O 51,5/ 100,O 54,l 402 100,O 33,8 62,7 100,O 40,4 54,8 100,O 51,l 43, I 100,C 48,l 433 l00,d
Tabel 49. Persentase Rumah Tangga menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga per bulan dan Tingkat Kepemilikan Bangunan di Jabotabek Tahun 2001 Penguasaan Bangunan <500.000
Tingkat PendapatantRp per Bulan) >500.000 sld >1.000.000 Total 1.000.000
Milik Sendiri Kontrak Sewa Dinas Bebas Sewa Milik Orang Tua Lainnya Total
58,4 11,l 14,s 06 1,4 13,2 0,6 100,
582 12,8 14,s 1,8 1,4 10,5 0,6 100,
74,4 8,3 42 3,9 I,] 7s 0,6 100,
65,5 10,7 10,2 26 1,3 9,4 0,6 100,
Sumber: Hasil Olahan Susenas 2001
Dari Tabel 49. diatas terlihat rumah tangga yang penghasilannya dibawah Rp 500.000 yang memiliki rumah sebanyak 58,496 dan yang belum memiliki rumah sebanyak 41,6 persen, yang penghasilannya antara Rp 500.000 - Rp 1.000.000 yang sudah memiliki rumah sebanyak 58,2 % dan yang belum memiliki rumah sebanyak 4 1,8 persen, dan yang penghasilannya diatas Rp 1.000.000 yang sudah memiliki rumah sebanyak 74,4% dan yang belum sebanyak 25,6 persen. Bagi rumah tangga yang belum memiliki rumah supaya bisa membeli rumah secara kredit dari Bank apabila
minimal 33,33 % atau seper tiga dari penghasilanya bisa disisihkah untuk
membayar angsuran (Kamarudin ,1997)..
Harga Rumah Sangat Sederhana ISederhana di Jabotabek Pada Tahun 2002
Tabel 50.
Pesona Anggrek Taman Bekasi
Harga Uang muka jual (RP) (RP)
Tipe Rumah (m2> Luas Luas Tanah .Bangunan
Nama Pengembang
Arangsuran Ibulan (dalam 15 tahun) (RP)
60,s
32
69.368.750
26.268.750
756.964
60 60 72
21 27 36
28.500.000 32.000.000 4 1.200.000
1 1.400.000 12.800.000 16.480.000
298.501 335.160 431.518
60 75 90 72 60
21 21 36 36 36
31.313.000 43.125.000 66.825.000 45.000.000 36.500.000
9.393.900 12.937.500 20.047.500 18.000.000 15.500.000
350.798 483.127 748.637 47 1.400 366.600
60
21
-
Raya
Jababeka Vila Nusa Indah
Bumi Mutiara I1 -
Citra Indah
1
1.900.000
1
6.135.0001
343.853
1
Sumber: brosur dari Pengembang
Pada Tabel 50. tersebut diatas adalah daftar harga rumah sangat sederhana dan sederhana dari Pengembang dilingkungan Jabotabek. Kalau dilihat harga rumah yang sangat sederhana (RSS) yaitu ukuran luas bangunan antara (2 1-36) m2 dengan ukuran tanah >54m2-200m2 yang paling murah dilaksanan oleh Pengembang Taman Raya Bekasi adalah seharga Rp 28.500.000,- dengan uang muka Rp 11.400.000,- dengan angsuran selama 15 tahun sebesar Rp 298.501 ,- per bulan, maka minimal pendapatan seseorang supaya bisa membeli rumah yang sangat sederhana dan yang paling murah adalah Rp 900.000,- per builannya. Dalam penelitian ini pendapatan Rp 900.000,terletak pada tingkat menengah. Jadi untuk tingkat bawah yang pendapatannya < Rp 500.000,- yang belum memiliki rumah sebanyak 46,4 %
tidak akan mampu untuk
membeli rumah meskipun yang sangat sederhana dan yang paling murah. yang perlu pemikiran pemerintah untuk bisa mengadakan rumah yang
Hal ini
layak dan
terjangkau bagi masyarakat lapis bawah. Untuk rumah sederhana yaitu rumah yang ukuran minimal 36m2, yang paling murah adalah seharga Rp 35.600.000,- dengan cicilan Rp 366.600,- per bulan selama 15 tahun yang dilaksanakan oleh Pengembang Bumi Mutiara LI. Besaran cicilan tersebut yang mampu membeli hanya masyarakat yang pendapatan perbulannya minimal diatas Rp 1.000.000,- dalam penelitian ini termasuk dalam kelompok yang pendapatannya tingkat atas. Terlihat terjadi pergeseran kelompok pendapatan, bagi yang berpenghasilan bawah (dibawah Rp 500.000,-) tidak mampu sama sekali untuk membeli mmah meskipun yang paling murah, bagi kelompok yang berpenghasilan menengah (> Rp 500.000,-
-
Rp 1.000.000,-) hanya bisa mampu membeli rumah sangat sederhana,
dan mmah sederhana hanya bisa dibeli oleh masyarakat yang penghasilannya diatas Rp 1.000.000,-. Berarti masih 41,6% dari masyarakat lapis bawah (8,6% dari jumlah penduduk Jabotabek ) yang perlu dipikirkan pemerintah untuk bisa memiliki rumah.