BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian, analisis kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan berita siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Surakarta disimpulkan sebagai berikut. 1. Bentuk kesalahan berbahasa dalam tulisan berita siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Surakarta dibagi menjadi tiga aspek kesalahan. Pertama, bentuk kesalahan dalam bidang ejaan (57,37%) terdiri dari dua belas jenis, yaitu: penggunaan huruf kapital, huruf miring, tanda titik, tanda koma, tanda hubung, tanda petik, penulisan lambang bilangan, singkatan, kata depan, kata turunan, bentuk ulang, dan gabungan kata. Kedua, bentuk kesalahan dalam bidang diksi (13,33%) terdiri dari tiga jenis, yaitu: ketepatan kata, kebakuan kata, dan kelaziman kata. Ketiga, bentuk kesalahan dalam penyusunan kalimat efektif (29,09%) yang terdiri dari lima jenis, yaitu: kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, kehematan kata, kecermatan dan kesantunan, serta kepaduan makna. 2. Faktor penyebab terjadinya kesalahan ejaan dalam teks berita tulisan siswa meliputi tiga hal, yakni (a) penguasaan kaidah penggunaan ejaan kurang memadai, (b) kurang konsentrasi, (c) pengaruh bahasa gaul. Faktor penyebab terjadinya kesalahan diksi dalam teks berita tulisan siswa meliputi dua hal, yakni (a) kurang memahami kaidah pemilihan kata, (b) kurangnya kosakata siswa. Faktor penyebab terjadinya kesalahan kalimat efektif dalam teks berita tulisan siswa meliputi tiga hal, yakni (a) pemahaman kaidah penulisan kalimat efektif belum memadai, (b) pengaruh bahasa ibu, (c) rendahnya frekuensi menulis. 3. Upaya mengatasi kesalahan bidang ejaan dalam teks berita tulisan siswa, antara lain (a) meningkatkan pemahaman kaidah penggunaan ejaan, (b) menciptakan suasana kelas yang kondusif, (c) menggunakan bahasa yang baik dan benar di lingkungan sekolah. Upaya mengatasi kesalahan bidang diksi dalam teks berita tulisan siswa, antara lain (a) meningkatkan pemahaman kaidah pemilihan kata, 110
111
(b) penggunaan teknik peer-correction. Upaya mengatasi kesalahan penulisan kalimat efektif dalam teks berita tulisan siswa, antara lain (a) meningkatkan pemahaman kaidah penulisan kalimat efektif, (b) menggunakan pendekatan proses, (c) meningkatkan frekuensi menulis. B. Implikasi Dengan adanya teori-teori kebahasaan yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca tentang kesalahan berbahasa, khususnya dalam bidang ejaan, diksi, dan penyusunan kalimat efektif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat memberikan referensi kepada guru, siswa, atau pembaca pada umumnya tentang kesalahan berbahasa dalam karangan. Penelitian ini juga memberikan wawasan bahwa kajian analisis kesalahan berbahasa dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Sebuah karangan yang baik tentu harus memperhatikan penggunaan kaidah kebahasaannya. Hasil tulisan siswa, masih banyak ditemukan penggunaan kaidah kebahasaan yang kurang tepat, baik dalam bidang ejaan, diksi, maupun kalimat efektif. Di sinilah penelitian ini berfungsi memberikan referensi dan contoh cara penulisan ejaan, pemilihat kata, dan penyusunan kalimat efektif yang tepat. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bukti bahwa penguasaan kaidah kebahasaan merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh penulis. Seorang penulis harus memiliki penguasaan kaidah kebahasaan yang baik karena akan memanfaatkannya sebagai media dalam menyampaikan gagasan kepada khalayak. Gagasan tersebut harus diorganisasikan dengan sistematis dan logis sehingga menjadi tulisan yang dapat diterima oleh pembaca. Dengan demikian, baik penulis (siswa) maupun guru diharapkan dapat meningkatkan penguasaan tentang kaidah kebahasaan dan mengimplementasikannya dengan tepat. Selain itu, guru dan pihak sekolah harus memberi kontribusi dan perhatian nyata terhadap kondisi ini agar karangan yang dihasilkan siswa semakin berkualitas, baik dari segi isi maupun bahasanya. Selain pemaparan di atas, penelitian ini juga memperkaya khazanah keilmuan tentang analisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam bidang
112
ejaan, diksi, dan penyusunan kalimat efektif. Teori-teori dalam penelitian ini juga dapat digunakan oleh peneliti lain yang meneliti dalam bidang yang sama ke depannya. Dengan demikian, akan membuka peluang dilakukannya penelitianpenelitian tentang kesalahan berbahasa Indonesia beserta faktor penyebab dan upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan tersebut. Pemaparan hasil penelitian yang meliputi kesalahan penggunaan ejaan, diksi, dan penyusunan kalimat efektif dapat membantu siswa dalam menghasilkan tulisan yang lebih berkualitas. Dengan menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang tepat,, secara tidak langsung siswa dapat menghasilkan tulisan yang baik. Selain itu, siswa juga bisa membedakan penggunaan bahasa yang benar dan tidak benar. Akhirnya, kesalahan-kesalahan tersebut tidak akan terulang lagi. Terkait hal ini, peran guru sangat penting dalam upaya pembinaan bahasa Indonesia siswa. Guru dapat mengoreksi penggunaan kaidah bahasa siswa. Jika masih ditemukan kesalahan, maka menjadi tugas guru untuk menunjukkan kepada siswa agar kesalahan tersebut diperbaiki. Setelah siswa mengetahui bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam karangannya, siswa akan lebih memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang digunakan saat mengarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa adalah kurangnya konsentrasi siswa. Kurangnya konsentrasi siswa ini disebabkan oleh suasana kelas yang gaduh dan cara mengajar guru yang masih monoton. Oleh karena itu, guru harus lebih tegas dan mengubah cara mengajarnya dengan pendekatan yang lebih menarik. Salah satunya dengan pendekatan proses. Dengan menerapkan pendekatan proses, siswa akan melalui tahap-tahap penulisan, seperti tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi. Melalui tahap-tahap tersebut siswa akan tahu bagaimana cara membuat perencanaan tulisan, bagaimana proses dalam menuangkan ide-idenya, dan meneliti ulang terkait dengan bahasa yang mereka gunakan. Oleh karena itu, pendekatan menulis berpendekatan proses memang harus dilakukan agar siswa dapat melewati kompleksitas proses pembuatan tulisan. Dengan mengikuti tahapan-tahapan yang semestinya dilakukan,
113
siswa akan belajar dan memperoleh pengalaman bagaimana proses menulis yang benar. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa kesalahan bidang ejaan memiliki frekuensi tertinggi. Selama ini, guru tidak selalu mengembalikan karangan siswa setelah dikumpulkan. Hal ini mengakibatkan ketidaktahuan siswa terkait kekurangan dan kesalahan berbahasa yang ada dalam karangannya. Oleh karena itu, guru seharusnya memberikan koreksi dan membahasnya bersama siswa. Dengan demikian siswa akan mengetahui letak kesalahan berbahasa dan pembenaran dari kesalahan tersebut. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengoreksi kesalahan berbahasa dalam karangan adalah peer-correction. Dengan menggunakan teknik ini, siswa akan jauh lebih paham tentang bentuk-bentuk kesalahan berbahasa sehingga kesalahan serupa tidak akan terulang kembali. Teknik peer-correction ini juga dapat memperingan kerja guru. Karena kesibukannya, guru terkadang tidak bisa mengoreksi karangan siswa satu per satu dengan teliti. Data hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian siswa belum memahami kaidah penulisan teks berita dengan baik. Hal ini terlihat dari sedikitnya jumlah teks berita siswa yang memenuhi persyaratan 5W+1H. Oleh karena itu, guru harus menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa, memfasilitasi dan memotivasi siswa agar lebih giat belajar. Saat kegiatan pembelajaran, guru hendaknya lebih memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan karena tidak semua siswa bisa langsung memahami materi tersebut. C. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan, peneliti dapat merumuskan saran sebagai berikut. 1. Saran untuk Siswa a. Siswa harus memperluas pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia agar dapat menghasilkan tulisan yang baik dan benar. Untuk memperluas pengetahuan ilmu kebahasaan bidang ejaan, diksi, dan kalimat, siswa dapat membaca berbagai sumber baik dari buku maupun internet sebagai acuan.
114
Siswa juga dapat membaca tulisan fiksi maupun nonfiksi untuk meningkatkan perbendaharaan kata. Tingginya frekuensi membaca tulisan fiksi maupun nonfiksi juga memudahkan siswa saat menuangkan gagasannya dalam bahasa tulis. b. Siswa diharapkan lebih memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi sehingga materi tersebut dapat diterima dengan baik. c. Ketika mengalami kesulitan saat menulis, hendaknya siswa bertanya kepada guru yang bersangkutan agar lebih paham. d. Siswa diharapkan lebih sering latihan menulis. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa dengan kegiatan menulis sehingga tidak mengalami kendala dan meminimalisasi kesalahan berbahasa dalam tulisannya. 2. Saran untuk Guru a. Guru hendaknya memberikan pengetahuan tentang kaidah kebahasaan kepada siswa di setiap proses pembelajaran menulis terlebih pada saat sebelum kegiatan mengarang. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan menerapkan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis. b. Guru hendaknya menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa, dan memancing siswa agar berani bertanya tentang materi yang belum dipahami. c. Ketika melakukan penilaian hendaknya selalu bersikap objektif dan analitik saat menjumpai kesalahan penggunaan ejaan, diksi, dan kalimat yang kurang efektif. Selanjutnya, guru senantiasa membenarkan kesalahan berbahasa siswa disertai dengan analisis pembahasannya. d. Koreksi antarteman perlu diterapkan sebagai sarana melatih keaktifan siswa.. Selain itu, adanya umpan balik dari guru juga sangat perlu sehingga siswa dan guru bersama-sama dapat mengoreksi dan membenarkan kesalahan berbahasa yang ada.
115
e. Guru hendaknya mampu menguasai kelas dengan baik sehingga suasana pembelajaran tetap kondusif dan menyenangkan. Strategi mengajar yang digunakan hendaknya lebih variatif agar siswa tidak mudah bosan. 3. Saran untuk Sekolah a. Sekolah hendaknya melengkapi sumber pustaka terkait yang memadai, misalnya buku-buku tentang keterampilan menulis, EYD, KBBI, media massa, buku-buku fiksi, dan nonfiksi. Buku-buku tersebut diharapkan dapat digunakan
sebagai
acuan,
dan
memperkaya
pengetahuan,
serta
meningkatkan keterampilan menulis. b. Sekolah hendaknya memaksimalkan dan menyediakan media pembelajaran lain, seperti internet, LCD, dan speaker. Ketersediaan jaringan internet di sekolah dimaksimalkan dengan penambahan komputer yang tersambung dengan internet agar siswa lebih mudah mengakses materi ajar. LCD yang bermasalah di beberapa kelas hendaknya segera diperbaiki agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Selanjutnya, setiap kelas perlu diberi speaker agar pemutaran media pembelajaran yang berupa video maupun audio dapat terdengar dengan jelas. c. Saat menerbitkan pengumuman maupun surat dinas di sekolah sebaiknya memperhatikan kaidah kebahasaan yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa pihak sekolah pun ikut bertanggung jawab terhadap pembinaan bahasa Indonesia.