BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Kawasan Stasiun Lempuyangan dan Balai Yasa Pengok merupakan salah satu kawasan yang layak untuk dijadikan Kawasan Cagar Budaya baru di Yogyakarta. Hal ini mengingat pada kawasan tersebut terdapat dua objek penting yaitu Stasiun Lempuyangan dan Balai Yasa Pengok. Kedua objek tersebut merupakan bukti sejarah berkaitan dengan perkembangan perkeretaapian di Indonesia pada umumnya dan di Yogyakarta khususnya. Melihat nilai penting Kawasan Stasiun Lempuyangan-Balai Yasa Pengok perlu adanya upaya pelestarian guna keberlangsungan kawasan pada masa mendatang. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan sebuah kawasan yaitu dengan menetapkan kawasan tersebut menjadi sebuah Kawasan Cagar Budaya yang dilindungi oleh hukum. Sebetulnya pemerintah telah melakukan langkah dalam menjadikan kawasan yang ada di sekitar Stasiun Lempuyangan dan Balai Yasa Pengok sebagai Kawasan Lindung Budaya atau Kawasan Cagar Budaya. Upaya tersebut adalah rencana untuk menetapkan Kawasan Klitren menjadi sebuah Kawasan Lindung Budaya Klitren dan menetapkan Kawasan Pengok sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya baru di Yogyakarta. Namun kedua hal tersebut hingga saat ini belum tampak realisasinya.
113
Penelitian ini mencoba memberikan alternatif dalam menentukan batas sebuah Kawasan Cagar Budaya melalui analisis terhadap distribusi bangunan yang memiliki konteks dengan Stasiun Lempuyangan dan Balai Yasa Pengok untuk dinominasikan sebagai KCB, disertai pembobotan nilai penting terhadap bangunanbangunan tersebut. Penentuan nilai penting dilakukan melalui pembobotan atau assesment setiap bangunan yang memiliki konteks dengan Stasiun Lempuyangan dan Balai Yasa Pengok. Hasil pembobotan nilai penting terhadap kondisi bangunan pada saat ini digunakan untuk menentukan tingkat ancaman terhadap bangunan dalam satu blok yang nantinya digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan skala prioritas penanganan bangunan dalam upaya pelestarian. Penentuan nilai penting bangunan didasarkan pada jumlah skor total yang diperoleh dari penjumlahan variabel pembobot yaitu keaslian, integritas, kelangkaan, dan tataran. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan yang mempunyai nilai penting tinggi terdapat di seluruh blok, mulai dari Blok A sampai dengan Blok K dengan total bangunan berjumlah 82 bangunan. Bangunan dengan nilai penting sedang terdapat pada Blok A, B, G, H, I, J, dan Blok K, sedangkan bangunan dengan nilai penting rendah berada pada Blok G, I, J, dan Blok K (lihat tabel 5.1.). Tabel 5. 1. Klasifikasi Bangunan berdasarkan Nilai Penting Blok
Jumlah Bangunan Nilai Penting Nilai Penting Sedang Rendah 1 -
A
Nilai Penting Tinggi 2
B
8
2
-
C
16
-
-
D
1
-
-
E
3
-
-
F
6
-
-
G
7
24
3
114
H
30
12
-
I
3
24
4
J
3
48
7
K
3
37
23
Jumlah Total
82
148
37
267
Bangunan dengan nilai penting tinggi terdiri dari 60 bangunan permukiman, sebuah bengkel, bangunan garasi, gedung pertemuan, menara air, bangunan mess, rumah listrik, rumah pompa air, bangunan stasiun, delapan gudang, dua kantor, menara sinyal, dan dua peron. Bangunan dengan nilai penting sedang terdiri dari 145 bangunan permukiman, sebuah kantor, gudang dan sebuah bangunan peron, sedangkan bangunan dengan nilai penting rendah terdiri dari 36 bangunan permukiman dan sebuah bangunan ibadah. Tingkat ancaman diperoleh dari hasil penjumlahan seluruh skor total bangunan yang berada dalam satu blok untuk kemudian dilakukan rerata. Tujuannya untuk mengetahui tingkat ancaman pada setiap blok. Hal ini berkaitan dengan langkah selanjutnya berkaitan dengan upaya pelestarian. Rerata dilakukan karena jumlah bangunan atara blok satu dengan yang lainnya tidak sama. Skor total blok yang telah direrata menjadi dasar dalam menentukan tingkat acaman, semakin rendah skor total pada suatu blok semakin tinggi tingkat ancaman pada blok tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi skor total pada suatu blok semakin rendah tingkat ancaman blok tersebut. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak empat blok memiliki tingkat ancaman tinggi, blok tersebut yaitu Blok K, J, I, dan Blok G. Blok dengan tingkat ancaman sedang berjumlah lima, yaitu Blok H, A, B, C, dan Blok E. Blok dengan tingkat ancaman rendah berjumlah dua blok, terdiri dari Blok F dan Blok D. 115
Penentuan batas kawasan melalui distribusi bangunan dan penentuan nilai penting dengan pembobotan menjadi pembeda terhadap apa yang telah dilakukan oleh BAPPEDA dalam menentukan KLB KLITREN. Dasar dalam menentukan deliniasi KLB KLITREN yang dilakukan BAPPEDA adalah hanya dengan menggunakan batas administrasi Kelurahan Klitren, tanpa melihat konteks bangunan yang terdapat di kawasan tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah rekomendasi batas Kawasan Cagar Budaya Stasiun Lempuyangan-Balai Yasa Pengok sebagai satu kesatuan yang dituangkan dalam bentuk peta. Bentuk tersebut berdasarkan pola distribusi bangunan yang menjadi komponen Stasiun Lempuyangan dan Balai Yasa Pengok. Kawasan Cagar Budaya Stasiun Lempuyangan-Balai Yasa Pengok yang diusulkan terletak di wilayah Kecamatan Danurejan dan Gondokusuman dengan batas sebelah utara berada di Kelurahan Klitren, sebelah selatan berada di Kelurahan Banciro, Busasran, dan Tegalpanggung, Barat berada di Kelurahan Teggalpanggung, dan di sebelah timur berada di Kelurahan Demangan. Kawasan ini terdiri dari 267 bangunan dengan tingkat nilai penting yang berbeda-beda berdasarkan kondisi bangunan pada saat ini. Selain batas kawasan dalam bentuk peta, penelitian ini juga menghasilkan peta tingkat ancaman pada setiap blok berdasarkan hasil pembobotan nilai penting. Peta tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan proiritas berkaitan dengan upaya pelestarian suatu Kawasan Cagar Budaya secara menyeluruh. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat bangunan dengan nilai penting tinggi pada setiap kelas tingkat ancaman. Bangunan dengan
116
nilai penting tinggi pada blok dengan tingkat ancaman rendah adalah bangunan Bangsal lokomotif D 1, bangunan pada blok dengan tingkat ancaman sedang adalah Stasiun Lempuyangan S/W B 1, dan bangunan pada blok dengan tingkat ancaman tinggi adalah bangunan rumsh tinggsl K 1. Prioritas utama penanganan dalam upaya pelestarian adalah bangunan yang memiliki nilai penting tinggi yang berada pada blok dengan tingkat ancaman tinggi. Blok tersebut adalah Blok G, I, J, dan Blok K. Blok dengan tingkat ancaman tinggi sebagian besar terdiri dari bangunan rumah tinggal, mengingat bangunan-bangunan tersebut rentan terhadap perubahan. Langkah nyata perlindungan yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan bangunan dengan nilai penting tinggi menjadi Cagar Budaya. Tahap selanjutnya adalah mengkonservasi bangunan untuk dijadikan sebagai monumen. Monumen yang dimaksud adalah bangunan yang menggambarkan ciri arsitektural tertentu dan fungsi baik praktis maupun sosial tertentu pada blok tersebut, sehingga pada blok tersebut terdapat bangunan yang menggambarkan kondisi bangunan asli. Sebagai contoh pada bangunan rumah tinggal K 3 yang terdapat pada Blok K. Bangunan tersebut memiliki nilai penting tinggi dengan jumlah skor 150, sedangkan Blok K adalah blok dengan tingkat ancaman tinggi dengan skor 98. Arsitektural bangunan rumah tinggal K 1 yang sederhana merupakan rumah dinas pegawai dengan jabatan yang
rendah.
Perbedaan
arsitektur
bangunan
pada
setiap
blok
dapat
menggambarkan adanya hirarki jabatan kepegawaian pada perusahaan kereta api swasta NISM pada saat itu.
117
5.2. Saran Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Banyak kekurangan yang terjadi baik pada proses maupun hasil penelitin, sehingga peneliti sangat terbuka untuk berbagai masukan berupa saran dan kritik yang membangun. Kritik dan saran sangat dibutuhkan oleh peneliti berkaitan dengan penentuan variabel nilai penting yang digunakan sebagai variabel pembobot dalam menentukan nilai penting. Namun demikian, hasil dari penelitian ini setidaknya dapat memberi manfaat untuk ilmu pengetahuan, khususnya Arkeologi, dan menjadi sebuah masukan bagi Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berkaitan dengan batas Kawasan Cagar Budaya Stasiun Lempuyangan-Balai Yasa Pengok sebagai KCB baru di Yogyakarta.
118