BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio (福和庙) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya kota Wonosobo. Sebagai satu-satunya kelenteng yang ada di kabupaten Wonosobo, keberadaan kelenteng ini pasti sangat berarti bagi umatnya. Karena sebagai wadah resmi bagi mereka untuk melaksanakan ibadah dan melakukan berbagai kegiatan, baik yang berkaitan dengan ritual ibadah maupun kegiatan-kegiatan lain diluar ritual ibadah. Kelenteng Hok Hoo Bio ( 福 和 庙 ) Wonosobo yang dibangun pada tanggal 30 Mei 1950 diatas lahan dengan luas kurang lebih 3.500 meter persegi ini sudah dua kali direnovasi. Tanggal 24 Oktober 1980 untuk pertama kalinya bangunan dipugar, kemudian diresmikan tanggal 1 Februari 1982. Tahun 2009 bangunan direnovasi kembali karena banyak ruangan yang sudah bocor dan tanggal 14 Juli 2012 diresmikan oleh Bupati Wonosobo Bapak H. A. Kholiq Arif. Pada awalnya, di kelenteng Hok Hoo Bio(福和庙)hanya ada 9 buah altar dewa yang di sembah. Adapun 9 altar tersebut yaitu, Budha, Kwan Sie Im Poo Sat (观音菩萨), Bie Lek Hut (弥勒佈), Hok Tek Ceng Sin (福德正 神), Kong Tik Cun Ong (功德君王), Shian Thian Shang Tee (玄天上帝), Thay Sang Lau Cin (太上老君), Nabi Khong Cu (孔子), dan Kwan Tee Kun (关 33
帝君). Kemudian pada bulan Januari awal tahun 2012 di kelenteng Hok Boo Bio (福和庙)ada penambahan altar dewa yaitu altar Dewa Cai Shen Ye yang diletakkan di ruang Altar Konghucu. Saat ini altar dewa yang ada di kelenteng Hok Hoo Bio (福和庙)Wonosobo ada 10 buah. Sampai saat ini umat Tri Dharma Wonosobo belum memiliki tempat untuk melakukan upacara kremasi bagi umatnya yang meninggal dunia. Hal tersebut karena berkaitan dengan dana yang cukup besar, dan di Wonosobo kesulitan menentukan tempat untuk tempat pembakaran mayat. Jika ada umat yang menghendaki kremasi, maka akan dilaksanakan di Ambarawa. Jika umat menghendaki dikubur, di kecamatan Batur terdapat TPU (Tempat Pemakaman Umum) untuk masyarakat Tionghoa atau bisa juga dikuburkan di daerah Jlegong. Bangunan utama yang ada di kelenteng Hok Hoo Bio(福和庙)meliputi : a. Bangunan utama adalah tempat untuk melaksanakan ibadah. Di ruangan ini terdapat tiga ruangan yaitu, ruangan agama Budha, ruangan agama Tao dan ruangan agama Konghucu. b. Bangunan sebelah timur yaitu bangunan yang berdampingan dengan tempat ibadah adalah tempat untuk penyediaan alat-alat sembahyang meliputi, lilin, dupa, kertas sembahyang dan lain-lain. c. Serambi depan terdapat tempat pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di serambi terdapat tempat pemujaan menuju Tuhan. Sebelum masuk ke tempat ibadah utama terlebih dahulu berdoa di 34
tempat ini. Serambi juga digunakan untuk menerima tamu dan untuk beristirahat setelah sembahyang, karena disediakan meja dan sofa yang bisa digunakan. d. Bangunan sebelah timur yaitu ruang aula. Biasanya juga digunakan untuk diskusi tentang agama maupun khotbah yang dihadiri oleh umat Tri Dharma. e. Bangunan Sebelah Selatan digunakan sebagai gedung pertemuan, juga ada aula yang ukurannya lebih besar. Biasanya digunakan untuk aktivitas yang berkaitan dengan perayaan yang dihadiri oleh banyak umat, misalnya silaturahmi imlek, perayaan cap go meh ( 园 宵 节 ) . Biasanya juga digunakan untuk kegiatan yang mengundang tamu 300-500 orang tamu undangan. Di bagian selatan terdapat kamar mandi yang bisa digunakan oleh pengunjung kelenteng. f. Halaman kelenteng Hok Hoo Bio ( 福 和 庙 ) cukup luas, digunakan sebagai halaman parkir dan terletak disebelah utara kelenteng. Di halaman juga terdapa sebuah kimlo(香炉)yang cukup besar dan tinggi. Peringatan sembahyang yang dijalankan umat Tri Dharma Wonosobo dalam satu tahun ada 25 macam. Cara memperingatinya, hanya melaksanakan ibadah di kelenteng dengan khusu’ dan memanjatkan doa serta rasa syukur 35
terhadap Tuhan. Umuat Tri Dharma Wonosobo menekankan supaya lebih condong kearah ibadah dari pada kegiatan yang bersifat hura-hura. Khusus pada saat perayaan tahun baru imlek , selain mengadakan sembahyang juga diadakan perayaan-perayaan untuk menyambut pergantian tahun.
5.2 Saran Sebagai kelenteng yang usianya masih tergolong sangat muda, alangkah baiknya jika kelenteng Hok Hoo Bio (福和庙) menerbitkan sebuah buku yang menceritakan tentang kelenteng tersebut secara lengkap. Selama ini Penulis merasa kesulitan menemukan buku penunjang yang berkaitan dengan kelenteng Hok Hoo Bio ( 福 和 庙 ). Selain bermanfaat bagi masyarakat umum yang membutuhkan, buku itu juga akan bermanfaat bagi generasi muda umat Tri Dharma kelenteng Hok Hoo Bio (福和庙). Jika ada pergantian kepengurusan dari generasi ke generasi maka masih bisa mengetahui sejarah kelenteng dengan baik. Dengan begitu, nilai-nilai luhur, sejarah didirikan kelenteng dan informasiinformasi penting yang berkaitan dengan kelenteng akan selalu terjaga kemurniannya. Bahasa Mandarin sekarang ini sedang diminati, tidak hanya oleh warga keturunan China tetapi juga oleh warga pribumi. Dunia perdagangan, pendidikan, pariwisata dan lain-lain sangat membutuhkan orang-orang yang bisa berbahasa Mandarin. Alangkah baiknya jika di kelenteng Hok Hoo Bio (福和庙) dibentuk 36
komunitas untuk mempelajari tulisan mandarin (hanzi 汉字) modern yang saat ini digunakan. Agar generasi muda juga mengetahui dan memahami bahasa asli leluhur mereka. Memberi tulisan Mandarin (hanzi 汉字) pada nama-nama dewa yang ada di kelenteng Hok Hoo Bio(福和庙), karena masih menggunakan nama-nama dialek Hokkian. Pemberian nama tersebut akan memudahkan bagi orang yang tidak mengetahui dialek hokkian. Dengan demikian, secara perlahan sudah memperkenalkan hanzi ( 汉 字 ) kepada generasi muda sehingga mereka bisa mempelajarinya sejak dini.
37