BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sales keliling sebagai pedagang ritel tradisional keberadaannya kian terancam oleh maraknya pasar modern yang dewasa ini semakin berkembang. Untuk itu dalam rangka mempertahankan usahanya sales keliling menjalin relasi sosial dengan beberapa pihak yang berpengaruh pada kegiatan usaha. Selain itu sales keliling juga mengembangkan berbagai macam strategi untuk mendukung usahanya tersebut. Data penelitian menunjukkan terdapat empat relasi sosial yang dikembangkan sales keliling. Pola relasi tersebut menunjukkan hubungan yang berbeda-beda, selain hubungan simetris juga ada indikasi hubungan patron-klien. Hubungan yang bersifat simetris yaitu antara sales keliling dengan agen, sales keliling dengan pelanggan dan antar sesama sales keliling. Sedangkan hubungan patron-klien yaitu antara sales keliling dengan pemilik mobil. Relasi sosial yang terjalin antara sales keliling dengan agen berupa kerja sama yang saling menguntungkan. Sales keliling menjadikan agen sebagai pemasok barang tetap, sedangkan agen memberikan beberapa keuntungan kepada sales keliling diantaranya, harga yang diberikan lebih
132
murah dibanding dengan pembeli lainnya, barang yang telah dibeli sales keliling dapat ditukar, sales keliling bisa membeli barang dagangan secara kredit, dan sales keliling mendapatkan persenan setiap tahunnya. Selian itu relasi dalam bentuk sosial yaitu adanya permintaan barang dagangan oleh sales keliling kepada agen, adanya tukar informasi, dan saling memberikan kepercayaan. Relasi tersebut berimplikasi pada kemudahan sales dalam memperoleh barang sehingga akan melancarkan usaha sales sebagai pengecer yang mendistribusikan barang kepada konsumen akhir. Relasi sosial sales keliling dengan pelanggan yaitu mereka saling bertukar barang, selayaknya pembeli dan penjual yang saling memberikan keuntungan. Relasi dalam bentuk sosial yaitu adanya kepercayaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang tadinya hanya bermotif ekonomi antara penjual dengan pembeli tidak sedikit hubungan diantara keduanya menjadi saling akrab, berteman bahkan hingga menjalin persaudaraan. Hubungan tersebut berimplikasi pada kemudahan dalam pemasaran yang berarti bahwa sales keliling masih mempunyai pasar. Relasi sosial antar sesama sales keliling yaitu mereka saling membantu, saling menjaga, dan menghormati satu sama lain. Relasi tersebut dapat menguatkan ikatan hubungan yang menjadikan mereka tetap bersama, utuh
dalam
sebuah
kelompok
mengembangkan usaha.
133
sales
keliling
dan
bersatu
untuk
Relasi sosial sales keliling dengan pemilik mobil, hubungan tersebut saling memberikan keuntungan namun terdapat ketidakseimbangan dalam pertukaran sehingga hubungan tersebut menjadi hubungan patron-klien. Dalam hal ini yang menjadi patron adalah pemilik mobil yang memberikan jasa mengantarkan sales keliling menuju tempat pemasaran. Sales keliling sebagai klien dalam kegiatan berjualannya sangat bergantung dengan jasa tersebut. Indikasi patron-klien terlihat dimana pemilik mobil mempunyai kekuasaan dalam mengatur jam kerja sales keliling selain itu juga mempunyai wewenang mengeluarkan sales keliling yang tidak mematuhi aturan. Sebagai patron pemilik mobil juga memberikan perlindungan kepada sales keliling. Implikasi dari hubungan tersebut mendorong sales untuk bersikap disilpin dan aktif dalam berjualan. Selain itu karena ada perlindungan membuat sales keliling merasa aman dan terlindungi. Sedangkan negatifnya yaitu sikap patron dapat memicu sales keliling untuk keluar yang secara otomatis dapat meretakkan komunitas tersebut. Strategi
yang
dijalankan
sales
keliling
untuk
mendukung
kelangsungan usaha dibagi menjadi dua yaitu strategi kerja dan strategi mempertahankan usaha. Strategi kerja yang dijalankan meliputi yang pertama yaitu menjemput bola. Cara sales keliling yang door to door secara otomatis akan mencari dan mendatangi pembeli, sehingga masyarakat yang tadinya tidak ada rencana untuk membeli barang karena didatangi langsung oleh sales keliling, masyarakat tersebut menjadi tertarik untuk membeli. Kedua, adanya 134
tawar-menawar, selayaknya pedagang ritel tradisional sales keliling memperbolehkan pembeli untuk menawar barang dagangannya. Dalam proses tawar menawar akan terjalin keakraban, dan dari situasi tersebut sales keliling bisa menggaet pembeli untuk menjadi pelanggannya. Ketiga, adanya servis penjelasan, dalam kegiatan menawarkan barang sales keliling akan mengenalkan produk satu persatu dan menjelaskan khasiat serta kegunaannya. Penjelasan tersebut akan membantu pembeli dan menarik pembeli untuk mencobanya. Keempat, Barang boleh ditukar, keuntungan lain yang didapatkan pembeli jika membeli pada sales keliling adalah barang yang telah dibeli apabila tidak cocok barang tersebut bisa ditukarkan dengan barang lainnya, hal tersebut tentu tidak akan pernah ditemui pembeli apabila Ia berbelanja di pasar modern. Kelima yaitu adanya kemudahan dalam pembayaran. Pembayaran yang ditawarkan bisa dengan tunai, namun apabila pembeli sedang tidak mempunyai uang mereka dapat membayar dengan bertukar barang atau barter, kredit ataupun nggowo-nyaur. Kemudahan dalam pembayaran dapat menarik pembeli dan menjadikan mereka pelanggan. Strategi dalam mempertahankan usaha yaitu adanya negosiasi dengan pemilik mobil, hubungan akrab antara sales keliling dengan pembeli, pembayaran dengan sistem
kredit atau nggowo-nyaur dan adanya saling
support antar sesama sales keliling. Dari data penelitian meskipun sales keliling dengan agen dan sales keliling dengan pelanggan didalam relasi sosial sama-sama memperoleh 135
keuntungan, namun terlihat adanya hidden ekspoitation. Hidden ekspoitation tersebut yaitu beberapa barang yang dijual agen harganya dinaikkan sehingga harganya lebih mahal dibandingkan dengan toko atau agen lain. Sales keliling yang menyadari hal tersebut tetap saja menjadikan agen tersebut sebagai pemasok barang tetap karena iming-iming persenan yang diberikan. Padahal persenan yang didapat sales keliling jumlahnya tidak seberapa bila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh agen dalam menaikkan barang tersebut. Selanjutnya hidden ekspoitation juga dialami oleh pembeli. Praktek eksploitasi terjadi apabila pelanggan memesan barang kepada sales, dalam hal ini telah ada demand, dank arena butuh maka pelanggan tersebut akan membayar berapapun yang sales minta, selanjutnya praktek eksploitatif juga terjadi pada pembayaran barter dan nggowo-nyaur. Dari hasil penelitian yang dianalisis menggunakan teori pertukaran sosial dari Homans, beberapa proposisi yang dikemukakan oleh Homans tidak relevan dengan penelitian ini. Proposisi kelebihan-kekurangan dan proposisi agresi-pujian tidak terdapat pada perilaku sales keliling, dimana tindakan yang terjadi justru sebaliknya. Jika semakin sering sales keliling mendapatkan imbalan khusus, maka semakin bernilai imbalan itu bagi dirinya dan usahanya. Selanjutnya pada Proposisi agresi-pujian jika tindakan sales keliling memperoleh penolakan maka mereka tidak akan marah ataupun menunjukkan perilaku agresif, hal ini dilakukan untuk menghindari pertikaian. 136
B. Rekomendasi Rekomendasi ini ditunjukkan untuk sales keliling. Usaha perdagangan sales keliling ini sebenarnya masih sangat rentan, hal ini dikarenakan tidak adanya ikatan diantara mereka, mereka berkelompok karena mempunyai tujuan yang sama untuk berjualan. Tidak ada ketua yang bisa mengatur dan mendisiplinkan sales keliling, meskipun ada pemilik mobil yang senantiasa mengatur dan menggerakkan mereka namun tetap diperlukan pemimpin dalam kelompok tersebut. Sehingga dalam hal ini perlu di bentuk atau dipilih pemimpin yang bertugas mengkoordinasi kegiatan sales keliling, juga diperlukan kegiatan lain yang dapat mempererat hubungan mereka, tidak hanya sekedar arisan. Selain itu juga adanya konflik yang tersembunyi, perasaan tidak suka yang di pendam atau kontravensi terhadap beberapa sales dalam hal menentukan lokasi atau terjadinya miss lokasi juga bisa menjadi sebuah ancaman bagi hubungan mereka. Perasaan tidak suka yang terakumulasi bisa membuat perpecahan yang menimbulkan mereka keluar dari kelompok atau mobil, dan berdagang sendiri. Sehingga dalam hal ini diperlukan pengendalian diri kepada masing-masing sales untuk memberikan kesempatan kepada yang lain untuk menentukan lokasi, selama ini yang banyak menentukan lokasi adalah sales tua sehingga harus memberikan kesempatan sales muda untuk menentukan lokasi yang diinginkannya.
137
Kerentanan usaha sales keliling juga terjadi karena sulitnya mencari generasi penerus. Sales keliling yang kerjanya door to door, menghadapi berbagai macam tipe pembeli dan harus bermental kuat membuat usahanya sulit ditularkan. Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah mencari atau mengikat masyarakat untuk menjadi pelanggan, sehingga jika sales keliling membuktikan dirinya memiliki banyak pelanggan secara otomatis akan mempengaruhi orang lain untuk meneruskan usaha sales keliling karena sudah memiliki pasar.
138