BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yaitu dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu akuntansi perusahaan merupakan suatu entitas ekonomi yang berdiri sendiri yang berbeda dari pemiliknya. Entitas ekonomi ini dianggap akan terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu yang melebihi suatu periode akuntansi (going concern) (Purba, 2006). Going concern disebut juga sebagai kontinuitas akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan terus berlanjut dalam waktu tidak terbatas (Syahrul, 2000). Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek (Hani et al. 2003). Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Dalam laporan keuangan tahunan, opini going concern diberikan setelah paragraf pendapat. Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun dengan anggapan bahwa perusahaan akan melanjutkan
operasinya
sebagai
entitas
yang
berkemampuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).
1
untuk
2
Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, dan Xerox yang pada akhirnya bangkrut, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah, sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Atas dasar banyaknya kasus tersebut, maka AICPA (1988) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Going Concern adalah kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang di audit. (SPAP, 2011 : 341.1). Meskipun auditor tidak bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan, tetapi dalam melakukan audit going concern perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini. Ada dua penyebab munculnya opini going concern. Pertama, adanya masalah
self-fulfilling
prophecy
yang
mengakibatkan
auditor
enggan
mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Kedua, prosedur penentuan status going concern tidak terstruktur (Joanna, 1994). Menurut multivariate
Altman (2000:9), teknik penggunaan
discriminant
analysi
(MDA)
mempunyai
metode step-wise kelebihan
dalam
3
mempertimbangkan karakteristik umum dari perusahaan-perusahaan yang relevan, termasuk interaksi antar perusahaan tersebut. Di samping itu, pendekatan metode step-wise multivariate discriminant analysis (MDA) dapat mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat digunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, pribadi, manufaktur, ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z skor diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda jika kita menggunakan obyek yang berbeda. Dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberi opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha yang di gunakan dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya perinsip dan praktis akuntansi, tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak mengharuskan auditor untuk menyatakan tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan akuntansi tersebut. Jika pembatasan terhadap lingkup audit tidak memungkinkan auditor untuk memberikan pendapat mengenai kesesuaian tersebut maka pengecualian semestinya dilakukan dalam laporan auditnya (SPAP, 2011 : 410.1). Berdasakan pernyataan ini, dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang di tampakan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus melihat hal-hal lain seperti : masalah eksistensi dan kontinuitas entitas
4
sebab seluruh aktivitas atau transaksi yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara implisit terkandung di dalam laporan keuangan. Oleh karna itu auditor harus mempertimbangkan secara cermat adanya gangguan atas kelangsungan hidup suatu entitas (going concern) untuk suatu periode, sehingga opini yang dihasilkan menjadi berkualitas. Pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar. Kegiatan operasi perusahaan sehari-hari dijalankan oleh manajer yang biasanya tidak mempunyai saham kepemilikan yang besar. Secara teori, manajer merupakan agen atau wakil pemilik. Namun pada kenyataannnya mereka mengendalikan perusahaan. Dengan demikian, konflik kepentingan antar pemilik dapat terjadi. Hal ini disebut “masalah keagenan”, yaitu devergensi kepentingan yang timbul antara pemilik dan agennya (Widyastuti, 2004). Opini audit going concern selain dipengaruhi informasi financial dan kualitas auditor juga perlu mempertimbangkan informasi non financial seperti karakteristik kepemilikan perusahaan (institusional dan manajerial) dengan adanya kepemilikan tersebut diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan terhindar dari potensi terjadinya kesulitan keuangan. Semakin besar kepemilikan institusional dan manajerial maka semakin efisien pemanfaatan keuangan perusahaan (Mulawarman, 2009). Penelitian mengenai pemberian opini going concern oleh auditor didasarkan pada kondisi internal perusahaan namun penelitian ini bukan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya karena terdapat beberapa perbedaan antara lain periode pengamatan dilakukan pada tahun yang berbeda
5
yaitu tahun 2012, 2013, 2014 karena tiga periode tersebut belum pernah dijadikan sebagai periode pengamatan pada penelian sebelumnya, selain itu variabel yang digunakan juga berbeda dengan tujuan penelitian yang berbeda pula yaitu untuk mengetahui faktor internal perusahaan yang mempengaruhi opini audit going concern seperti prediksi kebangkrutan, opini audit sebelumnya, kualitas auditor, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian yang dilakukan selama ini mengemukakan adanya perbedaan hasil atau research gap baik dari segi hasil penelitian itu sendiri maupun dari segi variabel yang digunakan. Dari hal tersebut, disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern pada suatu perusahaan masih merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Atas dasar research gap atau perbedaan pendapat dari hasil penelitian sebelumnya dan perlunya perluasan penelitian yang didukung teori yang melandasi, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Prediksi Kebangkrutan, Opini Audit Sebelumnya, Kualitas Auditor dan Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 20122014). B. Rumusan Masalah Penelitian 1.
Apakah ada pengaruh financial distress terhadap penerimaan opini audit going concern?
2.
Apakah ada pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern?
6
3.
Apakah ada pengaruh kualitas auditor terhadap penerimaan opini audit going concern?
4.
Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap penerimaan opini audit going concern?
5.
Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap penerimaan opini audit going concern?
C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk menguji pengaruh pengaruh financial distress terhadap penerimaan opini audit going concern
2.
Untuk menguji pengaruh opini audit sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern
3.
Untuk menguji pengaruh kualitas auditor terhadap penerimaan opini audit going concern
4.
Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap penerimaan opini audit going concern
5.
Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap penerimaan opini audit going concern.
D. Manfaat Penelitian 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam bidang audit serta dapat menambah wawasan bagi peneliti sebagai penerapan ilmu
7
di bidang auditing dan akuntansi terutama mengenai pengaruh financial distress terhadap penerimaaan opini audit going concern. 2. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi pengetahuan, bahan diskusi dan bahan kajian lanjut dalam penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penerimaan opini audit going concern. 3. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pedoman bagi auditor untuk membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dan dalam melaksanakan proses auditnya terutama dalam hal pemberian opini audit terhadap klien yang menyangkut masalah pemberian opini audit going concern. 4. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor dan calon investor untuk memberi informasi yang berhasil dikumpulkan, untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mengenai going concern (kelangsungan usaha suatu perusahaan) sehingga investor dan calon investor dapat melakukan keputusan investasi.