Bab V Penutup A. Kesimpulan Dalam menghadapi Pemilu, tentu dibutuhkan Strategi Pemenangan. Partai Politik sebagai kontestan utama mempersiapkan segalanya agar dapat meraih suara masyarakat sebanyak-banyaknya. Partai berbondong-bondong “menjual diri” untuk dapat tempat di hati rakyat. Dalam menghadapi Pemilu, partai melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari tahap verifikasi parpol hingga rekapitulasi penghitungan suara. Sebuah proses yang tentunya sangat melelahkan. Partai Gerindra pun turut merancang strategi pemenangan agar dapat meraih simpati. Partai baru besutan Prabowo Subianto ini meraih peringkat ke 3 suara nasional. Partai Gerindra juga mengalami peningkatan di hampir semua level pemilihan dari DPRD Kab/Kota, DPRD Provinsi dan DPR RI. Sebuah catatan manis dan menggembirakan mengingat partai ini sebelumnya baru sekali mengikuti Pemilu di tahun 2009. Perolehan suara Gerindra memang dibilang cukup fantastis pada Pemilu 2014. Di Provinsi Riau, capaian kursi legislatif Gerindra dapat melewati jumlah kursi yang ditargetkan oleh DPP Gerindra. Untuk di tingkat DPRD Kab/Kota, DPP menargetkan 48 kursi harus di raih. Namun realitanya, Gerindra meraih 51 kursi. Untuk level DPRD Provinsi, DPP Gerindra menargetkan 6 kursi dan hasil yang di dapat 7 kursi. Pada level DPR RI, target 2 kursi dan sudah teramankan 2 kursi tersebut. Capaian yang dapat
dikatakan cukup baik dari pengurus Gerindra di level DPD dan DPC Se-Riau. Gerindra sekarang pun menjadi partai yang cukup diperhitungkan di Bumi Lancang Kuning. Peneliti mengkerangkai strategi pemenangan Gerindra menggunakan Strategi Politik dengan pendekatan Political Marketing. Teori ini diharapkan dapat membantu menjadi kerangka yang tepat dalam menganalisa Strategi Pemenangan Partai Gerindra. Political Marketing dapat menjawab tentang segmentasi, targeting dan positioning partai. 1. Dalam segmentasi, Gerindra mensegmentasikan pemilih kedalam tiga kategori yakni Segmentasi Geografik, Demografik dan Perilaku. Dari Segmentasi Geografik, Gerindra mengelompokkan pemilih menurut suku, ras, dan daerah. Dari Segmentasi Demografik Gerindra mengelompokkan Pemilu menurut umur, agama, profesi dan pendidikan. Sedangkan dari Segmentasi Perilaku Gerindra memilah kelompok suara yang menjadi penggemar Prabowo Subianto. Setiap segmentasi dihimpun dan dipisahkan satu dengan yang lain. Setiap segmentasi kemudian dipahami dan dicermati dengan baik sehingga nantinya partai dapat dengan mudah menentukan cara yang tepat untuk menggarap setiap segmen. 2. Ketika berbicara mengenai targeting, maka ada 3 kelompok besar yang diharapkan menjadi tumpuan suara Partai Gerindra. Ketiga kelompok itu adalah Rakyat Kecil, Pemilih Pemula/Pemuda dan para penggemar Prabowo. Rakyat kecil menjadi salah satu sasaran utama Gerindra. Nelayan, petani, peternak, pedagang kecil dsb merupakan target suara dan fokus perjuangan Gerindra.
Gerindra bukan hanya menginginkan suara dari mereka tapi ingin berjuang untuk mereka. Suara para rakyatkecil digaet dengan iklan-iklan politik yang bernuansa kerakyyatan dan membela hak rakyat kecil. Targeting Gerindra selanjutnya adalah para Pemilih Pemula. Pemilih yang baru pertama sekali mencoblos dibilik Tempat Pemungutan Suara juga menjadi sasaran Gerindra. Pemilih ini merupakan pemilih yang mayoritas diisi oleh remaja. Para remaja tentunya masih belum memiliki preferensi politik yang pasti. Gerindra pun telah menyiapkan cara untuk menggaet suara Pemilih Pemula. Website, akun media sosial seperti twitter, facebook dan instagram adalah sala satu cara agar para pemilih pemua dapat lebih dekat dan mengenali Partai Gerindra. Selanjutnya adalah Pemuda. Gerindra serius perihal menggaet suara pemuda. Gerindra tidak ragu-ragu memasukkan para pemuda kedala pengurus partai di tingkat pusat. Gerindra juga memiliki organisasi sayap Tunas Indonesia Raya (TIDAR) Satuan Relawan Indonesia Raya (SATRIA) agar dapat menjadi wadah para pemuda yang sejalan visi dan misinya dengan Gerindra. Gerindra juga punya Sarjana Penggerak Desa yang berisikan intelektual muda untuk membangun desa. Bahkan, untuk memangsa pasar pem uda, Gerindra membuat game digital bernama “Mas Garuda”. Game ini dapat diunduh gratis melalui telepon genggam berbasis ios dan android. Targeting Gerindra yang ketiga adalah para penggemar Prabowo Subianto. Penggemar Prabowo berasal dari banyak kalangan. Di Riau sendiri, setidaknya ada 4 kelompok yang mayoritas penggemar Prabowo. Pertama adalah orangorang yang mempunyai keluarga berlata belakanng militer. Biasanya orang-
orang ini memiliki ikatan emosional karena Prabowo seorang pensiunan Jenderal yang sangat terkenal. Selanjutnya orang-orang Jawa di daerah Transmigrasi. Mereka cukup akrab dengan figur Prabowo dan memilih Gerindra karena Prabowo. Bahkan mereka tidak peduli dengan siapa caleg yang diusung Gerindra. Kemudian, para orang-orang tua yang suka dengan sosok Sumitro sang Begawan Ekonomi (Ayah Prabowo) dan para penikmat Orde Baru juga akan cenderung memilih Gerindra dalam Pemilu. 3. Berbicara mengenai positioning Gerindra, Gerindra memposisikan diri kedalam beberapa hal yang memang sangat mudah untuk diingat masyarakat. Pertama, posisi Gerindra sebagai partainya Prabowo Subianto memang sangat melekat. Hal ini terbukti jika ada yang berbicara Gerindra, pasti juga berbicara mengenai Prabowo Subianto. Memang, dalam setiap iklan politik Gerindra, Prabowo Subianto selalu ada dan bahkan menjadi aktor satu-satunya. Selanjutnya adalah posisi Gerindra adalah Partai Rakyat Kecil. Gerindra berusaha menanamkan kedalah persepsi masarakat luas sebagai Partai yang berjuang untuk rakyat kecil. Citra sebagai partai rakyat kecil selalu ditanam melalui pengenalan program-program dan gagasan partai dalam berbagai iklan politik Gerindra. Partai pengusung ekonomi kerakyatan juga menjadi posisi Gerindra di masyarakat. Pada setiap kesempatan terutama pada dialog dan pidato politik, Ketua Dewan Pembina beserta pengurus partai lainnya sering menyinggung konsep ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan dianggap cocok dan bagus diterapkan di Indonesia. Pada intinya, Gerindra ingin rakyat berdikari dengan
konsep ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan merupakan bagian dari perjuangan Gerindra untuk Indonesia. “Gerindra Menang, Prabowo Presiden!”. Tampaknya, jargon itu sudah tidak asing lagi di dengan di sepanjang tahapan Pemilu 2014. Memang, jargon tersebut di gaungkan sebagai bentuk motivasi positif kepada seluruh kader dan simpatisan Gerindra agar dapat berjuang untuk memenangkan Gerindra pada Pemilu 2014 dan mengantarkan Prabowo Subianto ke kursi RI 1 agar perjuangan Gerindra menjadi lebih sempurna. Jargon ini bukan hanya melekat bagi para kader dan simpatisan melainkan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jargon ini dapat dikatakan sebagai jargon utama Gerindra pada Pemilu 2014. Pada Pemilu 2014, Gerindra memang diakui banyak kedatangan para caleg yang potensial. Caleg potensial ini merupakan orang-orang yang telah memiliki pengaruh di masyarakat dan juga mempunyai popularitas tinggi. Dengan memanfaatkan kekuatan caleg potensial ini, Gerindra mampu melesat dalam perolehan suara mapun kursi. Caleg potensial ini diakui menjadi keuntungan yang didapat Gerindra pada Pemilu 2014. Pada Pemilu 2009, jangankan untuk mendapatkan para caleg potensial, untuk memenuhi kuota daftar caleg saja Gerindra masih kesusahan. Gerindra dalam berkampanye kepada masyarakat juga menggunakan Strategi Marketing Langsung (Direct Marketing) dengan langsung door to door kerumahrumah. Gerindra tidak asal dalam menyiapkan tim yang akan melaksanakan agenda door to door. Gerindra menyiapkan tim yang benar-benar paham dan mengerti teknik penyampaian pesan dengan cara door to door. Gerindra juga memanfaatkan
momentum Prabowo Effect ketika orang yang dituju merasa tertarik dengan sosok Prabowo. Gerindra juga memanfaatkan jejaring para calegnya yang bertarung untuk meraih suara. Jejaring dapat berupa kekeluargaan, pertemanan, profesi dan almamater. Ini adalah jejaring yang lazim dilakukan oleh para caleg dalam meraih dukungan masyarakat. Dengan penjelasan diatas, secara umum maka dapat disimpulkan strategi pemenangan keseluruhan Gerindra di Riau adalah sebagai berikut Gambar 2. Strategi pemenangan Gerindra secara keseluruhan
Gerindra dapat dikatakan secara umum masih mengandalkan sosok Prabowo Subianto sebagai sosok yang menjadi pendongkrak utama suara partai. Sosok ini menjadi sangat kuat baik di internal partai, maupun di eksternal partai. Gerindra menjadikannya sebagai produk utama yang dijual kepada masarakat. Dapat dilihat di
gambar diatas bahwa pada Pemilu 2014 di Riau, dengan berbagai strategi baik strategi umum partai maupun strategi individual partai selalu bermuara kepada sosok Prabowo. Di tahap segmentasi, targeting hingga positioning dapat diperhatikan dengan jelas bahwa sosok Prabowo selalu muncul dan menjadi ujung tombak dari strategi tersebut. Selanjutnya bahkan dalam strategi individu caleg, para caleg berusaha untuk menonjolkan sosok Prabowo yang memang sangat menarik minat masyarakat. Bahkan di berbagai media kampanye foto Prabowo terpampang jelas selalu berdampingan dengan para caleg yang bertarung. Jadi memang tampak secara jelas bahwa, sosok prabowo magnet utama bagi masyarakat pada Pemilu 2014 di Riau.
B. Implikasi Teoritis Penelitian ini memberikan implikasi teoritis untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Implikasi teoritis dalam penelitian ini yang pertama adalah bahwa pendekatan Political Marketing adalah salah satu dari berbagai macam teori-teori lain yang berbicara seputar strategi politik. Political Marketing dapat dikatakan sebagai pendekatan yang cukup baru dalam ilmu politik. Pendekatan ini diadopsi dari ilmu ekonomi manajemen. Ini membuktikan bahwa ilmu itu tidak kaku dan bisa digunakan dalam berbagai hal (lintas ilmu). Dalam penelitian ini, peneliti meminjam konsep Political Marketing untuk mengeksplorasi strategi pemenangan Partai Gerindra di Riau pada Pemilu 2014. Pada penelitian ini, Political Marketing berfungsi lebih sebagai kerangka penelitian. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini mendukung keberadaan teori, bukan menegasikan teori. Tahapan segmentasi, targeting dan positioning menjadi
sebuah dimensi eksplorasi penting dalam penelitian ini. Peneliti berusaha menghimpun, mengelompokkan dan menganalisis data dengan basis ketiga tahapan tersebut. Pada tahap segmentasi, pemilahan kelompok pemilih terbagi menjadi 4 yakni Segmentasi Geografik, Segmentasi Demografik, Segmentasi Perilaku dan Segmentasi Psikografis. Namun, dalam realitanya, Gerindra hanya menggunakan 3 cara yakni Geografik, Demografik dan Perilaku. Cara tersebut merupakan cara yang cukup familiar digunakan oleh partai dalam mengelompokkan pemilih terutama Geografik dan Demografik. Segmentasi Psikografis jarang sekali digunakan karena kelas sosial, gaya hidup, sifat maupun kepribadian merupakan indikator yang sulit untuk diukur. Gerindra memiliki beberapa target kelompok pemilih yang diharapkan dapat menyumbang suara yang cukup besar kepada Gerindra. Membidik segmen yang ditarget merupakan tahap setelah segmentasi sudah dilakukan. Pada realitanya, Gerindra menjadikan rakyat kecil, pemilih pemula dan pemuda serta para penggemar Prabowo Subianto menjadi sasaran empuk untuk dieksekusi pada Pemilu 2014. Positioning adalah penentuan posisi partai kepada masyarakat. Dalam arti lain positioning adalah penanaman citra-citra tertentu yang dikehendaki oleh partai kepada masyarakat. Gerindra memilih mencitrakan dirinya sebagai Partai Prabowo Subianto, Partai Rakyat Kecil, Partai Pengusung Ekonomi Kerayatan dan selalu menggaungkan jargon “Gerindra Menang, Prabowo Presiden!”. Tentunya citra tersebut dipilih setelah melalui pertimbangan panjang oleh Gerindra. Dalam mencitrakan partai. Gerindra
melakukannya di semua media secara massif agar pesan-pesan tersebut dapat masuk ke benak masyaakat.