BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Ajaran Samin pada masyarakat Samin merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia yang pantas untuk dilestarikan. Konsep ajaran masyarakat Samin yang sederhana dan bertujuan untuk hidup dengan rukun di segala perbedaan yang ada dan tetap bertahan dengan kearifannya di tengah-tengah kemodernan masyarakat. Masyarakat Samin di desa Klopo Dhuwur mengajarkan bahwa setiap orang harus patuh dengan ajaran tradisi yang telah ada dan taat pada aturan hukum yang berlaku agar manusia senantiasa hidup rukun dan sejahtera. Ajaran Samin yang secara tertulis terdapat pada kitab serat Jamuskalimasada mengajarkan manusia untuk saling menghargai orang lain. Menurut ajaran Samin semua orang itu saudara. Ajaran Samin yang terwariskan sebenarnya adalah menyuatkan nilai–nilai kebenaran, kesederhanaan, kebersamaan, keadilan dan kerja keras. Orang Samin memiliki kejujuran hati yang tersimpulkan dalam bahasa Jawa yang kental puteh–puteh, abang- abang (putih–putih, merah-merah), yang berarti jika benar dikatakan benar dan jika salah dikatakan salah. Orang Samin adalah potret sebuah masyarakat yang menjunjung nilai kejujuran, yang ada di hati itulah yang diucapkan, opo sing ono ndek ati, yo iku sing bakal metu soko cangke (apa yang ada di hati, ya itu yang akan keluat dari mulut). Orang Samin memiliki sikap pribadi
sangat sederhana mereka selalu menjunjung
prinsip-prinsip dasar dalam berinteraksi dengan sesama makhluk hidup baik manusia, hewan dan juga tumbuhan. Prinsip dasar masyarakat Samin adalah khudu weruh the-e dewe, lugu, mligi, dan rukun. Selain prinsip tesebut masyarakat Samin juga memiliki pantangan yaitu jangan 81
82
membuat fitnah, jangan mudah tersinggung jangan membenci sesama, jangan berbuat nista dengan alam, jangan iri, serakah dan jangan merendahkan orang lain. Prinsip dan pantangan tersebut selalu dipegang teguh dalam hati, pikiran dan tindakan dalam masyarakat Samin. Prinsip dan tindakan tersebut dapat diterapkan maka kehidupan masyarakat Samin akan sesuai dengan yang diharapkan. Masyarakat Samin dalam bertindak antara pada awal kemunculannya dengan masa sekarang sudah berbeda tetapi ajaran–ajaran moral tetap dilaksanakan. Perubahan yang berbeda adalah pada masa penjajahan masyarakat Samin tidak mau membayar pajak dan tidak menaati peraturan pemerintah serta tidak menggunakan fasilitas umum tetapi sekarang pada kenyataannya masyarakat Samin telah menggunakan fasilitas umum, membayar pajak dan menaati peraturan pemerintah. Masa penjajahan Belanda masyarakat Samin melakukan perlawanan yang berbeda dengan daerah lain, mereka memilih pura–pura gila, membangkang dan semaunya sendiri. Cara perlawanan tersebut membuat pandangan negatif tentang masyarakat Samin meskipun kenyataannya itu adalah cara masyarakat Samin untuk mempertahankan kepemilikannya untuk menjadi tuan rumah di Negri sendiri. Cara ini memang terbilang unik dan nyeleneh tetapi cara ini terbilang efektif untuk melawan penjajah. Teori etika normatif terdapat tiga teori etika yaitu teori etika Deontologi, teori etika Teleologi dan teori etika Keutamaan. Teori etika Deontologi menentukan suatu tindakan dikatakan baik jika tindakan tersebut dilakukan berdasarkan kewajiban tanpa melihat hasilnya. Teori etika Teleologi kebalikan dari etika Deontologi. Teori etika Teleologi menilai suatu tindakan dianggap baik jika tindakan tersebut untuk kepentingan bersama meskipun tindakan tersebut buruk. Teori etika Teleologi lebih bersifat situasional. Teori etika Teleologi tepat digunakan ketika menghadapi suatu keadaan yang dilematis. Teori etika Keutamaan adalah Etika
83
Keutamaan mempunyai orientasi yang lain. Teori etika Keutamaan tidak menyoroti perbuatan satu demi satu, apakah sesuai atau tidak dengan norma moral tetapi lebih memfokuskan manusia itu sendiri. Etika ini mempelajari Keutamaan artinya sifat watak yang dimiliki manusia. Etika Keutamaan tidak menyelidiki apakah perbuatan kita baik atau buruk melainkan apakah kita sendiri orang baik atau orang buruk. Ajaran masyarakat Samin dapat dipetakan berdasarakan teori etika Deontologi, Teleologi dan Keutamaan. Berdasarkan teori etika Deontologi yang melihat suatu tindakan berdasarkan kewajiban maka prinsip–prinsip ajaran Samin yaitu lugu, mligi, harus tahu milik sendiri, rukun termasuk dalam Deontologi serta suatu tindakan seperti dilarang mendidik anak dengan pendidikan formal, dilarang berdagang dan beberapa lagi berupa pantangan. Masyarkat mengikuti aturan tersebut maka tindakan tersebut baik secara Deontologi meskipun sebenarnya tidakan yang dilarang tersebut baik secara universal. Masyarakat Samin dituntut harus selalu melakukan suatu tindakan sesuai dengan aturan ajaran Samin sehingga dalam hidup mereka harus selalu dituntut menjadi manusia yang baik. Ajaran Samin yang tergolong dalam teori etika Teleologi adalah cara masyarakat Samin melawan penjajah. Masyarakat Samin tidak melaksanakan kewajiban untuk membayar pajak. Teori Teleologi yang memandang suatu tindakan baik jika mempunyai tujuan yang baik. masyarakat Samin yang tidak membayar pajak secara Teleologi adalah suatu tindakan yang baik, karena pada dasarnya masyarkat Samin adalah kelompok masyarakat yang miskin dengan kondisi tanah yang kurang subur ketika para petani harus menyerahkan hasil panennya kepada penjajah maka para petani akan semakin miskin dan itu merupakan kerugian yang besar dan sisi lain penjajah adalah sekelompok orang yang berlebihan jadi tidak sepantasnya untuk menarik pajak. Penolakan membayar pajak, penolakan memperbaiki jalan, penolakan jaga malam atau
84
ronda, menolak kerja paksa. Tindakan tersebut dapat menguntungkan para orang Samin maka secara Teleologi tindakan tersebut adalah baik meskipun tidak sesuai dengan aturan. Etika Keutamaan adalah melihat sesuatu yang baik dan buruk berdasarkan karakter manusianya. Ajaran Samin mendidik manusia untuk menjadi manusia yang baik seperti tidak mencuri, berkata dengan jujur, menghargai orang lain. Berdasarkan etika Keutamaan masyarkat Samin adalah masyakat yang baik karena dalam ajarannya tidak terdapat satu pun ajaran untuk merugikan orang lain, seperti sikap meskipun masyarkat Samin semua itu seperti saudara tetapi hutang tetap harus dibayar, mengembalikan barang yang dipinjam, tidak mengambil barang orang lain meskipun itu barang temuan. Hal tersebut membuktikan bahwa manusia yang sesuai dengan ajaran Samin adalah manusia yang baik. Etika Keutamaan menfokuskan manusia itu sendiri. Konsisten memegangi ajaran, berubah tetapi tidak bergeser, tidak boleh bergeser hingga aja Suatu tindakan baik pasti berdasarkan dari manusia yang baik. Data yang ada menggambarkan bahwa orang Samin rata–rata adalah orang yang baik terbukti dengan mereka selalu terbuka untuk membagikan ajarannya dengan orang di luar Samin.
B. SARAN Penulisan ini diharapkan dapat merubah pandangan negatif masyarakat tentang orang Samin yang memandang masyarakat Samin adalah kelompok masyarakat yang membangkang dan keras kepala. Penulis berharap agar lebih banyak lagi penelitian tentang kearifan lokal bangsa khususnya ajaran Samin. Penelitan tentang ajaran Samin dapat dilakukan dengan berbagai ilmu, baik ilmu politik yang melihat cara kebebasan masyarakat Samin dan lain sebagainya.
85
Saran yang dapat diberikan penulis adalah masih banyak kebudayaan bangsa Indonesia yang harus selalu digali di berbagai pulau agar kelompok masyarakat minoritas dapat diketahui keberadaannya dan masyarakat minoritas tersebut juga merasa dihargai sebagai bangsa Indonesia. Penulis menyarankan agar keberadaan kelompok masyarakat minoritas tetap dihargai karena berdasarkan fakta yang ada di masyarakat Samin di desa klopo dhuwur banyak peneliti yang berasal dari luar negri dan memberikan kontribusi terhadap masyarakat Samin. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi peluang untuk para peneliti memberikan perhatian kepada kearifan lokal terutama kelompok masyarakat minoritas.