120 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Habermas menggiring pemikiran manusia untuk bermasyarakat supaya bagaimana membangun hubungan sosial yang dapat menjadi ideal dengan menggunakan perantara komunikasi yang saling memahami (hermeneutis) yang berdasarkan kompetensi komunikatif yang berlandaskan : a. “klaim ketepatan” (rightness), b. “klaim autentisitas atau kejujuran” (truth), c. “klaim autentisitas atau kejujuran” (sincerety, d. “klaim komprehensibilitas” (comprehensibility). Dalam masyarakat tentunya seperti hubungan-hubungan yang telah diterangkan diatas maka hubungan sosialitas manusia adalah komunikasi yang terjadi secara timbal balik antara individu satu dengan yang lain dan ini akan selalu tercipta dalam komunikasi dialog-dialog yang dilakukan sebagai bentuk sosialitas dalam bermasyarakkat, maka dialog-dialog komunikasi ini adalah bentuk-bentuk komunikasi yang bersifat intersubjektif dengan tujuan memperoleh komunikasi-komunikasi untuk mencapai kebenaran dan persetujuan secara objektif mufakat dengan dasar klaim-klaim kesahihan untuk membentuk kompetensi komunikatif pada masyarakat dengan dasar norma-norma moral etis. Maka akan menghasilkan komunikasi yang berpengaruh pada tindakan
120
121 komunikasi yaitu tindakan komunikatif dan tindakan rasional yang bertujuan untuk mencapai tindakan yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang ada hubungannya dengan dunia fisik dengan tujuan untuk mencapai efisiensi yang bersifat teknis serta komunikasi yang tindakan untuk mempengaruhi orang lain demi mencapai beberapa tujuan yang saling berhubungan. 2. Manusia yang memerlukan sarana dalam mewujudkan sosialitas manusia yang ideal yang adil, damai sejahtera dan makmur.
Habermas berpendapat Suatu
situasi dimana komunikasi tidak mengalami distorsi suatu situasi percakapan yang ideal. Sosialitas akan menciptakan komunikasi yang ideal dengan memenuhi daya kompetensi komunikatif untuk memperoleh kesepahaman dan saling pengertian untuk terwujudnya keadilan yang bersama yang objektif. Sosialitas manusia harus adil dan harus bebas dari sebuah belenggu subjektifitas atau keegoisan, maka daripada itu komunikasi Habermas yang berpusat pada rasionalitas ini harus lepas dari klaim-klaim rasionalitas yang merugikan dan menindas. Tujuan-tujuan sosialitas manusia kemudian dilengkapi oleh klaimklaim kesahihan , klaim ketepatan, klaim kebenaran, klaim autentisitas atau kejujuran, klaim komprehensibilitas membentuk sosialitas dalam mewujudkan nilai-nilai dasar untuk mewujudkan suatu keteraturan, maka dalam suatu kepentingan harus memiliki timbal balik yang baik, artinya norma-norma moral harus dipakai untuk mengarahkan tujuan dan maksud kearah norma moral etis kepada suatu keteraturan tersebut. Jika dilihat sosialitas manusia sebagai suatu kesatuan hubungan maka hubungan-hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya memiliki sebuah jalinan komunikasi dan itu pasti, maka dengan ini Habermas berpendapat bahwa prasyarat untuk terciptanya komunikasi yang ideal adalah situasi kehidupan sosial yang memungkinkan komunikasi yang ideal
122 tersebut dapat berlangsung. Situasi kehidupan sosial tersebut oleh Habermas sebagai situasi pembicaraan yang ideal. Situasi ideal ini adalah situasi di mana tidak ada ketimpangan kuasa antara orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan atau diskusi yang berlangsung dikala manusia melakukan komunikasi secara adil, bebas, dan terbuka menuju kepada konsensus setelah berbagai argumentasiargumentasi yang telah diajukan. Sedangkan sistem pada modernitas yang terjadi pada kalangan manusia menurut Habermas untuk menciptakan tatanan kehidupan yang baik ialah memperbaiki cacat-cacat modernitas dengan melalui peran dan tindakan komunikasi yang ideal tersebut. Dengan saling menekankan kesaling pahaman untuk saling mufakat untuk mencapai konsensus berdasarkan tindakan komunikatif, yaitu dengan cara dialog rasional untuk mewujudkan suksesnya konsesus. 3. Membicarakan keadilan yang mencapai konsensus membuat kepuasan yang universal dan komprehensif terhadap semua individu, maka semuanya harus ikut serta dalam tampungan tempat untuk menyarankan dan mengkritik itu semua agar tercapainya konsensus yang bersifat menyeluruh dan mufakat. Contohnya rapatrapat yang diputuskan oleh segelintir pemerintah akan menghasilkan keputusan yang objektif pula dari orang-orang tersebut artinya pengkomunikasian terhadap apa yang ingin diputuskan untuk kesejahteran masyarakat harus diiringi peran serta semua warga untuk mencapai kepuasan bersama. Maka tindakan rasional instrumental maupun strategis harus dihilangkann karena tindakan ini adalah tindakan yang merupakan suatu sistem yang diputuskan tanpa melihat persetujuan dan peran serta dari masyarakat yang luas untuk menerimanya secara puas dan objektif, artinya tindakan instrumental dan strategis akan menciptakan klaimklaim norma yang subjektif dan tidak akan ada moral yang etis. Maka tindakan
123 komunikatif yang berusaha untuk kesalingpemahan, harus terpenuhi dan terwujud dengan prasyarat-prasayat yang bisa membuat konsensus menjadi legitim. Terlebih jika pembicaraan sudah menuju pembicaraan yang menyangkut kepentingan hidup orang banyak. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Pertama keikutsertaan di dalam sebuah diskursus
hanya
mungkin,
jika orang
mempergunakan bahasa yang sama dan secara konsisten mematuhi aturan-aturan logis dan semantis dari bahasa tersebut. Kedua, kesamaan dalam memperoleh kesempatan dalam diskurusu hanya dapat terwujud, jika setiap peserta memiliki maksud untuk mencapai konsensus yang tidak memihak dan memandang para peserta lainnya sebagai pribadi-pribadi otonom yang tulus, bertanggungjawab dan sejajar saran dan kritik adalah tampungan sebuah pertimbangan persetujuan yang objektif dan mufakat. Jika ada terciptanya kesaling pahaman dan kesepakatan yang memuaskan secara universal, maka akan tercipta aturan-aturan yang dipatuhi secara umum yang memegang teguh sebuah prinsip tindakan komunikatif untuk diaplikasikan dalam proses diskursus tanpa ada tekanan dan diskriminasi yang akan membawa aturan-aturan yang memastikan konsensus tercapai dengan cara yang harmonis terbuka saling paham, mengerti dan adil tanpa ada paksaan dan tanpa ada kesewenang-wenangan. Dengan ini kunci dari sebuah jalinan hubungan adalah komunikasi yang ideal yang dapat diterima dan menghasilkan kesepahaman komunikasi akan semakin menuju kepada kesempurnaan hubungan sosialitas manusia yang adil dan beradab. B. Saran Hendaknya penelitian ini dikembangkan lebih lanjut, karena permasalahan sosialitas akan mengacu pada nilai-nilai kearifan lokal dan adat-adat yang sangat luas. Maka hendaknya atas dasar keadilan dan kesejahteraan serta kebahagiaan manusia,
124 komunikasi Habermas harus dapat diterapkan dan di aplikasikan khususnya pada sosialitas manusia yaitu hubungan antar individu yang berkaitan dengan timbal balik dan komunikasi manusia. Hendaknya dikaji untuk meneliti lebih lanjut sistem pemerintahan masyarakat yang harus diarahkan kepada konsep keadilan sosial secara lebih rinci agar menjadi penelitian yang lebih baik berguna dan dapat mewujudkan komunikasi verbal maupun non verbal dengan landasan norma-norma moral etis yang adil, bijaksana, damai, sejahtera. Bahagia, dan beradab dalam kehidupan manusia.