BAB V PENUTUP
Bab terakhir dalam tesis ini adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Simpulan berisi hasil akhir dari penelitian ini. Sementara saran berisi anjuran penulis terhadap penelitian-penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat dilakukan berkenaan dengan penelitian analisis wacana stand up comedy Indonesia. Berikut adalah kesimpulan dan saran dari penelitian ini. 5.1
Kesimpulan Setelah mencermati data dan melakukan analisis secara keseluruhan, didapat
beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. SUCI 4 akan dianalisis menggunakan pendekatan wacana. Oleh karena itu, inti dari analisis ini adalah untuk menemukan struktur wacana yang dapat dirumuskan dari data-data serta mencari kepaduannya. Kepaduan tersebut dapat dilihat dari hubungan antarpremis dan permainan bahasa. Selain itu, ditemukan juga fungsi komunikatif dari wacana ini untuk mengetahui peran penggunaan bahasa dalam komedi ini. Temuan di atas diperjelas dengan penjelasan hasil analisis berikut ini. Pertama, stand up comedy Indonesia adalah jenis komedi yang berupa monolog. Oleh karena itu struktur wacana ini mewakili keduanya. SUCI 4 Kompas TV memiliki lima bagian, yaitu (1) salam pembuka, (2) pertanyaan tentang kabar, (3) lawakan, (4) ucapan penutup, dan (5) penyebutan nama komika. Bagian-bagian tersebut dibedakan menjadi unsur wajib dan opsional. Unsur wajib berupa bit-bit lawakan yang selalu
134
135
ada dalam stand up yang terdiri atas bagian pengantar dan punchline. Setiap lawakan terdiri atas premis-premis, dan setiap premis terdiri atas beberapa bit. Unsur opsional yaitu unsur yang kehadirannya tidak mempengaruhi wacana kepaduan SUCI 4, yaitu bagian-bagian selain lawakan. SUCI sebenarnya berisi monolog komika tentang keresahan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menggali keresahan tersebut dari pengamatan, pengalaman, dan pendapat. Selanjutnya, kelucuan wacana ini terletak pada kejutan yang diberikan komika
yang berupa punchline. Kejutan tersebut diletakkan di
tengah, di akhir, bahkan di tengah dan akhir untuk mempersering tawa penonton. Peletakan punchline ini terkait dengan wacana yang berbentuk monolog. Punchline di tengah diikuti penjelasan, punchline di akhir adalah bentuk klasik dari komedi, sedangkan punchline di tengah dan akhir berisi penjelasan yang diikuti punchline. Kepaduan antarunsur wacana SUCI dilihat dari hubungan antarpremis dalam satu wacana. Topikalisasi wacana SUCI 4 Kompas TV dapat diamati dari hubungan antarpremis. Dengan kata lain, ‘kalimat utama’ ada dalam satu premis utama, sedangkan premis yang lain dalam premis pendukung atau penjelas. Oleh karena itu, untuk mengetahui kepaduan satu wacana SUCI 4 yang terdiri atas beberapa lawakan atau premis, dapat diamati dari hubungan antarpremis. Setelah diamati, berdasarkan kepaduannya, wacana SUCI 4 dibagi menjadi 3 kategori, yaitu wacana kohesif, wacana kohesif dan koheren, serta wacana tidak kohesif dan koheren. Wacana yang hanya kohesif ditemukan paling banyak. Komika berusaha untuk mengembangkan tema yang diberikan pihak Kompas TV dengan alokasi waktu 5—7 menit menjadi
136
beberapa premis yang padu. Kenyantaanya mereka hanya bisa menghadirkan wacana yang padu secara bentuk saja. Artinya, secara makna sebenarnya komika menceritakan hal yang sama sekali berbeda. Meskipun begitu, ditemukan beberapa wacana yang kohesif dan koheren. Artinya, wacana telah benar-benar padu dilihat dari sarana kepaduan bentuk dan maknanya. Akan tetapi, ditemukan pula dua wacana yang tidak padu secara bentuk dan makna dari 36 wacana karena terdapat salah satu premis wacana yang tidak mendukung premis umum. Kedua, kepaduan antara pengantar dan punchline dapat ditemukan dari permainan bahasa. Penulis menemukan sekurang-kurangnya Sembilan jenis permainan bahasa, yaitu permainan bunyi, ambiguitas, relasi leksikal, metonimi, unsur pembatas, hiperbola, simile, visualisasi referen, dan entailment. Permainan bunyi terdiri atas penggantian bunyi pada tataran kata sampai suku kata. Permainan ambiguitas memanfaatkan satu bentuk kebahasaan yang memiliki lebih dari satu makna. Permainan ambiguitas terdiri atas ambiguitas gramatikal yaitu kata majemuk dan frasa amfipoli, serta ambugitas leksikal yaitu polisemi dan homonimi. Permainan relasi leksikal memanfaatkan hubungan antarsatuan kebahasaan yang terdapat pada bagian pengantar dengan satuan kebahasaan pada punchline. Penulis menemukan permainan hiponimi, kohiponimi, meronimi, kolokasi, sinonimi, dan antonimi. Selain itu, ditemukan permainan bahasa lain seperti metonimi, hiperbola, simile, dan entailment. Setelah
diamati
kelucuan
pada
permainan
bahasa
tersebut
berupa
penyimpangan konteks pemakaian bahasa dengan mengandalkan praanggapan
137
komika, analogi dengan objek lain, dan background knowledge penonton. Permainan bahasa dimanfaatkan sebagai teknik menciptakan kelucuan dalam stand up comedy. Selain itu, kelucuan juga dihasilkan dari pertentangan antara dua hal yang disebutkan dalam permainan bahasa. Dengan kata lain, komedi ini tidak lagi menjadikan properti dan slapstick sebagai ‘fondasi’ utama, tetapi SUCI telah mampu berdiri sendiri dengan mengandalkan bahasa. Ketiga, penggunaan bahasa pada SUCI memiliki fungsi komunikatif yang ingin disampaikan komika kepada penonton. Fungsi komunikatif dilihat dari salah satu sudut pandang yaitu komika, penonton, materi, dan cara menyampaikan. Fungsi komunikatif yang paling banyak ditemukan adalah untuk bercanda. Fungsi tersebut dilihat dari sudut pandang cara menyampaikan pesan. Startegi komika untuk menciptakan fungsi tersebut dengan menggunakan beberapa permainan bahasa. Selain itu, ditemukan fungsi yang lain seperti menertawakan diri sendiri, menyindir, dan mengkritik. Fungsi tersebut diputuskan dengan melihat sudut pandang penutur yaitu komika. SUCI 4 berfungsi untuk menertawakan diri sendiri dengan cara menceritakan pengalama pribadi para komika yang memalukan, berisi kemalangan, atau hal menyedihkan. Komika juga menyindir dan mengkritik persoalan dengan tema-tema stand up yang berisi hal-hal yang berhubungan dengan isu sosial. Dari sudut pandang penonton, SUCI 4 berusaha untuk mempengaruhi penonton melakukan sesuatu. Pengaruh tersebut diberikan dengan memberikan saran-saran yang baik. Selain itu, dilihat dari premis, SUCI 4 berfungsi untuk menginformasikan budaya. Komika berusaha untuk menunjukkan hal-hal khusus dan kebiasaan yang
138
terjadi di daerah mereka. Saat menceritakan hal tersebut, tercermin kodisi suatu daerah tertentu, sehingga bisa menambah informasi kepada penonton. 5.2
Saran Setelah penulis mengadakan penelitian tentang wacana stand up comedy
Indonesia, penulis akan menyarankan beberapa hal. Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut tentang stand up comedy dari segi penyimpangan pragmatik dan analisis wacana kritis untuk melengkapi penelitian ini. Stand up comedy menarik untuk diteliti karena bahasa dalam komedi ini menjadi materi utama. Selain itu, penelitian tentang permainan bahasa dalam wacana stand up comedy juga masih menarik dilakukan untuk menemukan permainan bahasa lain yang belum disebutkan dalam penelitian ini. Caranya dengan menambah data penelitian. Penelitian stand up comedy dari berbagai sumber akan semakin menambah kelengkapan tipikal permainan bahasa. Di masa yang akan datang, komika akan semakin kreatif untuk menggunakan bahasa dalam stand up comedy. Akan tetapi, hanya orang-orang yang mendalami bidang bahasa yang dapat menjelaskan hal tersebut. Demikian penelitian ini telah selesai dilakukan. Penulis berharap akan ada penelitian serupa yang dilakukan untuk melengkapi penelitian ini. Salah satu hal yang membedakan antara manusia dan makhluk hidup lainnya adalah dalam hal bahasa. Oleh karena itu, penelitian bahasa sangat penting dilakukan.