BAB V PEMBAHASAN 1. Latar Belakang Informan Dalam penelitian ini, telah dipilih enam informan dengan latar belakang sebagai berikut: Dalam penelitian ini terdapat enam orang responden dengan karakteristik sebagai berikut: a. Subjek 1 (Ninsi): Perempuan, usia 23 tahun, Kristen, mahasiswa, mengenal Korea sejak 2008. Penggemar k-pop sebagai prioritas utama, juga menyenangi drama, film dan variety show Korea. Ketua WCC Korea Lovers Salatiga. Ninsi mengenal Korea sejak tahun 2008 melalui drama yang disiarkan televisi swasta saat itu. Sejak saat itu, Ninsi menjadi penonton setia drama Korea. Awalnya ia hanya mengonsumsi drama Korea melalui stasiun nasional, tetapi tanpa sengaja Ninsi menemukan channel KBS dan Arirang yang menayangkan Korea. Mulai dari situ Ninsi mengonsumsi tayangan Korea dari stasiun tersebut. Selain menonton drama Korea, Ninsi juga akhirnya sering membeli DVD film Korea. Karena seringnya menonton produk hiburan Korea, Ninsi jadi sering searching di internet dan membaca berbagai literature tentang tayangan hiburan Korea serta mendownloadvariety show Korea. “Waktu sudah mulai akrab dengan Korea, saya rajin searching di internet karena penasaran. Kemudian, saya menemukan banyak artikel tentang Korea. Tidak menyangka saja bahwa Korea sepopuler itu” (08/08/2012)
Dari kegemarannya internetan, ia akhirnya masuk berbagai forum penggemar Korea di beberapa website. Melalui forum inilah Ninsi memiliki banyak teman sesama pecinta Korea. Mereka saling tukar menukar informasi seputar Korea. Bahkan dari sini pula Ninsi diajarkan cara membuat kimchi. Dari pertemanan melalui dunia maya ini pula Ninsi diperkenalkan dengan dunia k-pop. Ninsi merasa artis k-pop ini sangat energetic dan keren. Saat itu, sedang booming-booming nya boy band Super Junior. Mulai dari situ, Ninsi memantapkan diri menjadi penggemar boy band ini. Ninsi aktif mengikuti perkembangan Super Junior. Sampai suatu saat terbersit keinginan di hatinya untuk membuat sebuah perkumpulan penggemar entertaiment Korea di Salatiga, dimulai dengan teman-teman kostnya yang mulai tertular kegilaannya terhadap Korea menjadi anggota. Langkah pertama yang dilakukan Ninsi adalah menghubungi beberapa temannya yang ia tahu senang dengan Korea dan mengajaknya nonton bareng. “Awalnya sih cuma mau bikin perkumpulan kecil-kecilan. Saya mengajak teman saya menonton bareng di kamar kost saya. Tak disangka setelah pertemuan itu, dari mulut ke mulut akhirnya tersebar ke seluruh anggota kost.mulai dari situ kami pasti mempunyai jadwal nonton bersama tiap ada film baru” (08/08/2012) Realisasi pembentukan komunitas akhirnya terwujud di tahun 2010. Awalnya hanya ada 7 orang yang bergabung. Mereka rutin mengadakan pertemuan tiap minggu. Namun, selang beberapa bulan kemudian tak
disangka banyak yang tertarik untuk bergabung mengingat jumlah penggemar Korea Lover di Salatiga,terutama di kost WCC lumayan banyak. Kini, jumlah anggota tetap WCC Korea Lovers Salatiga ada 25 orang. Akhirnya setelah terkumpul banyak anggota, komunitas ini mengadakan gathering sebagai peresmian terbentuknya WCC Korea Lovers. Boleh dibilang Ninsi tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya untuk kegemarannya tersebut. Ia senang membeli berbagai album terbaru, film-film baru, poster-poster, berbagai majalah, sampai mengikuti salah satu fansclub boyband SUJU (Super Junior) yang dia senangi yang tiap bulannya ada uang iuran dan setiap bulan pun Ninsi akan mendapatkan berbagai marchendise yang berhubungan dengan SUJU Berbeda dengan subjek yang lainnya, Ninsi setia pada satu boy band saja yaitu Super Junior. Dia sangat fanatik dengan boy band ini dan menurutnya tak ada tandingannya jika dibandingkan dengan boy band lain. “Super Junior adalah boy band paling keren, ga ada tandingannya deh”. (05/08/2012) Kefanatikannya pada Super Junior dibuktikannya dengan cara membeli kaset original Super Junior untuk mendukung kemajuan boy band ini. “Semua kaset-kaset Super Junior di rumah saya beli lewat bantuan teman di sj-world.net yang berdomisili di Korea. Saya berpikir buat apa saya fans dengan Suju kalau saya tidak membeli kaset originalnya. Dengan membeli kaset originalSuju maka akan berdampak pada rating kepopuleran Suju. Saya ingin Suju tetap
menjadi boy band nomor satu di Korea. Saya juga menyarankan beberapa teman saya untuk membeli kaset originalnya.” (05/08/2012) Kefanatikannya terhadap Korea sebenarnya kurang mendapat dukungan dari orang tuanya. Karena uang yang digunakan pun tidak sedikit, terkadang waktu belajar pun menjadi tersita dengan kegiatan kegemarannya
tersebut,
tetapi
Ninsi
berusaha
menyeimbangkan
pendidikannya dengan kegemarannya tersebut untuk mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Dan sekarang ini usahanya tidak siasia, ia mendapat kepercayaan dan dukungan dari orang tuanya meskipun tetap dalam batasan-batasan. b. Subjek 2 ( Maya): Perempuan, usia 21 tahun, Kristen, mahasiswi, mengenal Korea sejak 2005, penggemar film Korea sebagai prioritas utama, juga menyukai drama, k-pop dan variety show Korea. Sebagai seorang anggotafandom, Maya mulai tergila-gila dengan budaya pop Korea sejak enam tahun lalu saat dia masih duduk di kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP), tahun 2005. Saat itu, drama Winter Sonata sedang booming-boomingnya. Maya mengaku mulai mengenal Korea di tahun 2003, namun saat itu dia belum begitu menggandrunginya karena seleranya lebih condong ke film-film Barat. Namun, saat menyaksikan serial Winter Sonata yang diputar di SCTV, ia merasa terhanyut dengan alur ceritanya. Para pemainnya yang memiliki wajah tampan membuat serial Korea ini dinanti para penggemarnya, tak terkecuali Maya yang saat itu mengidolakan Bae Yong Jun sang pemeran utama serial Winter Sonata.
“ Saya mulai mengenal tayangan Korea sekitar tahun 2003. Waktu itu lagi booming-nya serial Endless Love, tapi saat itu saya masih sekedar menonton dan belum begitu tertarik berhubung serial semacam ini masih baru di Indonesia. Apalagi saat itu serial dari Jepang lebih mendominasi. Awal ketertarikan saya pada serial Korea ketika SCTV menayangkan sebuah drama Winter Sonata. Ceritanya sangat bagus ditunjang dengan wajah tampan pemainnya. Dari situ, saya akhirnya menjadi penonton setia tayangan Korea dan bahkan mengoleksi halhal yang berhubungan dengan Korea.” (07/08/2012) Seiring banyaknya peminat serial Korea, menjamurlah serial-serial dari negeri ginseng tersebut di berbagai stasiun televisi. Maya yang saat itu memang sudah mulai menyukai serial Korea, akhirnya menjadi penonton setia. Mulai dari situ, ia terus mengikuti perkembangan film Korea yang diputar di stasiun televisi nasional. Namun tidak hanya sampai disitu, ia juga mulai melirik film-film besutan sutradara Korea yang banyak dijual di mall-mall atau di toko kaset. Semakin banyak referensi film yang ia dapatkan membuatnya makin ketagihan menyaksikan film maupun drama Korea. Ia bahkan kini tidak lagi mesti menunggu jadwal penayangan film maupun drama Korea di televisi maupun di bioskop karena membeli DVD dianggapnya alternatif yang lebih bagus daripada harus mengikuti jadwal penayangan di stasiun televisi. Hal ini juga didukung dengan menjamurnya penjualan DVD Korea. “ Menurut saya, agak membosankan menunggu jadwal tayang serial drama Korea setiap hari. Jadi, saya mencari DVD nya supaya bisa menonton sepuas hati. Mulai dari situ saya melihat ternyata DVD yang dijual tidak hanya drama Korea tapi juga film. Dari situ, saya mencoba untuk menonton filmnya. Ternyata film-film Korea punya cerita yang seru dan beragam. Sejak saat itu saya terus membeli DVD film dan drama Korea. Bahkan sekarang saya punya penjual
langganan di mall yang selalu memberikan info jika ada DVD Korea terbaru” (07/08/2012) Setelah mengoleksi berbagai kaset film, dan drama sekaligus, perhatiannya juga mulai terbagi pada boy band dan girl band Korea yang ikut menanggung kesuksesan dengan terkenalnya Korea di berbagai belahan dunia sebagai eksportir film dan drama. “ Selain mengkonsumsi drama dan film saya juga suka k-pop. Terutama Super Junior, SS501 dan Wonder Girls. Artis k-pop punya ciri khas tersendiri. Mereka memadukan musik dan dance yang keren” (07/08/2012) Awalnya, Maya mengaku tidak menyukai boy band dan girl band tersebut karena dianggap lebay dan sekumpulan orang yang hanya bisa menyanyi rombongan dengan mengandalkan penampilan fisik semata. Bahkan ia menganggap boy band Korea sebagai sekumpulan banci. Namun, pandangan negatifnya terhadap artis k-pop tersebut berubah setelah menyaksikan sebuah reality show di Youtube yang membahas tentang kehidupan para artisnya. “Jujur, saat teman memperlihatkan video klip sebuah boy band Korea, saya ilfeel. Menurut saya aneh saja ada sekumpulan cowok menyanyi rombongan dengan menggunakan bedak dan lipgloss; seperti banci. Tapi pikiran saya berubah total saat menyaksikan sebuah reality show yang di download teman saya lewat Youtube.Reality show itu menceritakan bagaimana kehidupan sehari-hari para artis k-pop. Ternyata mereka tidak seperti yang saya bayangkan. Mereka cukup macho dalam kesehariannya saat mereka tidak manggung. Berdandan saat di panggung ternyata memang sebuah tuntutan profesi dan mereka melakukan hal itu karena tuntutan profesi.” (07/08/2012)
Saat ada orang-orang di sekitarnya yang mulai mencemooh boy band dan girl band Korea seperti yang dilakukannya dulu, ia merasa gusar. “Saya gampang kesal saat bertemu dengan orang yang menjelekjelekkan artis k-pop, walaupun awalnya saya juga dulu seperti itu. tapi hal ini memberikan saya sebuah pelajaran untuk tidak men-judge sesuatu sebelum mengetahuinya dengan baik. Saya harap orang lain juga berpikiran sama. Kita tidak berhak men-judge artis k-pop karena dandanannya. Mungkin itu sudah menjadi sebuah culture bagi para artis di sana untuk ber-make up, tidak peduli cowok maupun cewek” (07/08/2012) Budaya pop Korea bisa dibilang sudah menjadi bagian dari siklus hidupnya. Setiap hari, rata-rata Maya mengonsumsi tayangan Korea kurang lebih enam jam. Ia mengaku hampir setiap hari setelah pulang kuliah, Maya langsung menonton film dan drama Korea dalam bentuk DVD atau menonton video klip dari Youtube. Bukan hanya Maya yang mengalami hal serupa, banyak temantemannya yang ternyata juga sangat menggandrungi K-pop. Tiap hari, pembicaraan mereka hanya berkisar tentang K-pop mulai dari film, drama hingga musik. “Bisa dibilang Korea merupakan negara Asia yang sangat luar biasa. Strategi Korea melakukan ekspansi lewat tayangan hiburannya jelas sangat bermanfaat. Citra Korea akan baik di mata dunia dan mereka akan lebih mudah diterima di dunia Internasional. Saya sangat excited dengan negara satu ini. Contoh kecil saja, suatu kali saya pernah ke Lotte Mart. Di tempat itu dipajang bendera Korea ukuran besar. Hanya dengan melihat benderanya saja saya jadi sangat senang. Di rumah saya juga banyak mengoleksi pin, kipas, tas, DVD dan segala hal yang berbau Korea. Saya juga mulai tertarik mengonsumsi makanannya seperti Kimchi yang sangat populer. Mungkin ini salah satu efek kegemaran saya mengonsumsi tayangan Korea.” (07/08/2012)
Setelah Maya kuliah di UKSW dan kost di WCC bersama sepupunya Ninsi, kegilaannya terhadap Korea bertambah. Ia juga seringkali berbagi info dengan teman-teman, suatu saat Maya sedang berkumpul bersama Ninsi dan teman-teman lainnya untuk menonton film, muncullah ide dibenak mereka untuk membentuk komunitas pecinta Korea yang diberi nama WCC Korea Lovers Salatiga. WCC Korea Lovers dirasakan Maya merupakan
tempat
yang
benar-benar
pas
baginya
untuk
lebih
memperdalam pengetahuannya seputar Korea. Sesama anggota WCC Korea Lovers biasanya saling tukar menukar informasi terbaru seputar perkembangan dunia hiburan Korea. Dengan bergabung di fandom(komunitas) tersebut Maya bisa meng-up grade pengetahuannya tentang Korea melalui teman-teman sesama anggota. Ia merasa, hadirnya fandom seperti ini lebih memperkuat dan menambah kekagumannya terhadap Korea. Ia memiliki teman-teman yang punya selera sama dengannya. “Fandom menjadikan saya lebih fanatik lagi terhadap Korea dibandingkan sebelumnya. Dengan keberadaan fandom, kecintaan saya akan tayangan hiburan Korea bisa tersalurkan. Bahkan, dalam fandom, kami sesama anggota menerapkan panggilan hyung,oppa,noona dan onnie dalam menyapa sesama anggota. Orang Korea juga saperti itu. Mereka sangat sopan dalam menyapa orang lain.” (07/08/2012) Banyak hal positif yang ia dapatkan dari sini terutama persahabatan. Namun Maya tersebut.
juga tidak menampik ada sisi negatif dari kegiatannya
“Menjadi seorang anggota fandom tentunya akan membuat kita lebih banyak link dan kita bisa saling diskusi serta tukar menukar informasi. Namun saya tidak menampik, sisi negatif pasti ada. Pertama sangat membuang banyak waktu dan kedua tentunya juga materi. Kita dituntut untuk meng-up grade pengetahun kita seputar dunia hiburan Korea, karena pasti ada perasaan minder saat kita ketinggalan informasi. Dan tentunya ini mengurangi uang saku. Selain itu, kebanyakan kita kumpul-kumpul di tempat makan, belum lagi pengeluaran untuk membeli DVD terbaru” (07/08/2012) c. Subjek 3 (Rinda): Perempuan, usia 20 tahun, Kristen, mahasiswa, mengenal Korea sejak 2009, penggemar k-pop sebagai prioritas utama juga film, drama dan fashion Korea. Rinda boleh dibilang anggota baru dalam fandom Korea Lovers. Ia mulai menjadi seorang Korea Lovers dua tahun lalu sejak kuliah. Ninsi dan Maya, teman kostnya, yang memperkenalkan Korea padanya. Saat itu, Ninsi menawarinya menonton film Korea berjudul A Moment To Remember. A Moment To Remember merupakan salah satu film yang mencetak rekor Box Office yang menjual kisah cinta tragis sepasang suami istri. Film ini menyuguhkan adegan yang menyentuh hati, perjuangan seorang suami mendampingi sang istri yang terkena Alzheimer. “ Ninsi dan teman-teman saya yang lain banyak yang suka Korea. Mereka kemudian menawarkan sebuah DVD film Korea berjudul A Moment To Remember. Katanya bagus, jadi saya coba nonton. Ternyata ceritanya sangat mengharukan. Jujur, saya sampai menitikkan air mata menonton film nya. Ini pertama kalinya saya menangis saat menonton film. Benar-benar kisah cinta yang tragis.” (06/08/2012) Mulai dari situ, Rinda sering meminjam koleksi DVD film Korea milik Ninsi. Bahkan ia juga mulai mengoleksi sendiri beberapa DVD Korea atas rekomendasi temannya. “Film-film Korea punya banyak varian cerita. Mulai dari komedi, cinta dan persahabatan semua terjalin dalam irama sopan santun khas
Korea. Saya bisa betah menghabiskan tiga film Korea dalam sehari. Hal yang paling saya suka dari film Korea adalah mereka masih mempertahankan culture mereka di tengah arus globalisasi. Jadi, sentuhan Korea masih tetap ada di setiap filmnya. Misalnya cara mereka saling bertegur sapa, atau memberi pengormatan yang tinggi kepada orang tua.Berbeda sekali dengan film Indonesia yang sok kebarat-baratan.” (06/08/2012) Sejak menggandrungi film dan drama Korea, Rinda mulai mengoleksi berbagai DVD Korea serta video variety show yang ia download melalui Youtube. Ia bahkan tidak lagi mengonsumsi tayangan film maupun drama lokal ataupun film import baik dari Jepang maupun Amerika yang menjadi saingan terberat produk hiburan Korea di Indonesia. Baginya tayangan Korea jauh lebih bagus. Karena seringnya menonton Korea, Ia mulai belajar bahasa Korea secara otodidak lewat kamus atau menggunakan sarana internet. Seringkali ia menerapkan dan melatih kemampuan bahasa Koreanya dengan sesama teman di kampus dan di kost yang juga tahu sedikit bahasa Korea. Tidak hanya sampai disitu, Ia juga mulai menggandrungi fashion ala artis Korea yang sangat akrab dilihatnya melalui tayangan film maupun kdrama. “Menurut saya fashion Korea itu bagus dan tidak kalah dengan Jepang. Bahkan sekarang gaya berbusana Korea juga menjadi perhatian publik Internasional. Cara busana mereka lucu dan unik. Kadang tidak pernah terpikirkan memadupadankan jaket dengan celana tiga perempat. Tapi di Korea banyak yang bergaya seperti itu. Istilahnya mereka baju formal yang diberi nuansa santai. Atau kadangkadang mereka juga menggunakan baju bertumpuk-tumpuk. Biasanya kan kalo kita di Indonesia kalau sudah pake kaos oblong ya kaos oblong saja. Tapi kalo di Korea mereka bisa menggunakan kaos oblong, blazer, syal dan jas sekaligus.”
(06/08/2012) Kesamaan selera terhadap Korea membuat Rinda menjadi semakin akrab dengan kawannya Ninsi dan Maya
yang sudah sangat addict
terlebih dahuludengan Korea. Ninsi dan Maya banyak memberikan informasi mengenai Korea termasuk k-pop yang belakangan ini sangat marak di Indonesia. Sahabatnya itu mengenalkan sebuah boy bandSuper Junior. “Bukan cuma drama dan film, ternyata banyak juga orang yang mulai menyukai k-pop. Boy band pertama yang saya tahu adalah Super Junior, itu pun diberitahu Maya. Saat memperhatikan penyanyinya, saya tidak asing lagi karena di Super Junior, rata-rata anggotanya adalah aktor drama maupun film. Dan yang paling utama dan terpenting adalah saya jatuh cinta dengan k-pop karena dance-nya. Sumpah, dance-nya keren. Terlebih lagi saya memang suka dance dari dulu” (06/08/2012) Rinda menyukai dance sejak masih di Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun kegemarannya itu tak tersalurkan. Ia hanya berlatih di rumah, itu pun dengan gaya yang sangat sederhana. Saat ini ia sering menirukan gaya-gaya tarian para fandom saat di kamar kosnya, terkadang saat sedang berkumpul dengan teman-temannya rinda menari bersamasama mengikuti gerakan tarian dari fandom. Saat diajak untuk membentuk komunitas Korea Lovers bersama Ninsi dan Maya, Rinda sangat senang sekali. Ia berpikir bahwa komunitas sangat diperlukan untuk mendukung kegiatannya sebagai Korea Lover, akhirnya mereka sepakat untuk membentuk komunitas WCC Korea Lover dengan
berbagai kegiatannya. Diakui Rinda bahwa dalam komunitas ia sangat menikmati berbagai kegiatan yang ada. Ia bisa mendapatkan info dengan lengkap, ia pun bisa mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan di komunitasnya. Meskipun diakui pula bahwa terkadang kegiatan komunitas ini sedikit menyita waktu kuliahnya, misal saat ada jadwal untuk gathering arisan bertepatan dengan hari kuliah, ia lebih memilih berkumpul bersama komunitasnya. Tetapi hal itu tidak sering, hanya dikala waktu ia tidak bisa menyamakan waktu dengan teman-temannya, tetapi Rinda mengaku sangat menikmati kegiatan kegiatan di komunitas WCC Korea Lovers ini.
d. Subjek 4 (Frahma): Perempuan, usia 23 tahun, Islam, mahasiswa, mengenal Korea sejak 2008, penggemar film Korea sebagai prioritas utama, juga k-pop dan drama Korea. Awal Frahma menyukai tayangan Korea kurang lebih tiga tahun lalu saat ia berkunjung ke rumah temannya Kiki untuk meminjam DVD film Barat. Saat itu, kebetulan Kiki sedang menonton film Korea berjudul “Beautiful Girl” milik kakaknya. Frahma pun ikut larut menonton film tersebut dan merasa tertarik dengan alur ceritanya. Frahma pun memutuskan untuk meminjam beberapa DVD Korea milik kakak perempuan Kiki. Mulai dari situ, Frahma intens menonton k-drama di beberapa stasiun televisi dan kadang membeli DVD film Korea yang banyak tersedia di mall. Ia juga mulai membaca berbagai referensi mengenai artis Korea melalui internet.
Melalui searching di internet itulah, Frahma menemukan sebuah blog yang membahas tentang berkembangnya k-pop. Dengan penuh rasa penasaran akan k-pop, Frahma men-download video klip artis k-pop di Youtube. Awalnya, saat menyaksikan video klip Super Junior ia merasa agak asing dengan gaya boy band ini. Maklum di Indonesia belum ada boy band seperti itu. Namun, semakin sering menyaksikan video klip k-pop ia merasa semakin menyukainya. “Saya pertama kali kenal k-pop dari teman kemudian merasa penasaran dan mulai mencari referensi melalui internet. Awalnya saya hanya ingin mencari referensi artis Korea tapi tanpa sengaja masuk ke blog yang membahas demam k-pop. Saya mulai penasaran dan akhirnya menelusuri lewat Youtube. Awalnya kurang tertarik sih dengan mereka tapi lama-lama saya merasa musiknya easy-listening dan sangat atraktif. Saat mendengarkan k-pop dengan musiknya yang powerfull seakan mengajak kita untuk mengikuti dance mereka. Saya sangat suka dengan Super Junior, SHINee dan Girls Generation.” (05/07/2012) Kini, Frahma banyak mengoleksi lagu k-pop di handphone-nya. Bahkan, ia pernah menggunakan ringtone lagu “Bonamana” Super Junior di Handphone-nya. Frahma mengaku yang paling disukai dari k-pop adalah dance-nya. Dia bahkan sering mengikuti tarian boy band atau girl band Korea. Tapi ia hanya sekedar berlatih di kamar dengan gerakan yang gampang saja karena tarian Korea cukup sulit untuk dipraktekkan. Ia tidak punya pikiran untuk membentuk grup dance karena menurutnya ia kurang berbakat. Ia hanya menjadikan tarian tersebut sebagai senam pagi untuknya. Untuk lebih bisa mengekspresikan kegemarannya akan Korea dan bertemu dengan teman sesama pecinta Korea, saat kuliah tahun pertama di
Salatiga Frahma diajak oleh temannya Maya mengikuti gathering komunitas WCC Korea Lover Salatiga, yang pada saat itu baru saja terbentuk. “Saya pertama kali ikut gathering WCC Korea Lover dimana beberapa fandom bergabung membuat acara. Sejak saat itu, setiap dapat info mengenai gathering. Acaranya seru dan kita bisa nonton bareng dengan sesama anggota komunitas, ngobrol soal artis-artis Korea, sampai dengan kegiatan arisan” (05/08/2012) Mengenai kegemarannya terhadap Korea, ia mengaku tidak banyak orang yang tahu. Keluarga pun tidak mengetahui hal ini, hanya beberapa teman dekat saja yang tahu. Frahma tidak ingin banyak orang yang tahu hal ini dan berpikiran negatif tentangnya, jadi kesenangannya akan Korea tidak pernah diumbar. “Tidak banyak yang tahu kalau saya suka Korea. Yang tahu hanya teman dekat, termasuk Kiky. Bahkan orang di rumah juga tidak tahu. Biasanya saya nonton di kamar jadi tidak ada yang tahu. Kalau membeli DVD Korea juga begitu, biasanya saya sembunyi-sembunyi. Takut dikatain boros!haha” (05/08/2012) Sebenarnya Frahma tidak ingin menutupi bahwa ia penggemar berat Korea, tetapi selama ini ia hanya bersikap biasa saja, karena dari keluarganya selalu mengajarkan jangan terlalu fanatik terhadap apapun, karena hal itu akan mempengaruhi kehidupan. Tetapi oleh keluarganya Frahma juga tidak dilarang untuk menyukai sesuatu hal. Untuk urusan finansial dalam membeli berbagai perlengkapan ia memakai uang saku bulanan
yang
sedikit
kegemarannya itu.
disisihkan
untuk
membeli
barang-barang
e. Subjek 5 (Jo):Perempuan, usia 19 tahun, Kristen, mahasiswa, mengenal Korea sejak 2009, penggemar film Korea sebagai prioritas utama, juga drama, k-pop dan fashion Korea. Jo menjadi seorang Korea Lovers sejak tahun 2009 saat menyaksikan serial Boys Before Flowers di Indosiar. Ia mengaku daya tarik utama dari serial ini adalah aktornya yang tampan. Jo yang saat itu mulai tergila-gila pada serial ini merasa penasaran dan mulai mengoleksi majalah-majalah remaja yang membahas tentang Korean Wave. Ia juga searching melalui internet untuk mencari info tentang artis-artis Korea. Selain melalui televisi, Jo juga sering membeli DVD film Korea. Hampir setiap weekend ia dan teman sekolahnya sesama Korea Lovers sering jalan bersama dan mencari DVD Korea untuk dikoleksi. Saat harihari biasa, Jo hanya mengonsumsi tayangan Korea maksimal dua jam. Namun, berbeda saat weekend, ia bisa tahan tujuh jam depan televisi untuk menonton. Dari hanya sekedar mengonsumsi k-drama di televisi nasional dan membeli DVD film Korea, Jo merasa kurang puas. Jo pun meminta orang tuanya memasang tv berlangganan di rumahnya agar bisa dengan puas menyaksikan siaran Korea seperti KBS, SBS dan Arirang. Setiap hari ia bisa kapan saja menyaksikan tayangan Korea melalui tiga stasiun tv tersebut. KBS dan SBS banyak menayangkan film dan drama Korea terbaru yang bahkan belum rilis di Indonesia. Sedangkan melalui Arirang ia ia banyak mengenal artis k-pop. Stasiun tv Arirang punya
program
musik
“Pops
in
Seoul”.
Melalui
program
ini
Jomendapatkan banyak referensi mengenai lagu-lagu Korea terutama boy band dan girl band Korea. “Saya sangat suka program musik Pops In Seoul. Melalui acara ini saya jadi mengenal boy band FT. Island dan SHINee. Keduanya merupakan boy band favorit saya. Selain lagunya asyik, dancenya juga keren. Saya suka mempraktekkan dance mereka tapi tidak pernah berhasil, mungkin karena badan saya kaku dan tidak terbiasa dengan hal ini.” (07/08/2012) Saking sukanya dengan FT.Island dan SHINee, Jo mengoleksi berbagai hal mengenai boy band favoritnya tersebut, mulai dari pin, tas, kipas, note book dan poster. Ia mengaku menghabiskan sekitar 60% uang jajannya untuk membeli barang-barang tersebut. Bukan hanya mengoleksi benda-benda bergambar idolanya, ia juga suka meniru gaya berpakaian artis Korea. “Saya suka fashion artis Korea, tapi tidak semuanya bisa saya pakai Berhubung saya jauh dari kesan feminine, saya hanya meniru beberapa mode pakaian mereka yang bias mencerminkan diri saya yang tomboy ini. Biasanya gaya berpakaian pria Korea lebih cocok dengan saya.” (07/08/2012) Jo bisa dibilang sangat mobile dengan sarana internet. Melalui situs internet, ia
selalu up-date mengenai perkembangan idolanya tersebut.
Setelah ia meneruskan sekolah ke Salatiga, awalnya Jo tinggal di kost yang tidak sama dengan Ninsi, tetapi Jo tetap menjadi penggemar berat Korea. Setelah masuk perkuliahan mulai berkenalanlah Jo dengan Ninsi. Karena kegemaran mereka sama, mereka sangat cocok satu sama lain. Ketika Ninsi dan Maya membentuk suatu komunitas, Jo tertarik untuk
bergabung dan ia segera pindah kost untuk mempermudahkannya berkumpul bersama teman-teman satu komunitas. Menjadi seorang anggota komunitas adalah kebanggaan tersendiri buat Jo. Menjadi bagian dari basis penggemar ia sadari adalah salah satu upaya menunjukkan kecintaannya terhadap idolanya. Beberapa teman dekat Jo juga banyak yang dia ajak untuk bergabung menjadi anggota Komunitas WCC Korea Lovers. Namun, ia tidak menampik banyak juga yang kadang mencemooh. “Ada beberapa teman saya yang sangat suka dengan Korea namun banyak juga yang tidak suka. Bahkan ada beberapa dari mereka yang suka menggosipi kami, katanya kami terlalu over lah. Saya sebenarnya jengkel dengan mereka tapi mau apalagi, saya cuma bisa menghindar daripada terjadi perselisihan yang tidak diinginkan” (07/08/2012)
f. Subjek 6 (Eka):Perempuan, usia 19 tahun, Kristen, mahasiswi, mengenal Korea sejak 2006, penggemar k-pop sebagai prioritas utama, juga drama dan film Korea, Eka mulai mengenal Korea sejak 2006 saat menonton serial Jewel In The Palace. Awalnya ia tertarik menonton film ini karena dilabeli True Story. Hal ini membuat Eka penasaran dengan tokoh utamanya, Dae Jang Geum yang merupakan kepala dapur istana yang akhirnya menjadi seorang dokter wanita pertama di Korea. Karena rasa penasarannya itu, ia membeli tabloid yang mengulas tentang k-drama ini. Tabloid yang dibeli Eka ini khusus membahas Asian Idol. Dari tabloid yang dibacanya, rasa penasarannya terhadap drama Jewel In The
Palaceakhirnya terbayarkan. Tabloid yang dibelinya juga banyak membahas perkembangan dunia hiburan Asia. Salah satu artikelnya ada yang membahas tentang merebaknya k-pop di seantero Asia. Tabloid tersebut meyajikan profil boy band TVXQ dan Super Junior. “Di tabloid itu, selain mendapatkan info tentang drama JewelIn the Palace saya juga mendapatkan artikel yang membahas TVXQ dan Super Junior yang sekarang jadi idola Asia. Setelah membaca profil mereka saya jadi tertarik. Dan kebetulan tabloid itu memberikan bonus CD yang berisi dua lagu; satu milik TVXQ dan satunya lagi adalah lagu dari Super Junior.” (08/08/2012) Sejak saat itu, Eka jatuh hati dengan kedua boy band itu dan mulai mencari tahu berbagai hal tentang mereka. Ia mulai searching di Youtube untuk melihat video klip mereka. Setelah menyaksikan koreografi menawan dari boy band tersebut, Eka semakin mengagumi talenta mereka. “Dance mereka keren sekali. Kebetulan saya memang suka dance jadi saat pertama kali melihat video klip mereka saya tidak menyangka betapa hebatnya mereka bisa nyanyi sambil dance seperti itu. (08/08/2012) Sejak saat itu, Eka mengoleksi video klip artis k-pop yang dia download di Youtube. Ia mempraktekkan berbagai gerakan yang dicontoh lewat video klip secara otodidak sampai mahir menguasai puluhan gerakan. Bahkan, akhirnya ia terkenal di kalangan teman-temannya karena kemampuannya dance ala Korea. Eka juga sama seperti Jo, ia diajak oleh Ninsi yang teman kuliahnya juga untk bergabung ke komunitas WCC Korea Lovers Salatiga. Eka langsung tertarik bergabung, tetapi ia tidak seperti Jo yang langsung pindah kost ia tetap di kost lamanya, tetapi Eka
sering bahkan setiap waktu bermain ke kost WCC. Ia merasa cocok dan nyaman berkumpul bersama teman-teman yang sama kegemarannya. Diantara subjek yang lain, Eka bisa dibilang agak berbeda. Ia lebih fokus pada k-pop. Untuk urusan k-drama dan film Korea, ia suka tapi tidak terlalu fanatik seperti k-pop. Seleranya lebih condong ke film Barat. “Kalau film dan drama Korea saya suka tapi dalam batas wajar saja, tidak sampai mengoleksi DVD nya. Paling kalau mau nonton saya pinjam punya teman. Saya lebih suka film Barat sebenarnya.Yang bikin saya tertarik dengan Korea sebenarnya adalah artis k-pop mereka.” (08/08/2012) Eka mengakui intensitas menonton film dan drama Korea jauh lebih sedikit dibandingkan temannya. Ia hanya menonton jika ada waktu senggang. Eka juga tidak punya atribut-atribut Korea yang menjadi koleksi pribadinya. Hal ini dilakukan Eka untuk membatasi dirinya agar tidak terlalu larut dalam kefanatikan berlebihan yang menurutnya akan sangat sulit dikontrol. 2. Analisis & Interpretasi Data hasil penelitian diperoleh dari teknik wawancara dan observasi langsung ke lokasi yang menjadi tempat penelitian. Wawancara dilakukan terhadap enam orang responden yang dianggap representatif terhadap objek masalah dalam penelitian. Enam responden tersebut terdiri atas enam perempuan. Mereka merupakan anggota dari komunitas WCC Korea Lovers yang ada di Salatiga dan mereka cukup aktif mengikuti kegiatan gathering.
Budaya pop Korea yang ada sangat bervariasi dan luas, namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap fandom Korea di Salatiga konsumsi budaya pop Korea yang dominan dapat dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu: 1.
Penggemar yang menyukai film Korea
2.
Penggemar yang menyukai K-drama
3.
Penggemar yang menyukai K-pop Peneliti melakukan kategorisasi terhadap tiga jenis budaya pop Korea
tersebut karena dianggap paling banyak peminatnya dan mendominasi dibandingkan budaya pop Korea lainnya seperti kartun, atau komik dan bukubuku terjemahan Korea. Selain itu, sebagai penikmat budaya pop Korea, para responden ternyata menyukai ketiga jenis budaya pop ini. Mereka tidak hanya menikmati satu jenis budaya pop Korea, sehingga peneliti tidak akan melakukan kategorisasi terhadap mereka yang menggemari musik, film atau drama mengingat budaya pop Korea memiliki efek domino. Penelitian ini bertujuan untuk mencari data pada level individu , yaitu para penggemar budaya pop Korea. Dengan kata lain, walaupun mereka adalah anggota dari sebuah komunitas, mereka tetaplah individu yang berbeda dan unik dan memiliki perbedaan dalam menyikapi pengaruh budaya pop Korea.
2.1. Proses Pembentukan Identitas Diri Tabel 3 Identitas Anggota Sebelum dan Sesudah Bergabung dengan WCC Korea Lovers Salatiga. Subjek Ninsi
Sebelum Anak tomboy, tidak menyukai cowok dancing, dan tidak bergabung dalam komunitas apapun.
Maya
Supel, ceria, suka mengoleksi film-film barat, suka musik jazz.
Rinda
Tidak begitu menyukai musik, merasa aneh dengan perilaku Korea Lovers,
Frahma
Pendiam, kalem, suka musik boyband barat, seperti Westlife, Backstreet Boys, Boyzone dll.
Jo
Aktif dalam organisasi kemahasiswaan, banyak mengoleksi film-film barat. Suka dengan musik RnB barat, seperti Rihana, Beyonze, Black Eyed Peas dll.
Eka
Sangat menyukai kartun Hellokity dan mengoleksi barang-barang yang berhubungan dengan
Sesudah Mengoleksi berbagai macam aksesori Korea seperti pin idola, foto2 idola. Mengoleksi albumalbum original K-pop, menonton setiap hari film dan drama Korea. Menggunakan bahasa sederhana Korea, seperti menyapa, mengucapkan terima kasih. Mengoleksi berbagai macam album K-pop, dari original sampai dengan bajakannya, poster-poster bintang korea tepasang di dinding kamar, sangat suka memandangi foto sang idola, menganggap idola sebagai orang terdekat (kakak, pacar, suami). Suka menonton variety show Korea, mengoleksi dvd drama Korea, setiap hari mendengarkan musik Korea, memakai fashion yang meniru gaya artis-artis Korea. Kalau sudah bergabung dengan komunitas ia akan sangat bersemangat membicarakan soal Korea. Megoleksi berbagai macam album Kpop, dimanamana pasti bernyanyi lagu kpop, hafal dengan lirik-liriknya. Membuat kliping soal Korea. Sering mengikuti gerakan dance para artis Kpop, mengoleksi lagu-lagu yang ia download dari internet. Kamar penuh dengan poster-poster. Sering menggunakan bahasa Korea dalam sehari-harinya meniru dari drama Korea. Pengoleksi terlengkap dvd film dan drama Korea. Poster artisartis Korea dipasang di seluruh
Hellokity.
dinding kamar. Sering menirukan bahasa Korea yang ada di film. Sering memasak makanan Korea.
Keenam informan memiliki banyak faktor yang melatarbelakangi mereka untuk bergabung di WCC Korea Lovers Salatiga, baik dari hobi seperti menyanyi dan menari, dukungan keluarga dan teman, pandangan masyarakat sekitar terhadap diri mereka. Orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi keenam informan. Individu-individu tersebut adalah keluarga, teman, dan orang-orang terdekat informan. Mereka adalah orang-orang yang membantu informan dalam memahami diri mereka yang menyukai entertaiment Korea. Sementara itu, lingkungan eksternal (society) berupa internet dan televisi, pandangan dari masyarakat sekitar merupakan generalized others yang memberikan informasi mengenai peranan, aturan dan sikap yang dimiliki bersama oleh WCC Korea Lovers. Orang lain memberikan secara umum juga memberikan mereka perasaan mengenai bagaimana orang lain bereaksi kepada mereka dan harapan sosial secara umum. Pada saat berinteraksi dengan particular others dan generalized other, masing-masing informan menggunakan pikiran (mind) misalnya menggunakan bahasa Korea dan juga melalui proses pemikiran (thought) misalnya ketika ingin menonton Boys Before Flowers dan ikut bergabung ke dalam WCC Korea Lovers Salatiga.
Keenam informan bergabung sebagai anggota WCC Korea Lovers Salatiga mereka saling berinteraksi untuk mengembangkan pikiran (mind) agar dapat menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama. Simbol yang biasa digunakan berupa simbol verbal dan nonverbal yang kemudian manjadi mediasi interaksi antar individu dan menjadi ciri khas atau identitas bagi setiap anggota. Dalam menganalisa simbol peneliti menggunakan teori Interpretivisme Simbolik untuk membedah dan mengetauhi makna dari simbolsimbol yang diperlihatkan informan anggota komunitas WCC Korea Lovers. Simbol verbal seperti: singkatan-singkatan seperti TS (Triple S) atau WCC KLO=(Wisma Crhistina Crue Korea Lovers), istilah-istilah seperti fandom (komunitas), bahasa Korea, lagu-lagu boyband Korea yang dinyanyikan saat mereka gathering. Sedangkan simbol nonverbal seperti: gerakan-gerakan dancing boyband Korea yang ditirukan beberapa anggota WCC Korea Lovers, pakaian dan aksesoris yang dominan berwarna hijau dan selalu bertemakan salah satu boyband atau kesepakatan komunitas yaitu warna komunitas adalah warna hijau, hurufhuruf Korea yang seperti peneliti lihat waktu gathering, mereka mengadakan games dengan membuat huruf Korea Kyu Joong (personil salah satu boyband yang ulang tahunnya sedang dirayakan saat itu) dengan sedotan plastik dan menyanyikan ‘Saengil Chukkahamnida’ (lagu selamat ulang tahun versi Korea). Terkait dengan aksesoris Koreayang selalu dibawa setiap hari, informan 1 mengatakan:
“Pin dan strip. Jarang sih bawa barang-barang mereka tapi jadinya sekarang kalau beli barang lihat warna hijau suka dan identik beli barang warna hijau.” Interaksi yang dilakukan secara terus menerus di antara sesama anggota akhirnya membentuk konsep diri anggotanya, dan ditambah dengan atribut-atribut yang dikenakan akhirnya memberikan identitas baru bagi anggota-anggota WCC Korea Lovers. Konsep diri merupakan sebuah motif penting untuk berperilaku. Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri menpengaruhi perilaku. Konsep diri yang dimiliki oleh keenam informan dinyatakan saat mereka ditanyai bagaimana sifat dari ketua mereka (Ninsi) sebagai berikut: “Keras kepala, cerewet ga terlalu sih kalau di rumah lebih banyak diam sih.” (Informan 4) “Yah bandel.” (informan 6) “Ninsi ini orangnya plin plan, cerewet, tapi baek, suka nolongin orang.” (Informan 3) Individu cenderung menafsirkan dirinya lebih kepada bagaimana orangorang melihat atau menafsirkan dirinya (Looking glass self). Ia cenderung untuk menunggu, untuk melihat bagaimana orang lain akan memaknai dirinya, bagaimana ekspektasi orang terhadap dirinya. Oleh karenanya konsep diri dibentuk sebagai upaya pemenuhan terhadap harapan atau tafsiran orang lain tersebut kepada diri sendiri.
Individu acap kali mencoba memposisikan diri ke dalam orang lain, dan mencoba melihat bagaimanakah perspektif orang tersebut ketika memandang dirinya. Individu semacam meminjam kaca mata orang lain tersebut untuk dan dalam melihat diri kita. Sebagai bagian dari sebuah komunitas, keenam informan menyadari bahwa beberapa anggota masyarakat bahkan keluarga mereka sendiri menganggap bahwa komunitas-komunitas seperti WCC Korea Lovers atau menjadi seorang fans girl, identik dengan hal-hal yang negatif seperti pemborosan. Pandangan masyarakat terhadap mereka dapat dilihat dari pernyataan mereka sebagai berikut: “Karena takut jadinya mereka tuh boros ortu kan mikirnya gitu, belum kerja tapi udah habisin duit untuk yang pentingnya buat dia sendiri padahal manfaat ke depannya ga ada.” (informan 4) Informan menempatkan dirinya apabila ia menjadi orangtua dan ia menganggap anak akan menjadi boros saat menjadi seorang fans girl, mereka akan membeli banyak barang untuk memenuhi kepuasan tersendiri tentang Korea. Masih berkaitan dengan sisi negatif dari sebuah komunitas yang mengikuti boyband Korea, informan 2 menyatakan pendapat ayahnya sebagai berikut: “Gini kadang kan mereka liat girlband gitu, kalo girlband kan selalu mengarah ke pakaian yang ga sopan gitu, kayak 4minute(salah satu girlband Korea) gitu kan , membernya seksi semua, jadi pernah dilihat ayah, ayah jadi langsung ga suka sama Korea gitu, karena cowo-cowonya katanya kayak banci gitu padahal ngga.”
Dan informan 2 menyatakan bagaimana orangtua melihat dirinya dan berharap agar anaknya tidak mengikuti sisi negatif idolanya. Informan 5 sangat mengetahui harapan ibunya terhadap dirinya yaitu mengenyam pendidikan dengan baik. Dan ia menyatakan kalau ibunya berpendapat bahwa menjadi fans girl adalah tidak penting dan dapat mengganggu pendidikan. “Karena mama orangnya ini, orangnya pendidikan kali yang dipentingkan dia. Jadi segala yang gak berhubungan dengan pendidikan gak dikasih dia.” Walaupun banyak pandangan negatif terhadap komunitas mereka, tetapi mereka tetap ikut serta dalam komunitas itu. Seperti yang dilakukan oleh informan 1 meyakinkan orang tuanya untuk hidup yang lebih hemat: “Modelnya ga sebut harga tapi pake trik. Cuma bilang mau beli ini. Tapi kita kan intensitasnya ga beli tiap hari jadi belinya, dicicil satu-satu jadi nampaknya satu-satu datangnya jadi dilihat ga terlalu banyak belinya padahal numpuk juga kalau udah dikumpulin banyak juga. Intinya jangan ampe lupa pendidikan… Kami bukan orang yang boros juga, bukan yang hal-hal pribadi harus beli ini beli ini. Ngga. Jadi bahkan uang bulanan itu dikasih habisnya cuma seratus ribu dan itu juga udah makan udah semua- semuanya. Bukan karena emang mau nabung tapi emang pengeluaran ga banyak kali.” Orangtua
informan
3
juga
mengizinkan
karena
anaknya
bisa
mengembangkan bakat dancenya. Seperti pernyataan berikut ini: “… mama itu suka anaknya gini, Rinda kan suka nari, nah jadi di gathering gitu kan Rinda ikutin. Jadi karena Rinda ikut isi acara jadi dikasih, karena itu aja sih”
Selain itu, mereka juga menunjukan pada masyarakat kalau masih peduli terhadap orang lain. WCC Korea Lovers menggalang dana untuk korban Merapi Jogjakarta melalui note di jejaring sosial. Hal ini saya ketahui saat penelitian awal terhadap komunitas ini. Beberapa hari setelah bencana Merapi terjadi di Jogjakarta, WCC Korea Loversmelakukan penggalangan dana bantuan. WCC Korea Lovers Salatiga mengumpulkan dana bantuan ketika gathering berlangsung dan semua anggota sukarela membantu, lalu dana tersebut disalurkan ke Jogjakarta. Seseorang membutuhkan the generalized other, yaitu berbagai hal (orang, obyek, atau peristiwa) yang mengarahkan bagaimana kita berpikir dan berinteraksi dalam komunitas maka sangat penting untuk anggota WCC Korea Lovers berinteraksi dengan masyarakat luar. Saat berinteraksi dengan generalized other , informan menggunakan pikiran (mind) misalnya menggunakan bahasa Indonesia dan proses pemikiran (thought) seperti saat memutuskan untuk terlibat dalam penggalangan dana bantuan bencana Merapi Jogja. Perilaku ini adalah usaha agar masyarakat mempunyai persepsi bahwa mereka masih peduli dengan dunia di luar komunitas mereka. Identitas
diri
seseorang
merupakan
kode
yang
mendefenisikan
keanggotaannya dalam komunitas yang beragam, kode yang terdiri dari simbol, kata-kata dan makna yang seseorang dan orang yang lainnya hubungkan terhadap benda-benda. Setiap orang membutuhkan identitas untuk diakui keberadaannya dalam masyarakat baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Identitas ada yang melekat dan ada yang dinegosiasikan melalui interaksi dengan individu lain. Setiap manusia adalah makluk yang dinamis dan kreatif oleh karena itu mereka
akan selalu menjadi individu baru setiap saat, maka identitas diri dapat mengalami perubahan. Demikian pula yang terjadi pada keenam informan setelah memasuki komunitas WCC Korea Lovers ini. Informan 1 sebelum memasuki WCC Korea Lovers, dia tidak memiliki komunitas sama sekali dan sama sekali tidak menyukai boyband Korea karena personilnya dancing semua. Tetapi semenjak masuk komunitas ini, dia mendengarkan lagu-lagu boyband Korea setiap hari melalui handphone dan mengoleksi hampir semua album asli boyband Korea yang terkenal, yang dipesan melalui online shop. Awalnya, dia bukan merupakan orang yang mempunyai banyak koneksi tetapi saat ini sudah banyak koneksinya dari berbagai negara. Internetmemperluas jaringannya. Informan sebelumnya juga tidak begitu mahir bahasa Inggris dan sama sekali tidak tahu bahasa Korea tetapi setelah menjadi anggota WCC Korea Lovers dan sering browsing internet dia memiliki kemampuan bahasa Inggris yang aktif dan bahasa Korea yang lumayan. Ini terjadi karena sebagai fans girl, dia wajib searching tentang artis-artis Korea lewat website yang berbahasa Inggris dan dia mengikuti les bahasa Korea agar bisa berbahasa Korea saat bertemu idolanya. Informan 2 adalah mahasiswi dan kesehariannya dipenuhi kegiatan kampus. Saat ini, hari-harinya dipenuhi dengan kegiatan sebagai seorang fans girl, seperti; searching info artis-artis Korea mendengarkan lagu-lagu boyband Korea, mengikuti gathering, membeli barangbarang asli dari salah satu grup boyband Korea, membicarakan tentang artis-artis Koreakepada sesama Kpop lovers. Dari keenam informan, informan 5 memiliki perubahan yang negatif, sebelum masuk komunitas dia selalu pulang ke rumah
tepat waktu tetapi saat ini dia sering pulang terlambat karena kumpul-kumpul dengan sesama Kpop Lovers. IPnya semester terakhir ini juga menurun dari ratarata IP 3.2 jadi 2,9. Informan 5 juga sering berbohong kepada orangtua untuk sekedar mendapatkan izin menghadiri gathering komunitas daripada untuk pulang mingguan ke rumah dan orangtuanya berpendapat bahwa ia menjadi lebih bandel setelah masuk komunitas. Informan 3 adalah orang yang supel, ceria dan enerjik, ia sebelumnya tidak menyukai fandom. Dia menganggap orang-orang yang ikut serta dalam sebuah fandom adalah aneh, kenapa mereka bisa menangis saat menonton konser idolanya. Tetapi saat ini, dia sudah tahu alasan kenapa mereka bisa seperti itu karena sudah mengalami sendiri. Informan 3 ingin orang-orang mengetahui keberadaannya sebagai komunitas Korea Lovers. Hal ini dilakukannya dengan cara memperkenalkan WCC Korea Lovers dengan orang-orang di sekitarnya. Informan 6 yang tidak satu kos dengan para anggota WCC Korea Lovers lainnya dan dia dikenal sebagai WCC Korea Loversdi kost nya juga. Sebelum masuk komunitas, informan hanya menggunakan bahasa Indonesia tetapi setelah masuk, ia mulai menggunakan bahasa Korea sebagai kode rahasia bersama sahabatnya atau hanya sekedar untuk bercanda teman-temannya dengan bahasa itu. Para boyband Korea terdiri dari pria-pria yang cantik dan keenam informan mempunyai pria yang paling disukai dari personil-personil tersebut. Dan mereka memanggilnya dengan sebutan suami. Bahkan informan 2, menyatakan kepada ibunya bahwa Young Saeng (personil salah satu boyband yang paling ia sukai) adalah calon menantu ibunya. Seperti pernyataan berikut:
“Iya setiap orang yang ada di depan Maya, nanti bilang ama mama “Ma, ini menantu” nanti mama cuma bilang “oalah, nak sadarlah” (tertawa)” Informan 2 mengatakan bahwa hal tersebut hanya khayalannya saja tapi ia berharap kalau nanti mempunyai suami, sifatnya bisa seperti Young Saeng. Ia menyukai Young Saeng karena ia merasa suara Young Saeng bagus dan memiliki wajah tampan. Informan 5 menyukai personil SS501 (salah satu boyband Korea) yang bernama Hyung Joon. Sebutan suami dipakai untuk menyatakan sense of belonging terhadap personil tersebut. Ia menganggap kalau Hyung Joon memiliki wajah yang lebih gentle dibanding yang lain dan selalu bertidak apa adanya. “Kenapa sih kalian bilang suami? Hmm perasaan karena milik aja hahaha… Dan itu julukan buat yang paling disukai. Kenapa suka Hyung Joon (personil SS501)? Pertama ganteng, dia paling cakep dan lebih manly tapi kalo yang udah bergerak sikit aja cacad ntah hapa-hapa yang diomongin, aku suka dia karena dia apa yang ada di kamera emang dia yang kayak gitu.” Sedangkan informan 1 lebih memilih Jung Min untuk menyandang sebutan suami darinya. Awalnya, ia tidak mau menyebut Jung Min dengan sebutan suami karena ia menganggap itu adalah abangnya tetapi karena anggota WCC Korea Loversyang lain melakukan hal seperti itu, akhirnya ia mengikuti mereka. “Sebenarnya saya gak pengen menganggap mereka suami, saya menganggap mereka abang. Tapi begitu ngumpul, mereka mengakui itu suami masing-masing, saya jadinya gak mau kalah gitu kan? enak kali, emangnya kau
aja yang bisa jadiin dia suami, aku juga bisa. Intinya sih gitu kak. Rencananya sih nganggep ih, mereka abang aku. Jadi karena orang itu kek gitu, gak mau kalah lah. Ada rasa tersaingi gitu lho kak.” Perasaan memiliki tersebut ditampilkan melalui panggilan suami olehnya dan alasan ia menyukai Jung Min agak aneh. Ia menyukai sisi negatif dari personil ini. Saat ditanya mengapa dia hanya bisa menjawab tidak tahu. “Jung Min. Karena kak, dia itu cerewet, egois, sebenernya saya juga bingung kak… dia itu lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positifnya, tapi ntah kenapa saya suka karena dia punya sisi negatif yang seperti itu.” Panggilan suami tersebut salah satu cara mereka membentuk identitas. Secara tidak langsung, mereka ingin anggota yang lain tahu bahwa ia adalah ‘istri’ dari personil yang mereka sukai. Hal ini wajar saja di dalam suatu komunitas penggemar, hal ini menampilkan rasa fanatisme terhadap kesukaan mereka. 2.2. Identitas sebagai Komunikasi dan Pandangan Nilai Adopsi Budaya Negri Lain Kita semua sudah mengetahui bahwa media mempengaruhi seseorang dalam ia membentuk identitas. Pada analisa selanjutnya penulis menunjukkan pengaruh media dan interperetasinya dalam pembentukan identitas lalu menganalisa simbol-simbol yang menjadi identitas para anggota WCC Korea Lovers Salatiga. Yang menjadi pertanyaan utama dibenak penulis adalah: “mereka mau mengkomunikasikan apa dengan identitas yang mereka tunjukan kepada orang di sekitar mereka?”
Berikut tabel yang akan menunjukkan analisa penulis pada setiap objek, mulai dari terpengaruhnya media sampai dengan identitas yang melekat pada mereka berfungsi sebagai apa dan selanjutnya penilaian mereka terhadap budaya adopsi itu sendiri. Tabel 4. Penyebaran budaya pop Korea melalui image
system dan
identitas sebagai komunikasi
Awal mengonsumsi Budaya Pop Korea
Ideational system: Awalnya tanpa sengaja menyaksika n drama Korea kemudian berlanjut pada k-pop nya
Ideational system: Mula-mula dramanya lalu film dan musik k-pop nya
Ideational system: Mula-mula DVD film Korea kemudian berlanjut dengan drama di televisi dan kemudian k-popnya
Ideational system: Mula-mula meminjam DVD film Korea dari teman lalu selanjutnya menonton drama di televisi, dan berlanjut dengan mengon sumsi k-pop
Ideational system: Menonton drama di televisi kemudian berlanjut pada k-pop dan film korea
Ideational system: Menonton drama kemudian berlanjut menjadi penggema r berat kpop
Sarana mengonsumsi budaya pop Korea
Technolog y Mediation: Melalui televisi, DVD dan sarana internet Sosial mediation: Mendirikan komunitas WCC Korea Lovers
Technolog y Mediation : Melalui televisi, DVD dan sarana internet
Technolog y Mediation: Melalui televisi DVD dan sarana internet Social Mediation: Teman menawarka n DVD Film Korea
Technology Mediation: Melalui televisi DVD dan sarana internet Social Mediation: Meminjam DVD Film Korea teman
Technology Mediation: Melalui televisi DVD, majalah dan sarana internet
Technolog y Mediation : Melalui televisi DVD dan sarana internet
“Biar semua orang tau kak, kalo kita Korea
“Seneng aja kalo kita bisa disebut Korea
“puas aja kak, kalo semua orang tau kalo kita
“kita bangga, maka dari itu kita semaksimal
“Biar diakui kak, kalo kita tuh ada dan ga
“di pandang kompak gitu kan enak kak.
Pandangan terhadap adopsi nilai budaya pop Korea
Lovers.”
Lovers Sejati!”
Korea Lovers.”
mungkin mnunjukin kalo kita nih Korea Lovers”
dipandnag sebelah mata aja.”
Banyak hal positif yang bisa dipelajari dari mengonsumsi tayangan Korea. Tapi tidak semua hal juga bisa kita tiru. Kembali lagi, budaya kita tidak sama dengan mereka walaupun samasama Asia
Banyak hal positif yang saya dapatkan semenjak menjadi Korea Lovers. Selain bisa menikmat i produk hiburan yang menarik dari Korea, saya juga jadi punya banyak teman sesama penggem ar Korea. Banyak hal positif yang bisa kita adopsi dari Korea tetapi kita juga harus memilahmilah mana yang
Korea merupaka n sebuah Negara yang sangat keren. Produk hiburanny a berkualita s. Saya paling suka fashionny a. Ini adalah contoh Negara maju yang pantas ditiru. Saya suka semua hal dari Korea dan mengadop -sinya dalam kehidupan seharihari
Saya hanya sekedar menjadi penikmat tayangan hiburan korea. Menurut saya tayangan Korea itu dikemas dengan cerita menarik khas kehidupan Asia, Mungkin inilah salah satu daya tariknya. Tapi untuk mengadopsi hal-hal yang saya dapatkan dari mengonsumsi tayangan Korea, kayaknya saya kurang tertarik karena culture kita dan mereka
Saya suka segala hal tentang Korea sejak menjadi penikmat tayangannya. Dari tayangan tersebut saya bisa mengetahui berbagai hal tentang Korea dan mengadops i-nya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi orang tua juga mendukun g.
Trus kita juga pengen nunjukin, kalo kita emang niat banget sama Korea gitu” Saya suka tayangan korea tapi lebih kepada kpop nya. Kalau drama dan film sih saya masih lebih suka film Barat. Kalau masalah meniru hal-hal yang saya dapatkan dari tayangan Korea saya rasa tidak karena kita kurang cocoklah. Apa kata orang nanti kalau tiba-tiba saya soksok bergaya Korea.
cocok buat kita
berbeda jadi sulit untuk menerapka n-nya di sini.
Paling saya Cuma belajar dance ala artis kpop saja
Peneliti juga menanyakan kepada mereka ‘Mengapa mereka memakai identitas negri orang lain?apa mereka tidak bangga akan identitas negara mereka sendiri?’ berbagai macam alasan mereka ungkapkan dalam menjawab pertanyaan ini. Informan 1 menyatakan “ ya engga sih kak, kita tetep bangga ko pake identitas negri kita sendiri, orang kita ya anak Indonesia, identitas yang satu ini hanya untuk hiburan aja..” peneliti menanyakan lagi kalau begitu hiburan di Indonesia tidak menarik? “ iya kak, hiburan di Indonesia tuh gitu2 aja, coba liat Korea, mereka kreatif banget kak, dari semuanya deh, mereka kreatif, gimana enga kepincut coba kak..hehe” Informan 2 juga menjawab hampir sama dengan informan 1 mereka samasama mengiyakan bahwa mereka tetap bangga pada identitas negara mereka sendiri, hanya kepada budaya Korea yang mereka gemari, mereka sudah kepincut karna Korea negri yang sangat kreatif, pemerintahan mereka saja mendukung penuh dunia hiburan mereka untuk menarik peminat dari seluruh dunia. “coba liat Indonesia kak,,gini2 aja kan hiburannya?” Informan 3 menyatakan” iya kak, mau tertarik gimana coba kalo hiburan di Indonesia aja nyontek Korea, iya kan? Dulu waktu lagi populer negri Barat,juga nyontek mereka. Jadi ga kreatif lah..”
Informan 4 “ kita sedih juga sih kak ma dunia hiburan negara sendiri yang gitu2 aja,,ga bisa disalahin juga sih, kan ga ada pasokan dana segede negara Korea buat dunia hiburan mereka.” Semua anggota menyatakan bahwa mereka bangga sebagai anak Indonesia, tetapi mereka tidak terpikat dengan hburan negara mereka sendiri karena ketidak kreativannya. Mereka menyukai Korea berawal dari hiburannya, semakin mereka terobsesi, semakin mereka menyukai negara tersebut sampai mempelajari budaya dari para idolanya. Dan mereka sangat menikmati hal itu. Meski mereka sangat menggilai negara lain, tetapi mereka mengaku dan meyakinkan peneliti bahwa mereka juga bangga terhadap bangsa mereka sendiri.