HIPER-REALITAS PADA RUMAH MAKAN PADANG
Kecendrungan konsumen tidak lagi memperhatikan ke"asli"an suatu produk. Oleh: Endi Rekarti, Priyono
Belakangan ini banyak para pemasar/pebisnis yang memanfaatkan konsep simulacra dan hiperrealitas dari Baudrilard dalam aktifitas pemasarannya. Walaupun sebagian dari mereka melakukannya tanpa sengaja untuk menerapkan konsep tersebut. Baudrilard memiliki hipotesis bahwa masyarakat postmodern lebih cendrung menyukai tiruan dibandingkan produk yang otentik (asli). Pengamalan sebagian orang indonesia yang
pernah berkunjung pada beberapa negara menemukan bahwa beberapa jenis makanan Indonesia dijual di negara asing tersebut tidak lagi sama dengan yang kita temukan di Indonesia. Nasi goreng Indonesia disajikan dengan acar, kerupuk, satu dua tuusk sate
dengan bumbu kacang dan kadang dengan sepotong pisang goreng. Hal seperti itu sudah dianggap sangat indonesia bagi masyarakat sana. Namun bagi orang Indonesia hal tersebut sangat tidak Indonesia. Sebagian mereka akan mengatakan masakan yang seenarnya masakan Indonesia dianggap bukan masakan Indonesia.
Hiperrealitas ini terjadi berbagai produk yang ada dipasaran. Seperti pesta Halowen yang bukan produk Indonesia diadakan di hotel dan kafe di Indonesia yang jelaskan tidak sama dengan pesta halowen yang sesungguhnya, namun sebagian besar dari pengunjung merasakan mereka telah berada dalam pesta halowen yang sesungguhnya. Rano karno yang
lebih dianggap si Doel yang sesungguhnya, Agnes Monica dianggap Dini dan Anjasmara dengan cecepnya. Semua artis tersebut lebih diyakini sebagai tokoh yang mereka idolakan
pada peran yang mereka mainkan pada setiap sinetron tersebut. Begitu juga dengan rumah makan padang, sebagian besar makanan yang dijual tidak lagi dapat dikatakan Padang, namun diyakini sebagai masakan Padang. Ciri masakan padang pedas tidak tampil pada sebagian rumah makan padang yang ada di Jakarta. Orang yang asli Padang akan kecewa dengan rasa rendang rumah makan ini yang lebih terasa manis. Meniang semua contoh di atas masih sebagai suatu hipotesis yang perlu untuk dibuktikan. Untuk itu tulisan ini mencoba untuk membahas hipotesis baudrilard tersebut pada Rumah Makan Padang. Mengenal masakanPadang sebagai suatu kebudayaan.
Makanan Minangkabau atau yang disebut juga dengan "masakan Padang"
merupakan salah satu rumah makan etnis yang cukup dikenal di wilayah Indonesia dan bahkan di beberapa negara tetangga seperti Australia, singapura, Malaysia dan negara-
negara lain yang didiami oleh etnis Melayu. Secara kultural filosofis makanan itu termasuk kebudayaan suatu bangsa. Bagi orang Minang/Padang, makan telah menjadi bagian penting
dari kebudayaan mereka dan terlihat dari sebagian besar kegiatan t>udaya/kesehariannya 32
I
melibatkan "makan". Karena itulah, mengapa aktifitas memenuhi selera makan bagi orang
minang merupakan sesuatu yangperludan menjadi keseharian orang Minang/Padang. Di luar Sumatra Barat orang mengenal masakan Minang dengan sebutan Masakan
Padang, sebagaimana "Orang Padang" mengggantikan sebutan "orang Minang".
Ciri
utama masakan Padang adalah Pedas dan kuahnya kental. Karena itu kalau kurang pedas, tuan rumah akan minta maaf kepada tamunya. Kuah gulai yang kurang kental itu tidak disukai oleh lidah orang Minang, karena kelezatannya dirasakan berkur&ng. Demikianjuga dengan daging yang gemuk akan selalu dilengkapi dengan "gajebo"(lemak), gulai otak dan
jeroan lainnya. Setiap orang Minang sangat menyukai masakan seperti itu. Adapun Masakan Minang itu adalah sebagai berikut:
ayam panggang
- ikan laut asam padeh (tai^pa santan) - ikan laut gulai masin - ikan tawar pangek
ayam semur
- ikan tawar goreng/panggang
ayam kalio gulai putiah (opor ayam) dendeng balado (kering) dendeng lambok randang anyang (asam pedas) cincang kalio / gulai gajebo/ gulai otak Lancang karani Gulai kambing putih Gulai kambing merah Ikan lauik goreng / panggang
- ikan tawar gulai - ikan tawar asam padeh - telur gulai - telur goreng - baluik goreng - baluik goreng - gulai buncih - gulai cubadak / kacang panjang - gulai pucuak ubi /singkong. - gulai paku - anyang kalikih / daun pepaya - gulai toco
ayam goreng
ayam gulai
Sedangkan makanan lain seperti ayam pop, bukan masakan asli Minapg tetapi merupakan makanan yang sudah ditambahkan..
Di dalam pelayanan rumah makan Padang terlihat kebiasdan pelayan dalam melayani tamunya. Begitu
tamu masuk dan duduk,
seorattg pelayan segera
menghidangkan air minum, dan segera menyapa tamunya "mau makan atau minum saja ?". Pelayan membawa makanan dari etalase makanan ke meja makan tamu biasanya dengan
dua tangan terbuka yang diatasnya disusun piring dalam jumlah banyak dan dibawa dengan
berjalan cepat dan seolah menari. Semua makanan langsung di hidang di atas meja tanpa
harus dipesan. Tidak seperti di restoran lain yang hidangannya disesuaikan dengan pesanan
tamu.Tamu tidak perlu khawatir untuk membayar semua makanan , karena yang dibayar
adalah makanan yang dimakan. Kenapa tradisi layanan restoran Padang begitu ? Di Minangkabau ada pepatah yang mengatakan " bicara selepas haus, berunding sesudah makan". Itu sebabnya pelayan restoran Padang menyuguhkan air minum untuk layanan pertama sebagai basa-basi.
33
32
Dalam perhelatan besar seperti
"Alek NagarC\ penobatan seorang Datuk di
Minangkabau (disebut melewakan gala), dihidangkan semua macam masakan dengan memotong kerbau sebanyak yang diperiukan. Pada waktu menghidangkan nasi dan lauk pauknya, dilakukan oleh lelaki muda. Semua pelayan tersebut memakai pakaian khas yang
disebut teluk belanga, dengan kain sarung sebagai sisampingnya. Lelaki muda itu disebut "janang ". Para Janang ini lah yang membawa lauk-pauk di piring di. atas tangan terbuka dan dengan sopan santun menyusun di atas tikar tamu-tamu Janang memang disiapkan
untuk melayani tamu-tamu dalam hal hidangan, tapi bukan sebagai profesinya. Mereka bisa saja sebagai petani, pedagang atau pegawai. Mereka tampil sebagai "Janang" begitu ada
perhelatan saja.. Kebiasaan seperti itulah yang terbawa dalam rumah makan Padang. Para janang itu telah berubah fungsi menjadi profesinya melayani tamu-tamu rumah makan. Dan mereka meniru cara janang membawa makanan yang dihidangkan. Mereka trampil
menyusun piring ditangannya, dan cekatan dalam melayani tamii. Orang Minang tidak
mengenal baki/nampan, tetapi kedua tangannnya dapat berfungsi sebagai baki/nampan. Perkembangan dan Perubahan pada beberapa Rumah Makan Padang. Dengan adanya Rumah Makan atau Restoran Minang di Luar Sumatera Barat, maka konsumen yang tadinya adalah yang berlatar belakang Padang juga melayani konsumen di
luar segmen tersebut. Sehingga telah terjadi penyesuaian-penyesuaian dalam beberapa hal. Begitu juga dengan pengelola Rumah makan Padang. Tidak Semua restoran Padang dikelola oleh putra Minang, tetapi juga selain orang Padang seperti <&rang Cina yang lama di
Padang sekarang banyak yang membuka restoran Padang di kota-kota besar di Indonesia . Mereka telah memasukkan tradisi mereka baik rasa maupun pejayanannya. Hal inilah
menjadi salah satu sumber berubahnya atau berbedanya beberapa rumah makan minang. Hal ini dipengaruhi oleh upaya-upaya dalam strategi pemasarannya, sehingga memunculkan restoran-restoran Minang yang tidak lagi sama seperti asalnya atau
"Aslinya". Seperti Restoran Minang Natrabu yang menggunakan pakaian tradisi minang,
interior/penataan ruang makan dan pernik-pernik untuk memberikan kesan berbeda dari rumah makan padang lainnya serta penyesuaian terhadap rasa makanan dengan lidah konsumennya yang tidak hanya orang Padang. Restoran/Rumah Makan Padang NATRABU sebagai suatu hiperrealitas ?. Rumah Makan Padang Natrabu adalah salah satu dari rumah makan yang
mengalami banyak perubahan dan perbedaandengan rumah makan yang biasa kita temukan di kota Padang sendiri. Rumah makan Natrabu bagi orang Padang yang baru datang ke
Jakarta tentunya akan berpendapat bahwa rumah makan ini tidakjah sama dengan rumah 34
makan yang ada di daerah asalnya. Akibat upaya upaya pemasaran rumah makan ini telah berubah dari aslinya yang ada di Minangkabau sendiri. Beberapa makanannya telah mengalami penyesuaian rasa dengan pasarnya, tampilan depan (eksterior) dan interior rumah makan serta perlengkapan perlengkapan yang ada tidak lagi sama dengnan aslinya. Begitu juga dengan seragam pelayan yang dipakai seperti pakaian adat minang bukanlah
pakaian pelayan rumah makan. Namun semua orang yang di Jakarta menyatakan bahwa rumah makan tersebut merupakan rumah makan Padang. Bahkan sebagian dari mereka sangat meyakini bahwa rumah makan inilah yang merupakan ril rumah makan Padang. Bagaimanakah pendapat dan preferensi konsumen rumah makan padang menilai Natrabu ? dan apakah hipotesis Baudrilard tentang hipperealitas benar terjadi pada rumah makan
padang ini ? kedua pertanyaan tersebut akan dijawab dalam tulisan ini dan merupakan hasil dari mini riset kualitatif yang dilakukan penulis terhadap beberapaorang konsumen rumah makan Padang. Metodologi.
Dari uraian di atas terlihat bahwa restoran Natrabu yang telah melakukan
pengembangan produk sehingga menjadikan restoran tersebut berbeda dengan restoran
Padang kebanyakan terutama yang ada di kota Padang. Atau dengan Jcata lain, Restoran Natrabu telah menjadi restoran padang yang tidak sama dengan asaliiya atau "aslinya". Restoran ini seakan-akan menjadi sebuah restoran "Tiruan". Namun demikian restoran ini mendapat respon yang positif dari pasarnya. Hal ini terlihat dari keberhasilan penjualannya dan dapat berkembang dari satu outlet menjadi beberapa out let. Bagaiamanakah
Pandangan konsumen terhadap restoran ini ? dan bagaiaman perbedaan pandangannya dengan restoran yang sampai saat ini masih sangat mirip dengan bentuk ftsalnya ? Untuk mengetahui bagaimana preferensi konsumen terhadap restoran Padang Natrabu yang terlihat telah berbeda dari restoran Padang lainnya, balk di kota Padang sendiri maupun di luar kota Padang. Untuk itu penulis melakukan tyawancara kepada pelanggan restoran keduanya yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. Out-group, yaitu konsumen restoran Natrabu yang belum pqrnah ke Padang / Sumatra Barat.
2. In- Group, yaitu konsumen restoran Padang yang pernah tinggal / menetap di kota Padang dan mengenal restoran Natrabu.
Untuk mengetahui bagaimana perbedaan respon konsumen terhadap Restoran Natrabu sebagai Produk "Tiruan" dengan aslinya/otentiknya, maka kedua kelbmpok ditanyakan yang
tnukan
ing ke
beberapa pertanyaan mengenali 2 restoran Minang, yaitu : 1. Restoran Natrabu, sebagai restoran yang tidak asli / tiruan karena tidak lagi sama seperti
restoran Padang umumnya yang bisa ditemukan di kota Padang.
rumah 35
34
2. Restoran Sederhana, sebagai representasi dari restoran Asli / otentik seperti yang banyak ditemukan di kota Padang, Sumatra Barat.
Adapun langkah-langkah yang kami lakukan untuk melakukan penelitian perbedaan preferensi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan responden dan akan mengelompokkannya ke dalam in Group dan Outgroup dengan cara:
- Mencari orang Padang yang tinggal di Jabotabek melalui hMbungan teman dan melakukan wawancara singkat untuk mengetahui apakah yang bersangkutan
memenuhi syarat sebagai responden In-Group. Selanjutnya meminta kesediaan yang bersangkutan untuk menjadi responden atau waktu wawahcara.
- Mencari konsumen Natrabu / konsumen rumah makan Padang yang pernah ke Natrabu, namun tidak pernah ke Padang
untuk kemudian meminta kesediaan
waktu untuk wawancara.
Semua responden, diwawancarai pada malam hari sekitar pukul 19.00 - 21.00 WIB bertempat di kediaman mereka masing-masing.
2 Melakukan wawancara secara mendalam (indept interview) kepada kedua kelompok
responden. Masing-masing kelompok dibagi menjadi dua dalanj jumlah yang sama. Lima orang pertama pada masing-masing kelompok diceritakan tentang restoran Natrabu dan diminta tanggapan / komentarnya mengenai rumah makan tersebut sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumny* (daftar pertanyaan
terlampir).
Setelah itu dengan cara yang sama kelompok tersebut dimintai
keterangan dan tanggapan tentang restoran Sederhana.Untuk linja orang kedua pada
masing-masing kelompok paparan dimulai dari restoran Sederhana dan kemudian dimintai tanggapan / komentarnya sesuai dengan pertanyaan peneliti, setelah itu baru dipaparkan tentang restoran Natrabu. 3 Dalam melakukan wawancara dimulai dengan uraian dari peneliti /pewawancara
tentang restoran Padang yang menjadi representasi kemudian baru diajukan pertanyaanpertanyaan tentang restoran yang bersangkutan. Adapun daftar pertanyaan pokok yang disampaikan terdapat pada lampiran tulisan ini.
4 Pertanyaan perbandingan dilakukan setelah kedua representasi didiskusikan. Responden diminta untuk memilih salah satu restoran yang palijig disukai kemudian menggali
alasannya.
Hasil wawancara mengenai Preferensi Konsumen.
1. Suka/Tidak Suka terhadap Kedua Rumah Makan.
Setelah diberikan gambaran tentang masing-masing restoran, hanjipir semua responden
pada kelompok outgroup dan in group menyukai keduanya. Ajlasan umum mereka menyukai adalah sebagai berikut: Natrabu :
Sederhana :
-
-Makanan enak
Masakan enak / cocok dengan selera mereka.
36
-
Nuansa Padang. Nyaman dan ekslusif. Pilihan Menu lebih lengkap.
-
Bisa untuk santai/hiburan.
Responden In-group
-Lokasi terjangkau/out-let banyak. -Harga tidak terlalu mahal
dan Out-group pada umumnya sama-sama berpendapat bahwa
restoran Natrabu lebih kental dengan suasana Minang, ekslusif dan nyaman , serta rasa
masakan atau menu sesuai/enak. ( Rekapitulasi hasil wawancara lengkap terdapat pada lampiran)
2. Pilihan Restoran yang paling disukai.
Meskipun kedua restoran tersebut sama-sama disukai oleh responden, namun jika diajukan pertanyaan tentang restoran yang paling disukai sebagian besar responden dapat menentukan pilihannya.
Sedangkan sebagian lainnya menganggap dapat memilih
keduanya tergantung tujuan atau latar belakang kebutuhan yang akan dipenuhi untuk
mengunjungi restoran tersebut. Alasan-alasan responden
menyatajcan lebih memilih
Natrabu adalah:
Out-group: -Makanannya cocok / enak -Tempat yang nyaman dan ekslusif
In-group -Makanan / menu lengkap -Suasana Padang -Tempat nyaman dan ekslusif
Sedangkan alasan responden memilih restoran Sederhana adalah : Out-group: In-group: -Menu makanan cocok
-Lokasi gampang dijangkau / outlet banyak
-Makanannya cocok -Lokasi gampang dijangkau
Responden In-group dan Out-group menyatakan lebih menyukai Natrabu karena tempat yang nyaman dan ekslusif berkaitan dengan persepsi mereka bahwa Selain untuk makan restoran dapat juga dijadikan untuk saat santai dan tempat untuk mengajak teman atau
keluarga atau tamu bisnis. Bagi Out-group makanannya dianggap/ dipersepsikan sesuai dengan selera mereka, sedangkan bagi In-group rasa makanannya tidak begitu istimewa (rasa masakan Minang tetap ada), namun ada yang berpendapat Natrabu lebih lengkap pilihan menunya dibanding dengan sederhana. Suasana Padang adalah hal yang
mempengaruhi in-group dalam memilih Natrabu. Hal ini disebabkan karena mereka berada di rantau sehingga suasana yang diciptakan oleh restoran Natrabu dapat melepas rindu dengan kampung halaman, walaupun sebagian besar mereka menyadafi bahwa di Padang rumah makan tidaklah seperti di Natrabu. Lokasi yang mudah dijangkau atau jumlah outlet yang banyak dan menyebar pada
beberapa lokasi merupakan alasan bagi outgroup dan ingroup untujc memilih restoran Sederhana dan biasanya dijadikan sebagai salah satu pilihan dalam memenuhi kebutuhan
37
makan siang mereka ketika bekerja atau baru berada dalam perjalanan. Sedangkan makanan dirasakan enakbagi keduakelompok dan bersifat umum.
Pendapat tentang Restoran Minang yang " Asli" dan "Tiruan" Didalam menilai kedua restoran dan menentukan restoran yang "Asli" dan
"Tiruan" terdapat perbedaan pendapat antara individu responden dan kelompok responden. Sebagian responden In-group menyatakan bahwa restoran Sederhana acjalah restoran "Asli" Padang sebagian lainnya menyatakan baik restoran Sederhana maupun Natrabu adalah sama-sama aslinya, hanya saja Natrabu telah melakukan pengembangan produk restoran itu. Sedangkan sebagian besar responden Outgroup berpendapat bah^a restoran Natrabu adalah restoran Minang "Asli" dan sebagian kecil lainnya menyatakan sederhana yang "Asli" karena informasi yang diperoleh dari orang lain yang pernah ke Padang bahwa di Padang tidak ada restoran Minang seperti restoran Natrabu.
Ada beberapa alasan yang melatar belakangi pendapat responden dalam menentukan restoran yang "Asli " Padang . Responden yang menyatakan restoran Sederhana merupakan restoran "Asli" adalah karena makanan / menu yang disajikan
mempunyai rasa yang sama ketika mereka makan di daerah asalnyaj selain itu atributatribut restoran sama seperti di kota Padang, sedangkan alasan resporiden (sebagian besar
Outgoup) menyatakan Natrabu merupakan restoran yang Asli Padang adalah rasa masakan /menu, interior dan suasana yang diciptakan, penampilan pelayannya s^rta pelayanan.
c s
Hubungan antara Pilihan responden dengan penilaian "Asli" atau "Tidak Asli". Apakah setiap responden selalu memilih restoran yang mereka anggap asli ? Berdasarkan rekapitulasi jawaban responden terlihat bahwa sebagiart besar menganggap bahwa restoran pilihan mereka merupakan restoran Padang yang "asli". Sebagian lainnya memilih restoran yang mereka anggap tiruan, dengan alasan restoran tersebutlah yang sesuai dengan keinginan mereka. Setelah diberi informasi mengenai restoran Padang yang
r c
r
r
1. F
asli secara umum mereka tidak/belum memberikan tanda-tanda untuk merubah pilihannya.
I
Mereka berpendapat bahwa yang penting keinginan mereka akan sebuah rumah makan
terpenuhi. Kepuasan-kepuasan yang ingin dipenuhi oleh responden d^lam mengkonsumsi
F r
masakan dan restoran Padang adalah :
a. Memenuhi selera mereka terhadap masakan Padang yang mereka inginkan. (b) Memenuhi kebutuhan n
makan harian ketika berada di luar rumah/di kantor.
b. Mencari suasana baru/selingan/ sebagai tempat santai dengan suasana etnik.
t
c.
Memenuhi rasa rindu kampung halaman.
t
d.
Membawa teman / keluarga dari luar kota.
( c
38
Tujuan-tujuan inilah yang lebih dominan dalam pilihan konsumen terhadap rumah makan Padang. Ulasan Teoritik.
Kasus yang terdapat pada uraian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut oleh Jean Baudrillard sebagai Hyperreality yaitu suatu realitas yang melampaui normalnya atau
alamiahnya namun seakan-akan merupakan sesuatu yang asli.. Hal ini dapat terlihat pada Restoran Natrabu yang tidak lagi sesuai dengan kenyataan normal/alamiahnya suatu
Restoran di kota Padang sendiri seperti: - Pelayan restoran yang menggunakan pakaian tradisi minang yang tidak biasa digunakan pada restoran Padangumumnya. - Pakaiannya sendiri juga tidak sesuai dengan pakaian minang, terutama bentuk celana yang mengikuti celana biasa sedangkan yang asli lebih longgar dengan jahitan selangkang lebih ke bawah. Kalaupun harus meniru pakaian "janang" (lihat pembahasan sebelumnya)juga sudah tidak sesuai dengan bentuk aslinya.
- Terdapatnya musik hidup tradisional Talempong beserta pertunjukan tariannya jWga tidak biasa dalam restoran minang.
- Pada Restoran Natrabu di Jl. Agus Salim (sebelum terbakar) terdapat panggung musik hidup tradisional dengan latar belakang pelaminan. Ini jelas tidak pernah ada pada restoran padang. Pelaminan di minang biasanya terpisahdari panggung dan bukan membelakangi pelaminan. - Beberapa jenis masakan tidak lagi mempunyai rasa pedas namun sudah terasa agak manis, bukanlah selera Padang yang tersedia di Restoran Padang.
Kejadian ini diawali dari suatu proses meng-copy/meniru sesuatu yang lain yang disebut sebagai simulacrum. Menurut Boudrilard, suatu pengkopian dimulai dengan
simulacrum, dimana sesuatu dibuat sesuai dengan yang ada pada aslinya. Seperti munculnya rumah makan-rumah makan Padang di luar tempatnya (Sumatera Barat), dimana setiap orang yang mendirikannya berusaha untuk membuat persis sama dengan restoran-restora yang terdapat di kota Padang/ Sumatera Barat. Ini terjadi di daerah rantaunya orang Minang seperti Medan, Pekan Baru, Malaysia, Singapure, Jakarta dan
Iain-Iain. Di Jakarta dan sekitarnya terdapat ribuan restoran Padang sebagai suatu proses peng-copian dari sesuatu yang ada di kota Padang. Diantaranya Restoran Natrabu dan Restoran Sederhana. Proses peniruan yang berusaha untuk mirip dengani asli masih terlihat
pada Restoran Sederhana, maka dalam penelitian ini dijadikan sebagai representasi dari restoran Minang yang ada di Kota Padang/Sumatera Barat. Proses pengkopian yang tadi berusaha untuk persis saifta ini lama-lama
menciptakan perbedaan-perbedaan sesuai dengan keinginan pembuatnya^ sehingga menjadi tidak jelas lagi perbedaan antara yang asli dan Copy. Orang-orang menjadi tidak pernah tahu lagi mana yang asli dan yang copy karena realita baru yang mereka temui sehari-hari (second-Hand truth), sehingga yang asli bisa dianggap sebagai copy atau sebaliknya yang
copy dianggap asli. Perbedaan besar antara asli dengan copynya tel&h hancur dengan 39
sendirinya. Proses kehancuran ini disebut Baudrillard dengan "Simulasi". Suatu "Simulasi" diartikan sebagai penciptaan model-model tanpa realitas aslinya yang kemudian dikenal dengan suatu hyper-real. Hal ini juga ditemui pada restoran Natrabu, dimana pada penelitian terbukti bahwa responden sangat sulit untuk menentukarj restoran mana yang "asli" atau otentik Minang dari dua representasi yang diajukan.. Sebagian responden justru berpendapat bahwa Natrabu merupakan restoran yang asli atau otentik Minang walaupun sesungguhnya hal tersebut tidak benar.
Pada beberapa kasus, ada responden yang tidak peduli tentang keaslian dari restoran tersebut, bagi mereka sebuah restoran adalah yang sesuai dengan harapan dan
keinginan mereka saat ini. Restoran Padang yang tadinya dipakai orang Padang untuk makan juga telah bergeser maknanya pada beberapa responden. Sekafang Restoran menjadi salah satu altematif untuk tempat hiburan, acara pertemuan dan bernostalgia.
Simulasi juga berkaitan dengan dunia tanda (sign) dimana ada penanda dan yang ditandai. Restoran Padang juga mempunyai tanda seperti warna merah pada etalase
makanan didepan berwarna merah, adanya Gonjong (atap rum*h gadang tradisional
Minang), rasa pedas, lemak yang tinggi, daun singkong dan lain-lairj. Pada awalnya tandatanda ini mengacu kepada realitas. Tetapi lama-lama realitas itu tidak ada lagi sehingga ada tanda yang sesungguhnya bukan Padang dan bahkan yang ditandii juga menjadi kabur. Hal ini bisa saja disebabkan kebijakan-kebijakan pemasaran yang mengarah pada Experiental Marketing yang berusaha memberikan pengalaman baru pada konsumen sehingga mengakibatkan adanya beberapa responden memahami ciri-ciri Restoran Padang yang tidak lagi sesuai dengan kebenaran yang sesungguhnya. Bahkdn ada beberapa nuansa pada salah satu ruangan Restoran Natrabu tidak lagi dengan nuansa Padang namun tetap dianggap Padang.
Kesimpulan dan Rekomendasi Pemasaran Untuk Restoran NATRABU. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan balwa hipotesis baudrilard memang menjadi suatu kenyataan bahwa konsumen rumah makatt Padang ternyata tidak tahu dan tidak mau tahu tentang keaslian dari produk yang meteka konsumsi. Dengan
demikian konsep hiperrealitas baudrilard tentunya dapat dieksp(oitasi untuk pemasaran
produk rumah makan Padang. Agar restoran Natrabu dapat bertah.an untukjangka waktu yang lebih panjang dapat memanfaatkan konsep Hyperreality ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pemasan kedepan adalah '; 1 Konsumen semakin sulit untuk mebedakan suatu produk tiruan dengan produk aslinya dan bahkan ada yang tidak peduli dengan keaslian produk. Oleh karena itu, 40
usaha-usaha inovasi yang dilakukan tidak perlu lagi dikhawatirkan akan mengganggu penerimaan konsumen akibat isu "asli" atau "tidak asli".
2. Usaha-usaha yang intensif untuk menciptakan eksposure/kontak konsumen dengan produk akan membentuk kenyataan-kenyataan baru dengan kebenaran-kebenaran baru di dalam fikiran konsumen. Sehingga tanda (sign) atau cirri-ciri yang diyakini tentang suatu produk dapan berubah.
Untuk itu ada beberapa saran program pemasaran yang mungkin dapat digunakan Natrabu untuk masa datang agar dapat bertahan dan berkembang, yaitu :
1.Melakukan penyesuaian-penyesuaian produk dengan apa yang lebih disenangi konsumen seperti yang dilakukan pada beberapa atribut produk (seperti rasa masakan, hiburan,
proses pelayanan dll) namun tetap memberikan beberapa ciri yang dapat dianggap Padang.
2.Memperkuat persepsi melalui kenyataan-kenyataan yang diciptak^in bahwa masakan Padang itu sangat sesuai dengan selera konsumen manapun dan kemudian memperkuat
dan memperluas persepsi konsumen yang ada sekarang bahwa Natrabu merupakan restoran yang benar-benar Padang.
3.Untuk mendukung saran (2) maka perlu dipertimbangkan untuk membuka out-let baru
pada beberapa tempat yang sesuai dengan target Pasarnya. Ini sesuai dengan konsep hyperreality dimana sesuatu kenyataan-kenyataan lain yang tidak sesjuai tetapi seringkali ditemukan konsumen akan dianggap sebagai suatu kebenaran.
4.Memperkuat tanda-tanda luar (ekterior) agar dapat mendukung persepsi yang akan diciptakan dalam benak konsumen seperti yang dilakukan oleh restoran Sederhana.
5.Standarisasi masakan dan menu masih perlu untuk diperbaiki, karena berdasarkan pengalaman dalam penelitian terdapat perbedaan rasa rendang antara but-let yang ada. Ini
perlu dilakukan karena konsumen bisa saja merasakan kenyataan yang berbeda-beda antar outlet Natrabu sehingga sulit meyakinkan konsumen terutama untuk Usulan-usulan di atas
karena "kebenaran" yang ditemukan oleh konsumen menjadi berbeda-beda. Daftar Pustaka
Piliang, Y.A, 2000, Hiperrealitas Kebudayaan, Introduksi hiperrealitas, Makalah Seminar UI. Baudrilard, J, (1999), Simulacra and Simulacrum,
Groves, R ; Solomon, M.R ; Quilty, N, ( ) But is it True Blue Mate ? Cross Cultural Perceptions of Authencity^CRSpecial Session Proposal.
41