BAB V KONSEP PERANCANGAN Berdasarkan kesimpulan mengenai perilaku-perilaku umum khas masyarakat Kampung Juminahan dan penghuni Rumah Susun Grha Bina Harapan beserta tindak lanjutnya yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bab 5 ini akan diisi dengan gagasan-gagasan arsitektur sebagai aspek redesain rumah susun yang merupakan bentuk tindak lanjut atas perilaku-perilaku tersebut. Gagasan ini diharapkan bisa memfasilitasi dan menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Kampung Juminahan khususnya di eksisting Rumah Susun Grha Bina Harapan.
Tabel 5.1.1. Gagasan Arsitektur Berdasarkan Tindak Lanjut dari Perilaku Tindak Lanjut
Perilaku
Fasilitasi
Penghuni/tamu rumah susun memarkirkan kendaraannya (motor) di tepi jalan.
V
Penghuni yang berprofesi sebagai pedagang tetap (toko) maupun pedagang keliling (gerobak) membuat mereka lebih sering beraktivitas di luar ruangan (berjualan).
V
Anak-anak lebih bermain di jalanan
Modifikasi
sering
Penghuni rumah susun dan warga Kampung Juminahan lebih sering bersosialisasi di koridor/gang depan unit huniannya. Penghuni rumah susun memanfaatkan shading horizontal yang ada di balkon untuk menggantungkan jemurannya. Penghuni rumah susun yang memanfaatkan tritisan balkon huniannya sebagai kandang ayam. Koridor oleh penghuni rumah susun dimanfaatkan layaknya pekarangan rumah. Gang Kampung Juminahan tidak jarang ditutup untuk umum jika ada warga yang mengadakan pesta
Prevensi
V
V
Lingkup Perancangan Makro
Menambahkan tempat parkir sementara di muka rumah susun dan semi-basement untuk parkir penghuni. Mempertahankan lantai dasar sebagai area komersial dan membuat tempat penyimpanan gerobak di lantai semi-basement. Menambah fasilitas tempat bermain anak di dalam lingkungan rumah susun.
Meso
Mikro
V
V
V
Membuat koridor yang berfungsi ganda sebagai sirkulasi dan pekarangan rumah.
V
V
Menerapkan shading vertikal (fins).
V
V
Menghilangkan akses penghuni ke tritisan balkon.
V
V
V
Gagasan Arsitektur
Membuat koridor yang berfungsi ganda sebagai sirkulasi dan pekarangan rumah. Menambah fasilitas ruang serbaguna di rumah susun yang dapat diakses oleh
V
V
63
siapa saja. Di rumah susun sering diadakan acara pentas kreativitas pemuda antar kampung yang bertempat di ruang sisa yang terdapat di bagian utara rumah susun yang berbatasan langsung dengan Kampung Juminahan.
Menambah fasilitas ruang serbaguna di rumah susun yang dapat diakses oleh siapa saja.
V
V
Sumber: Penulis (2015)
5.1. Konsep Perancangan Makro
"Menjadikan Rumah Susun Grha Bina Harapan ini sebagai pusat kegiatan sosial yang terintegrasi dengan kampung di sekitarnya dan memiliki citra serta dapat diterima dengan baik oleh seluruh warga Kampung Juminahan."
Kampung Juminahan termasuk ke dalam permukiman padat kumuh yang tidak memiliki banya ruang terbuka publik yang tersisa untuk bersosialisasi. Akibatnya, segala bentuk aktivitas mulai dari aktivitas yang paling pribadi hingga aktivitas publik terjadi di jalan kampung (gang). Demikian pula yang terjadi pada bangunan Rumah Susun Grha Bina Harapan. Bangunan rumah susun tersebut seakan-akan terisolasi dan mengintimidasi perkampungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan konflik yang terjadi membuat citra rumah susun tersebut menjadi semakin buruk dimata warga. Oleh karena itu disusunlah gagasan-gagasan arsitektur yang didasari oleh perilaku sosial masyarakat Kampung Juminahan guna untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada di rumah susun tersebut. Dengan menjadikan Rumah Susun Grha Bina Harapan sebagai pusat kegiatan sosial yang terintegrasi dengan kampung di sekitarnya, maka diharapkan dapat mengubah citra rumah susun ini menjadi lebih baik dan juga diterima dengan baik oleh seluruh warga Kampung Juminahan
Tabel 5.1.2. Sintesis Gagasan Arsitektur Berdasarkan Penelitian Sasmito (2014)
Konsep Makro Indikator Kenyamanan Lingkungan Kualitas Bangunan
Penerapan Teknologi Baru Aksesibilitas
Gagasan Arsitektur
Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau Memperbanyak Ruang Komunal Desain sesuai standar rumah susun Desain fasad dan elemen arsitektural yang mencerminkan identitas lokal Penggunaan teknologi bangunan konvensional dengan perawatan rendah (low maintenance) Tidak menggunakan lift Desain yang aksesibel bagi difabel dan lansia (penggunaan ramps, guide block, railing, tangga darurat, dsb) Sumber: Penulis (2015)
64
Tabel 5.1.3. Sintesis Gagasan Arsitektur Berdasarkan Pemikiran Penulis
Konsep Makro Indikator
Gagasan Arsitektur Menerapkan ruang-ruang hunian/non hunian yang multifungsi baik itu secara horizontal atau vertikal Dasar pengukuran yang disesuaikan dengan perilaku masyarakat kampung, pada umumnya lebih kecil dari standar baku yang telah ditetapkan
Fleksibilitas Toleransi Keruangan Ekologis
Standar desain bangunan hijau (green building design)
Kampung
Menggunakan citra bangunan dengan tipologi kampung Mempertahankan suasana perkampungan/permukiman horizontal di dalam rumah susun Sumber: Penulis (2015)
5.2. Konsep Perancangan Meso 5.2.1. Konsep Programatik Bangunan Luas Tapak
: 1481m2
KDB
: 50%
KLB
:5
Luas Tapak Bangunan Max
: 740,5m2
Luas Lantai Terbangun
: 3702,5m2
Perbandingan Unit : Sirkulasi
: 70:30
Gambar 5.2.1.Sketsa Aspek Programatik Rumah Susun Sumber: Penulis (2013)
65
5.2.2. Konsep Tata Massa Bangunan 1.
Perencanaan Jumlah Blok Rumah Susun Perencanaan blok masa didasarkan pada jumlah unit yang terdapat pada bangunan rumah susun eksisting yaitu 68 unit, dan masih bisa ditambah jika memungkinkan. Unit tersebut terbagi atas 2 blok bangunan setinggi 5 lantai yang pada masing-masing bloknya terdapat 40 dan 28 unit. Karena akan dilakukan redesain pada rumah susun ini maka bangunan rumah susun baru akan terdiri dari 3 blok bangunan, yaitu 1 blok bangunan berisi 40 unit hunian dan 2 blok bangunan yang masing-masing berisi 15 unit hunian. Dengan konfigurasi ini maka akan didapat total 70 unit hunian.
Gambar 5.2.2. Sketsa Jumlah Blok Rumah Susun Sumber: Penulis (2015)
2.
Konsep Konfigurasi Massa Bangunan Konfigurasi keseluruhan bangunan membentuk huruf U, menciptakan ruang di tengah bangunan yang selanjutnya akan diolah menjadi ruang terbuka publik yang dapat dipergunakan sebagai tempat bermain anak, sarana bersosialisasi antara penghuni rumah susun dan warga Kampung Juminahan dan tempat penyelenggaraan berbagai acara kegiatan.
Gambar 5.2.3. Sketsa Konfigurasi Massa Bangunan Sumber: Penulis (2015)
66
5.2.3. Konsep Zonasi Tapak
Gambar 5.2.4. Ukuran Tapak dan Eksisting Rumah Susun Grha Bina Harapan Sumber: Penulis (2015)
Untuk menyusun massa bangunan, tahap awal yang perlu diperhatikan adalah peraturan daerah tata bangunan. Perencanaan tapak diawali dengan penempatan garis sempadan bangunan yaitu 3m dari permukiman warga, 5m dari badan jalan utama, dan 8m dari sungai.
Gambar 5.2.5. Sketsa Garis Sempadan Sungai dan Bangunan Sumber: Penulis (2015)
Bangunan rumah susun dibagi menjadi dua zona, yaitu zona bangunan rumah susun dan zona luar bangunan rumah susun yang keduanya saling berkaitan. Masing-masing zona berikut adalah : 1.
Zonasi Bangunan Rumah Susun Zona Bangunan Rumah Susun berupa fasilitas yang ada di dalam satu bangunan tersebut. Fasilitas tersebut adalah unit hunian, ruang komersial, fasilitas-fasilitas (ruang komunal, ruang servis) dan juga ruang parkir. 67
2.
Zonasi Luar Bangunan Zonasi luar bangunan merupakan fasilitas yang berada di luar bangunan utama. Zonasi luar bangunan terdiri dari: a.
Zona Ruang Terbuka Zona ruang terbuka juga merupakan ruang-ruang komunal bersifat publik yang bertujuan untuk dapat memenuhi aktivitas-aktivitas sosial dari penghuni maupun warga luar rumah susun. Letaknya berada di antara massa bangunan sehingga mudah untuk diakses oleh penghuni.
b.
Zona Servis Pada sebuah bangunan dibutuhkan sistem utilitas untuk mendukung suatu bangunan. Sistem utilitas ini dapat berupa pipa-pipa saluran yang merupakan bagian dari gedung, namun klasifikasi sistem utilitas juga ada yang ditentukan berdasarkan sifatnya terhadap kenyamanan penghuni. Utilitas yang berukuran besar dan memiliki kebisingan tertentu diletakkan dil luar bangunan karena membutuhkan ruang khusus, misalnya seperti genset dan tempat pembuangan sampah yang difungsikan sebagai tempat pembuangan sementara sebelum diangkut oleh petugas.
c.
Zona Hijau Selain persyaratan RTH yang ditentukan pada pada tiap bangunan, penghijauan juga berfungsi sebagai penambah kenyamanan termal bangunan. Zona hijau dapat ditanami berbagai jenis vegetasi yang tidak membutuhkan perawatan khusus mengingat perilaku warga Kampung Juminahan yang tidak terbiasa melakukan kerja bakti secara rutin.
d.
Zona Sirkulasi Jalan untuk sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi untuk kendaraan (motor, mobil, gerobak dagangan) dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki.
Gambar 5.2.6. Sketsa Zonasi Tapak Sumber: Penulis (2015)
68
5.2.4. Konsep Sirkulasi Tapak Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan jenis pengguna, yaitu sirkulasi untuk kendaraan (motor, mobil, gerobak dagangan) dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki. Mengingat sebagian besar penghuni rumah susun berprofesi sebagai pedagang, maka disediakan ruang khusus untuk menyimpan gerobak-gerobak dagangan mereka di lantai semi-basement.
Gambar 5.2.7. Sketsa Sirkulasi Tapak Sumber: Penulis (2015)
5.2.5. Konsep Tata Ruang Fasilitas Bangunan Dalam sebuah pemukiman, banyak kegiatan yang perlu di wadahi untuk menunjang gaya hidup dari penghuni. Fasilitas-fasilitas tersebut berada masih di lingkup kawasan rumah susun dengan alasan kemudahan akses dan keamanan. Namun, fasilitas yang disediakan di dalam rumah susun bukan berarti hanya bisa digunakan untuk penghuni tapi juga pengguna dari luar (bukan penghuni). Untuk itu perlu diolah konsep penataan fasilitas agar mudah diakses dari luar tanpa mengganggu penghuni rumah susun.
Tabel 5.2.1. Konsep Tata Ruang Fasilitas Bangunan Jenis Fasilitas
Ruang Terbuka Publik
Pelataran Usaha
Tempat Parkir Kendaraan
Fasilitas Peruntukan Ruang terbuka digunakan untuk berinteraksi antar penghuni, memiliki fungsi ganda sebagai lapangan olahraga, tempat bermain anak, dan tempat penyelenggaraan berbagai acara kegiatan. Juga dapat berfungsi sebagai assembly point ketika sedang ada bencana. Pelataran usaha berupa los-los kosong yang dapat diisi sendiri oleh penyewa sesuai dengan jenis usahanya. Sebagai fasilitas untuk menyimpan kendaraan bermotor baik itu mobil ataupun motor penghuni rumah susun. Juga berfungsi sebagai tempat menyimpan gerobak dagangan penghuni.
Ketentuan Tata Letak
Terletak di tengah dan dikelilingi oleh massa blok bangunan, sehingga segala kegiatan yang sedang berlangsung dapat dipantau dengan baik.
Terletak di lantai 2 pada blok bangunan terbesar yang langsung menghadap ke jalan utama (jalan Juminahan) agar dapat terlihat dengan mudah. Khusus untuk parkir kendaraan penghuni terdapat pada lantai basement dengan alasan untuk penghematan lahan dan keamanan. Sementara untuk kendaraan tamu/pembeli di kios-kios disediakan kantong parkir di tepi jalan agar tidak mengganggu lalu lintas.
Sumber: Penulis (2015)
69
Gambar 5.2.8. Sketsa Tata Ruang Fasilitas Bangunan Sumber: Penulis (2015)
5.3. Konsep Perancangan Mikro 5.3.1. Konsep Zonasi Tata Ruang Hunian Hanya terdapat 1 tipe unit hunian, yaitu tipe 21 (luas minimal hunian rumah susun). Pembagian zona unit hunian didasarkan pada aktivitas pengguna dan blok bangunan rumah susun. Penggunaan 1 tipe hunian pada rumah susun ini bertujuan untuk menghemat modul struktur yang digunakan. Jika kapasitas hunian dirasa tidak mencukupi maka dapat menggabungkan 2 unit hunian dengan cara membuka partisi yang memisahkan antar unit hunian. Partisi ini juga dapat dibuka dengan seizin pemilik hunian jika akan diadakan acara yang memerlukan ruangan yang luas.
Gambar 5.3.1. Ilustrasi Zonasi Vertikal Bangunan Sumber: Penulis (2013)
70
5.3.2. Konsep Pola Organisasi Ruang 1.
Pola Organisasi Ruang Lantai Dasar
Gambar 5.3.2. Pola Organisasi Ruang Lantai Dasar Sumber: Penulis (2015)
2.
Pola Organisasi Ruang Lantai Tipikal
Gambar 5.3.3. Pola Organisasi Ruang Lantai Tipikal Sumber: Penulis (2015)
3.
Pola Organisasi Ruang Unit Hunian
Gambar 5.3.4. Pola Organisasi Ruang Hunian Sumber: Penulis (2015)
5.3.3. Konsep Denah Unit Karena sempitnya luas hunian yang tersedia, maka untuk rancangan ruang dan furnitur pada rumah susun harus mempunyai fleksibilitas tinggi dan berfungsi ganda. Oleh karena itu dipilih denah tipe open plan dimana tidak ada dinding partisi yang permanen kecuali pada bagian muka dan belakang hunian. Fleksibilitas penggunaan ruang dan penggunaan furnitur memungkinkan penghuni menata ruang tinggalnya menjadi bermacam-macam pola, misalnya pola siang dan pola malam. Dalam menyediakan ruangan berfungsi ganda, ruang makan seharusnya digabung dengan ruang dapur, tidak dengan ruang tamu seperti diterapkan di rumah susun yang ada. Untuk tipe sangat kecil yang dihuni keluarga (Tipe 21 yang dihuni oleh rata-rata 71
5 orang), harus disediakan ruang tinggal berfungsi ganda yang dapat dibagi menjadi minimal dua ruang untuk orang tua dan anak-anak. Ruang tinggal tidak dibagi menjadi ruang tidur dan ruang duduk, tetapi ruang I dan ruang II yang masing-masing berfungsi ganda.
1.
Konsep Denah Unit Hunian
Gambar 5.3.5. Sketsa Konsep Hubungan Ruang Unit Hunian Sumber: Penulis (2015)
Gambar 5.3.6. Sketsa Konsep Fleksibilitas Ruang Sumber: Penulis (2015)
72
2.
Gagasan Detil Denah Tampak luar rumah susun yang kumuh menjadi salah satu masalah yang harus
diselesaikan. Banyaknya pakaian yang di jemur di balkon atau jendela unit selain disebabkan oleh sifat praktis penghuni namun juga karena adanya ruang untuk menjemur. Gagasan ini tidak bertujuan untuk mengubah pola aktivitas penghuni rumah susun tapi bertujuan untuk mengatasi tampak rumah susun yang secara visual terlihat kumuh yang ditimbulkan oleh adanya sifat praktis tersebut. Setiap unit diberi balkon yang dapat dijadikan tempat jemur seluas 1m x 2m, kemudian untuk mengatasi terlihatnya jemuran dari luar, setiap balkon diberi shading dengan jarak 1m sehingga tidak dapat dijangkau oleh tangan untuk mengkaitkan sesuatu.
Gambar 5.3.7. Sketsa Konsep Tangga Opsional Sumber: Penulis (2015)
5.3.4. Konsep Sirkulasi dan Transportasi 1.
Sistem Transportasi Horizontal Bangunan (Koridor) Koridor rumah susun tetap menggunakan sistem single loaded corridor karena penggunaan sistem double loaded corridor dirasa tidak relevan dengan kondisi warga Kampung Juminahan karena kampung ini dikenal dengan citra 'kampung preman', maka dengan penggunaan double loaded corridor akan memperbesar kemungkinan terjadinya tindak kriminal di dalam lingkungan rumah susun. Sistem single loaded corridor yang langsung menghadap ke luar ruangan yang terdapat pada Rumah Susun Grha Bina harapan dirasa lebih tepat dan akan dipertahankan dalam konsep redesain, karena segala aktivitas 73
penghuni rumah susun dapat dilihat dari luar sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya tindak kriminalitas. Sistem single loaded corridor juga akan dimodifikasi sehingga dapat berfungsi ganda sebagai "pekarangan rumah" tiap unit hunian. Koridor ini juga dapat digunakan sebagai ruang komunal di dalam bangunan, sehingga tidak diperlukan lagi ruangan khusus untuk bersosialisi.
Gambar 5.3.8. Sketsa Sistem Single Loaded Corridor Sumber: Penulis (2013)
2.
Sistem Transportasi Vertikal Bangunan Rumah susun termasuk jenis bangunan tinggi (low rise building). Untuk bangunan low rise, transportasi vertikal yang paling cocok digunakan adalah tangga. Tidak digunakan elevator karena pertimbangan biaya dari pemeliharaannya yang mahal. Sedangkan menurut ketentuan bangunan tinggi yang tidak mengunakan lift, ketinggian maksimal bangunan adalah 4-5 lantai. Perletakan tangga disesuaikan dengan syarat setiap 30m panjang bangunan harus disediakan tangga. Karena desain rumah susun yang baru harus mengutamakan kemudahan akses bagi lansia, maka selain tangga digunakanlah ramps di luar bangunan untuk menghubungkan setiap lantainya.
Gambar 5.3.9. Ilustrasi Sistem Outdoor Ramps Sumber: Siema (2013)
5.3.5. Konsep Sistem Bangunan 1.
Sistem Struktur Bangunan Rumah Susun Grha Bina Harapan ini menggunakan konstruksi beton bertulang dengan sistem struktur core+shear wall+rigid frame yang dimana merupakan sistem struktur konvensional yang mudah dan cepat dalam pengerjaannya. Sistem struktur ini sudah teruji kekuatannya untuk menahan beban angin dan gempa. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia tentang Syarat Konstruksi rumah susun, bangunan rumah susun ini tidak menggunakan balok-balok anak, hanya terdapat balok-balok induk dan balok kantilever. 74
Gambar 5.3.10. Ilustrasi Sistem Struktur Core+Shear Wall+Rigid Frame Sumber: Penulis (2013)
2.
Pencahayaan Alami dan Buatan Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan tersebut menggunakan pencahayaan alami dan buatan, tergantung pada kebutuhan, fungsi dan pengguna ruang tersebut. Semua ruangan dilengkapi dengan pencahayaan buatan yang dapat dinyalakan apabila diperlukan.
Pemanfaatan pencahayaan alami pada bangunan dimanfaatkan
semaksimal mungkin, hal ini dilakukan dengan cara memperbanyak elemen bukaan dan void pada sisi-sisi bangunan. 3.
Penghawaan Alami Sistem penghawaan alami pada bangunan menerapkan konsep cross ventilation. Penerapan konsep ini dilakukan dengan cara memberikan bukaan-bukaan pada ruang-ruang yang saling berhadapan.
5.4.
Konsep Ekologis
1.
Pemanfaatan Vegetasi Terhadap bangunan Vegetasi merupakan cara alami yang efektif dalam mengatasi cahaya berlebih yang masuk ke dalam bangunan. Vegetasi di depan bangunan dapat berfungsi untuk menyaring cahaya sehingga tidak berlebihan. Perletakkan vegetasi tidak hanya dapat dimanfaatkan di luar bangunan saja namun juga di dalam bangunan. Sekarang banyak hunian/rumah susun yang menggunakan urban farming guna memasukkan unsur hijau di dalam bangunan, hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mendidik penghuni agar mau merawat tanaman tersebut. 75
2.
Penerapan Ventilasi Silang Ventilasi silang masuk melewati balkon, yang kemudian menerus melewati dalam bangunan dan keluar lagi menuju koridor untuk masuk ke gedung selanjutnya.
3.
Sistem Utilitas Utilitas bangunan pada bangunan rumah susun menjadi bagian yang paling penting. Dalam menerapkan prinsip-prinsip ekologis, sistem utilitas bangunan berperan cukup besar dalam hal efisiensi energi pada air, listrik dan penerangan bangunan. Beberapa pendekatan yang akan diaplikasikan pada Rumah Susun Grha Bina Harapan yaitu: a.
Air Limbah Rumah susun merupakan tempat tinggal massal bagi banyak manusia. Semakin
banyak orang yang tinggal di rumah susun berarti semakin banyak pula limbah kotoran yang dihasilkan. Dalam kebanyakan kasus limbah tersebut hanya diolah melalui septic tank atau bahkan langsung dibuang ke riool kota. Padahal dengan limbah kotoran sebanyak itu akan bisa menghasilkan keuntungan jika diolah dengan baik, salah satunya adalah dengan cara pengolahan biodigester. Limbah kotoran padat akan ditampung di biodigester selama rentang waktu tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan gas metana yang dapat dipergunakan untuk kegiatan memasak sehari-hari.
Gambar 5.4.1. Sketsa Sistem Pengolahan Limbah Kotoran Manusia (Biodigester) Sumber: Penulis (2013)
b.
Air Hujan Untuk penampungan air hujan akan ditampung di atap (reservoir atas-air hujan)
dengan pertimbangan pengaliran air tanpa listrik, sehingga apabila terjadi kebakaran sprinkler dapat tetap berfungsi, selain itu dari segi pemipaan dan jarak yang ditempuh air hujan ke penampungan lebih dekat. Apabila sudah penuh maka akan dialirkan ke reservoir bawah air hujan yang terletak di taman (kolam). Kolam dibagi menjadi dua yakni kolam penampungan air hujan dan kolam penampungan air daur ulang. Untuk mendaur ulang air diutamakan untuk dilakukan secara alami (reedbeds/semak tidur). Hasil dari proses daur ulang akan dipompa kembali, yang kemudian dapat digunakan untuk menyiram toilet/tanaman. 76
Gambar 5.4.2. Sketsa Sistem Pengolahan Air Hujan Sumber: Penulis (2013)
c.
Sampah Penanganan menggunakan sistem cerobong gravitasi. Terdapat satu tempat
pengumpulan sampah akhir pada tiap lantai, di mana tempat sampah tersebut berbentuk seperti shaft vertikal menerus dari lantai dasar sampai lantai atas. Shaft gravitasi umumnya berukuran 20-90 cm, namun yang paling banyak digunakan berdiameter 60 cm.
Gambar 5.4.3. Sketsa Sistem Pengolahan Sampah Sumber: Penulis (2013)
4.
Biopori Biopori adalah liang (lubang) kecil di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas
fauna tanah dan perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat lewatnya air di dalam tanah sehingga dapat melancarkan peresapan air ke dalam tanah. Konsep biopori pada penerapan ekologis pada rumah susun adalah pembuatan lubang resapan biopori (LRB) pada beberapa titik di area terbuka yang telah direncanakan dan kemudian mengisinya dengan sampah organik. Pemanfaatan kembali sampah organik untuk sistem biopori memiliki beberapa keuntungan bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: 77
a. Meningkatkan daya resapan air. b. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar. Sampah organik yang dimasukkan dalam lubang resapan biopori akan diuraikan mikroorganisme tanah menjadi kompos. Kompos dapat dipanen setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berbagai jenis tanaman. c. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit. d. Mengurangi resiko banjir di musim hujan. e. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah. f.
Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
Gambar 5.4.4. Ilustrasi Sistem Biopori Sumber: dinolefty.wordpress.com
78