BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Tata Lansekap Pada lansekap Kompleks Olahraga Satria Purwokerto ini, elemen utama yang ditonjolkan adalah area komersial dan elemen vegetasi. Pembagian zonasi pada tapak dilakukan menggunakan teori figure-ground yang memperjelas hubungan antara bangunan dengan ruang luar. Keterkaitan bangunan sebagai elemen solid (figure) dengan ruang luar sebagai elemen void (ground) yang disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk grid yang mengacu pada garis Stadion Satria dengan selisih kemiringan 5.7o dari garis jalan utama. Tujuan dari pemilihan konfigurasi grid ini untuk mempermudah zonasi publik, semi public, dan privat, di samping memudahkan asumsi besar luasan area hijau dan area komersial.
Gambar 5.1. Penerapan pola grid pada lansekap Sumber : Analisis Penulis 76
Dengan konsep overnight-connection, yaitu secara halus ‘memaksa’ pengunjung untuk berjalan menuju sport center melalui sirkulasi linear memanjang dengan fungsi komersial dan rekreasi yang diletakkan dari area parkir hingga menuju area olahraga di bagian belakang kompleks. Tujuan konsep ini adalah menjadikan kawasan olahraga ini ‘hidup’ dan diharapkan dapat beroperasi optimal selama 24 jam.
Gambar 5.2. Konsep tata lansekap Sumber : Analisis Penulis
1.
Outdoor Sports Eksisting Sebagai bagian dari perancangan lansekap, olahraga outdoor eksisting tetap dipertahankan, seperti wall-climbing, outdoor tennis, badminton, rollerblade, dan basket, sebagai olahraga rekreatif. Di samping itu, playground untuk anak-anak tetap dipertahankan dengan penambahan permainan yang lebih atraktif.
2.
Foodcourt Area Penyediaan fasilitas foodcourt pada sirkulasi linier dilakukan sebagai langkah menarik minat pengunjung, selain sebagai area baru bagi pedagang makanan kaki lima yang sebelumnya terletak di pinggir jalan depan Kompleks Olahraga Satria ini.
77
5.2. Konsep Bangunan Pada bangunan sport center, konsep yang digunakan adalah connect-to-focus, yaitu memusatkan desain pada fungsi utama bangunan sebagai tempat olahraga indoor dengan memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan baik secara alami dan buatan, serta pola sirkulasi yang perlahan memusat dari luar ke dalam. 5.2.1. Organisasi Ruang Secara luas, organisasi ruang di dalam bangunan sport center dikelompokkan berdasarkan kepentingan dan jenis kegiatan yang terlibat di dalamnya.
Gambar 5.3. Organisasi ruang secara keseluruhan Sumber : Analisis Penulis
1. Area atlet, pelatih, dan wasit dan hubungannya dengan arena olahraga utama
Gambar 5.4. Organisasi ruang untuk atlet, pelatih, dan wasit Sumber: Analisis Penulis 78
2. Area penonton, komersial, dan leisure center.
Gambar 5.5. Organisasi ruang area komersial, penonton, dan leisure center Sumber: Analisis Penulis
3. Area pengelola dan servis
Gambar 5.6. Organisasi ruang area pengelola dan servis Sumber: Analisis Penulis
79
5.2.2. Sirkulasi Ruang Sebagai bangunan dengan fungsi sport center yang mewadahi fungsi olahraga pertandingan dan pelatihan olahraga indoor, konfigurasi sirkulasi yang tepat adalah sirkulasi radial dan sirkulasi linear. Sirkulasi radial diterapkan pada bagian lapangan utama yang dikelilingi tribun penonton dan fasilitas pendukung lainnya. Sirkulasi linear diterapkan pada bagian selasar dan area komersial.
Gambar 5.7. Sirkulasi radial dan linear pada rancangan Sumber : Analisis Penulis
Bentuk sirkulasi dalam bangunan sport center terdiri dari 2 macam, yaitu sirkulasi tertutup dan sirkulasi terbuka. Sirkulasi tertutup diaplikasikan pada fungsi olahraga utama dan fasilitas penunjangnya. Sedangkan, sirkulasi terbuka diaplikasikan pada konfigurasi linear, seperti selasar/koridor, fasilitas leisure center, serta area komersial. 5.2.3. Pola Sirkulasi 1. Pola Sirkulasi Atlet, Pelatih, dan Wasit
80
Pola sirkulasi bagi pengguna ini diawali dari zona publik (drop-off, entrance lobby khusus), menuju zona semi-publik (hall, ruang persiapan, ruang ganti), dan langsung menuju zona privat (arena pertandingan).
Gambar 5.8. Pola sirkulasi atlet, pelatih, dan wasit Sumber: Analisis Penulis
2. Pola Sirkulasi Penonton Pola sirkulasi penonton diawali dari zona publik (parkir, lobby) menuju loket penjualan tiket dan langsung ke tribun penonton.
Gambar 5.9. Pola sirkulasi penonton Sumber: Analisis Penulis
3. Pola Sirkulasi Leisure User Pola sirkulasi pengunjung diawali dari zona ublik (arkir, lobby) menuju ruang administrasi, dan berlanjut menuju leisure center.
Gambar 5.10. Pola sirkulasi pengguna leisure center Sumber: Analisis Penulis
81
4. Pola Sirkulasi Pengelola Pola sirkulasi pengelola diawali dari zona publik (parkir pengelola, lobby) menuju zona privat (kantor pengelola dan karyawan).
Gambar 5.11. Pola sirkulasi pengelola Sumber: Analisis Penulis
5.2.4. Pemilihan Material Material menjadi faktor yang penting dalam menentukan first impression terhadap bangunan. Pada bangunan sport center ini, pemilihan material merupakan tanggapan dari konsep connect-to-focus. Material yang digunakan pada fasad bangunan adalah bahan transparan (kaca) yang diterapkan pada area komersial dan leisure center karena sifatnya yang modern.
Gambar 5.12. Aplikasi material kaca Sumber: www.google.com 82
Selain itu, digunakan vertical landscape untuk memberikan efek segar yang diterapkan pada fasad bangunan dan area transisi.
Gambar 5.13. Aplikasi vertical landscape Sumber: www.google.com
5.2.5. Sistem Penghawaan dan Pencahayaan 1. Sistem Penghawaan a. Terdapat dua jenis sistem penghawaan dalam bangunan sport center ini, yaitu sistem penghawaan alami dan buatan. Sistem penghawaan alami diaplikasikan pada beberapa ruang yang bersifat komersial. Sistem penghawaan ini dapat dicapai dengan meletakkan bukaan pada sisi selatan bangunan untuk mendapatkan penghawaan yang maksimal. Sedangkan sistem penghawaan buatan menggunakan Air Conditioner diaplikasikan pada leisure center dan area privat, seperti kantor pengelola. b. Pada perancangan sport center ini pengoptimalan sistem penghawaan dapat dilakukan dengan mengefisienkan façade bangunan, seperti perletakkan bukaan jendela, pintu, serta pemaksimalan skylight. Langkah ini dilakukan 83
untuk memnuhi kebutuhan cross ventilation yang masuk ke dalam ruangan sehingga suhu di dalam bangunan tidak begitu tinggi dan mengurangi penggunaan sistem penghawaan buatan. c. Cross ventilation system pada bangunan sport center ini diutamakan pada main hall atau area olahraga utama dengan menerapkan sistem penghawaan tidak langsung untuk menghindari hembusan angin yang berlebihan dan dapat mengganggu kegiatan olahraga di dalamnya, terutama olahraga badminton.
Gambar 5.14. Sistem cross ventilation pada main hall Sumber: Analisis Penulis
2. Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan pada bangunan ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sistem pencahayaan alami dan buatan. a. Sistem pencahayaan alami lebih mendominasi dengan diaplikasikan pada area komersial, leisure center, area pengelola, serta arena olahraga utama dengan memaksimalkan bukaan pada dinding bangunan, dengan tetap memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan dalam ruang. -
Orientasi menghadap selatan karena sisi selatan bangunan merupakan bagian yang selalu mendapatkan sinar matahari yang konstan sepanjang tahun. 84
-
Pemilihan bentuk massa bangunan yang mendukung perolehan cahaya matahari secara optimal secara horizontal dan vertikal.
-
Penggunaan skylight untuk mengurangi penggunaan lampu pada siang hari terutama pada bagian arena lapangan.
Gambar 5.15. Skylight Sumber: Karlen, Mark & James R. Benya.Lighting Design Basic, 2004 Dikutip dari Pusat Kesusastraan Indonesia Di Yogyakarta Penekanan Transformasi Semiotika oleh Olga Elisa Utomo, 2013 (Dikutip dari ‘Studio Animasi di Yogyakarta’ oleh Dwiyani Kumala Hapsari. 2011)
-
Menggunakan
bukaan
yang
terpisah
untuk
pemandangan
dan
pencahayaan alami: gunakan jendela tinggi, clerestory, atau skylight untuk pencahayaan alami yang baik. Untuk optimalisasi, gunakan jendela dinding yang tinggi, tersebar merata, pada area yang optimal.7 b. Sistem pencahayaan buatan diaplikasikan pada ruang yang lebih privat, seperti area servis. 5.2.6. Sistem Struktur Pada umumnya, perancangan sistem struktur pada bangunan bentang panjang harus mampu mempertahankan dan memikul dengan aman atas sistem envelope bangunan yang dikehendaki, termasuk komponen fisik Iainnya. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangan sistem struktur bangunan, antara lain : 1. Servisability, memenuhi fungsinya sebagai pembentuk ruang dan pemikul beban bangunan. 2. Stability, memiliki ketahanan untuk menahan gaya tarik, tekan, geser, dan lentur (defleksi lateral dan vertikal)
7
Dikutip dari Pusat Kesusastraan Indonesia Di Yogyakarta Penekanan Transformasi Semiotika oleh Olga Elisa Utomo, 2013
85
3. Strength, memiliki kekuatan untuk memikul beban rancang bangunan 4. Kekakuan, memiliki kemampuan untuk tetap pada bentuk dan tidak mudah berubah. 5. Keamanan, memiliki aspek fungsi bangunan dan efisiensi yang tidak membahayakan dalam jangka waktu panjang. Pada bangunan sport center, maka struktur bangunan yang digunakan adalah struktur yang mendukung kebutuhan ruang yang besar, luas dan bebas kolom. Untuk sport center ini, sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur satu arah, dengan pertimbangan waktu pelaksanaan yang lebih singkat dengan jumlah komponen dan sambungan yang relatif sederhana, seperti plane truss system dengan material baja.
Gambar 5.16. Aplikasi sistem satu arah pada bangunan olahraga Sumber: www.google.com
Sistem pondasi yang digunakan adalah footplat, dengan pertimbangan mampu memikul beban struktur atap dan kolom, serta beban hidup yang besar di atasnya. Penambahan shear wall pada bangunan bertujuan untuk memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap beban bangunan dengan jumlah kolom yang minimal. Terkait dengan fungsi bangunan yang menampung banyaknya kebutuhan ruang, maka perlu adanya sistem dilatasi bangunan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada seluruh bangunan saat terjadi keretakan. Sistem ini dapat diterapkan pada bangunan main hall dengan leisure center. Material yang digunakan adalah baja dan beton bertulang. Sedangkan pada atap menggunakan rangka baja. 86
5.2.7. Sistem Utilitas 3. Sistem Jaringan Air a. Jaringan Air Bersih Sistem jaringan air bersih dapat diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Banyumas dan sumur air dalam yang tersedia. Pendistribusian air bersih dilakukan menggunakan sistem downfeed yaitu air bersih yang dialirkan dari PDAM dan sumur air dalam dipompa dari groundtank menuju tengki penyimpanan air bersih yang diletakkan di atas bangunan untuk kemudian dialirkan menuju seluruh bagian bangunan menggunakan gaya gravitasi. b. Jaringan Air Kotor Sistem jaringan air kotor mengunakan 2 pipa atau full vent two pipe system, yang terdiri dari 2 jenis pipa, yaitu soil pipe dan waste pipe. Soil pipe sebagai pipa pembuangan limbah toilet yang dialirkan langsung menuju septictank dan suur peresapan. Sedangkan waste pipe sebagai pembuangan limbah air kamar mandi, cuci, dan dapur, diarahkan menuju sewage treatment plan untuk diproses terlebih dahulu untuk kemudia dialirkan menuju roil kota. c. Air Hujan Air hujan yang telah ditampung di talang air dialirkan menuju pipa khusus air hujan dan diteruskan menuju tangki penampungan air hujan untuk melalui proses treatment sebagai sumber air untuk flush dan penyiraman tanaman. 4. Sistem Listrik Sumber utama listrik untuk bangunan ini adalah dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Banyumas dan sebagai sumber cadangan menggunakan generator set (genset). 5. Sistem Keamanan Penyediaan tenaga petugas keamanan selama 24 jam dengan didukung bantuan kamera CCTV yang diletakkan pada koridor-koridor ruangan, arena olahraga, ruang ganti, ruang kantor pengelola, dan retail. 87
6. Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran dilakukan dengan usaha preventif dan represif. Usaha preventif dilakukan dengan menyediakan fasilitas tangga darurat dan penggunaan material bangunan dengan sifat fire resistance. Sedangkan usaha represif dilakukan dengan memasang alat pencegahan dan pemadam kebakaran, yaitu smoke-heat detector, fire hydrant, sprinkle, fire alarm, dan fire extinguisher.
88