BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan elemen pembatas arsitektural, salah satunya dari kelompok mikro yaitu, dinding, pagar, partisi, kolom, atau unsur apapun yang mampu dimanfaatkan secara horizontal maupun vertikal. Secara meso, optimalisasi lahan diturunkan dengan pemanfaatan fungsi sekitar tapak sehingga meleburkan ‘pembatas semu’ dari fungsi tapak sebagai fasilitas olahraga dan hiburan dengan fasilitas lain disekitarnya. Gambar 5. 1 Ilustrasi Konsep Utama
Sumber: Analisa Penulis 2014
5.2 Konsep Pengembangan 1. Penataan Batas Site Sebagai Penghubung Fasilitas Sekitar. 2. Penentuan Axis pada Tapak. 3. Batas Akses dan Visual Sebagai Pemisah Zonasi Horizontal dan Zonasi Vertikal. 4. Optimalisasi melalui Penggabungan Batas Standar Sarana Olahraga.
5.2.1 Konsep Batas Tapak: Tata Sirkulasi dan Entrance Tapak Konsep sirkulasi didasari oleh pertimbangan sirkulasi kendaraan jalan dan fungsi bangunan pada sekitar tapak. Pada Gambar 5.6 menjelaskan pengaruh lingkungan sekitar terhadap pembagian zona pada- tapak. Gambar 5. 2 Ilustrasi Pembagian Zona Menurut Fungsi Bangunan Lingkungan Sekitar Pada Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
Suatu fasilitas publik harus mampu memberikan pemisahan yang jelas antara ruang berbagi dan ruang berprivasi. Perancangan harus menonjolkan kesinambungan dan keterbukaan penampakan bangunan terhadap muka kota namun disisi yang sama juga mempertimbangkan enclosure of space sebagai penentu area publik dan privat 28. Poin ini memiliki konsep integrasi tapak dengan fungsi sekitar dengan cara membuka sirkulasi dan area transisi. Hasilnya akan didapatkan penentuan kontinuitas atau enclosure untuk digunakan pada zona tersebut. Fungsi yang paling berpengaruh adalah sarana olahraga swasta dan komersial. Maka, zona ini memberikan kontinuitas fungsi pada tapak. Sementara pada area tapak yang bersebelahan dengan fungsi pemukiman, zona bersifat privat dan dikategorikan sebagai zona yang membutuhkan enclosure, yaitu, membutuhkan pemisah fungsi.
28
By Design – Urban Design in the planning system: towards better practice (ODPM/CABE, 2000)
67
Ruang publik kota merupakan semua landscape (jalan-jalan, jalur pedestrian). Rancangan ruang ini harus mempertahankan beberapa faktor pencapaian yang berdasar kegiatan, yaitu: (White, 1985) dalam Rosalia, 2006, 32) 1. Faktor Fisik : Keterkaitan antara kejelasan yang dihubungkan oleh sirkulasi 2. Faktor Visual : Pengembangan kemudahan pengguna dalam mendapatkan gambaran visual Gambar 5. 3 Pertimbangan dalam Peletakkan Titik Entrance Terhadap Lingkungan Eksisting Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
Setelah penentuan zona, kembali melihat pada eksisting mengenai titik entrance. Pada Gambar 5.7 telah di jabarkan keadaan sirkulasi kendaraan pada jalan disekeliling tapak. (Gambar 5.8) Dari ketiga titik entrance, masing-masing memiliki penjabaran mengenai dampak dari aktifnya titik tersebut sebagai jalur keluar masuk kendaraan: 1. Titik A: Berhubungan langsung dengan jalan A. Yani (jalur dua arah dengan separator), tingkat kebisingan dan kepadatan tinggi, pada titik ini, kendaraan tidak bisa berhenti lama, titik ini merupakan spot of attention dari area ,dan berhubungan langsung dengan zona komersial.
68
2. Titik B: Berhubungan dengan jalan lokal dua arah tanpa separator, menghadap zona edukasi dan pemukiman, dan tingkat kepadatan dan kebisingan rendah. 3. Titik C: Berhubungan dengan jalan lokal dua arah tanpa separator, mengahadap dan berjarak dekat dengan zona komersial, tingkat kepadatan dan kebisingan rendah, dan banyak pejalan kaki lalu lalang terutama karena faktor PKL. Gambar 5. 4 Ilustrasi Penentuan Titik Entrance Menurut Jenis Jalan dan Orientasi Tapak pada Fungsi Sekitar
Sumber: Analisa Penulis 2014
Dari penjabaran Gambar 5.7, ditentukan titik-titik entrance bagi tapak. Hasil penentuan dijabarkan sebagai berikut: 1. Titik A: Sebagai Titik Pembuka Bangunan, yaitu, sebagai pintu masuk utama bagi kendaraan bermotor. Fungsi drop-off dipilih di titik ini supaya bangunan tidak bertumpuk. Sebagai titik yang berhubungan langsung dengan jalan utama, maka butuh penampakan menarik terutama sebagai identitas bagi tapak. 2. Titik B: Sebagai Titik Entrance sekunder, yaitu, sebagai wadah akses keluar utama dan akses masuk ‘belakang’ tapak. 3. Titik C: Sebagai Titik Entrande Pedestrian, yaitu, titik pintu masuk utama bagi pejalan kaki dan difasilitasi oleh plaza sebagai point of interest. 69
Gambar 5. 5 Ilustrasi Konsep Sirkulasi Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
Gambar 5.9 adalah ilustrasi hasil penjabaran Gambar 5.8. Sirkulasi dalam terdiri dari alur melalui drop-off utama, masuk basement atau jalan terus menuju drop-off sekunder, keluar dari tapak melewati jalur zona pemukiman atau lewat belakang, menuju kantong parkir sementara, dan keluar melalui kantong parkir sementara. Plaza pedestrian membuka akses bagi pengunjung zona komersial menuju tapak.
5.2.2 Konsep Kesinambungan Fasilitas Melalui Axis Imajiner Tata massa mengutamakan axis yang berperan pada tapak. Axis utama yang berpengaruh adalah orientasi arah utara sebagai acuan arah lapangan olahraga. Pertimbangan mata angin selain menghindari penyinaran matahari berlebihan juga sebagai orientasi arah angin. Axis zona komersial juga menjadi penentu sebagai pembuka tapak terhadap pengguna kategori general. Dalam menentukan area rekreatif dan aman untuk anak-anak, ditentukan melalui zona yang memiliki tingkat kebisingan dan lalu-lalang kendaraan rendah.
70
Gambar 5. 6 Ilustrasi Penentuan Axis pada Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
Garis yang dihasilkan dari axis kemudian menjadi grid penentu massa pada tapak. Acuan wilayah sirkulasi dan zona tenang diikuti oleh orientasi mata angin. Gambar 5. 7 Ilustrasi Hasil Penentuan Axis pada Tapak: Grid Utara dan Grid Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
5.2.3 Konsep Zonasi Horizontal Penentuan zona horizontal diurutkan berdasarkan jenis area pada tapak. Fungsi dasar yang menjadi acuan jenis ruang adalah: area sirkulasi, area fungsi utama bangunan, area rekreatif, area muka bangunan, dan area komersial.
71
Gambar 5. 8 Ilustrasi Jenis Area pada Tapak Dalam Penentuan Zonasi Horizontal
Sumber: Analisa Penulis 2014
Semakin mendekati jalan raya, bangunan lebih bersifat massif dalam rangka melindungi area rekreasional yang berada di area lebih tenang dari kebisingan. Dari Gambar 5.10, zona komersial terkumpul pada satu titik. Dengan dukungan area yang dikelilingi oleh jalan, maka tidak sulit untuk menarik pengunjung ke dalam tapak, untuk zonasi area komersial terletak pada ujung tapak dan dikukung oleh plaza sebagai pembuka sirkulasi (Gambar 5.11). Gambar 5. 9 Ilustrasi Kecenderungan Ruang Pada Zonasi Horizontal Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
29
29
(Ching, 1996)
72
Gambar 5. 10 Ilustrasi Jenis Ruang Menurut Zonasi pada Tapak Perencanaan
Sumber: Analisa Penulis 2014
Zonasi horizontal dikategorikan menjadi empat bagian: zona privat, zona semi-publik, zona publik, dan zona transisi. Keempat kategori tersebut memiliki fungsi ruang yang berbeda. Fungsi utama bangunan sebagai sarana olahraga dikategorikan sebagai zona privat dikarenakan memiliki batas pengunjung dan akses kedalam sarana. Semakin komersil, fungsi ruang dikategorikan dalam zona publik. Untuk menjembatani zona publik dan privat, terdapat zona transisi yang berperan sebagai penyesuaian perpindahan fungsi ruang. 1. Zona Privat 2.
Zona Semi-publik
3. Zona Publik 4. Zona Transisi
5.2.4 Konsep Zonasi Vertikal Zonasi vertikal dibagi menurut banyaknya lantai bangunan dan tingkat privasi dari sifat sarana dan pengguna. Peletakkan sarana dipertimbangkan menurut batas akses dan visual masing-masing, sehingga yang memiliki batas visual dan akses tertinggi memerlukan lokasi yang terjangkau oleh pengguna tertentu. Konsep ini membagi zonasi vertikal menjadi empat bagian:
73
1. Zona Privat Terdiri dari sarana olahraga yang memiliki batas akses (enclosure), artinya tidak semua pengguna bisa mengakses sarana tersebut, contohnya lapangan tenis yang memiliki cage. Pada zona ini, pengguna tetap menikmati suasana luar karena tidak memliki batas secara visual dari dalam sarana ke luar (panorama kota). Gambar 5. 11 Ilustrasi Sarana Olahraga Pengisi Zona Privat pada Bangunan
Sumber: Analisa Penulis 2014
2. Zona Semi-publik Zona ini terdiri dari sarana yang memiliki batas akses (enclosure) dan tidak ada batas visual dari dalam ke luar maupun sebaliknya. Pada zona ini lebih diutamakan sarana dengan konsep versabilitas, yaitu mengadakan ruang multifungsi, contohnya, ruang latihan tari dan cabaret dalam satu ruang. Peletakkan sarana olahraga outdoor juga diberlakukan pada zona ini dalam pemanfaatan ruang vertikal. Metode mengoptimalkan sarana olahraga, tambahan ruang komunitas dan memanfaatkan batas vertikal dalam aplikasi atraktif. Gambar 5. 12 Ilustrasi Zona Semi-publik
3. Zona Publik Zona ini terdiri dari area dan fasilitas tanpa batas akses maupun visual. Pada zona ini fasilitas dan sarana pengisi bersifat fleksibel (tanpa pagar) dan rekreatif. Poin ini lebih di tonjolkan pada tata ruang dan lansekap 74
dalam pemanfaatan pembatas arsitektural (dinding, kolom, pagar, dll) sebagai poin atraktif. Gambar 5. 13 Ilustrasi Zona Publik
Sumber: Analisa Penulis 2014
4. Zona Transisi Zona ini merupakan pemanfaatan batas akses dan batas visual dari sarana dan fasilitas yang tersedia. Cara vertikal dengan pemanfaatan standar sarana olahraga pada tapak, diantaranya, pemanfaatan leveling dan dinding bangunan sebagai sarana panjat tebing serta pemanfaatan jarring pagar olahraga tenis sebagai fasad atau kulit bangunan. Gambar 5. 14 Ilustrasi Zona Transisi
Sumber: Analisa Penulis 2014
75
Gambar 5. 15 Ilustrasi Zonasi Vertikal pada Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
5.2.5 Konsep Optimalisasi melalui Penggabungan Batas Standar Sarana Olahraga Gambar 5. 16 Standar Sarana Olahraga Eksisting (Tenis, Basket, dan Voli, Panjat Tebing) di Area GSG Panatayuda
30
Sumber: dsr.wa.sport.gov.au Analisa Penulis 2014
30
(Government, 2008) (Neufert, 1996)
76
Tabel 5. 1 Daftar Ukuran Sarana Olahraga pada Area GSG Panatayuda No.
Jenis Olahraga
1 Bola Voli 2 Bola Basket 3 Tenis 4 Anggar Skateboard 5 (Rekreatif) 6
Sepatu Roda (rekreatif)
7 Panjat Tebing
Dimensi Sarana 9x18m + Run-off min. 3m all side
23.77x10.97m + Run-off 5.48m dan 3.05m dari court 1.5x14m
Kebutuhan Penunjang Nett dan Tinggi Ruang min. 7m dari lantai Tinggi min. 7m dari lantai Nett dan Tinggi Ruang min. 9.14m dari lantai Pencahayaan Cukup
-
Variasi Rintangan
-
Variasi Rintangan
-
Variasi Rintangan dan Pengamanan
15x28m + Run-off min. 2m
31
Sumber: dsr.wa.sport.gov.au Analisa Penulis 2014
Ilustrasi diatas menjelaskan besaran ruang cabang olahraga yang ada pada GSG Panatayuda. Apabila cara konvensional dengan menjejerkan sarana tetap diberlakukan, maka pemanfaatan lahan menjadi tidak optimal. Perlakuan tata massa, terutama sarana olahraga, dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi tapak. Gambar 5. 17 Keadaan Wilayah Sarana Olahraga pada Eksisting Area GSG Panatayuda
Sumber: Analisa Penulis 2014
Pada Gambar 5.2 area oranye menunjukkan lahan yang tidak memiliki sarana olahraga. Area tersebut hanya digunakan sebagai lokasi PKL dan sirkulasi kendaraan.
31
(Government, 2008)
77
Pada konsep ini dijabarkan eksperimen tata unsur pengisi area (sarana olahraga) sebagai bagian dari bangunan secara ruang, penampakan, maupun lansekap. Gambar 5. 18 Ilustrasi Konsep Massa pada Tapak
Sumber: Analisa Penulis 2014
5.2.6 Konsep Programatik 1. Program Ruang BASEMENT Mechanical Electrical Ruang Genset Ruang Pompa Parkir Keamanan/Pos Parkir
15m² 9m²
1 unit 2 unit
: 15m² : 9m²
6m²
: 12m²
Mobil
12.5m²
Mobil (Difabel)
17.5m²
Motor
1.5m²
2 unit 130 unit 2 unit 120 unit
Sirkulasi - 60% Parkir GROUND Ruang Terbuka Publik Lapangan Basket* 1/2 Lapangan Basket* Free Throw Ring* Arena Sepatu Roda dan Skate Board* Taman Tinju* Lapangan Voli* Arena Panjat Tebing* Panggung
: 1625m² : 35m² : 180m² : 1104m²
600m² 300m² 25m² 600m² 80m² 300m² 25m² 40m²
2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 3 unit 1 unit 1 unit
: : : : : : : :
1200m² 600m² 25m² 600m² 80m² 900m² 25m² 40m²
78
Pedagang Kaki Lima
10m²
Plaza Zona PKL* Jogging Track*
700m² 1200m²
Mobil*
12.5m²
Motor*
1.5m²
Musholla Ruang Ganti, Toilet, dan Bilas Wanita Ruang Ganti, Toilet, dan Bilas Pria Ruang Medis Gudang dan Janitor
40m² 25m² 25m² 6m² 8m²
30 unit 1 unit 1 unit 10 unit 30 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
80m² 600m² 450m² 25m² 25m² 6m² 8m²
UPPER GROUND Pelatihan Ruang Latihan Tari - Dance - Kabaret - Anggar Lapangan Basket / 2 unit Lapangan Voli Lapangan Tenis Ruang Ganti, Toilet, dan Bilas Wanita Ruang Ganti, Toilet, dan Bilas Pria Ruang Medis Gudang dan Janitor Komunitas Semi Oudoor Outdoor Kantor Pengelola Ruang Administrasi Ruang Tamu Resepsionis Toilet Pria dan Toilet Wanita Gudang dan Janitor ROOFTOP Sewa - Private Lapangan Tenis Istirahat Semi Outdoor Rooftop Garden Upper Tank dan Penangkal Petir * Lansekap Terbuka Total Luas Lantai Basement Total Luas Lantai Ground Total Luas Lantai Upper Ground Total Luas Lantai Rooftop
: 300m² : 700m² : 1200m² : 125m² : 45m² : : : : :
40m² 25m² 25m² 6m² 8m²
1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
: : : : : : :
80m² 600m² 900m² 25m² 25m² 6m² 8m²
100m² 30m²
1 unit 1 unit
: 100m² : 30m²
25m² 10m² 6m² 10m² 8m²
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
: : : : :
25m² 10m² 6m² 10m² 8m²
450m² 10m² 10m² 6m²
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
: : : :
450m² 10m² 10m² 6m²
: : : :
2980m² 444m² 1833m² 476m²
79
Total Luas Fasilitas Lansekap Terbuka Total Luas Lantai Luas Site KLB KDB
: : : : :
5530m² 5733m² 16549.5m² 0.68 36%
2. Pengarahan Sirkulasi
80