BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
5.1
Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi
keterdedahan responden pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio. Karakteristik responden terdiri dari lima variabel, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Umur responden dibagi menjadi tiga kategori yakni kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun), kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun), dan kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun), sedangkan jenis kelamin digolongkan menjadi lakilaki dan perempuan. Variabel tingkat pendidikan di bagi menjadi empat kategori, yaitu tidak tamat SD, tamat SD, SMP, dan SMA. Sementara untuk variabel jenis pekerjaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu responden yang bekerja di bidang pertanian dan responden yang bekerja di bidang non-pertanian. Variabel kepemilikan media massa dibagi menjadi tiga kategori yaitu responden yang memiliki televisi, responden yang memiliki koran, dan responden yang memiliki televisi dan koran. Data penjabaran dari karakteristik pendengar Radio Pertanian Ciawi (RPC) di Desa Cileungsi disajikan dalam Tabel 6. Sebagian besar responden yang merupakan pendengar RPC adalah responden yang tergolong pada kategori berumur dewasa (26 sampai 37 tahun), yakni sebesar 43,3 persen. Sementara responden yang tergolong kategori berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) yang menjadi pendengar RPC sebesar 30,0 persen, dan responden yang tergolong kategori berumur tua ( lebih dari sama dengan 38 tahun) yang menjadi pendengar RPC sebesar 26,7 persen. Berdasarkan hasil yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa responden yang berusia 26 sampai 37 tahun masih memiliki minat yang tinggi untuk mendengarkan radio. Selain itu hampir sebagian besar responden yang menjadi pendengar RPC adalah
41
responden laki–laki yakni sebesar 70,0 persen, sementara responden perempuan yang menjadi pendengar RPC hanya sebesar 30,0 persen. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Pendengar Radio Pertanian Ciawi (RPC) Menurut Karakteristik Individu di Desa Cileungsi Tahun 2011 Karakteristik Individu
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Muda (≤ 25 tahun)
9
30,0
Dewasa (26-37 tahun)
13
43,3
Tua (≥ 38 tahun)
8
26,7
Laki-laki
21
70,0
Perempuan
9
30,0
Tidak Tamat SD
1
3,3
Tamat SD
11
36,7
SMP
8
26,7
SMA
10
33,3
Pertanian
15
50,0
Non-pertanian
15
50,0
Televisi
25
83,3
Koran
2
6,7
Televisi dan Koran
3
10,0
Umur
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Kepemilikan Media Massa
Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah hanya sampai tamat SD, yakni sebesar 36,7 persen seperti yang terlihat pada Tabel 6. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Cileungsi hanya mengenyam pendidikan hingga tamat SD sesuai dengan data yang diperoleh dari aparatur desa. Wilayah desa Cileungsi yang memiliki lahan pertanian paling luas di Kecamatan Ciawi menyebabkan hampir sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup di bidang pertanian, yaitu bekerja sebagai petani, buruh tani, ataupun ternak. Hal ini membuat masyarakat Desa Cileungsi merupakan
42
masyarakat yang bersifat homogen, yakni memiliki karakteristik yang hampir sama masyarakatnya. Sifat homogen ini terlihat dari jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Desa Cileungsi. Sebagian besar masyarakat bekerja di bidang pertanian, yakni berkisar 60 persen dari seluruh masyarakat Desa Cileungsi. Meskipun demikian, tidak dipungkiri juga banyak warga yang bekerja di bidang non-pertanian. Hal ini terlihat pada Tabel 6 bahwa responden yang bermata pencaharian di bidang pertanian memiliki persentasi sebesar 50,0 persen dan responden yang bermata pencaharian di bidang non-pertanian juga memiliki persentase sebesar 50,0 persen. Sementara itu kepemilikan media massa merupakan jenis media massa yang dimiliki oleh responden dalam memperoleh suatu informasi selain dari radio. Berdasarkan Tabel 7 sebesar 83,3 persen responden memiliki televisi, 6,7 persen memiliki koran, dan 10,0 persen memiliki televisi dan koran.
5.2
Keterdedahan pada Siaran Radio Keterdedahan responden pada siaran radio yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah terdiri dari frekuensi mendengarkan dan lama mendengarkan siaran radio. Frekuensi mendengarkan adalah tingkat keseringan responden dalam mendengarkan program siaran radio RPC dalam satu minggu terakhir. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keterdedahan pada Siaran Radio di Desa Cileungsi Tahun 2011 Keterdedahan pada Siaran Radio
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 - 2 kali/minggu
8
26,7
3 - 4 kali/minggu
18
60,0
Setiap hari
4
13,3
1 - 2 jam / hari
21
70,0
3 – 4 jam/hari
6
20,0
> 4 jam/hari
3
10,0
Frekuensi Mendengarkan
Lama Mendengarkan
43
Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar responden mendengarkan RPC berkisar antara tiga sampai empat kali per minggu dan termasuk dalam kategori sedang, yakni sebanyak 60,0 persen. Sementara 26,7 persen responden mendengarkan RPC berkisar antara satu sampai dua kali per minggu dan termasuk dalam kategori rendah, dan 13,3 persen responden mengaku setiap hari mendengarkan RPC dan termasuk dalam kategori tinggi. Terkait mendengarkan siaran radio sebagian besar responden mengaku bahwa mereka tidak hanya mendengarkan siaran RPC saja, tetapi juga mendengarkan siaran dari radio lain seperti Megaswara FM, Elshinta FM, dan Fajri FM. Meskipun diakui mereka bahwa siaran RPC merupakan siaran favorit. Lama responden mendengarkan siaran radio sebagian besar berkisar antara satu sampai dua jam per hari, yakni sebesar 70,0 persen. Lama mendengarkan siaran radio oleh responden sebagaimana yang ditampilkan dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar waktu yang diluangkan oleh responden adalah untuk bekerja maupun melakukan aktivitas yang lainnya. Biasanya responden mendengarkan siaran radio di pagi hari sebelum mereka beraktifitas atau di sore hari saat sebagian besar responden telah selesai melaksanakan kegiatan produktifnya.
5.3
Penilaian terhadap Program Siaran Radio Penilaian pendengar terhadap program siaran radio yang disajikan
merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan oleh pihak stasiun radio. Hal tersebut akan menunjukkan tingkat keberhasilan pihak stasiun radio dalam menyajikan suatu program siaran bagi pendengarnya. Semakin baik penilaian pendengar terhadap program siaran yang disajikan, maka hal tersebut menandakan bahwa program yang disajikan berhasil menarik ketertarikan pendengar untuk mendengarkan program siaran tersebut. Penilaian pendengar terhadap program siaran radio terdiri atas penilaian terhadap materi siaran, bentuk/cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran.
44
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Penilaiannya terhadap Program Siaran Radio di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Program Siaran
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tidak baik
5
16,7
Cukup baik
19
63,3
Sangat baik
6
20,0
Tidak menarik
7
23,3
Cukup menarik
17
56,7
Sangat menarik
6
20,0
Tidak interaktif
9
30,0
Cukup interaktif
13
43,3
Sangat interaktif
8
26,7
Tidak sesuai
11
36,7
Sesuai
19
63,3
Tidak sesuai
5
16,7
Cukup Sesuai
20
66,7
Sangat sesuai
5
16,7
Materi Siaran
Cara Penyajian
Penyiar
Durasi Siaran
Waktu Siaran
Materi siaran yang disajikan harus mampu menarik ketertarikan pendengar untuk mendengarkan program siaran. Hal ini dapat terlihat dari daya tarik yang dimiliki materi siaran. Daya tarik materi siaran ini dapat dilihat melalui topik materi yang terkini, lengkap dan terperinci, mampu menjawab keingintahuan pendengar, sesuai dengan yang diharapkan pendengar, serta dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi pendengar. Sebesar 63,3 persen responden menilai bahwa materi siaran yang disajikan sudah cukup baik. Responden menilai materi siaran yang disajikan sudah cukup baik, karena materi dalam program siaran setiap hari disajikan dengan topik berbeda-beda dan terkadang materi yang disajikan sebelumnya tidak pernah mereka ketahui, sehingga dapat menjadi sumber informasi baru dan menambah wawasan mereka. Sementara responden
45
yang menilai materi disajikan tidak baik sebesar 16,7 persen dikarenakan responden menganggap bahwa materi siaran yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh mereka, dan topik yang disampaikan sudah mereka ketahui sebelumnya. Sebesar 20,0 persen responden menilai materi siaran sangat baik. Sebagian besar responden menilai bahwa cara penyajian yang dilakukan sudah cukup menarik, yaitu sebesar 56,7 persen. Cara penyajian program siaran yang dilakukan dilihat melalui cara penyajian program yang menggunakan pemutaran lagu-lagu di sela-sela pembahasan materi, selalu menghadirkan narasumber, melibatkan pendengar untuk ikut serta berpendapat mengenai materi siaran yang dibahas melalui telepon atau sms, serta program siaran disajikan dengan obrola santai. Responden menilai bahwa cara penyajian program siaran yang dilakukan saat ini ikut menambah ketertarikan mereka untuk mendengarkan program siaran. Sementara sebesar 23,3 persen responden menilai bahwa cara penyajian program siaran yang dilakukan tidak menarik dan 20,0 persen responden yang menilai cara penyajian program yang dilakukan sangat menarik. Penyiar yang menyajikan program siaran harus mampu menciptakan suasana interaktif dengan pendengar. Hal ini juga menjadi salah satu faktor kunci yang menyebabkan program siaran menarik atau tidak untuk didengarkan. Penyiar yang berhasil menyajikan program siaran dengan baik dapat dilihat melalui kualitas baik yang dimiliki, ramah dan santun dalam membawakan siaran, menciptakan suasana interaktif dan kedekatan dengan pendengar, memberikan kesempatan pendengar untuk bertanya atau ikut menyampaikan pendapat mengenai topik yang dibicarakan, serta ikut membantu pendengar lebih memahami materi siaran. Sebagian besar responden menilai bahwa penyiar RPC sudah cukup interaktif dalam menyajikan program siaran, yaitu sebesar 43,3 persen. Responden menilai penyiar RPC sudah cukup interaktif, karena dalam menyajikan program siaran penyiar memiliki kualitas yang cukup baik dalam menyampaikan materi siaran. Hal ini secara tidak langsung membuat responden cukup terbantu dalam memahami materi siaran yang dibawakannya. Bahkan di luar jam siaran penyiar terkadang berkunjung ke tempat responden untuk sekedar berbincang-bincang
46
atau mengisi waktu luang dengan mereka. Hal ini menandakan bahwa penyiar tidak hanya interaktif saat siaran saja dengan pendengar namun juga menjalin kedekatan dengan para pendengar RPC di luar jam siaran. Selain itu juga tak jarang penyiar memberikan kesempatan bagi mitra RPC untuk melakukan siaran bersama di studio dalam membahas suatu materi. Sementara sebesar 30,0 persen responden menilai penyiar tidak interaktif dalam menyajikan program siaran, dan sebesar 26,7 persen responden menilai sangat interaktif. Durasi siaran yang terlalu lama untuk menyajikan program siaran akan membuat pendengar bosan untuk mendengarkan program siaran tersebut, namun durasi yang terlalu singkat juga dinilai kurang menjawab keingintahuan pendengar tentang materi siaran yang disajikan. Kesesuaian durasi siaran penting untuk diperhatikan dalam menyajikan program siaran. Sebagian besar responden menilai durasi siaran yang digunakan sudah sesuai, yaitu sebesar 63,3 persen. Durasi satu jam yang digunakan untuk menyajikan program siaran mengenai informasi pertanian dinilai sudah sangat sesuai oleh responden. Responden menilai bahwa durasi siaran satu jam tidak membuat mereka bosan dan menganggap waktu satu jam merupakan waktu yang tepat untuk membahas semua materi hingga selesai. Sementara sebesar 36,7 persen responden menilai durasi siaran yang tidak sesuai. Menurut mereka durasi siaran selama satu jam tidak sesuai karena terkadang mereka tertinggal mengikuti program siaran, sehingga tidak dapat menyimak seluruh pembahasan materi. Pemilihan waktu siaran yang sesuai dalam menyajikan program siaran juga perlu diperhatikan oleh pihak stasiun radio. Waktu siaran yang digunakan dalam menyajikan program siaran harus disesuaikan dengan aktivitas pendengar, agar saat materi disampaikan pendengar berada pada keadaan yang nyaman untuk mendengarkan program siaran tersebut. Kesesuaian waktu siaran yang digunakan dilihat melalui penggunaan waktu siaran yang tidak menganggu aktivitas pendengar dan dapat dijadikan untuk menemani pendengar saat waktu beristirahat. Sebagian besar responden menilai bahwa waktu siaran yang digunakan dalam menyajikan program siaran sudah cukup sesuai, yaitu sebesar 66,7 persen. Program siaran yang disajikan setiap harinya dan pada waktu sore hari dinilai sebagian responden merupakan waktu yang ideal. Oleh karena
47
sebagian besar responden beraktivitas melakukan kegiatan produktif dari pagi hingga sore hari, maka mereka menyatakan bahwa waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio adalah pada saat sore hari setelah mereka selesai beraktivitas. Waktu sore hari merupakan waktu santai mereka setelah lelah beraktifitas. Sementara responden yang menilai bahwa waktu siaran yang digunakan tidak sesuai sebesar 46,7 persen. Hal ini karena beberapa responden menyatakan bahwa mereka setiap harinya terkadang bekerja hingga larut malam sehingga tidak sempat untuk mendengarkan siaran radio. Sebesar 16,7 persen responden menilai sudah sangat sesuai.
5.4 5.4.1
Hubungan Karakteristik Responden dengan Keterdedahannya pada Siaran Radio Hubungan Umur dengan Frekuensi Mendengarkan Variabel umur yang dihubungkan dengan frekuensi mendengarkan
bertujuan untuk melihat apakah umur dapat berpengaruh terhadap frekuensi mendengarkan responden dalam mendengarkan siaran RPC. Data hubungan antara umur responden dan frekuensi mendengarkan tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Rendah
Umur
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
1
11,1
7
77,8
1
11,1
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
3
23,1
7
53,8
3
23,1
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
4
50,0
4
50,0
0
0,0
8
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
Responden yang tergolong kategori umur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) dengan frekuensi mendengarkan yang rendah sebesar 11,1 persen, sebesar 77,8 persen dengan frekuensi mendengarkan sedang, dan sebesar 11,1 persen dengan frekuensi mendengarkan tinggi. Sebesar 23,1 persen responden yang tergolong kategori umur dewasa (26 sampai 37 tahun) memiliki frekuensi
48
mendengarkan yang rendah, sebesar 53,8 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang, dan sebesar 23,1 persen dengan frekuensi mendengarkan tinggi. Sementara responden yang tergolong kategori umur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) dengan frekuensi mendengarkan yang rendah dan sedang adalah masing-masing sebesar 50,0 persen. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,105 > 0,05 maka Ho diterima, atau menunjukkan bahwa antara umur responden dengan frekuensinya mendengarkan siaran radio tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya kategori umur responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada frekuensinya mendengarkan radio. Pada Tabel 9 terlihat bahwa baik responden yang berasal dari kategori umur yang berbeda ternyata sama-sama memiliki frekuensi mendengarkan yang hampir sama, yakni frekuensi yang tergolong kategori sedang. Menurut penuturan responden hal ini dikarenakan terkadang dalam mendengarkan siaran radio mereka tidak hanya selalu mendengarkan siaran RPC setiap harinya, namun juga mendengarkan siaran radio lain untuk mendapatkan suatu informasi maupun hiburan. Terlebih bagi responden yang berumur tua untuk mendapatkan informasi mengenai keagamaan biasanya mendengarkan siaran radio Fajri FM yang merupakan siaran radio islami. Sementara bagi responden yang berumur muda untuk mendapatkan siaran hiburan biasanya mendengarkan siaran radio Megaswara FM, karena lebih banyak menyajikan program siaran hiburan.
5.4.2
Hubungan Umur dengan Lama Mendengarkan Pendengar yang mendengarkan siaran RPC terdiri dari berbagai kategori
umur. Beragamnya program siaran yang disajikan oleh RPC menyebabkan pendengar yang menjadi segmentasi RPC adalah kategori semua umur. Oleh karena itu umur responden juga dilihat hubungannya dengan lama mendengarkan responden dalam mendengarkan siaran radio RPC. Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) dengan lama mendengarkan yang rendah dan sedang adalah masing-masing sebesar 44,4 persen dan sebesar 11,2 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) dengan
49
lama mendengarkan yang rendah adalah sebesar 76,9 persen, 7,7 persen dengan lama mendengarkan yang sedang, dan sebesar 15,4 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Sementara kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) dengan lama mendengarkan yang rendah sebesar 87,5
persen dan 12,5 persen dengan lama mendengarkan yang sedang. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Umur
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
4
44,4
4
44,4
1
11,2
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
10
76,9
1
7,7
2
15,4
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
7
87,5
1
12,5
0
0,0
8
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Oleh karena nilai siginifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,062 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur dengan lama mendengarkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Artinya kategori umur responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda dalam menentukan lamanya seseorang mendengarkan siaran radio. Responden dari masing-masing kategori umur menunjukkan lama mendengarkan yang tergolong kategori rendah sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 10. Hal ini dikarenakan biasanya responden mendengarkan siaran radio RPC pada waktu-waktu tertentu seperti di pagi hari sebelum mereka melakukan aktivitas produktifnya atau di waktu sore hari setelah mereka selesai beraktifitas, dan biasanya mereka mendengarkan radio sambil mengisi waktu luang saja. Sebagian besar responden bekerja pada waktu produktif yakni pada pukul 06.00 pagi hingga pukul 17.00 sore, sehingga waktu yang dimiliki untuk mendengarkan radio tidak begitu banyak dan hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Bahkan seringnya mereka lebih banyak mendengarkan radio di sore hari, namun tak jarang juga mereka lebih memilih untuk menonton televisi setelah selesai beraktivitas seharian.
50
5.4.3
Hubungan Jenis Kelamin dengan Frekuensi Mendengarkan Selain variabel umur, variabel jenis kelamin juga dilihat hubungannya
dengan frekuensi mendengarkan. Hal ini untuk melihat apakah jenis kelamin tertentu berpengaruh terhadap frekuensi mendengarkan siaran radio. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Rendah
Jenis Kelamin
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
6
28,6
11
52,4
4
19,0
21
100,0
Perempuan
2
22,7
7
77,8
0
0,0
9
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30,0
100,0
Kategori responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan frekuensi mendengarkan yang rendah adalah sebesar 28,6 persen, 52,4 persen dengan frekuensi yang sedang, dan 19,0 dengan frekuensi mendengarkan yang tinggi. Sementara kategori responden yang berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi mendengarkan yang rendah adalah sebesar 22,7 persen dan 77,8 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang. Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,288 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan frekuensinya mendengarkan siaran RPC. Artinya jenis kelamin responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan siaran radio RPC. Berdasarkan Tabel 11 baik responden yang berjenis kelamin laki-laki maupun responden yang berjenis kelamin perempuan sama-sama memiliki persentasi terbesar untuk frekuensi mendengarkan dalam kategori sedang. Menurut
salah
satu
responden
perempuan
menuturkan
bahwa
dirinya
mendengarkan radio dengan frekuensi tiga sampai empat kali per minggu untuk mendengarkan program siaran favoritnya. Tak jarang dengan tetangganya mereka mendengarkan siaran RPC bersama-sama dengan volume yang cukup keras. Sementara salah satu responden perempuan yang lain menyatakan bahwa hampir
51
setiap hari ia mendengarkan siaran RPC sambil menemaninya mengerjakan pekerjaan rumah.
5.4.4
Hubungan Jenis Kelamin dengan Lama Mendengarkan Data
hubungan
antara
jenis
kelamin
responden
dengan
lama
mendengarkan tersaji pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Rendah
Jenis Kelamin
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
15
71,4
3
14,3
3
14,3
21
100,0
Perempuan
6
66,7
7
33,3
0
0,0
9
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Kategori responden laki-laki yang lama mendengarkan termasuk kategori rendah sebesar 71,4 persen dan sebesar 14,3 persen termasuk masing-masing kategori sedang dan tinggi. Sementara kategori responden perempuan yang lama mendengarkan kategori rendah sebesar 66,7 persen dan 33,3 persen kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut baik responden laki-laki maupun responden perempuan
sebagian
besar
berada
pada
kategori
rendah
dalam
lama
mendengarkan siaran radio. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,294 > 0,05 maka berarti Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara variabel jenis kelamin responden tidak terdapat hubungan signifikan dengan lamanya responden dalam mendengarkan siaran radio RPC. Artinya jenis kelamin responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda dalam menentukan lama mendengarkan responden untuk mendengarkan radio. Tersitanya waktu responden untuk melakukan aktifitas produktif dari pagi hingga sore hari menyebabkan mereka tidak terlalu lama meluangkan waktunya untuk sekedar mendengarkan siaran radio. Baik responden laki-laki maupun responden perempuan ternyata memiliki kesibukan yang sama. Setiap harinya
52
mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Menurut penuturan salah satu responden menyatakan bahwa dalam sehari waktu yang diluangkan untuk mendengarkan siaran radio hanya berkisar satu atau dua jam setiap harinya. Hal ini dikarenakan biasanya apabila sudah lelah beraktifitas dari pagi hingga sore salah satu cara untuk beristirahat dan mencari hiburan tidak hanya melalui mendengarkan siaran radio. Biasanya responden memilih menonton televisi untuk mencari hiburan, karena menurutnya menonton hiburan di televisi lebih menarik dan tidak membuatnya bosan.
5.4.5
Hubungan Pendidikan dengan Frekuensi Mendengarkan Data
hubungan
antara
pendidikan
responden
dengan
frekuensi
mendengarkan tersaji Pada Tabel 13. Seluruh responden berpendidikan tidak tamat SD memiliki frekuensi mendengarkan yang sedang yakni sebesar 100,0 persen. Responden yang berpendidikan SD dengan frekuensi mendengarkan yang rendah sebesar 45,5 persen dan 54,5 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang. Sebesar 75,0 persen responden yang berpendidikan SMP dengan frekuensi mendengarkan yang sedang dan 25,0 persen dengan frekuensi mendengarkan yang tinggi. Sementara responden yang berpendidikan SMA dengan frekuensi mendengarkan yang rendah sebesar 30,0 persen, 50,0 persen dengan frekuensi mendengarkan yang sedang, dan 20,0 persen dengan frekuensi mendengarkan yang tinggi. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Rendah
Pendidikan
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Tamat SD
0
0,0
1
100,0
0
0,0
1
100,0
SD
5
45,5
6
54,5
0
0,0
11
100,0
SMP
0
0,0
6
75,0
2
25,0
8
100,0
SMA
3
30,0
5
50,0
2
20,0
10
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
53
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,248 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dengan frekuensi mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya tingkat pendidikan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan responden. Salah satu responden menyatakan bahwa biasanya ia mendengarkan siaran radio RPC saat salah satu program siaran yang disukainya sedang diputar. Program-program siaran yang disajikan oleh Radio Pertanian Ciawi banyak disukai oleh pendengarnya yang berasal dari beragam kategori. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh pihak RPC pada tahun 2006, khalayak aktual yang menjadi pendengar RPC menurut tingkat pendidikan yaitu berasal dari seluruh tingkatan pendidikan. Artinya khalayak dari jenis tingkat pendidikan apapun dapat menjadi pendengar RPC. Setiap program yang disiarkan oleh RPC memiliki kekhususan yang menarik sesuai dengan seleranya.
5.4.6
Hubungan Pendidikan dengan Lama Mendengarkan Antara variabel pendidikan dan lama mendengarkan juga dilihat
hubungannya untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan seseorang yang dimiliki ikut berpengaruh dalam menentukan lama mendengarkan siaran radio. Data hubungan antara pendidikan responden dengan lama mendengarkan tersaji pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Rendah
Pendidikan
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Tamat SD
1
100,0
0
0,0
0
0,0
1
100,0
SD
9
81,8
2
18,2
0
0,0
11
100,0
SMP
3
37,5
3
37,5
2
25,0
8
100,0
SMA
8
80,0
1
10,0
1
10,0
10
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
54
Sebesar 100,0 persen kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD memiliki lama mendengarkan rendah. Kategori responden yang berpendidikan SD juga memiliki lama mendengarkan rendah sebesar 81,8 persen dan sebesar 18,2 persen pada kategori sedang. Kategori responden yang berpendidikan SMP memiliki lama mendengarkan rendah dan sedang masing-masing sebesar 37,5 persen, dan 25,0 persen pada kategori tinggi. Sementara untuk kategori responden yang berpendidikan SMA memiliki lama mendengarkan rendah sebesar 80,0 persen dan masing-masing 10,0 persen pada kategori sedang dan tinggi. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,615 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dengan lama mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya tingkat pendidikan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam menentukan lama responden mendengarkan siaran radio. Salah satu faktor yang menyebabkan responden lama atau tidaknya mendengarkan siaran radio adalah kesibukan yang dialami oleh masing-masing responden. Selain itu juga disebabkan oleh keputusan responden untuk lebih memilih memanfaatkan media massa lain untuk mengisi waktu kosong mereka, seperti menonton televisi.
5.4.7
Hubungan Pekerjaan dengan Frekuensi Mendengarkan Masyarakat Desa Cileungsi merupakan masyarakat yang bersifat
homogen, yakni memiliki karakteristik yang hampir sama masyarakatnya. Sifat homogen ini terlihat dari jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Desa Cileungsi. Sebagian besar masyarakat bekerja di bidang pertanian, yakni berkisar 60 persen dari seluruh masyarakat Desa Cileungsi. Hal ini didukung oleh luasnya lahan pertanian yang dimiliki Desa Cileungsi. Oleh karena itu penggolongan untuk kategori pekerjaan responden dibagi menjadi dua, yaitu responden yang bekerja di bidang pertanian dan responden yang bekerja di bidang non-pertanian. Responden yang bekerja di bidang pertanian dan non-pertanian sama-sama senang mendengarkan siaran radio RPC. Oleh karena itu antara pekerjaan dengan frekuensi mendengarkan dilihat hubungannya.
55
Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Jenis Pekerjaan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
4
26,7
9
60,0
2
13,3
15
100,0
Non-pertanian
4
26,7
9
60,0
2
13,3
15
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian memiliki frekuensi mendengarkan rendah sebesar 26,7 persen, 60,0 persen memiliki frekuensi mendengarkan sedang, dan 13,3 persen memiliki frekuensi mendengarkan tinggi. Persentasi tersebut juga sama dengan kategori responden yang bekerja di bidang non-pertanian. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 1,00 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara pekerjaan dengan frekuensi mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya jenis pekerjaan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan responden. Jenis pekerjaan tertentu yang dimiliki responden tidak ada yang lebih memberikan pengaruh besar dalam menentukan frekuensi mendengarkan. Baik responden yang bekerja di bidang pertanian maupun responden yang bekerja di bidang non-pertanian memiliki proporsi yang sama dalam setiap kategori frekuensi mendengarkan. Di antara kedua jenis kategori jenis pekerjaan tidak ada yang lebih tinggi persentasi dan pengaruhnya dalam menentukan frekuensi mendengarkan responden. Menurut responden yang bekerja di bidang non-pertanian dirinya sering mendengarkan siaran RPC, karena meskipun sebagian besar program siaran yang disajikan membahas mengenai pertanian namun tidak membuat pendengar yang berasal dari non-pertanian tidak dapat mendengarkannya. Banyak juga program-program siaran RPC yang menyajikan informasi lain, seperti hiburan, keagamaan, dan lain-lain. Meskipun segmentasi khalayak pendengar dari program siaran RPC yang menjadi sasaran RPC adalah masyarakat pertanian, namun hal ini tidak menyebabkan khalayak pendengar yang bukan berasal dari non-pertanian
56
tidak dapat mendengarkan program-program siaran yang disajikan. Khalayak pendengar yang berasal dari pekerjaan apapun dapat menjadi pendengar RPC, karena program-program siaran RPC yang disajikan tidak hanya selalu berupa program tentang informasi pertanian. Program siaran yang disajikan RPC terdiri dari beberapa kategori yakni pendidikan dan penyuluhan, hiburan, agama, dan budaya.
5.4.8
Hubungan Pekerjaan dengan Lama Mendengarkan Antara pekerjaan dengan lama mendengarkan dilihat juga hubungannya.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah salah satu kategori jenis pekerjaan menentukan pengaruhnya terhadap lama mendengarkan seseorang dalam mendengarkan siaran radio. Data hubungan antara pekerjaan responden dengan lama mendengarkan tersaji pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16 responden yang bekerja di bidang pertanian dan memiliki lama mendengarkan pada kategori rendah sebesar 80,0 persen, 13,3 persen pada kategori sedang, dan 6,7 persen pada kategori tinggi. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian memiliki lama mendengarkan pada kategori rendah sebesar 60,0 persen, 26,7 persen pada kategori sedang, dan 13,3 persen pada kategori tinggi. Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Pekerjaan dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Jenis Pekerjaan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
12
80,0
2
13,3
1
6,7
15
100,0
Non-pertanian
9
60,0
4
26,7
2
13,3
15
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,490 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara pekerjaan responden dengan lama mendengarkan tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya kategori pekerjaan
57
responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap lama mendengarkannya. Ternyata responden yang bekerja di bidang pertanian ataupun non-pertanian tidak memiliki lama mendengarkan yang tinggi. Menurut salah satu responden yang bekerja di bidang pertanian biasanya apabila sudah lelah bekerja di sawah dirinya lebih memilih untuk beristirahat, sehingga waktu untuk mendengarkan radio menjadi berkurang. Selain itu penyebab cuaca juga menjadi pemicu dirinya tidak bisa mendengarkan siaran RPC. Menurutnya apabila turun hujan frekuensi siaran RPC terkadang hilang sehingga siarannya terputus. Persentase terbesar yang dimiliki oleh program siaran RPC adalah untuk program pendidikan (penyuluhan pertanian) yakni sebesar 45 persen. Hal ini sesuai dengan tujuan dari RPC yang ingin menjadi sebuah media dalam menyediakan informasi pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat pertanian. Namun meskipun program siaran yang disajikan sebagian besar bernuansakan pertanian tidak menyebabkan responden yang bekerja di bidang pertanian memiliki lama mendengarkan yang tinggi.
5.4.9
Hubungan Kepemilikan Mendengarkan
Media
Massa
dengan
Frekuensi
Variabel kepemilikan terhadap media massa dilihat hubungannya dengan frekuensi mendengarkan. Tujuannya adalah untuk melihat apakah kepemilikan media massa selain radio bagi responden turut berpengaruh dalam menentukan frekuensi mendengarkannya. Responden dalam mendapatkan suatu informasi baru terkadang tidak selalu didapatkan dari radio saja, namun mereka dapat memperolehnya dari televisi maupun koran. Responden yang memiliki media massa televisi sebagian besar berada pada kategori sedang untuk frekuensi mendengarkan siaran radio, yaitu sebesar 64,0 persen, 28,0 persen pada kategori rendah, dan 8,0 persen pada kategori tinggi. Sementara responden yang memiliki koran berada pada kategori rendah dan tinggi yakni masing-masing sebesar 50,0 persen, sedangkan responden yang memiliki televisi dan koran dengan frekuensi mendengarkan siaran radio pada kategori sedang sebesar 66,7 persen, dan 33,3 persen pada kategori tinggi.
58
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Frekuensi Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Frekuensi Mendengarkan Kepemilikan Media Massa
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
7
28,0
16
64,0
2
8,0
25
100,0
Koran
1
50,0
0
0,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan koran
0
0,0
2
66,7
1
33,3
3
100,0
Jumlah
8
26,7
18
60,0
4
13,3
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,212 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kepemilikan media massa selain radio dengan frekuensi responden mendengarkan siaran radio. Artinya kepemilikan media massa yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap frekuensi mendengarkan responden dalam mendengarkan siaran radio. Salah satu responden menyatakan bahwa biasanya ia menonton televisi maupun membaca koran untuk mendapatkan informasi yang ter-update dan hiburan terutamanya, sementara untuk mendapatkan informasi mengenai bidang pertanian hanya ia dapatkan melalui siaran RPC. Saat ini ketersediaan informasiinformasi mengenai bidang pertanian tidak banyak didapatkan dari media massa, baik melalui televisi, surat kabar ataupun radio. Namun Radio Pertanian Ciawi merupakan satu-satunya radio pertanian di Bogor yang masih mempertahankan informasi pertanian sebagai fokus utamanya.
5.4.10 Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Lama Mendengarkan Antara variabel kepemilikan media massa dengan lama mendengarkan juga dilihat hubungannya. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah jenis media massa lain yang dimiliki responden selain radio akan berpengaruh terhadap lama mendengarkan responden.
59
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Lama Mendengarkan di Desa Cileungsi Tahun 2011 Lama Mendengarkan Kepemilikan Media Massa
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
20
80,0
4
16,0
1
4,0
25
100,0
Koran
1
50,0
0
0,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan koran
0
0,0
2
66,7
1
33,3
3
100,0
Jumlah
21
70,0
6
20,0
3
10,0
30
100,0
Responden yang memiliki televisi dengan lama mendengarkan siaran radio yang rendah sebesar 80,0 persen, 16,0 persen dengan lama mendengarkan yang sedang, dan 4,0 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Responden yang memiliki koran dengan lama mendengarkan siaran radio yang rendah dan tinggi adalah masing-masing sebesar 50,0 persen. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran dengan lama mendengarkan siaran radio yang sedang sebesar 66,7 persen dan 33,3 persen dengan lama mendengarkan yang tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan media massa lain oleh responden dengan lama mendengarkan siaran radio. Artinya kepemilikan media massa lain yang berbeda oleh responden memberikan pengaruh terhadap lama mendengarkan siaran radio yang berbeda pula. Kepemilikan media massa selain radio oleh responden dapat menyebabkan responden menjadi lebih berkurang waktunya untuk mendengarkan radio. Terbaginya waktu untuk memanfaatkan seluruh jenis media massa yang responden miliki membuat lama untuk mendengarkan siaran radio menjadi rendah. Salah satu responden menyatakan bahwa terkadang ia lebih memilih untuk menonton televisi dibandingkan untuk mendengarkan radio, karena baginya televisi merupakan media massa yang paling menarik dibandingkan dengan media massa lain. Menurut alasannya bahwa televisi lebih lebih banyak memberikan sajian informasi dan hiburan yang lebih beragam dibandingkan media massa lain. Media massa televisi memang merupakan media massa yang paling banyak
60
disenangi oleh khalayak, mengingat fungsinya yang mengandalkan audio dan visual khalayak dibandingkan dengan media massa lain.
5.5
Hubungan Karakteristik Responden dengan Penilaiannya terhadap Program Siaran 5.5.1 Hubungan Umur dengan Penilaian terhadap Program Siaran Penilaian pendengar terhadap program siaran terdiri dari penilaian terhadap materi siaran, cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran. Materi siaran yang disajikan oleh pihak stasiun radio memiliki ketertarikan tersendiri bagi pendengar dalam setiap kategori umur yang berbeda. Biasanya pendengar yang berumur tergolong muda tentunya memiliki kriteria tersendiri untuk menyukai materi siaran seperti apa yang menarik untuk didengar. Umur responden juga dilihat hubungannya dengan materi siaran. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Umur
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
1
11,1
6
66,7
2
22,2
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
3
23,1
8
61,5
2
15,4
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
1
12,5
5
62,5
2
25,0
8
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun ) menilai materi siaran tergolong tidak baik kualitasnya yakni sebesar 11,1 persen, 66,7 persen menilai cukup baik, dan 22,2 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) dan menilai materi siaran tergolong tidak baik sebesar 23,1 persen, 61,5 persen menilai cukup baik, dan 15,4 persen menilai sangat baik. Sementara itu kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) menilai materi siaran tidak baik sebesar 12,5 persen, 62,5 persen menilai cukup baik, dan 25,0 persen menilai sangat baik. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,998 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur dengan
61
penilaian terhadap materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya umur responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap penilaian yang berbeda pula. Materi siaran yang disajikan dalam program siaran RPC disesuaikan berdasarkan dengan kebutuhan pendengar. Tidak jarang materi siaran yang disajikan dalam program siaran RPC ditentukan atas usulan dari pendengar yang kemudian didiskusikan oleh pihak RPC di meja evaluasi siaran. Bahkan narasumber yang akan mengisi siaran di RPC juga terkadang terjun langsung kepada pendengar untuk mengetahui informasi apa yang sedang dibutuhkan pendengar, sehingga dapat dirumuskan suatu materi siaran yang sesuai. Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel umur dengan penilaian terhadap cara penyajian program siaran. Hal ini untuk melihat sejauh mana umur responden berpengaruh bagi penilaiannya terhadap cara penyajian program siaran. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Umur
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
1
11,1
5
55,6
3
33,3
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
5
38,5
6
46,1
2
15,4
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
1
12,5
6
75,0
1
12,5
8
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,17
6
20,0
30
100,0
Kategori responden berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 11,1 persen menilai cara penyajian tidak menarik, sebesar 55,6 persen menilai cukup menarik, dan 33,3 persen menilai sangat menarik. Kategori responden berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) sebesar 38,5 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 46,1 persen menilai cukup menarik, dan 15,4 persen menilai sangat menarik. Sementara kategori responden berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) sebesar 12,5 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 75,0 persen menilai cukup menarik dan 12,5 persen menilai sangat menarik. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,465 > 0,05 maka
62
Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur responden dan penilaiannya terhadap cara penyajian tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya umur responden yang berbeda tidak berpengaruh dalam memberikan penilaian yang berbeda pula terhadap cara penyajian program. Sebagian besar responden dari setiap kategori umur menilai cara penyajian yang dilakukan oleh RPC sudah cukup menarik mengingat program siaran Karedok merupakan salah satu program unggulan RPC. Responden menyatakan bahwa program yang disajikan dalam bentuk obrolan ini sangat disukai oleh mereka karena terkesan lebih santai, sehingga materi siaran yang disajikan pun lebih menarik untuk didengar. Tak jarang saat penyajian program diselipkan candaan atau guyonan dari penyiar maupun narasumber dengan tujuan agar suasana siaran menjadi lebih hidup. Pada Tabel 21 tersaji data hubungan antara umur dengan penilaian terhadap penyiar. Antara variabel umur dengan penilaian terhadap penyiar dilihat hubungannya untuk mengetahui sejauh mana umur seseorang berpengaruh dalam menentukan penilaian kepada penyiar. Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Umur
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
2
22,3
4
44,4
3
33,3
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
6
46,2
4
30,8
3
23,0
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
1
12,5
5
62,5
2
25,0
8
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 22,3 persen menilai penyiar yang menyajikan program siaran tidak interaktif, 44,4 persen menilai cukup interaktif, dan 33,3 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) sebesar 46,2 persen menilai penyiar tidak interaktif, 30,8 persen menilai cukup interaktif dan 23,0 persen menilai sangat interaktif. Sebesar 12,5 persen kategori
63
responden berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) menilai penyiar tidak interaktif, 62,5 persen menilai cukup interaktif, dan 25,0 persen persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai signifikansi 0,985 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa umur responden tidak berhubungan signifikan dengan penilaiannya terhadap penyiar RPC. Artinya kategori umur yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi penilaian yang diberikan terhadap penyiar. Penyiar RPC merupakan penyiar yang memiliki kualitas baik dalam menyajikan program siaran. Terdapat satu divisi khusus di RPC yang menentukan penyiar yang cocok untuk siaran. Penyiar mampu menjalin kedekatan dengan pendengar baik di dalam studio maupun di luar studio siaran. Kegiatan siaran bersama pendengar, mitra tani, ataupun mitra RPC sering dilakukan dengan penyiar dalam membahas suatu topik tertentu. Penyiar terkadang sengaja mengundang mitra RPC ke dalam studio untuk siaran bersama. Hal ini mencerminkan kedekatan dan keakraban yang terjalin antara pihak RPC dengan pendengarnya. Hubungan antara umur dengan durasi siaran juga dilihat untuk mengetahui apakah umur responden yang dimiliki pada satu kategori tertentu berpengaruh terhadap penilaian durasi siaran yang digunakan saat ini oleh pihak RPC dalam menyajikan program siaran Karedok. Pada Tabel 22 tersaji data hubungan antara umur responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian Terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian Terhadap Durasi Siaran Umur
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
3
33,3
6
66,7
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
6
46,2
7
53,8
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
2
25,0
6
75,0
8
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
64
Kategori responden yang berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 33,3 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 66,7 persen menilai sudah sesuai. Sementara kategori responden yang berumur dewasa (26 sampai 37 tahun) sebesar 46,2 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 53,8 persen menilai sudah sesuai. Kategori responden yang berumur tua (lebih dari sama dengan 38 tahun) sebesar 25,0 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan
dan 75,0 persen menilai sudah sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,771 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara umur responden dengan penilaian terhadap durasi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya umur responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap durasi siaran. Penetapan durasi siaran yang digunakan untuk menyajikan program siaran dilakukan oleh pihak RPC. Selain itu penetapan durasi siaran disesuaikan dengan jenis program. Setiap program memiliki durasi yang hampir sama pemutarannya yakni kurang lebih selama satu hingga dua jam. Selain itu antara variabel umur dengan penilaian terhadap waktu siaran yang digunakan juga dilihat hubungannya. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah kategori tertentu umur seseorang berpengaruh dalam memberikan penilaian terhadap waktu siaran. Pada Tabel 23 tersaji data hubungan antara umur responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Umur
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Muda (≤ 25 tahun)
0
0,0
5
55,6
4
44,4
9
100,0
Dewasa (26-37 tahun)
3
23,1
10
76,9
0
0,0
13
100,0
Tua (≥ 38 tahun)
2
25,0
5
62,5
1
12,5
8
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,7
5
16,7
30
100,0
Kategori responden berumur muda (kurang dari sama dengan 25 tahun) sebesar 55,6 persen menilai waktu siaran cukup sesuai penggunaannya dan 44,4 persen menilai sangat sesuai. Responden yang tergolong kategori berumur dewasa
65
(26 sampai 37 tahun) sebesar 23,1 persen menilai waktu siaran tidak sesuai dan 76,9 persen menilai cukup sesuai. Sebesar 25,0 persen kategori responden yang berumur dewasa (lebih dari sama dengan 38 tahun) menilai waktu siaran tidak sesuai, 62,5 persen menilai cukup sesuai, dan 12,5 persen menilai sangat sesuai. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,034 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara umur responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Artinya kategori umur responden yang berbeda mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap waktu siaran. Ternyata responden yang tergolong kategori berumur muda memiliki persentasi terbesar dalam menilai kesesuaian waktu siaran. Hal ini dikarenakan responden yang masih tergolong berumur muda lebih banyak memiliki waktu luang dibandingkan dengan responden yang berumur dewasa ataupun berumur tua. Dengan demikian pada waktu sore hari saat pemutaran program siaran mereka dapat mendengarkannya. Sementara bagi responden yang tergolong kategori berumur dewasa ataupun tua terkadang pada waktu sore hari mereka masih bekerja, sehingga tidak dapat mendengarkan siaran radio dan menganggap waktu sore hari kurang sesuai untuk menyajikan program siaran.
5.5.2
Hubungan Jenis Kelamin dengan Penilaian terhadap Program Siaran Pendengar laki-laki dan pendengar perempuan biasanya memiliki selera
yang berbeda dalam memilih program siaran radio untuk didengarkan. Umumnya pendengar laki-laki memilih untuk mendengarkan program siaran yang bersifat umum, sementara pendengar perempuan lebih memilih mendengarkan program siaran yang bernuansa hiburan dan program siaran yang dikhususkan untuk kaum perempuan, seperti program Juwita (Jendela Wanita). Oleh karena itu akan dilihat hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian terhadap program siaran radio. Pada Tabel 24 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran.
66
Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Jenis Kelamin
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-Laki
5
23,8
11
52,4
5
23,8
21
100,0
Perempuan
0
0,0
8
88,9
1
11,1
9
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 23,8 persen menilai materi siaran yang disajikan tidak baik kualitasnya, 52,4 persen menilai cukup baik, dan 23,8 persen menilai sangat baik. Sementara responden yang berjenis kelamin perempuan sebesar 88,9 persen menilai cukup baik materi siaran yang disajikan persen dan 11,1 persen menilai sangat baik. Nilai p-value dari analisis uji Chi-square 0,137 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya jenis kelamin responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap materi siaran. Baik responden laki-laki maupun responden perempuan sama-sama menilai bahwa materi siaran yang disajikan sudah sangat baik dan mampu memberikan informasi baru bagi mereka. Program siaran Karedok RPC merupakan program yang menyajikan informasi mengenai teknologi pertanian dan permasalahan di bidang pertanian, peternakan, kehutanan, kehutanan, dan bidang lainnya. Materi siaran disajikan dengan segmentasi khususnya untuk pendengar mitra tani atau masyarakat pertanian dan masyarakat luas umumnya. Program siaran Karedok RPC dapat didengarkan oleh semua kategori pendengar, meskipun segmentasi khususnya untuk masyarakat pertanian. Begitupun juga baik pendengar laki-laki maupun pendengar perempuan dapat mendengarkan program tersebut, karena informasi yang disampaikan bersifat umum di bidang pertanian. Sama halnya dengan penilaian terhadap materi siaran, antara variabel jenis kelamin dengan penilaian terhadap cara penyajian juga dilihat hubungannya. Pada
67
Tabel 25 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Tabel 25. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Jenis Kelamin
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
5
23,8
11
52,4
5
23,8
21
100,0
Perempuan
2
22,2
6
66,7
1
11,1
9
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Responden laki-laki yang menilai cara penyajian tidak menarik sebesar 23,8 persen, 52,4 persen menilai cukup menarik, dan 23,8 persen menilai sangat menarik. Sementara sebesar 22,2 persen responden perempuan menilai cara penyajian tidak menarik, 66,7 persen menilai cukup menarik, dan 11,1 persen menilai sangat menarik. Oleh karena nilai p-value 0,894 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan penilaian yang diberikan terhadap cara penyajian. Artinya salah satu jenis kelamin tertentu tidak memiliki pengaruh yang lebih besar dalam memberikan penilaian terhadap cara penyajian program siaran dibandingkan jenis kelamin yang lain. Responden yang berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan mempunyai penilaian yang sama terhadap cara penyajian yang dilakukan RPC dalam menyiarkan program siaran. Kedua kategori responden sepakat bahwa cara penyajian dari program siaran Karedok sudah sangat menarik untuk didengarkan. Menurut salah satu responden perempuan meskipun program Karedok membahas mengenai informasi pertanian namun cara penyajiannya dibuat menjadi lebih ringan, sehingga pendengar menjadi lebih santai untuk mendengarkannya. Antara variabel jenis kelamin dengan penilaian terhadap penyiar juga dilihat hubungannya. Hal ini untuk melihat jenis kelamin apa yang berpengaruh
68
dalam memberikan penilaian lebih tinggi terhadap penyiar RPC. Pada Tabel 26 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Jenis Kelamin
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
6
28,6
9
42,8
6
28,6
21
100,0
Perempuan
3
33,3
4
44,4
2
22,3
13
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Kategori responden laki-laki sebesar 28,6 persen menilai penyiar tidak interaktif, 42,8 persen menilai cukup interaktif dan 28,6 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden perempuan sebesar 33,3 persen menilai penyiar tidak interaktif, 44,4 persen menilai cukup interaktif, dan 22,3 persen menilai penyiar sangat interaktif. Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,929 > 0,05 maka Ho diterima, dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Artinya kategori jenis kelamin yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap penyiar. Responden yang berjenis kelamin lakilaki dan perempuan memiliki penilaian yang sama terhadap penyiar RPC. Responden menyatakan bahwa seluruh penyiar RPC yang menyajikan program siaran Karedok sudah sangat interaktif dalam membawakan program siaran. Selain itu menurut salah satu responden penyiar RPC berbeda dengan penyiar radio lainnya, karena hanya penyiar RPC yang mau berkunjung ke tempatnya meskipun hanya sekedar berbincang-bincang. Sementara itu pada Tabel 27 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Sebesar 42,9 persen responden laki-laki menilai durasi siaran tidak sesuai dan 57,1 persen menilai sudah sesuai. Sementara sebesar 22,2 persen responden perempuan menilai bahwa
69
durasi siaran yang digunakan saat ini tidak sesuai dan 77,8 persen menilai sudah sesuai. Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Jenis Kelamin
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Laki-Laki
9
42,9
12
57,1
21
100,0
Perempuan
2
22,2
7
77,8
9
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,282 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya jenis kelamin yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam penilaiannya terhadap durasi siaran. Responden laki-laki ataupun perempuan tidak memberikan penilaian yang lebih tinggi terhadap durasi siaran di antara satu sama lain. Bagi responden dari kedua kategori sama-sama menilai bahwa satu hingga dua jam merupakan waktu yang ideal untuk menyajikan program siaran. Hal ini karena durasi waktu tersebut dinilai sangat pas dan tidak membuat bosan pendengar jika mendengarkannya. Selain itu dilihat juga hubungan antara jenis kelamin dengan penilaian terhadap waktu siaran yang digunakan dalam menyajikan program siaran. Pada Tabel 28 tersaji data hubungan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran.
70
Tabel 28. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Jenis Kelamin
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
4
19,0
15
71,5
2
9,5
21
100,0
Perempuan
1
11,1
5
55,6
3
33,3
9
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,7
5
16,7
30
100,0
Sebesar 19,0 persen responden laki-laki menilai bahwa waktu siaran yang digunakan saat ini tidak sesuai, 71,5 persen menilai cukup sesuai, dan 9,5 persen menilai sangat sesuai. Sementara sebesar 11,1 persen responden perempuan menilai waktu siaran yang digunakan tidak sesuai, 55,6 persen menilai cukup sesuai, dan 33,3 persen menilai sangat sesuai. Oleh karena nilai p-value 0,270 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Jenis kelamin responden tidak memberikan pengaruh terhadap penilaiannya bagi waktu siaran yang digunakan. Baik responden laki-laki maupun responden perempuan menilai bahwa waktu siaran yang digunakan saat ini untuk menyajikan program siaran yakni pada waktu sore merupakan waktu sangat sesuai, karena pada waktu tersebut mereka sudah selesai melakukan aktifitas produktifnya. Hal ini dikarenakan baik responden laki-laki maupun responden perempuan memiliki kesibukan yang sama dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Sebagian besar responden laki-laki bekerja dari pukul 06.00 – 17.00 wib dan tak jarang beberapa dari mereka bekerja hingga larut malam. Sementara responden perempuan sebagian besar di antara mereka merupakan ibu rumah tangga. Setiap harinya mereka sibuk mengurusi keluarga dan anak-anak mereka.
71
5.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Penilaian terhadap Program Siaran Variabel pendidikan responden akan dilihat hubungannya dengan penilaiannya terhadap program siaran siaran. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang dapat digunakannya untuk menilai program siaran radio. Pada Tabel 29 tersaji data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran. Sebesar 100,0 persen responden yang berpendidikan tidak tamat SD menilai materi siaran cukup baik kualitasnya, sedangkan sebesar 27,3 persen responden yang berpendidikan SD menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 63,6 persen menilai cukup baik, dan 9,1 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang berpendidikan SMP sebesar 12,5 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 75,0 persen menilai cukup baik, dan 12,5 persen menilai sangat baik. Sementara sebesar 10,0 persen responden yang berpendidikan SMA menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 50,0 persen menilai cukup baik, dan 40,0 persen menilai sangat baik. Tabel 29. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian Terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian Terhadap Materi Siaran Pendidikan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
0
0,0
1
100,0
0
0,0
1
100,0
SD
3
27,3
7
63,6
1
9,1
11
100,0
SMP
1
12,5
6
75,0
1
12,5
8
100,0
SMA
1
10,0
5
50,0
4
40,0
10
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,086 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa pendidikan responden tidak memiliki hubungan signifikan dengan penilaian yang diberikan terhadap materi siaran. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan responden bukan berarti semakin tinggi penilaian yang diberikan untuk materi siaran dan sebaliknya. Penilaian terhadap materi siaran yang diberikan oleh responden bukan berdasarkan tingkat
72
pendidikan yang dimilikinya. Responden akan memberikan penilaian yang baik terhadap materi siaran apabila materi siaran yang disajikan menarik didengarkan oleh mereka dan dapat memberikan manfaat setelah mendengarkannya. Sementara itu pada Tabel 30 tersaji jumlah responden menurut pendidikan dan penilaiannya terhadap cara penyajian. Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD sebesar 100,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, sedangkan kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 9,1 persen menilai tidak menarik cara penyajian yang digunakan, 72,7 persen menilai cukup menarik, dan 18,2 persen menilai sangat menarik. Responden yang berpendidikan SMP menilai cara penyajian tidak menarik sebesar 37,5 persen, 50,0 persen menilai cukup menarik, dan 12,5 persen menilai sangat menarik. Sebesar 20,0 persen kategori responden yang berpendidikan SMA menilai tidak menarik, 50,0 persen menilai cukup menarik dan 30,0 persen menilai sangat menarik. Tabel 30. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Pendidikan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
1
100,0
0
0,0
0
0,0
1
100,0
SD
1
9,1
8
72,7
2
18,2
11
100,0
SMP
3
37,5
4
50,0
1
12,5
8
100,0
SMA
2
20,0
5
50,0
3
30,0
10
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,656 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya tingkat pendidikan responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaiannya terhadap cara penyajian yang berbeda pula. Responden yang termasuk ke dalam seluruh kategori tingkat pendidikan sama-sama memiliki penilaian yang baik terhadap cara penyajian, yaitu menganggap bahwa cara penyajian program siaran cukup menarik.
73
Program siaran dikemas dalam bentuk obrolan antara penyiar dengan narasumber. Bentuk obrolan yang digunakan dalam menyajikan program tersebut dipilih agar dapat lebih dinikmati oleh semua kategori pendengar dengan kesan santai yang dihadirkan. Bagi pendengar yang ingin bergabung dalam program tersebut dapat melalui telepon ataupun sms. Pendengar dapat memberikan pertanyaan ataupun pendapat kepada narasumber melalui telepon atau sms, agar keingintahuan mereka dapat terjawab segera apabila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti. Pada Tabel 31 tersaji data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Pendidikan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
1
100,0
0
0,0
0
0,0
1
100,0
SD
0
0,0
8
72,7
3
27,3
13
100,0
SMP
3
37,5
3
37,5
2
25,0
8
100,0
SMA
5
50,0
2
20,0
3
30,0
10
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD seluruhnya menilai penyiar tidak interaktif yakni sebesar 100,0 persen, sedangkan kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 72,7 persen menilai penyiar cukup interaktif, dan 27,3 persen menilai sangat interaktif. Kategori responden yang berpendidikan SMP sebesar 37,5 persen menilai penyiar tidak interaktif, 37,5 persen juga menilai cukup interaktif, dan 25,0 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang berpendidikan SMA sebesar 50,0 persen menilai penyiar tidak interaktif, 20,0 persen menilai cukup inetraktif, dan 30,0 persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,345 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar tidak terdapat
74
hubungan signifikan. Artinya penilaian terhadap penyiar yang diberikan oleh responden bukan berdasarkan tingkat pendidikan yang mereka miliki. Bagi responden yang terpenting adalah penyiar dapat menyajikan program siaran dengan baik yang secara tidak langsung dapat menarik minat pendengar untuk mau mendengarkan program siaran tersebut. Antara variabel pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran juga dapat dilihat hubungannya. Data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran tersaji pada Tabel 32. Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Pendidikan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
0
0,0
1
100,0
1
100,0
SD
2
18,2
9
81,8
11
100,0
SMP
4
50,0
4
50,0
8
100,0
SMA
5
50,0
5
50,0
10
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran yang digunakan sudah sesuai. Kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 18,2 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan dan 81,8 persen menilai sudah sesuai. Sementara kategori responden yang berpendidikan SMP masing-masing sebesar 40,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan sudah sesuai. Kategori responden yang berpendidikan SMA sebesar 50,0 persen menilai durasi siaran yang digunakan saat ini tidak sesuai dan 50,0 persen menilai sesuai. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,932 > 0,05 menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Artinya pendidikan yang dimiliki responden tidak berpengaruh terhadap penilaian yang diberikannya pada durasi siaran.
75
Data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 33. Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai, sedangkan responden yang berpendidikan SD sebesar 9,1 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 63,6 persen menilai cukup sesuai, dan 27,3 persen menilai waktu siaran sangat sesuai. Sebesar 25,0 persen kategori responden berpendidikan SMP menilai tidak sesuai, 62,5 persen menilai cukup sesuai, dan 12,5 persen menilai sangat sesuai. Sementara sebesar 20,0 persen kategori responden berpendidikan SMA menilai tidak sesuai, 70,0 persen menilai cukup sesuai, dan 10,0 persen menilai sangat sesuai. Tabel 33. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Pendidikan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak tamat SD
0
0,0
1
100,0
0
0,0
1
100,0
SD
1
9,1
7
63,6
3
27,3
11
100,0
SMP
2
25,0
5
62,5
1
12,5
8
100,0
SMA
2
20,0
7
70,0
1
10,0
10
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,296 > 0,05 menandakan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Artinya pendidikan seseorang tidak berpengaruh dalam memberikan penilaian terhadap kesesuaian waktu siaran yang digunakan untuk menyajikan program siaran. Semakin tinggi pendidikan responden tidak memberikan penilaian yang tinggi pula terhadap kesesuaian waktu siaran, begitupun sebaliknya. Penentuan waktu yang akan digunakan untuk menyajikan setiap masingmasing program siaran RPC sudah ditetapkan oleh pihak RPC dengan menyesuaikan waktu-waktu yang sering digunakan oleh pendengar untuk mendengarkan siaran radio. Seperti program siaran Karedok yang disiarkan pada
76
sore hari disesuaikan dengan saat-saat audien utama yakni khususnya mitra tani yang memang pada waktu sore mereka sudah selesai beraktifitas di sawah. Selain itu program hiburan yang disajikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan jam istirahat pendengar, sehingga mendengarkan program hiburan RPC dapat sambil beristirahat.
5.5.4 Hubungan Pekerjaan dengan Penilaian terhadap Program Siaran Jenis pekerjaan juga dilihat hubungannya dengan penilaian terhadap program siaran. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pekerjaan yang digeluti oleh seorang responden dapat memberikan pengaruh kepada penilaian yang diberikannya terhadap program siaran. Pada Tabel 34 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran. Tabel 34. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Pekerjaan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
4
26,7
6
40,0
5
33,5
15
100,0
Non-pertanian
1
6,7
13
86,6
1
6,7
15
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 26,7 persen menilai materi siaran tergolong pada kategori sangat baik, 40,0 persen menilai cukup baik, dan 33,5 persen menilai sangat baik. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 16,7 persen menilai bahwa materi yang disajikan tidak baik kualitasnya, 86,6 persen menilai cukup baik, dan 6,7 persen menilai sangat baik. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,030 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran. Artinya kategori pekerjaan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap materi siaran.
77
Responden yang bekerja di bidang non-pertanian memberikan penilaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bekerja di bidang pertanian. Menurut responden yang bekerja di bidang non-pertanian materi siaran yang disajikan pada program siaran RPC memiliki kekhasan tersendiri, karena hanya di RPC siaran mengenai informasi pertanian dapat diperoleh. Meskipun tidak mengerti bidang pertanian, namun mereka menganggap bahwa materi siaran yang disajikan RPC mengenai informasi teknologi pertanian sangat baik kualitasnya. Topik materi siaran yang disajikan berasal dari Balai Penyuluhan dan Petanian, Dinas Pertanian, dan lain-lain. Tidak ada radio lain yang dapat menyajikan materi siaran yang berupa informasi seperti itu. Menurut mereka kebanyakan dari radio lain hanya menyajikan suatu hiburan saja bagi pendengarnya. Sementara bagi responden yang bekerja di bidang pertanian menilai bahwa terkadang materi siaran yang disajikan sudah mereka ketahui terlebih dahulu informasinya, sehingga menganggap bahwa tidak mendapatkan informasi baru setelah mendengarkan siaran. Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel pekerjaan dengan penilaian terhadap cara penyajian. Data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian tersaji pada Tabel 35. Tabel 35. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Pekerjaan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
5
33,3
5
33,3
5
33,3
15
100,0
Non-pertanian
2
13,3
12
80,0
1
6,7
15
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Sebesar 33,3 responden yang bekerja di bidang pertanian menilai bahwa cara penyajian program siaran tidak menarik, 33,3 persen menilai cukup menarik, dan 33,3 persen menilai sangat menarik. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 13,3 persen menilai tidak menarik cara
78
penyajiannya, 80,0 persen menilai cukup menarik, dan hanya 6,7 persen yang menilai sangat menarik. Oleh karena nilai p-value 0,033 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dengan kata lain antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian terdapat hubungan signifikan. Artinya kategori pekerjaan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaian responden terhadap cara penyajian. Responden yang bekerja di bidang non-pertanian memberikan penilaian yang lebih tinggi dibandingkan responden yang bekerja di bidang pertanian. Bagi responden yang bekerja di bidang non-pertanian penyajian yang disajikan melalui bentuk obrolan membuat penyampaian materi siaran dapat lebih mudah dipahami oleh pendengar. Di samping itu pemutaran lagu-lagu sunda di sela-sela penyampaian materi membuat program siaran tersebut menjadi lebih menarik, sehingga pendengar yang bukan dari bidang pertanian juga merasa senang mendengarkan program tersebut. Pada Tabel 36 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Tabel 36. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Pekerjaan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
4
26,7
7
46,6
4
26,7
15
100,0
Non-pertanian
5
33,3
6
40,0
4
26,7
15
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Sebesar 26,7 persen responden yang bekerja di bidang pertanian menilai penyiar RPC tidak interaktif, 46,6 persen menilai cukup interaktif, dan 26,7 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 33,3 persen menilai penyiar RPC tidak interaktif, 40,0 persen menilai cukup interaktif, dan 26,7 persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai p-value 0,910 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya
79
terhadap penyiar. Artinya satu jenis pekerjaan tertentu responden tidak memberikan pengaruh penilaian yang lebih tinggi terhadap penyiar dibandingkan jenis pekerjaan yang lain. Responden yang bekerja di bidang pertanian memberikan penilaian yang sama dengan responden yang bekerja di bidang pertanian. Antara pekerjaan responden dengan penilaian terhadap durasi siaran juga dilihat hubungannya. Hal ini untuk melihat apakah pekerjaan yang digeluti responden menentukan penilaian yang diberikannya terhadap durasi siaran yang digunakaan saat ini untuk menyajikan program siaran. Pada Tabel 37 tersaji data hubungan antara pekerjaan dengan penilaian terhadap durasi siaran Tabel 37. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Pekerjaan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Pertanian
5
33,3
10
66,7
15
100,0
Non-pertanian
6
40,0
9
60,0
15
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 33,3 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 66,7 persen menilai sesuai. Sementara responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 40,0 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan saat ini dan 60,0 persen menilai sesuai. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,705 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap kesesuaian durasi siaran. Artinya pekerjaan responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap durasi siaran. Responden menganggap bahwa untuk menyajikan suatu program siaran radio yang menyajikan suatu informasi seperti program Karedok cukup satu hingga dua jam durasinya. Hal ini untuk menghindari rasa bosan bagi pendengar yang mendengarkannya. Lain halnya dengan program khusus hiburan responden
80
beranggapan bahwa dapat lebih dari dua jam untuk menyajikannya, karena hiburan sangat digemari oleh pendengar dan tidak akan menimbulkan rasa bosan jika terlalu lama mendengarkannya. Pada Tabel 38 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Tabel 38. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Pekerjaan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Pertanian
2
13,3
12
80,0
1
6,7
15
100,0
Non-pertanian
3
20,0
8
53,3
4
26,7
15
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 13,3 persen menilai waktu siaran yang digunakan tidak sesuai, 80,0 persen menilai cukup sesuai, dan 6,7 persen menilai sangat sesuai. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 20,0 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 53,3 persen menilai cukup sesuai, dan 26,7 persen menilai sangat sesuai. Nilai p-value 0,247 > 0,05 menunjukkan bahwa Ho di terima, atau dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap kesesuaian waktu siaran yang digunakan. Artinya suatu pekerjaan yang digeluti oleh responden tidak memberikan pengaruh pada penilaian yang diberikan terhadap kesesuaian waktu siaran dalam menyajikan program siaran. Waktu sore hari yang digunakan dalam menyajikan program siaran menurut kedua kelompok responden merupakan waktu yang sesuai, karena kedua kategori responden tersebut pada waktu sore hari sudah selesai melakukan aktifitas produktifnya, sehingga pada waktu tersebut mereka sudah dapat mendengarkan program siaran yang disajikan.
81
5.5.5
Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Penilaian terhadap Program Siaran Kepemilikan media massa bagi responden juga dilihat hubungannya
dengan penilaian terhadap program siaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh yang diberikan bagi responden yang memiliki satu atau lebih jenis media massa lain terhadap penilaian pada program siaran. Pada Tabel 39 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa selain radio dan penilaiannya terhadap materi siaran. Tabel 39. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Kepemilikan Media Massa
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
4
16,0
16
64,0
5
20,0
25
100,0
Koran
1
50,0
0
0,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan Koran
0
0,0
3
100,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang memiliki televisi sebesar 16,0 persen menilai materi siaran yang disajikan tidak baik kualitasnya, 64,0 persen menilai cukup baik, dan 20,0 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya dan 50,0 persen menilai cukup baik. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai materi siaran cukup baik yakni sebesar 100,0 persen. Oleh karena nilai signifikansi 0,897 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kepemilikan media massa dengan penilaian terhadap materi siaran. Artinya kepemilikan media massa yang berbeda bagi responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap materi siaran. Masing-masing responden dari ketiga kategori sama-sama menilai bahwa materi siaran yang disajikan pada program siaran sudah cukup baik kualitasnya. Menurut responden meskipun mereka juga sering memanfaatkan televisi ataupun
82
koran yang mereka miliki untuk memperoleh informasi atau berita, namun materi siaran yang didengarkannya melalui siaran radio memiliki daya tarik tersendiri. Jika melalui televisi ataupun koran sebagian besar berisikan informasi atau berita politik, ekonomi, dan lain-lain, namun melalui siaran RPC informasi yang mereka dapatkan lebih khusus mengenai bidang pertanian utamanya seperti inovasi teknologi pertanian. Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel kepemilikan media massa lain dengan penilaian terhadap cara penyajian program siaran. Data hubungan antara kepemilikan media massa dan penilaiannya terhadap cara penyajian tersaji pada Tabel 40. Tabel 40. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Kepemilikan Media Massa
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
4
16,0
15
60,0
6
24,0
25
100,0
Koran
1
50,0
1
50,0
0
0,0
2
100,0
Televisi dan Koran
2
66,7
1
33,3
0
0,0
3
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Kategori responden yang memiliki televisi sebesar 16,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 60,0 persen menilai cukup menarik, dan 24,0 persen menilai sangat menarik. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik dan 50,0 persen menilai cukup menarik. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 66,7 persen menilai cara penyajian tidak menarik dan 33,3 persen menilai cukup menarik. Oleh karena nilai signifikansi 0,033 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan media massa selain radio oleh responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya kategori kepemilikan media massa yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap penilaian yang diberikan untuk cara penyajian program.
83
Terdapatnya hubungan tersebut dapat dilihat pada kategori responden yang memiliki televisi dan koran, bahwa responden yang tergolong kategori tersebut menilai cara penyajian tidak menarik. Responden yang memiliki media massa lebih banyak akan membagi waktu untuk memanfaatkan media massa yang dimilikinya, sehingga menyebabkan penilaiannya menjadi semakin berkurang saat mendengarkan siaran radio. Selain itu responden akan lebih selektif dalam memilih informasi dan membandingkan cara penyajian yang dilakukan dari media massa berbeda. Pada Tabel 41 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa dengan penilaian responden terhadap penyiar. Tabel 41. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Kepemilikan Media Massa
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
5
20,0
12
48,0
8
32,0
25
100,0
Koran
1
50,0
1
50,0
0
0,0
2
100,0
Televisi dan koran
3
100,0
0
0,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Responden yang memiliki televisi sebesar 20,0 persen menilai penyiar tidak interaktif, 48,0 persen menilai cukup interaktif, dan 32,0 persen menilai sangat interaktif. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai penyiar tidak interaktif dan 50,0 persen menilai cukup interaktif. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 100,0 persen menilai penyiar tidak interaktif. Nilai signifikansi 0,033 < 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan antara kepemilikan media massa oleh responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Artinya kategori kepemilikan media massa lain yang berbeda oleh responden memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap penilaiannya kepada penyiar RPC. Terdapatnya hubungan dapat dilihat pada kategori responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya menilai penyiar tidak interaktif, karena
84
menurut mereka penyiar radio terkadang tidak dapat menjalin keakraban dengan pendengarnya karena hanya satu orang saja jumlahnya, dibandingkan melihat program acara di televisi yang dapat melibatkan beberapa pembawa acara sehingga menjadi lebih komunikatif. Selain itu penyiar radio juga tidak terlihat wujudnya oleh mereka. Sementara untuk memperoleh informasi dari koran dapat secara langsung dengan membacanya, tanpa harus melalui orang lain seperti penyiar. Pada Tabel 42 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa oleh responden dan penilaiannya terhadap durasi siaran. Tabel 42. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Kepemilikan Media Massa
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Televisi
7
28,0
18
72,0
25
100,0
Koran
1
50,0
1
50,0
2
100,0
Televisi dan Koran
3
100,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Responden yang memiliki televisi sebesar 28,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 72,0 persen menilai sesuai. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 50,0 persen menilai sesuai. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,021 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan media massa selain radio dengan penilaian terhadap durasi siaran. Artinya tiap kategori kepemilikan media massa lain yang berbeda mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap durasi siaran. Semakin banyak jumlah media massa yang dimiliki oleh responden menyebabkan penilaian yang diberikan lebih rendah. Hal ini terlihat bagi responden yang memiliki televisi dan koran menganggap bahwa durasi satu hingga dua jam yang digunakan untuk menyajikan program siaran
85
kurang begitu sesuai, karena durasi tersebut bisa membuat pendengar jenuh namun bisa juga membuat pendengar kurang merasa puas dengan sajian yang didengarkan. Data hubungan antara kepemilikan media massa dan penilaiannya terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 43. Tabel 43. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Kepemilikan Media Massa
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Televisi
3
12,0
17
68,0
5
20,0
25
100,0
Koran
0
0,0
2
100,0
0
0,0
2
100,0
Televisi dan Koran
2
66,7
1
33,3
0
0,0
3
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Sebesar 12,0 persen responden yang memiliki televisi menilai waktu siaran tidak sesuai, 68,0 persen menilai cukup sesuai, dan 20,0 persen menilai sangat sesuai. Sementara responden yang memiliki koran sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai. Responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 66,7 persen menilai waktu siaran tidak sesuai dan 33,3 persen menilai cukup sesuai. Oleh karena p-value 0,076 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan media massa lain oleh responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Artinya kepemilikan media massa lain yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap waktu siaran. Bagi responden aktifitas untuk mendengarkan siaran radio dilakukan pada waktu kapan saja dan dimana saja, karena untuk mendengarkan siaran radio bisa didengarkan melalui telepon gengggam. Sementara memanfaatkan kepemilikan media massa lain seperti untuk menonton televisi lebih banyak dilakukan pada malam hari bersama keluarga dan untuk membaca koran tidak terlalu sering dilakukan, sehingga penilaian mereka terhadap kesesuaian waktu siaran tidak
86
berbeda meskipun jenis kepemilikan media massa yang dimiliki oleh responden berbeda juga.
5.6 5.6.1
Hubungan Keterdedahan pada Siaran Radio dengan Penilaian Responden terhadap Program Siaran Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran Keterdedahan pada siaran radio bagi responden akan menunjukkan
seberapa sering dan lama ia menghabiskan waktu untuk mendengarkan siaran radio. Tingkat keseringan responden dalam mendengarkan siaran radio akan berpengaruh pada penilaiannya pada program siaran yang disajikan. Semakin sering ia mendengarkan program siaran maka kemungkinan akan semakin baik penilaian yang diberikannya. Data hubungan antara frekuensi mendengarkan dan penilaian responden terhadap materi siaran tersaji dalam Tabel 44. Tabel 44. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
1
12,5
4
50,0
3
37,5
8
100,0
Sedang
2
11,1
13
72,2
3
16,7
18
100,0
Tinggi
2
50,0
2
50,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
6
20,0
30
100,0
Sebesar 12,5 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 50,0 persen menilai cukup baik, dan 37,5 menilai materi siaran sangat baik. Kategori responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 11,1 persen menilai materi siaran tidak baik, 72,2 persen menilai cukup baik, dan 16,7 menilai sangat baik. Sementara sebesar 50,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi menilai materi siaran tidak baik dan 50,0 persen menilai cukup baik. Oleh karena nilai
87
signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,069 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara frekuensi mendengarkan
dengan penilaian responden terhadap materi siaran. Artinya
frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak mempengaruhi penilaian yang berbeda pula terhadap materi siaran. Materi yang disajikan dalam program siaran merupakan materi yang dibuat oleh narasumber ahli, sehingga kualitas dari materi siaran yang disajikan dapat teruji. Tak jarang narasumber turun langsung ke lapang untuk mengetahui informasi apa yang sedang dibutuhkan oleh pendengar. Oleh karena itu baik responden yang frekuensi mendengarkannya tergolong rendah, sedang maupun tinggi menilai bahwa materi siaran yang disajikan sudah sangat baik, sehingga setiap harinya selalu ada informasi baru yang diperoleh.
5.6.2
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian Data hubungan antara frekuensi mendengarkan dengan penilaian
responden terhadap cara penyajian tersaji dalam Tabel 45. Tabel 45. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Frekuensi Mendengarkan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
0
0,0
6
75,0
2
25,0
8
100,0
Sedang
6
33,3
8
44,5
4
22,2
18
100,0
Tinggi
1
25,0
3
75,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Sebesar 75,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai cara penyajian program tidak menarik dan 25,0 persen menilai sangat menarik. Kategori responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 33,3 persen menilai cara penyajian program tidak menarik, 44,5 persen menilai cukup menarik, dan 22,2 persen menilai sangat menarik. Sementara kategori
88
responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi sebesar 25,0 persen menilai tidak menarik dan 75,0 persen menilai cukup menarik. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,161 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara frekuensi mendengarkan dengan penilaian responden terhadap cara penyajian. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh penilaian yang berbeda pula terhadap cara penyajian. Setiap harinya program yang disiarkan menggunakan cara penyajian yang sama yaitu melalui bentuk obrolan, sehingga meskipun responden memiliki frekuensi yang berbeda namun tetap menilai cara penyajian sudah sangat menarik.
5.6.3
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Penyiar Data hubungan antara frekuensi mendengarkan responden dengan
penilaiannya terhadap penyiar tersaji pada Tabel 46. Tabel 46. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Frekuensi Mendengarkan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
2
25,0
3
37,5
3
37,5
8
100,0
Sedang
4
22,2
9
50,0
5
27,8
18
100,0
Tinggi
3
75,0
1
25,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Sebesar 25,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai penyiar tidak interaktif, 37,5 persen menilai cukup interaktif, dan 37,5 persen
menilai
penyiar
sangat
interaktif.
Responden
yang
frekuensi
mendengarkannya sedang sebesar 22,2 persen menilai penyiar tidak interaktif, 50,0 persen menilai cukup interaktif, dan 27,8 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi sebesar 75,0 persen menilai penyiar tidak interaktif dan 25,0 persen menilai cukup
89
interaktif. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,132 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara frekuensi mendengarkan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya frekuensi mendengarkan responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaiannya terhadap penyiar menjadi berbeda pula. Penyiar RPC dalam menyajikan program siaran membangun suasana keakraban dan interaktif dengan pendengarnya, seperti memberikan kesempatan pendengar untuk bertanya, berkomentar, memberikan masukan melalui telepon dan sms. Hal ini untuk menciptakan suasana komunikasi yang berlangsung secara dua arah dan dapat menghasilkan feedback baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.6.4
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran Data
hubungan
antara
frekuensi
mendengarkan
responden
dan
penilaiannya terhadap durasi siaran tersaji pada Tabel 47. Tabel 47. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
37,5
5
62,5
8
100,0
Sedang
4
22,2
14
77,8
18
100,0
Tinggi
4
100,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Sebesar 37,5 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai durasi siaran tidak sesuai dan 62,5 persen menilai sesuai. Responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 22,2 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 77,8 persen menilai sesuai. Sementara responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi seluruhnya sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,188 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat
disimpulkan
bahwa
frekuensi
mendengarkan
responden
dengan
90
penilaiannya terhadap durasi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya semakin sering responden mendengarkan siaran radio tidak berarti penilaiannya terhadap durasi siaran semakin tinggi.
5.6.5
Hubungan Frekuensi Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran Data hubungan antara frekuensi mendengarkan responden dengan
penilaiannya terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 48. Sebesar 25,0 persen responden yang frekuensi mendengarkannya rendah menilai waktu siaran tidak sesuai dan 75,0 persen menilai cukup sesuai. Responden yang frekuensi mendengarkannya sedang sebesar 16,7 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 55,6 persen menilai cukup sesuai, dan 22,7 persen menilai sangat sesuai. Sementara responden yang frekuensi mendengarkannya tinggi sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai. Tabel 48. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
2
25,0
6
75,0
0
0,0
8
100,0
Sedang
3
16,7
10
55,6
5
27,7
18
100,0
Tinggi
0
0,0
4
100,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,6
5
16,7
30
100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,293 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara frekuensi mendengarkan responden dan penilaiannya terhadap waktu siaran tidak terdapat hubungan sinifikan. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaian terhadap waktu siaran. Menurut responden intensitasnya mendengarkan siaran radio tidak hanya dilakukan pada waktu sore hari, namun juga pada saat–saat waktu luang yang mereka miliki.
91
5.6.6
Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Materi Siaran Data hubungan antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya
terhadap materi siaran tersaji pada Tabel 49. Tabel 49. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Materi Siaran Lama Mendengarkan
Tidak Baik
Cukup Baik
Sangat Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
14,3
12
57,1
6
28,6
21
100,0
Sedang
1
16,7
5
83,3
0
0,0
6
100,0
Tinggi
1
33,3
2
66,7
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
19
63,3
5
20,0
30
100,0
Kategori responden yang lama mendengarkannya rendah sebesar 14,3 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 57,1 persen menilai cukup baik, dan 28,6 persen menilai materi siaran sangat baik. Kategori responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 16,7 persen menilai materi siaran tidak baik dan 83,3 persen menilai cukup baik. Sementara kategori responden yang lama mendengarkannya tinggi sebesar 33,3 persen menilai materi siaran tidak baik dan 66,7 persen menilai sangat baik. Oleh karena nilai signifikansi 0,124 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Penilaian responden terhadap materi siaran bukan berdasarkan lamanya ia mendengarkan siaran radio. Baik responden yang lama mendengarkannya rendah, sedang, maupun tinggi relatif menilai materi siaran sudah sangat baik kualitasnya. Responden beranggapan bahwa materi siaran yang disajikan setiap harinya dengan topik yang berbeda-beda dan sangat bermanfaat bagi mereka, karena perumusan materi dilakukan oleh narasumber ahli, sehingga daya tarik kualitas dari materi siaran sudah terbukti. Meskipun tidak terlalu lama saat mendengarkan siaran radio namun responden sudah dapat menangkap informasi yang
92
disampaikan karena materi siaran disampaikan secara terperinci, jelas, dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pendengar.
5.6.7 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Cara Penyajian Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap cara penyajian disajikan pada Tabel 50. Tabel 50. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Cara Penyajian Lama Mendengarkan
Tidak Menarik
Cukup Menarik
Sangat Menarik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
14,3
13
61,9
5
23,8
21
100,0
Sedang
3
50,0
2
33,3
1
16,7
6
100,0
Tinggi
1
33,3
2
66,7
0
0,0
4
100,0
Jumlah
7
23,3
17
56,7
6
20,0
30
100,0
Sebesar 14,3 persen responden yang lama mendengarkannya rendah menilai cara penyajian tidak menarik, 61,9 persen menilai cukup menarik, dan 23,8 persen menilai sangat menarik. Responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 50,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 33,3 persen cukup menarik, dan 16,7 menilai sangat menarik. Sementara responden yang lama mendengarkannya tinggi sebesar 33,3 persen
menilai cara penyajian tidak
menarik dan 66,7 persen menilai sangat menarik. Oleh karena nilai signifikansi 0,112 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya lama mendengarkan yang berbeda pada responden tidak mempengaruhi penilaiannya yang berbeda pula terhadap cara penyajian. Menurut responden penyajian program siaran sudah cukup menarik, dengan diselingi pemutaran lagu-lagu sunda membuat program siaran menjadi lebih hidup. Pendengar pun dapat berpartisipasi pada program siaran dengan
93
memberikan komentar, saran atau pertanyaan melalui telepon dan sms. Bagi pendengar yang tidak sempat berpartisipasi dapat mengirimkan fax kepada pihak RPC. Hal ini menandakan bahwa RPC berupaya untuk menyajikan program siaran yang menarik bagi pendengarnya.
5.6.8
Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Penyiar Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden
terhadap penyiar disajikan pada Tabel 51. Tabel 51. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Penyiar Lama Mendengarkan
Tidak Interaktif
Cukup Interaktif
Sangat Interaktif
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
5
23,8
10
47,6
6
28,6
21
100,0
Sedang
2
33,3
2
33,3
2
33,3
6
100,0
Tinggi
2
66,7
1
33,3
0
0,0
4
100,0
Jumlah
9
30,0
13
43,3
8
26,7
30
100,0
Sebesar 23,8 persen responden yang lama mendengarkannya pada kategori rendah menilai penyiar tidak interaktif, 47,6 persen menilai cukup interaktif, dan 28,6 menilai sangat interaktif. Sementara sebesar 33,3 persen responden yang lama mendengarkannya pada kategori sedang menilai penyiar tidak interaktif, 33,3 persen menilai cukup interaktif, dan 33,3 persen menilai sangat interaktif. Responden yang lama mendengarkannya pada kategori tinggi sebesar 66,7 persen menilai penyiar tidak interaktif dan 33,3 persen menilai cukup interaktif. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,284 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara lama mendengarkan responden dengan penilaiannya tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya lama mendengarkan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap penyiar.
94
5.6.9
Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Durasi Siaran Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden
terhadap durasi siaran disajikan pada Tabel 52. Tabel 52. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Durasi Siaran Frekuensi Mendengarkan
Tidak Sesuai
Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Rendah
5
23,8
16
76,2
21
100,0
Sedang
3
50,0
3
50,0
6
100,0
Tinggi
3
100,0
0
0,0
3
100,0
Jumlah
11
36,7
19
63,3
30
100,0
Sebesar 23,8 persen responden yang lama mendengarkannya rendah menilai durasi siaran tidak sesuai dan 76,2 persen menilai sesuai. Sementara responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 50,0 persen menilai tidak sesuai dan 50,0 persen menilai sesuai. Responden yang lama mendengarkannya tinggi sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai. Oleh karena signifikansi 0,013 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap durasi siaran terdapat hubungan. Artinya lama mendengarkan yang berbeda oleh responden memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap durasi siaran. Hal ini terlihat pada kategori responden yang lama mendengarkannya rendah dan tinggi. Kategori responden yang lama mendengarkannya rendah menilai bahwa durasi siaran sudah sesuai. Bagi responden karena mereka mendengarkan siaran radio tidak lebih dari dua jam, maka durasi satu hingga dua jam sudah sesuai untuk menyajikan program siaran. Sementara bagi responden yang lama mendengarkannya tinggi menilai bahwa durasi tidak sesuai, karena dinilai kurang menjawab keingintahuannya saat mendengarkan program siaran.
95
5.6.10 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Penilaian Responden terhadap Waktu Siaran Data hubungan antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 53. Tabel 53. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011 Penilaian terhadap Waktu Siaran Lama Mendengarkan
Tidak Sesuai
Cukup Sesuai
Sangat Sesuai
Jumlah
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
3
14,3
16
76,2
2
9,5
21
100,0
Sedang
2
33,3
1
16,7
3
50,0
6
100,0
Tinggi
0
0,0
3
100,0
0
0,0
4
100,0
Jumlah
5
16,7
20
66,7
5
16,7
30
100,0
Sebesar 14,3 persen responden yang lama mendengarkannya rendah menilai waktu siaran tidak sesuai, 76,2 persen menilai cukup sesuai, dan 9,5 persen menilai sangat sesuai. Kategori responden yang lama mendengarkannya sedang sebesar 33,3 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 16,7 persen menilai cukup sesuai, dan 50,0 persen menilai sangat sesuai. Sementara kategori responden yang lama mendengarkannya tinggi seluruhnya sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai. Oleh karena nilai signifikansi 0,556 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa antara lama mendengarkan dengan penilaian responden terhadap waktu siaran tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya lama mendengarkan yang berbeda pada responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi penilaiannya terhadap waktu siaran. Menurut responden yang setiap harinya mendengarkan siaran radio berkisar lebih dari empat jam menganggap bahwa waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan siaran radio justru pada waktu sore hari, karena pada saat itulah waktu kosong yang ia miliki dan dapat memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendengarkan
siaran
radio.
Begitupun
dengan
responden
yang
hanya
96
mendengarkan siaran radio tidak lebih dari dua jam juga lebih banyak mendengarkannya pada waktu sore hari.
5.7
Ikhtisar Sebagian besar responden yang menjadi pendengar program siaran RPC
merupakan responden yang tergolong kategori umur dewasa yakni umur 26 sampai 37 tahun dan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 70,0 persen. Tingkat pendidikan sebagian besar responden merupakan tidak tamat SD sebesar 36,7 persen, dengan pekerjaan di bidang pertanian dan non-pertanian masing-masing sebesar 50,0 persen. Sementara media massa selain radio yang dimiliki responden untuk memperoleh informasi sebagian besar kepemilikan terhadap televisi. Sebagian besar responden memiliki frekuensi mendengarkan yang tergolong sedang yakni sebesar 60,0 persen dengan lama mendengarkan yang rendah sebesar 70,0 persen. Selain itu penilaian responden terhadap program siaran yang mencakup penilaian terhadap materi siaran, cara penyajian, penyiar, durasi siaran, dan waktu siaran tergolong baik penilaiannya. Keterdedahan responden pada siaran radio dan penilaiannya terhadap program siaran radio dipengaruhi oleh karakteristik responden. Karakteristik responden yang berhubungan dengan keterdedahannya pada siaran radio yakni kepemilikan media massa dengan lama mendengarkan. Sementara karakteristik responden yang berhubungan dengan penilaiannya terhadap program siaran yakni umur responden dengan penilaian terhadap waktu siaran, pekerjaan dengan penilaian terhadap materi siaran dan cara penyajian, serta kepemilikan media massa dengan penilaian terhadap cara penyajian, penyiar, dan durasi siaran, serta. Keterdedahan
responden
pada
siaran
radio
yang
berhubungan
dengan
penilaiannya terhadap program siaran radio yakni lama mendengarkan responden dengan penilaian terhadap durasi siaran.