46
BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH
Selain PLTMH, beberapa rumah tangga di Lebak Picung mendapatkan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan turbin pribadi. Sebelum adanya PLTMH, beberapa rumah tangga ada yang telah menggunakan PLTS dan sebagian menggunakan turbin, namun PLTS dan turbin hanya dimiliki sebagian orang dan tidak memiliki daya setinggi PLTMH. Tabel 7. Jumlah dan Presentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Listrik dari Satu Sumber Pembangkit Listrik. No.
Jenis Pembangkit Listrik yang Digunakan
1 2 3
PLTMH saja PLTS saja Turbin saja Jumlah
Jumlah N 17 0 0 17
Persen 33 0 0 33
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rumah tangga yang mendapatkan listrik dari satu sumber pembangkit listrik PLTMH adalah tujuh belas KK (33 persen) dan tidak terdapat rumah tangga yang hanya menggunakan PLTS saja maupun turbin saja. Sedangkan dari Tabel 8 diketahui bahwa terdapat lima KK (6 persen) yang mendapatkan aliran listrik dari tiga sumber pembangkit listrik yaitu PLTMH, PLTS serta turbin pribadi, sedangkan rumah tangga yang mendapatkan aliran listrik dari PLTMH dan turbin sebanyak delapan KK (9 persen), dan tiga puluh KK (52 persen)
lainnya memendapatkan aliran listrik dari PLTS dan
PLTMH. Tabel 8. Jumlah dan Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Pembangkit Listrik Lebih dari Satu. No.
1 2 3 4
Jenis Pembangkit Listrik yang Digunakan
PLTMH dan PLTS PLTMH dan Turbin PLTS danTurbin PLTMH, PLTS, dan Turbin Jumlah
Jumlah N 27 5 0 3 35
Persen 52 9 0 6 67
47
Berdasarkan Gambar 7, Secara keseluruhan PLTMH Lebak Picung mampu memberikan aliran listrik ke semua rumah tangga di Lebak Picung yaitu sebanyak lima pulub dua KK. Namun sayangnya PLTMH di Lebak Picung sempat berhenti mengalirkan listrik selama empat bulan karena debit air sungai yang rendah7. 6% 9% 33%
PLTMH saja PLTMH dan PLTS PLTMH dan Turbin PLTMH, PLTS, dan Turbin
52%
Gambar 7. Presentase Pemakaian Pembangkit Listrik oleh Rumah Tangga di Lebak Picung. Tiap pembangkit listrik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
sehingga tiap responden memiliki pendapat yang berbeda tentang kemampuan sumber pembangkit listrik yang mampu memenuhi kebutuhan listrik dalam rumah
tangga mereka. Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa tujuh belas KK (33 persen) yang hanya mendapatkan aliran listrik dari satu sumber pembangkit listrik yaitu PLTMH, seluruhnya menyatakan bahwa PLTMH lebih memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga mereka dibandingkan jenis pembangkit listrik yang lain.
Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Hanya Menggunakan PLTMH. No. 1. 2.
7
Jenis Pembangkit Listrik PLTMH Selain PLTMH Jumlah
Sampai akhir tahun 2011
N 17 0 17
Jumlah Persen 33 0 33
48
Sebanyak 27 KK yang menggunakan PLTMH dan PLTS, 21 KK (40 persen) diantaranya menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya karena mampu menyediakan daya yang lebih besar dibandingkan PLTS, namun sebanyak lima KK (10 persen) menyatakan PLTS lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya karena tidak mengalami kematian seperti PLTMH yang sempat tidak mampu mengalirkan listrik selama 4 bulan karena debit airnya yang rendah, dan satu KK (2 persen) lain menyatakan bahwa PLTS dan PLTMH sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya. Tabel 10. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Menggunakan PLTMH dan PLTS. No. 1. 2. 3.
Jenis Pembangkit Listrik PLTMH PLTS PLTS dan PLTMH sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga Jumlah
N 21 5
Jumlah Persen 40 10
1
2
27
52
Tabel 11 memperlihatkan bahwa lima KK (10 persen) yang mendapatkan aliran listrik dari turbin pribadi dan PLTMH, seluruhnya menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya. Tabel 11. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Menggunakan PLTMH dan Turbin. No. 1. 2. 3.
Jenis Pembangkit Listrik PLTMH Turbin PLTMH dan turbin sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga Jumlah
Jumlah N Persen 5 10 0 0 0
0
5
10
Tabel 12 menunjukkan bahwa tiga KK (5 persen) yang mendapatkan aliran listrik dari 3 pembangkit yaitu PLTS, turbin dan PLTMH, seluruhnya menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga
49
dibandingkan turbin maupun PLTS. Salah satu warga yang mempunyai turbin dan PLTS serta mendapat aliran listrik dari PLTMH menyatakan bahwa: “...yang pertama yang lebih dirasakan manfaatnya ya PLTMH, listriknya lebih besar, jadi bisa nyalain banyak...” (Srt, 60 tahun) Tabel 12. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Menggunakan PLTMH, PLTS, dan Turbin. No.
Jenis Pembangkit Listrik
1. 2. 3.
PLTMH PLTS Turbin PLTMH, PLTS dan turbin sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga Jumlah
4.
N 3 0 0
Jumlah Persen 5 0 0
0
0
3
5
Jika dilihat secara keseluruhan, Gambar 7 memperlihatkan bahwa sebanyak 46 KK (88 persen) menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memnuhi kebutuhan listrik rumah tangga mereka dengan catatan saat PLTMH tersebut berfungsi secara normal (tidak mati karena debit airnya yang rendah). Terdapat lima KK (10 persen) yang lain berpendapat bahwa PLTS lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga mereka karena selalu bisa diandalkan karena tidak seperti PLTMH yang sangat tergantung dengan ketersediaan debit air sungai. “...kalau menurut saya PLTS lebih bermanfaat, kalau PLTMH kan kadang masih gag nyala. Sekarang aja uda 4 bulan mati, soalnya airnya kurang...” (Sgn, 55 tahun) Terdapat 2 persen yaitu satu KK yang menyatakan bahwa PLTS dan PLTMH sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya. PLTMH memiliki kelebihan dari daya yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk menyalakan berbagai alat elektronik, sedangkan PLTS dengan daya yang dihasilkannya sangat kecil, hanya mampu menyalakan sekitar 2 lampu dengan jangka waktu yang tidak lebih dari 10 jam per harinya, namun PLTS bisa memenuhi kebutuhan listrik keluarga saat PLTMH sedang tidak berfungsi dengan baik seperti saat kemarau.
50
10%
2%
PLTMH PLTS PLTMH dan PLTS Memberikan Manfaat yang sama 88%
Pembangkit Listrik yang Lebih Memenuhi Kebutuhan Gambar 8. Presentase Pembangkit Listrik Rumah Tangga di Lebak Picung.
Terdapat 46 KK yaitu 88 persen responden menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga. Sebanyak 10 persen
responden yaitu lima KK berpendapat bahwa PLTS lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga dan satu KK atau 2 persen responden menyatakan bahwa PLTMH dan PLTS memberikan manfaat yang sama, karena bisa saling
melengkapi. Responden tersebut menyatakan bahwa: “....sama-sama memberikan manfaat sih teh. Listrik dari PLTMH gede, kalau PLTS ya walaupun kecil tapi pas PLTMH PLTMH nya mati kaya sekarang rumah tetap bisa nyala. Kalau air sungainya banyak, ya PLTMH nya yang dipakai. Jadi dua-duanya saling melengkapi...” (Slh, 30 tahun) 5.1. Pelaksanaan Program PLTMH 5.1.1. Tingkat Keterlibatan dalam Program Tingkat keterlibatan dalam
program melihat bagaimana keterlibatan
masyarakat sebagai penerima program dalam proses perencanaan PLTMH, pembangunan PLTMH, sampai pengelolaan PLTMH. Pengukuran pada keterlibatan masyarakat dalam program ditujukan untuk melihat hubungan
partisipasi masyarakat dalam program dengan citra yang terbentuk terhadap perusahaan. Citra yang kurang bagus dimungkinkan timbul karena keterlibatan
masyarakat dalam program yang relatif rendah sehingga tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang program dan perusahaan.
51
Tingkat partisipasi atau keterlibatan dalam program pertama dilihat melalui pengetahuan bahwa PLTMH merupakan program dari PLN. Sebanyak dua belas responden (23 persen) menyatakan sangat mengetahui bahwa PLN memiliki program PLTMH, dan empat puluh responden (77 persen) menjawab mengetahui bahwa PLTMH merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh PLN. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui bahwa PLN memiliki program PLTMH. Partisipasi penerima program dilihat melalui keterlibatannya dalam perencanaan program PLTMH di Lebak Picung. Sebanyak tiga belas responden (25 persen) sangat terlibat dalam perencanaan program PLTMH di Lebak Picung, 35 responden (67 persen) menyatakan terlibat secara aktif, dan sebanyak empat responden (8 persen) kurang terlibat dalam perencanaan karena tidak mengikuti rapat yang dilakukan terkait perencanaan PLTMH walaupun mengetahui atau mendapat undangan untuk membicarakan perencanaan PLTMH, karena kondisi anggota keluarga yang terbilang lanjut usia dan keberadaan kepala keluarga yang berada di luar kota sehingga terkadang diwakili oleh anggota keluarga lainnya. Penilaian pada keikutsertaan responden dalam pembangunan PLTMH di Lebak Picung menunjukkan 28 responden (54 persen) ikut sangat aktif dalam pembangunan PLTMH dengan rutin membantu dan turut serta dari awal pembangunan, 22 responden (42 persen) menyatakan terlibat dalam pembangunan walaupun hanya membantu semampunya, tiga responden (4 persen) tidak ikut serta dalam pembangunan salah satunya disebabkan karena pekerjaannya berada di luar kota sehingga tidak bisa ikut serta, satu responden yang lain memiliki kesehatan fisik yang kurang bagus karena berusia di atas 70 tahun, dan satu responden tidak mengikuti pembangunan PLTMH karena selain telah lanjut usia, wanita tersebut juga hanya tinggal seorang diri dan kesehatan fisiknya juga kurang baik. “...kalau pas ngumpul pas mau ada bangun PLTMH ya ikut, tapi pas bangun-bangunnya itu ngga ikutan, soalnya bapak (suami) juga uda tua, bangun aja ngga bisa teh, saya juga ngga bisa itu bangun-bangun kan...” (Rt, 70 tahun)
52
Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga dilibatkan dalam pembangunan PLTMH, mulai dari pembuatan saluran hingga bangunan untuk mesin. Rumah tangga yang tidak ikut serta dalam pembangunan PLTMH dikarenakan faktor usia yang sudah cukup tua sehingga kondisi fisik yang tidak memungkinkan selain itu juga dikarenakan pekerjaan yang berada di luar kota dan hanya ke Lebak Picung pada saat-saat tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk terlibat penuh dalam pembangunan PLTMH. Keterlibatan dalam program juga dilihat melalui keikutsertaan dalam keberlangsungan program seperti mengikuti ronda di PLTMH sesuai jadwal. Sebanyak tiga puluh responden (58 persen) menyatakan sangat terlibat dalam kegiatan ronda karena mengikuti ronda sesuai dengan jadwal dan terkadang ikut ronda juga walaupun diluar jadwal ronda seharusnya, delapan belas responden (34 persen) menyatakan terlibat dalam kegiatan ronda dengan mengikuti ronda sesuai jadwal yang telah dibuat, dua responden (4 persen) terlibat secara kurang aktif dalam kegiatan ronda karena walaupun ada di jadwal ronda namun terkadang tidak bisa mengikuti jadwal ronda karena ada pekerjaan, dua responden (4 persen) tidak terlibat dalam kegiatan ronda karena memang tidak mengikuti sama sekali ronda dan tidak mendapat jadwal ronda karena memang responden tersebut merupakan wanita berusia 65 tahun yang hanya tinggal seorang diri di rumah dan satu rumah tangga lain ditinggali oleh sepasang lansia yang memiliki kesehatan fisik yang tidak terlalu baik. Keterlibatan masyarakat dalam program PLTMH melalui keikutsertaannya dalam kepengurusan dalam pengelolaan PLTMH di Lebak Picung. Sebanyak empat responden (8 persen) menyatakan menjadi pengurus aktif dalam pengelolaan PLTMH dengan menjadi ketua, sekretaris, bendahara, dan penanggung jawab teknis, sembilan responden (17 persen) lain menyatakan pernah menjadi pengurus walaupun tidak menempati jabatan tertentu. Sebanyak 35 responden (67 persen) menyatakan tidak menjadi pengurus dalam pengelolaan PLTMH namun ikut dalam pemberian masukan kepada pengurus sedangkan tiga responden (8 persen) lain menyatakan sama sekali tidak terlibat dalam kepengurusan yang menangani pengelolaan PLTMH.
53
Kepedulian
dan
keikutsertaan
dalam
menjaga
keberlangsungan
operasionalisasi PLTMH juga menjadi poin keterlibatan dalam program. Terdapat lima belas responden (29 persen) menyatakan peduli dan berperan sangat aktif dalam operasionalisasi PLTMH, 37 responden (71 persen) menyatakan peduli dan ikut serta dalam operasionalisasi PLTMH aktif. Berdasarkan data ini terlihat bahwa
seluruh
responden
peduli
dan
ikut
menjaga
keberlangsungan
operasionalisasi PLTMH salah satunya ditunjukkan dengan membayar iuran rutin tiap bulan untuk kas koperasi yang ditujukan untuk pemeliharaan dan biaya pembelian alat jika terjadi kerusakan pada komponen PLTMH. Keterlibatan dalam program juga dilihat melalui perannya menjaga lingkungan khususnya ketersediaan dan kelancaran air sungai sebagai sumber utama PLTMH. Sebanyak sepuluh responden (19 persen) menyatakan sangat menjaga lingkungan khususnya kelancaran air sungai dengan tidak membuang sampah rumah tangga ke sungai sampai memperingatkan warga lain agar tidak membuang sampah sembarangan ke sungai serta memiliki kesadaran perlunya menjaga hutan khususnya pohon-pohon yangberperan dalam kestabilan debit air sungai, empat puluh responden (77 persen) menyatakan ikut menjaga lingkungan khususnya ketersediaan dan kelancaran air sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan ke sungai, dan dua responden (4 persen) menyatakan berusaha seminim mungkin mengurangi kebiasaan membuang sampah ke sungai. “...saya hampir selalu ikut kalau ada kumpul pas dulu ada rencana mau ada PLTMH. Kalau lagi ada di sini (Lebak Picung) ya saya selalu ikut. Pas bikin bangunannya juga saya selalu ikutan. Istri saya kadang suka marahin orang yang suka buang air sembarangan. Soalnya kan bikin airnya gag lancar...” (End, 26 tahun) Keterlibatan dalam program PLTMH dinilai dari tujuh pernyataan yang ditanyakan kepada lima puluh dua responden. Sebanyak 29 responden (56 persen) memiliki total skor diantara 22-28 dan masuk dalam kategori responden dengan tingkat keterlibatan tinggi dalam program PLTMH, hal ini bisa ditunjukkan dengan perannya selain rutin ronda, pembangunan, dan hadir dalam perencanaan, beberapa responden juga berperan sebagai pengurus aktif maupun perannya
54
dengan selalu menjaga kelancaran air sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan maupun mengingatkan warga sekitar untuk menjaga sungai. Terdapat 23 responden (44 persen) memiliki total skor antara 15-21 dan masuk ke dalam kategori responden dengan tingkat keterlibatan sedang dalam program PLTMH. Responden dengan total skor 15-21 salah satunya adalah walaupun tidak terlibat sebagai pengurus aktif namun ikut serta dalam pembangunan dan melakukan ronda sesuai jadwal. Tabel 13. Jumlah dan Presentase Penilaian Menurut Tingkat Keterlibatan Responden dalam Program PLTMH. No. 1. 2. 3.
Tingkat Keterlibatan Responden (skor) Rendah (≤13) Sedang (14-21) Tinggi (≥22) Jumlah
N 0 23 29 52
Jumlah Persen 0 44 56 100
Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau rumah tangga memliki keterlibatan yang tinggi dalam program PLTMH, dimana masing-masing rumah tangga mengetahui bahwa PLN memiliki program PLTMH, PLN juga melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pembangunan, maupun menumbuhkan kemandirian masyarakat dengan mengurus secara mandiri pengelolaan PLTMH sehingga masyarakat memiliki kepedulian dan turut menjaga keberlangsungan operasionalisasi PLTMH maupun ikut serta menjaga lingkungan khususnya ketersediaan dan kelancaran air sungai sebagai sumber utama PLTMH. 5.1.2. Manfaat Program Manfaat Program adalah sejauhmana program PLTMH berguna bagi masyarakat. Manfaat program melihat sejauhmana PLTMH dinilai telah membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung, manfaat yang dirasakan dalam pemenuhan listrik rumah tangga dibandingkan pembangkit listrik lain seperti generator maupun PLTS, sejauhmana PLTMH PLN memberikan manfaat pada pemenuhan kebutuhan informasi yang didapatkan rumah tangga melalui akses pada media dengan adanya listrik, manfaat di bidang pendidikan dengan peningkatan minat belajar anggota keluarga dengan adanya listrik, peningkatan
55
perekonomian keluarga, maupun perkembangan pada Lebak Picung secara keseluruhan. Sebanyak sembilan responden (17 persen) menyatakan bahwa PLTMH sangat membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung dimana sebelumnya kondisi Lebak Picung sebelum adanya PLTMH hampir sebagian besar rumah pada malam hari gelap karena baru sebagian kecil yang memiliki PLTS ataupun turbin pribadi, 34 responden (66 persen) menyatakan PLTMH telah membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung karena daya yang dihasilkan lebih besar bila dibandingkan PLTS maupun turbin pribadi sedangkan sembilan responden (17 persen) lainnya menyatakan PLTMH sudah membantu tapi belum optimal dalam memnuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung. Manfaat PLTMH bila dibandingkan pembangkit listrik lain seperti PLTS maupun generator pribadi, sebanyak tujuh belas responden (33 persen) menyatakan PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga karena dengan adanya PLTMH rumah tangga bisa menyalakan berbagai alat elektronik, sedangkan 32 responden (61 persen) menyatakan PLTMH mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, dan tiga responden (6 persen) lain menyatakan PLTMH kurang mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga karena sangat tergantung dengan debit air sungai sebagai sumber listrik PLTMH, sedangkan debit air sungai di Lebak Picung menurun ketika musim kemarau, sedangkan PLTS maupun turbin walaupun menghasilkan daya yang lebih rendah namun mampu memberikan pasokan listrik yang bisa dinikmati setiap malam. Manfaat yang bisa didapatkan dengan adanya listrik adalah kemampuan rumah tangga untuk mendapatkan informasi melalui media massa yang bisa diakses dengan adanya listrik seperti televisi. Sebanyak tujuh belas responden (33 persen) sangat setuju bahwa listrik telah membantu rumah tangga untuk mendapatkan informasi melalui media massa seperti televisi, 25 responden (48 persen) menyatakan setuju bahwa dengan adanya listrik telah membantu anggota rumah tangga mendapatkan informasi melalui media massa seperti televisi, sedangkan sepuluh responden (19 persen) kurang menyetujui karena belum
56
memiliki alat elektronik seperti televisi dan sebagian menganggap bahwa televisi bukan merupakan sumber informasi yang baik. Listrik dari PLTMH juga membantu dalam peningkatan minat belajar anggota keluarga, sebanyak lima belas responden (29 persen) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut karena pada malam hari anggota keluarga khususnya yang masih bersekolah memanfaatkan listrik untuk mempelajari pelajaran di sekolahnya. Terdapat 24 responden (46 persen) setuju bahwa listrik ikut membantu peningkatan minat belajar anggota keluarga dan sebelas responden (21 persen) kurang setuju karena setelah adanya listrik anggota keluarga lebih sering mengakses hiburan dari televisi, sedangkan dua responden (4 persen) sangat tidak setuju karena merasa sama sekali tidak merasakan perubahan dalam peningkatan belajar anggota keluarga karena anggota keluarganya sudah lanjut usia dan buta huruf. Manfaat lain yang dirasakan oleh masyarakat Lebak Picung setelah adanya PLTMH adalah secara tidak langsung listrik mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Terdapat delapan responden (15 persen) menyatakan sangat setuju karena dengan adanya listrik telah membantu pemasukan keluarga dengan melakukan bisnis kecil-kecilan seperti membuat kripik, bisa membuka toko sampai malam hari, sampai industri kecil pembuatan meubel. Sebanyak 25 responden (48 persen) menyatakan setuju bahwa listrik ikut membantu perekonomian keluarga walaupun dalam bentuk kecil, dan sembilan belas responden (37 persen) kurang setuju bahwa listrik ikut membantu pemasukan keluarga karena tidak ada perubahan dalam pekerjaan sebelum adanya listrik PLTMH maupun setelah adanya listrik PLTMH. Listrik dari PLTMH juga turut meningkatkan keakraban warga karena dengan adanya listrik di malam hari, masyarakat lebih sering mengadakan kumpul bersama baik dari kegiatan ronda maupun kumpul di depan rumah tertentu. Terdapat dua belas (23 persen) responden menyatakan sangat setuju karena menurut mereka listrik ikut meningkatkan keakraban warga, dengan adanya listrik aktivitas warga di malam hari meningkat dan dimanfaatkan oleh mereka untuk berinteraksi. Sebanyak empat puluh responden (77 persen) menyatakan setuju
57
dengan pendapat ini, menurut mereka selain meningkatkan interaksi antar warga di malam hari, listrik juga ikut meningkatkan interaksi antar anggota keluarga dalam satu rumah tangga. Secara keseluruhan data menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan listrik ikut berperan dalam peningkatan interaksi antar warga di malam hari. Tabel 14. Jumlah dan Presentase Responden Menurut Manfaat Program PLTMH. No. 1. 2. 3.
Manfaat Program PLTMH (skor) Kurang bermanfaat (≤11) Cukup bermanfaat (12-18) Sangat Bermanfaat (≥19) Jumlah
N 0 32 20 52
Jumlah Persen 0 62 38 100
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa terdapat 32 responden (62 persen) dengan skor total 12-18 yang menyatakan bahwa PLTMH dari PLN cukup bermanfaat, khususnya bagi pemenuhan listrik rumah tangga maupun membantu aktivitas lainnya seperti pemenuhan informasi sampai meningkatkan interaksi antar warga di malam hari. Sedangkan dua puluh responden (38 persen) yang lain menyatakan bahwa PLTMH dari PLTMH sangat bermanfaat karena PLTMH telah membantu dalam membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung, dengan adanya listrik anggota rumah tangga mendapatkan kemudahan terhadap akses informasi dari media massa seperti televisi, meningkatkan minat belajar anggota keluarga, secara tidak langsung juga listrik ikut membantu meningkatkan perekonomian keluarga sampai interaksi antar warga maupun anggota keluarga yang semakin intens di malam hari dengan adanya listrik. Salah satu responden menyatakan bahwa: “.....dengan adanya listrik dari PLTMH, kegiatan kami jadi lebih mudah. Masak jadi lebih mudah, tinggal pakai magic com aja, disini juga jadi lebih terang kalau malam...” (Mr, 45 tahun) Manfaat PLTMH lainnya juga dirasakan oleh responden: “....anak saya ini rajin belajar, tulisannya juga bagus, kalau malam biasanya suka baca-baca buku sekolahnya....”(Aws, 32 tahun)
58
“...listrik itu bantu perekonomian keluarga saya teh, karena saya kan bikin meubel tuh dibelakang rumah, ya walaupun kecil-kecilan tapi kan buat ngalusin kayunya juga pake listrik...”(Plg, 50 tahun) “....ya PLN uda banyak membantu warga, bantu pembangunan mesjid, trus jadi ada listrik kalo lagi banyak air. Pengennya sih, bisa nyala siang malam dan dayanya tambah besar, soalnya kalo mati kaya sekarang kan jadinya belum bisa memenuhi kebutuhan listrik di sini...” (Msj, 43 tahun) Secara keseluruhan, responden menyatakan bahwa listrik yang dihasilkan oleh PLTMH telah memberikan manfaat yang berarti terutama di tingkat rumah tangga. Responden menyatakan bahwa listrik memudahkan mereka dalam melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga salah satunya seperti kemudahan dalam menanak nasi. PLTMH mampu menghasilkan daya yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembangkit listrik lain sehingga warga bisa menggunakan berbagai alat elektronik dengan biaya iuran koperasi tiap bulan yang relatif murah. Sayangnya dalam kondisi kemarau dimana sungai memiliki debit air yang rendah, PLTMH tidak beroperasi sehingga tidak mampu memberikan pasokan listrik untuk memnuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung. 5.1.3. Penilaian Terhadap Pelaksanaan PLTMH Variabel pelaksanaan PLTMH menilai dari keterlibatan penerima program pada program PLTMH serta kesesuaian manfaat program dengan kebutuhan penerima program. Penilaian terhadap pelaksanaan PLTMH ini dilakukan untuk melihat bahwa partisipasi penerima program dalam perencanaan hingga operasionalisasi dan perawatan PLTMH berpengaruh terhadap citra perusahaan yang terbentuk. Manfaat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari program yang dijalankan juga memiliki perngaruh pada pembentukan citra perusahaan. Tabel 15. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Pelaksanaan PLTMH. No. 2 3 4
Program PLTMH (skor) Dilaksanakan dengan kurang baik (14-26) Dilaksanakan dengan cukup baik (27-39) Dilaksanakan dengan sangat baik (40-52) Skor
N 0 27 25 52
Jumlah Persen 0 52 48 100
59
Penilaian tentang program PLTMH dilihat dari keterlibatan responden dalam program serta manfaat yang dirasakan responden dengan adanya program
PLTMH. 25 responden (48 persen) menyatakan bahwa program PLTMH dilaksanakan dengan sangat baik, sedangkan 27 responden (52 persen) lainnya menilai bahwa program PLTMH dilaksanakan dengan cukup baik. Tidak ada sama sekali responden yang mengkategorikan mengkategorikan program PLTMH dilaksanakan
dengan kurang baik.
52%
48%
Program PLTMH Dilaksanakan dengan Sangat Baik Program PLTMH Dilaksanakan dengan Cukup Baik
Gambar 9. Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Pelaksanaan Program PLTMH. Beberapa responden menyatakan tentang penilainnya tentang program PLTMH dan harapan terhadap program PLTMH PLN, diantaranya:
“....programnya sudah baik untuk dilaksanakan. Pengennya sih ada yang meriksa rutin dari PLN nya, trus dayanya dayanya jadi nambah juga...” (Jri, 39 tahun) “ ....harapannya PLTMH bisa lebih baik lagi. Trus kalo ada kerusakan di mesinnya bisa dibantu, janjinya kan beberapa kali kerusakan masih diganti sama PLN, tapi waktu kemarin ada yang rusak itu, orang sini ke Bandung gag nemu orang PLN nya jadi beli sendiri...”(Yy, 20 tahun) 5.2. Proses Pembentukan Citra Pembentukan citra terdiri dari beb beberapa erapa tahapan, yang pertama adalah penangkapan informasi, kemudian perhatian, kemudian pemahaman. Semakin sengaja suatu program dijalankan dengan menginformasikan kepada masyarakat
60
maka tingkat penangkapan informasi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai penerima program dari perusahaan akan semakin tinggi. Penangkapan informasi pada sasaran program dan pelaksanaan program akan mempengaruhi tahap pembentukan citra berikutnya yaitu tingkat perhatian terhadap program. Perhatian pada program kemudian berpengaruh pada pemahaman yang dimiliki sasaran program terhadap pembentukan citra. 5.2.1. Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure) Dalam penelitian ini, tingkat penangkapan informasi dinilai dari sejauh mana sasaran program mengetahui atau menyadari adanya implementasi program PLTMH. Tingkat penangkapan informasi digunakan untuk melihat informasi yang dimiliki responden tentang program PLTMH di Lebak Picung, hingga sejauh mana responden mengetahui tentang PLN dan upaya yang dilakukan PLN. Sebanyak dua belas responden (23 persen) menyatakan sangat mengetahui program PLTMH yang dilakukan oleh PLN di Lebak Picung, hal ini ditunjukkan dari informasi yang mereka miliki tentang daya yang dihasilkan dari PLTMH Lebak Picung, pentingnya menjaga hutan agar debit air tetap terjaga, kelembagaan untuk mengelola PLTMH, hingga pentingnya menjaga kebersihan sungai. Empat puluh responden lain (77 persen) sekedar mengetahui program PLTMH yang dilakukan PLN di Lebak Picung. Secara garis besar seluruh responden mengetahui program PLTMH yang dilakukan oleh PLN di Lebak Picung khususnya melalui sosialisasi yang dilakukan sebelum program dijalankan. Terdapat empat responden (8 persen) menyatakan lebih mengenal PLN setelah adanya PLTMH, responden ini menyatakan bahwa sebelumnya tidak tahu tentang PLN, namun setelah adanya PLTMH di Lebak Picung mereka mengetahui bahwa PLN merupakan perusahaan yang berjasa dalam penyediaan listrik. Sebanyak 36 responden (69 persen) menyatakan bahwa sebelumnya telah mengenal PLN namun setelah adanya PLTMH, informasi yang dimiliki tentang PLN semakin banyak. Sedangkan dua belas responden lain (23 persen) menyatakan bahwa PLTMH tidak mengubah pengetahuan yang dimiliki tentang PLN, dimana keduabelas responden ini mengenal PLN tidak melalui adanya PLTMH yang ada di lokasi mereka tinggal.
61
Sebanyak enam responden (12 persen) menyatakan bahwa PLN secara sangat kontinu menjalankan program PLTMH di Lebak Picung, menurut mereka hal ini dibuktikan dari bentuk nyata yang dilakukan PLN dengan membangun PLTMH, walaupun PLTMH sempat mati beberapa bulan, namun responden berpendapat bahwa hal ini lebih dikarenakan debit air sungai yang rendah. Empat puluh tiga responden (83 persen) menyatakan bahwa PLN terus menerus menjalankan program PLTMH, responden berpendapat bahwa selama PLTMH masih mengalirkan listrik memberikan pasokan listrik maka PLN masih tetap menjalankan program pemberdayaan melalui PLTMH, dan tiga responden lain (5 persen) berpendapat bahwa PLN masih belum terus menerus menjalankan PLTMH karena tidak ada pengontrolan yang dilakukan oleh pihak PLN dan saat membeli alat baru untuk PLTMH, warga harus mencari sendiri ke Bandung, menurut mereka PLTMH yang ada juga sempat mengalami kematian sehingga menunjukkan bahwa PLN belum secara terus menerus menjalankan program PLTMH. Sebanyak empat responden (8 persen) menyatakan sangat mengetahui bahwa PLTMH merupakan salah satu bentuk komunikasi PLN dengan masyarakat, bahkan menurut responden, PLTMH tidak hanya sekedar sebagai sarana komunikasi yang dilakukan perusahaan, namun juga memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. empat puluh tiga responden (83 persen) hanya sekedar mengetahui bahwa PLTMH sebagai salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan PLN dengan masyarakat, sedangkan lima responden (9 persen) menyatakan kurang mengetahui bahwa PLTMH merupakan bentuk komunikasi PLN dengan masyarakat. Sebanyak delapan responden (15 persen) menyatakan sangat mengetahui program pemberdayaan yang dilakukan oleh PLN melalui PLTMH dari sosialisasi yang dilakukan ke Lebak Picung, sedangkan 44 responden lain (85 persen) lain mengetahui informasi tentang program PLTMH melalui sosialisasi yang dilakukan ke Lebak Picung. Sosialisasi ini dilakukan dengan bantuan mitra yaitu Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor. Seluruh responden mengetahui tentang PLTMH dari sosialisasi yang dilakukan kepada sasaran program. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan dengan sengaja
62
yaitu melalui sosialisasi mempengaruhi tingkat penangkapan informasi sasaran program. Tiga belas responden (25 persen) sangat setuju bahwa listrik mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik, melalui kemudahan yang didapatkan dengan adanya alat elektronik, hingga pekerjaan yang bisa dilakukan dengan adanya listrik sehingga bisa menambah penghasilan keluarga, salah satunya yaitu dari home industry pembuatan meubel. Sedangkan 38 responden (73 persen) setuju bahwa listrik mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik, dan satu orang responden (2 persen) tidak setuju karena walaupun listrik memberikan dampak yang positif, namun dengan adanya listrik kebutuhan hidup juga ikut meningkat. Tabel 16. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure). No. 1 2 3
Tingkat Penangkapan Informasi (skor) Rendah (≤11) Sedang (12-18) Tinggi (≥19) Jumlah
Jumlah N Persen 0 0 32 62 20 38 52 100
Berdasarkan data Tabel 16 diketahui bahwa sebanyak dua puluh responden responden (38 persen) memiliki skor keseluruhan di atas 19 yang berarti mereka memiliki informasi yang tinggi tentang program PLTMH maupun PLN sebagai perusahaan penyelenggara PLTMH. Tiga puluh dua responden (62 persen) memiliki skor 12-18 yang berarti memiliki cukup informasi atau tingkat penangkapan informasi sedang tentang program PLTMH. “...sebelumnya ya nggak tau kalau ada PLN, baru pas ada PLTMH tahu tentang PLN....” (Sgn, 47 tahun) Meskipun sebagian responden menilai bahwa PLN belum menjalankan program PLTMH secara terus menerus karena tidak adanya pengontrolan yang dilakukan perusahaan ke Lebak Picung, namun secara keseluruhan responden memiliki informasi yang memadai tentang program PLTMH.
63
5.2.2. Tingkat Perhatian (Attention) Tingkat perhatian menilai sejauh mana ketertarikan penerima program untuk mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan PLTMH, yang dilihat melalui ketertarikan serta apa yang dirasakan oleh responden terhadap program PLTMH dari PLN. Sebanyak empat responden (8 persen) merasa PLN sangat berusaha untuk hidup berdampingan dengan masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya PLTMH, 47 responden (90 persen) merasa PLN sudah berusaha untuk hidup berdampingan dengan masyarakat, karena sebelumnya pendistribusian listrik dari PLN belum menjangkau wilayah Lebak Picung. Satu responden (2 persen) lain menyatakan sangat tidak setuju bahwa PLN berusaha untuk hidup berdampingan dengan masyarakat karena menurutnya PLN seolah lepas tangan setelah memberikan PLTMH. Tingkat perhatian juga diketahui dari keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH mulai dari perencanaan hingga pengelolaan. Sebanyak tujuh responden (13 persen) menyetakan mengetahui dengan benar tiap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH mulai dari perencanaan hingga pengelolaan, hal ini dikaitkan dengan peran yang dimiliki dalam kelembagaan di masyarakat Lebak Picung. Terdapat enam responden (12 persen) mengikuti dan mengetahui dengan benar kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH walaupun tidak memiliki posisi tertentu dalam panitia yang dibentuk dari masyarakat. Empat belas responden (27 persen) menyatakan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH namun tidak mengikuti seluruh kegiatan sehingga perhatian yang dimiliki pun relatif rendah, sedangkan satu orang responden (2 persen) menyatakan tidak mengetahui dengan benar, dan hanya sekedar menerima program saja. Sebanyak tujuh responden (14 persen) merasa bahwa program PLTMH yang dilakukan PLN sangat mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Lebak Picung, karena sebelum adanya PLTMH hanya ada beberapa rumah saja yang bisa mengakses listrik melalui PLTS ataupun turbin pribadi, dan ketujuh responden ini baru mendapatkan akses listrik setelah ada program PLTMH. Tiga puluh tujuh responden (71 persen) merasa bahwa programPLTMH telah mampu
64
memnuhi kebutuhan listrik karena memiliki daya yang lebih tinggi dibandingkan pembangkit lain yang ada di Lebak Picung seperti PLTS maupun turbin pribadi, sedangkan delapan responden (15 persen) kurang setuju, karena menurut mereka PLTMH memang mampu memenuhi listrik rumah tangga di Lebak Picung namun tidak pada saat kemarau. Terdapat dua belas responden (23 persen) merasa bahwa program PLTMH dari PLN sangat memberikan dampak yang positif bagi penerima program, empat puluh responden (77 persen) lain merasa bahwa program PLTMH telah memberikan dampak positif. Secara garis besar seluruh responden merasa bahwa PLTMH telah memberikan dampak yang positif, jadi secara keseluruhan responden menyatakan bahwa PLTMH telah memberikan dampak yang positif bagi mereka. Tujuh responden (13 persen) yang sangat mengetahui dengan benar tujuan dari program PLTMH karena dilakukan dengan melibatkan warga secara langsung dalam program, 32 responden (62 persen) cukup mengetahui tujuan dari program PLTMH karena keterlibatannya secara langsung dalam program, sedangkan tiga belas responden (25 persen) ternyata kurang mengetahui tentang tujuan program PLTMH dan hanya sekedar merasakan manfaat yang positif bagi mereka. Tabel 17. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Perhatian (Attention). No. 1 2 3
Tingkat Perhatian (skor) Rendah (≤9) Sedang (10-15) Tinggi (≥16)
Total
N 0 37 15 52
Jumlah Persen 0 71 29 100
Secara keseluruhan tingkat perhatian responden merupakan tahapan lebih lanjut setelah penangkapan informasi dalam proses pembentukan citra. Tingkat perhatian dilihat berdasarkan ketertarikan sasaran program terhadap PLN dan program PLTMH. Ketertarikan ini salah satunya dinilai dari keyakinan terhadap program dan perusahaan. Tingkat perhatian dinilai dari 5 pertanyaan. Terdapat lima belas responden (29 persen) memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap
65
program yang dilihat melalui ketertarikan responden terhadap usaha yang dilakukan PLN khususnya melalui program PLTMH di tempat mereka tinggal. Responden merasa bahwa PLN sangat berusaha untuk hidup berdampingan dengan siapapun yang terlihat dari kesungguhan PLN untuk menjangkau mereka walaupun berada di lokasi yang cukup sulit dijangkau, ketertarikan mereka diketahui pula dari pengetahuan yang dimiliki dari tiap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH dari mulai perencanaan sampai pengelolaan. Terdapat 37 responden (71 persen) dengan total skor 12-18 yang berarti memiliki tingkat perhatian sedang. Sebagian besar tingkat perhatian responden yang masuk dalam kategori perhatian sedang ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan PLTMH yang masih sering mengalami kematian khususnya saat musim kemarau. Responden juga menyatakan bahwa PLN belum sepenuhnya berusaha hidup berdampingan dengan masyarakat karena tidak pernah mengadakan kunjungan atau pengontrolan ke daerah mereka. 5.2.3. Tingkat Pemahaman (Comprehensive) Tingkat Pemahaman (Comprehensive) adalah sejauh mana pengetahuan dan penilaian individu sasaran program tentang implementasi program community relations. Variabel ini mengukur pernyataan tentang pemahaman terhadap manfaat PLTMH secara keseluruhan, penilaian terhadap PLN sebagai sahabat bagi warga karena mampu memenuhi kebutuhan listrik, serta kebersediaan menjadi pengurus dalam program pemberdayaan yang diadakan PLN maupun kebersediaan jika PLN melakukan kegiatan lain di Lebak Picung. Pemahaman responden dinilai dari manfaat program PLTMH yang mereka ketahui. Sebanyak sepuluh responden (19 persen) sangat memahami manfaat dari PLTMH dan empat puluh responden (77 persen) cukup mengetahui manfaat dari program PLTMH, sedangkan dua responden (4 persen) kurang mengetahui secara tepat manfaat program PLTMH. Responden yang sangat memahami manfaat program dinilai dari pemahaman yang dimiliki terhadap manfaat PLTMH yang tidak hanya sebatas untuk penyedia listrik, tapi listrik dari PLTMH telah memberikan berbagai manfaat positif lain seperti memberikan manfaat bagi
66
perkembangan Lebak Picung, maupun manfaat lain seperti ikut meningkatkan perekonomian keluarga. Berbagai manfaat tentang PLTMH memberikan pengaruh terhadap pemahaman responden. Sebanyak enam responden (12 persen) menyatakan PLN telah menjadi sahabat bagi mereka karena berbagai manfaat yang dirasakan, empat puluh responden lain (76 persen) menyatakan bahwa PLN sudah menjadi teman. Salah satu responden mengungkapkan: “...mmmm...baru jadi teman kayanya, kalo sahabat belum..PLN nya ngga pernah ngontrol kesini...”(Yyn, 20 tahun) terdapat enam responden (12 persen) yang menyatakan bahwa PLN sampai sejauh ini belum menjadi sahabat, dan hanya sebatas pemberi bantuan saja, karena tidak ada hubungan lebih lanjut yang dijalin PLN dengan masyarakat di Lebak Picung. Dalam kesediaan menjaga keberlangsungan PLTMH, terdapat lima belas responden (29 persen) yang menyatakan sangat bersedia dalam menjaga keberlangsungan PLTMH. Hal ini dibuktikan dengan aksi nyata baik dengan peran aktif yang dilakukan dalam program PLTMH, seperti aktif mulai saat perencanaan sampai hal sederhana seperti menjaga kebersihan sungai. Diantara lima belas responden tersebut sebagian besar memahami dengan benar peran hutan untuk dijaga karena berpengaruh terhadap ketersediaan air sungai. Tiga puluh delapan responden (71 persen) lain menyatakan bersedia menjaga keberlangsungan PLTMH karena mereka merasakan dan memahami bahwa PLTMH memberikan manfaat yang positif sehingga kesediaan dengan menaati peraturan bersama yang disepakati merupakan hal penting untuk menjaga PLTMH, salah satunya mereka lakukan dengan membayar iuran rutin dan ikut ronda. Pemahaman juga ditunjukkan dari kesediaan menjadi pengurus atau turut aktif dalam kegiatan yang menyangkut pemeliharaan PLTMH. Sebanyak lima responden (10 persen) menyatakan sangat bersedia menjadi pengurus dan turu aktif dalam kegiatan yang menyangkut pemeliharaan PLTMH. Dua puluh satu responden (40 persen) menyatakan bersedia turut aktif dalam kegiatan yang
67
menyangkut pemeliharaan PLTMH namun tidak bersedia menjadi pengurus. Dua puluh enam responden (50 persen) yang lain menyatakan hanya memilih sebagai penerima program saja dan sebatas menaati peraturan yang disepakati. Seperti yang diungkapkan salah seorang responden: “...nggak ah kalau jadi pengurus. Yah...paling ikut iuran bulanannya aja...”(Nry, 70 tahun) Pemahaman responden juga diketahui melalui tingkat penerimaan terhadap perusahaan, responden yang memiliki pemahaman tinggi akan cenderung menerima kegiatan perusahaan berada dekat dengan mereka. Sebanyak tujuh responden (13 persen) menyatakan sangat bersedia menerima kegiatan lain yang dilakukan PLN di Lebak Picung setelah adanya PLTMH, empat puluh tiga responden (83 persen) bersedia jika PLN berencana membuat kegiatan atau program di sekitar Lebak Picung, sedangkan dua responden (4 persen) menyatakan belum tentu asal menerima dan mengungkapkan tergantung program seperti apa yang ingin dilaksanakan di sekitar Lebak Picung. Secara keseluruhan penerimaan responden terhadap PLN cukup tinggi. Hanya terdapat tiga responden (6 persen) yang menyatakan sangat bersedia menjadi pengurus atau pengelola yang dipercaya PLN jika ada program baru yang dilaksanakan di Lebak Picung, 21 responden (40 persen) bersedia menjadi pengurus, 26 responden (50 persen) bersedia saja jika ikut serta dalam program namun bukan sebagai pengurus, dan dua responden (4 persen) sama sekali tidak mau terlibat jika PLN melaksanakan program baru di Lebak Picung. Tabel 18. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman (Comprehensive). No. 1 2 3
Tingkat Pemahaman Rendah (≤11) Sedang (12-18) Tinggi (≥18) Jumlah
N 0 40 12 52
Jumlah Persen 0 77 23 100
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa sebagian besar responden masuk ke dalam kategori tingkat pemahaman sedang dengan skor total 12-18, yaitu
68
sebanyak empat puluh responden (77 persen). Tingkat pemahaman yang dimiliki responden ini dinyatakan dengan kesediaan responden menerima kegiatan atau program baru di Lebak Picung yang diadakan oleh PLN, namun keberatan jika menjadi pengurus atau pengelola. Sebanyak dua puluh responden (23 persen) memiliki skor diatas 18 memiliki tingkat perhatian yang tinggi, mereka menyatakan bahwa PLN sudah menjadi sahabat karena berbagai manfaat yang telah dirasakan dari program PLTMH. Responden juga menyatakan bersedia jika PLN mengadakan program atau kegiatan lain di sekitar tempat tinggal mereka dan siap menjadi pengurus atau pengelola dalam program baru tersebut. 5.2.4. Proses Pembentukan Citra Proses pencitraan atau proses pembentukan citra adalah proses pemaknaan program pada sasaran yang diawali dari adanya penangkapan informasi (exposure), dilanjutkan dengan perhatian (attention) terhadap program, dan pemahaman (comprehensive) pada program. Tabel 19. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Proses Pembentukan Citra. No. 1 2 3
Proses Pembentukan Citra Buruk (≤11) Cukup baik (12-18) Sangat baik (≥18) Jumlah
N 0 35 17 52
Jumlah Persen 0 67 33 100
Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa dari 52 responden, 35 responden (67 persen) memiliki skor keseluruhan proses pembentukan citra antara 12-18 yang berarti proses pembentukan citra pada responden cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari tingkat penangkapan informasi, tingkat perhatian, dan tingkat pemahaman yang masuk ke dalam kategori sedang, karena tidak memiliki informasi yang memadai tentang PLTMH dan upaya yang dilakukan perusahaan, belum memahami dengan benar tentang upaya perusahaan, serta belum merasa bahwa PLTMH telah sesuai dengan apa yang diharapkan, namun responden juga tidak memiliki penilaian yang terlalu negatif tentang PLTMH maupun perusahaan. Sebanyak tujuh belas responden (33 persen) memiliki proses pembentukan citra yang sangat baik yang terlihat dari tingkat penangkapan informasi, tingkat
69
perhatian, serta tingkat pemahaman yang sangat baik. Responden memahami program PLTMH dan upaya yang dilakukan perusahaan, merasa bahwa upaya yang dilakukan perusahaan telah memberikan dampak yang positif, serta memiliki tingkat penerimaan yang relatif tinggi.
33% Sangat Baik 67%
Cukup Baik
Gambar 10. Presentase Responden Berdasarkan Proses Pembentukan Citra. Secara keseluruhan, responden memiliki proses pembentukan citra yang baik, karena tergolong dalam kategori proses pembentukan citra cukup bak dan sangat baik, serta tidak ada yang memiliki proses pembentukan citra yang kurang. Responden memiliki informasi yang memadai (exposure), perhatian yang baik
(attention), serta pemahaman (comprehensive) baik. 5.3. Citra Perusahaan Citra perusahaan adalah citra keseluruhan tentang organisasi yang terbentuk pada individu yaitu responden. Penelitian ini memfokuskan citra perusahaan yang terbentuk pada sasaran program melalui implementasi community relations PLN
program Pembangkit Listrik Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Citra PLN dilihat melalui penilaian responden terhadap personality, reputation, corporate identity,
dan value ethic perusahaan. 6.3.1. Penilaian Terhadap Personality Perusahaan Penilaian pada personality perusahaan adalah sejauh mana publik sasaran menilai perusahaan sebagai perusahaan yang dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial. Personality perusahaan yang terbentuk pada responden dinilai berdasarkan beberapa indikator, yang pertama adalah penilaian
70
responden bahwa PLN merupakan perusahaan yang selalu mengemas kegiatan dengan menarik sehingga responden tertarik untuk mengikutinya. Sebanyak tiga responden (6 persen) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, sedangkan 48 responden (92 persen) setuju bahwa PLN merupakan perusahaan dengan program yang menarik atau membantu, dan satu responden (2 persen) menyatakan sangat setuju yang terlihat dari kesungguhan PLN dengan memberikan program PLTMH di tempat yang sulit dijangkau seperti daerah tempat tinggalnya. Sebanyak dua responden (4 persen) menyatakan sangat setuju bahwa PLN merupakan
perusahaan yang telah
melakukan
langkah
kongkrit
untuk
memberdayakan masyarakat, 46 responden (88 persen) lain menyatakan setuju bahwa PLN telah melakukan program yang mampu memberdayakan masyarakat, sedangkan empat responden (8 persen) menyatakan bahwa walaupun PLN telah memberikan
program
pada
masyarakat
namun
belum
bisa
dikatakan
memberdayakan karena menurutnya belum ada tindak lanjut dari PLN pada program yang diberikan, hanya sebatas diberi tanpa pendampingan lebih lanjut. Personality perusahaan juga melihat penilaian responden terhadap PLN sebagai perusahaan yang memiliki tanggungjawab sosial. Sebanyak tiga responden (6 persen) menyatakan PLN merupakan perusahaan yang memiliki tanggungjawab sosial sangat tinggi khususnya kesejahteraan masyarakat, 45 responden (86 persen) setuju bahwa PLN merupakan perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial, sedangkan empat responden (8 persen) kurang setuju, karena program yang diberikan masih belum mampu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung yang terlihat dari kematian selama berbulan-bulan, salah satu responden menyatakan: “...dulu sempet janji katanya mau perbaikin jalan, tapi sampai sekarang gag pernah datang lagi. Dulu katanya juga perbaikan alat pas tahun awal masih jadi tanggung jawab PLN, tapi pas kita ke sana (bandung) waktu alatnya ada yang rusak, kita gag ketemu orangnya, jadinya beli sendiri...” (Yy, 20 tahun) Adanya manfaat yang dirasakan responden sebagai sasaran program PLTMH, menjadi faktor utama 42 responden (81 persen) menilai PLN sebagai
71
perusahaan yang dapat dipercaya dan dua responden (4 persen) bahkan menilai PLN telah menjadi perusahaan yang sangat bisa dipercaya. Namun terdapat delapan responden (15 persen) menyatakan bahwa PLN belum menjadi perusahaan yang dapat dipercaya, karena menurut mereka masih ada beberapa janji PLN yang belum terealisasi. Sebanyak tiga responden (6 persen) menilai PLN sebagai perusahaan dengan kinerja yang sangat bagus yang terlihat dari aksi nyata memberikan penerangan di daerah mereka, 46 responden (88 persen) lain menilai PLN telah memiliki kinerja yang cukup bagus, dan terdapat tiga responden (6 persen) yang menilai PLN belum memiliki kinerja yang baik. Kondisi PLTMH yang sempat mati selama beberapa bulan berpengaruh terhadap penilaian responden terhadap kinerja PLN. Tabel 20. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Personality Perusahaan. No. 1 2 3
Penilaian Terhadap Personality Perusahaan Kurang baik (≤11) Cukup baik (12-18) Sangat baik (≥18) Jumlah
Jumlah N Persen 0 0 44 85 8 15 52 100
Sebanyak 44 responden (85 persen) menilai personality perusahaan dengan cukup baik. Responden menyatakan bahwa PLN telah melakukan langkah nyata dalam memberdayakan masyarakat salah satunya melalui program yang dilakukan di lokasi mereka, namun tidak sepenuhnya responden menilai PLN sebagai perusahaan dengan kinerja yang baik maupun sebagai perusahaan yang dapat dipercaya, karena adanya pengalaman yang dirasakan responden. Responden menyatakan terdapat beberapa janji PLN yang belum dilaksanakan serta tidak ada kontak yang mereka bisa hubungi dari pihak PLN jika terjadi sesuatu dengan PLTMH. Salah satu tolak ukur kinerja PLN dinilai masyarakat dari kemampuan PLTMH dalam memberikan aliran listrik. Sedangkan 8 responden (15 persen) lain menyatakan bahwa PLN memiliki personality yang sangat baik.
72
5.3.2. Penilaian Terhadap Reputation Perusahaan Penilaian pada reputation perusahaan adalah keyakinan positif publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain terhadap manfaat yang diberikan perusahaan, dalam penelitian ini dikhususkan pada program PLTMH yang diberikan PLN pada masyarakat di Lebak Picung. Lima responden (10 persen) menyatakan bahwa PLN sangat konsisten untuk memberdayakan warga lewat program CSR, 38 responden (73 persen) menyatakan PLN telah memberdayakan masyarakat, sedangkan sembilan responden (17 persen) menyatakan program PLN masih belum konsisten untuk memberdayakan warga. Maksud PLN untuk membuat warga mandiri dalam mengelola PLTMH dan tidak melakukan kunjungan ke lokasi PLTMH justru menjadi penyebab adanya responden yang menilai PLN belum konsisten untuk memberdayakan warga. Sebanyak 48 responden (92 persen) menyatakan bahwa PLTMH dapat meningkatkan hubungan sosial antara PLN dengan masyarakat, dimana dengan adanya PLTMH masyarakat menjadi tahu tentang PLN, dua responden (4 persen) menilai program PLTMH sangat mampu meningkatkan hubungan sosial PLN dengan masyarakat karena hubungan emosional warga terbangun dengan ikut menjaga PLTMH sebagai salah satu bentuk aset PLN, sedangkan dua responden (4 persen) lain menyatakan bahwa PLTMH belum mampu meningkatkan hubungan sosial PLN dengan masyarakat. PLN melalui pelaksanaan PLTMH dinilai oleh empat belas responden (27 persen) sebagai perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata namun turut peduli pada kesejahteraan masyarakat, hal ini dinilai dari tidak adanya biaya yang dipungut PLN terhadap warga, setiap bulan hanya dilakukan pembayaran rutin yang diberikan pada koperasi yang dikelola sendiri oleh warga. Sebanyak 36 responden (69 persen) menyatakan setuju bahwa PLN melalui pelaksanaan PLTMH telah menjadi perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata, namun terdapat juga dua responden (4 persen) yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Melalui PLTMH, PLN telah menjadi perusahaan yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan listrik masyarakat walaupun berada di
73
daerah yang sulit dijangkau. Sebanyak sembilan belas responden (37 persen) sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Ini dinilai dari pengalaman pribadi mereka sebagai sasaran program PLTMH, PLN telah menjadi perusahaan yang peduli dengan kebutuhan masyarakat walau tempat tinggal mereka cukup sulit dijangkau. Responden menyatakan bahwa sebelum adanya PLTMH, Lebak Picung tidak seluruhnya mendapat aliran listrik, hanya beberapa rumah saja yang telah memiliki PLTS ataupun turbin kecil. Terdapat 31 responden (59 persen) juga setuju bahwa melalui PLTMH, PLN telah menjadi perusahaan dengan kepedulian yang tinggi pada kebutuhan listrik masyarakat karena mampu menjangkau semua daerah. Sedangkan dua responden (4 persen) menyatakan kurang setuju karena PLN belum mampu menjangkau daerah mereka dengan listrik kabel yang mampu memberikan daya lebih besar dan konstan tidak sering mati seperti PLTMH. Sebanyak empat responden (8 persen) menilai PLN sebagai perusahaan yang berupaya mencari tahu kebutuhan masyarakat yang ditunjukkan melalui aksi nyata dengan program PLTMH di kampung mereka, 42 responden (80 persen) menyatakan setuju bahwa PLN telah berupaya mencari tahu kebutuhan masyarakat, tanpa adanya upaya untuk mencari tahu mungkin sampai saat ini PLTMH belum ada di Lebak Picung, sedangkan enam responden (12 persen) lain menyatakan bahwa PLN masih belum berupaya mencari tahu kebutuhan masyarakat, tolak ukur yang mereka gunakan adalah dari ketidakadaannya pengontrolan yang dilakukan PLN dalam kurun waktu tertentu, dimana PLN hanya datang ketika peresmian PLTMH dan tidak pernah terlihat kembali. Tabel 21. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Reputation Perusahaan. No. 1 2 3
Penilaian Terhadap Reputation Perusahaan Kurang baik (≤9) Cukup baik (10-15) Sangat baik (≥15) Jumlah
N 0 31 21 52
Jumlah Persen 0 60 40 100
Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa terdapat 31 responden (60 persen) yang menilai reputation perusahaan dengan cukup baik. Reputation PLN pada responden didasarkan pada penilaian mereka terhadap PLTMH yang dilakukan
74
PLN. Responden menilai bahwa PLN belum sepenuhnya meningkatkan hubungan sosial antara PLN dengan mereka, responden tidak menilai terlalu negatif namun juga tidak menunjukkan penilaian reputation yang sepenuhnya baik. Sebanyak 21 responden (40 persen) menilai PLN sebagai perusahaan dengan reputation yang sangat baik. Responden menyatakan bahwa PLN telah menjadi perusahaan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kebutuhan listrik masyarakat karena mampu menjangkau lokasi tempat tinggal mereka yang berada di daerah yang cukup sulit dijangkau. Melalui PLTMH, PLN juga telah menunjukkan reputation sebagai perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata namun juga ikut peduli dengan kesejahteraan masyarakat. 5.3.3. Penilaian Terhadap Value Ethic Perusahaan Penilaian pada Value ethics Perusahaan, adalah sejauh mana publik menganggap perusahaan memiliki nilai-nilai yang baik. Sebanyak sebelas responden (21 persen) menyatakan bahwa PLN telah menjadi perusahaan yang sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitar, hal ini dinyatakan melalui kemampuan PLTMH memberikan pasokan listrik pada seluruh rumah di Lebak Picung, dan 41 responden (79 persen) menyatakan PLN memberikan manfaat positif bagi warga di sekitar PLTMH. Value ethic dinilai dari pernyataan responden terhadap PLN sebagai perusahaan
yang
mendorong
perkembangan
daerah
penerima
program
pemberdayaan. Terdapat tujuh responden (13 persen) yang menilai sangat setuju terhadap pernyataan tersebut karena memang mereka merasakan perbedaan yang nyata setelah adanya PLTMH dan sebelum adanya PLTMH, sedangkan 44 responden (85 persen) setuju dengan pernyataan tersebut, dan terdapat juga satu responden (2 persen) yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebanyak tujuh responden (13 persen) menilai PLN sebagai perusahaan yang sangat menghargai norma dan nilai yang ada di masyarakat karena program PLTMH yang ada di Lebak Picung sesuai dengan aturan yang ada di masyarakat, 45 responden (87 persen) setuju bahwa PLN merupakan perusahaan yang menghargai norma serta nilai yang ada di masyarakat, dimana pengelolaan PLTMH sepenuhnya diberikan kepada warga. Secara keseluruhan, responden
75
menilai PLN telah memiliki nilai dan norma yang sesuai dengan yang ada di masyarakat. Hal ini diperkuat dari penilaian sembilan responden (17 persen) yang menyatakan bahwa PLTMH mendapatkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat Lebak Picung khsusunya dari tokoh di kampung tersebut, 43 responden (83 persen) lainnya menyatakan bahwa PLTMH mendapat dukungan dari masyarakat karena mereka mengikuti apa yang menjadi keputusan tokoh yang mereka dipercaya di Lebak Picung. Tabel 22. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Value Ethic Perusahaan. No. 1 2 3
Penilaian Terhadap Value Ethic Perusahaan Kurang baik (≤9) Cukup baik (10-15) Sangat baik (≥16) Jumlah
N 0 35 17 52
Jumlah Persen 0 67 33 100
Berdasarkan data pada Tabel 22, sebanyak 35 responden (67 persen) memiliki skor untuk value ethic perusahaan antara 10-15 yang berarti mereka memiliki penilaian yang cukup baik terhadap value ethic PLN. Menurut responden PLN telah menjadi perusahaan dengan value ethic yang cukup baik, PLN merupakan perusahaan yang bermanfaat bagi lingkungan maupun sebagai perusahaan yang menghargai norma dan nilai yang ada di masyarakat. Terdapat tujuh belas responden (33 persen) yang menilai PLN sebagai perusahaan dengan value ethic yang sangat baik, karena PLN khususnya dalam menjalankan PLTMH di Lebak Picung mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh terkemuka dan masyarakat di Lebak Picung, PLN juga memberikan banyak manfaat. 5.3.4. Penilaian Terhadap Corporate Identity Perusahaan Penilaian pada Corporate Identity Perusahaan adalah sejauh mana publik sasaran mengetahui dan menilai komponen pengenal perusahaan seperti logo, dll. Sebanyak dua belas responden (23 persen) menyatakan PLN merupakan perusahaan yang sangat mudah diingat karena mengurusi masalah penyediaan listrik pada masyarakat, 33 responden (63 persen) setuju bahwa PLN merupakan
76
perusahaan yang mudah diingat, sedangkan tujuh responden (14 persen) belum terlalu mengingat identitas perusahaan PLN. Corporate identity dinilai dari pengetahuan responden terhadap logo PLN. Sebanyak tujuh responden (13 persen) menyatakan PLN sebagai perusahaan dengan logo yang mudah diingat. Terdapat empat belas responden (27 persen) yang mengetahui logo PLN namun tidak terlalu mengingat dengan benar, 23 responden (44 persen) menyatakan pernah melihat tapi lupa, dan sebanyak delapan responden (15 persen) menyatakan tidak mengetahui sama sekali logo dari PLN. Sebanyak empat puluh responden (77 persen) menilai PLN sebagai perusahaan yang khas dan memiliki keunikan yang berbeda dengan perusahaan lainnya sedangkan dua belas responden (23 persen) lainnya menyatakan bahwa belum terlalu mengenal tentang PLN sehingga belum mengetahui dengan benar keunikan dari PLN. Terdapat lima responden (10 persen) yang sangat setuju dengan pernyataan bahwa hal pertama yang terlintas ketika mengingat PLTMH adalah PLN, terdapat juga sepuluh responden (19 persen) yang menyatakan kurang setuju karena yang diingat pertama ketika mengingat PLTMH bukanlah PLN namun justru pendamping program, sampai ingatan tentang listrik yang mati selama musim kemarau, dan 37 responden (71 persen) lain menyatakan bahwa PLTMH memang identik dengan PLN. Tabel 23. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Corporate Identity Perusahaan. No. 1 2 3
Penilaian Terhadap Corporate Identity Perusahaan Kurang baik (≤7) Cukup baik (8-12) Sangat baik (≥13) Jumlah
Jumlah N Persen 1 2 43 83 8 15 52 100
Secara keseluruhan penilaian terhadap corporate identity PLN ditunjukkan melalui data pada Tabel 23. Terdapat satu responden (2 persen) yang memiliki pengetahuan buruk terhadap corporate identity PLN. Responden tidak mengingat
77
dengan benar logo perusahaan, dan hal yang pertama diingat ketika mengingat PLTMH bukanlah PLN namun justru kondisi listrik di Lebak Picung yang sempat mati selama berbulan-bulan. Terdapat 43 responden (83 persen) dengan skor total antara 8-12 menilai PLN dengan corporate identity yang cukup baik, responden menilai PLN sebagai perusahaan yang mudah diingat karena memiliki keunikan yang khas dan berbeda dengan perusahaan lainnya. Delapan responden (15 persen) lainnya menilai corporate identity perusahaan dengan sangat baik, responden mengungkapkan bahwa PLN merupakan perusahaan dengan logo yang mudah diingat, sampai menjadi perusahaan yang identik dengan PLTMH, serta perusahaan yang mudah diingat karena sangat berbeda dengan perusahaan lainnya. 5.3.5. Penilaian Terhadap Citra Perusahaan Citra PLN dilihat melalui keseluruhan penilaian responden pada corporate identity, personality, reputation, serta value ethic perusahaan. Berdasarkan Tabel 24, terdapat tujuh belas responden (33 persen) yang lain menilai PLN sebagai perusahaan dengan citra yang sangat baik. PLN telah memliki personality sebagai perusahaan dengan tanggungjawab sosial yang tinggi, serta perusahaan yang dapat dipercaya. Pengalaman secara langsung sebagai sasaran program PLTMH, membuat responden memiliki reputation yang baik karena telah menjadi perusahaan dengan tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan listrik masyarakat walau yang berada di daerah yang sulit dijangkau. Responden menilai PLN sebagai perusahaan dengan value ethic yang baik karena selain memberikan manfaat dan kegiatan yang dijalankan perusahaan telah sesuai dengan nilai dan norma di masyarakat dan PLN juga memiliki corporate identity yang khas dan mudah diingat. Tabel 24. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Citra Perusahaan Listrik Negara. No. 1 2 3
Penilaian Terhadap Citra PLN Kurang baik (≤11) Cukup baik (12-18) Sangat baik (≥18) Jumlah
Jumlah N Persen 0 0 35 67 17 33 52 100
78
Sebagian besar responden yaitu 35 orang (67 persen) memiliki skor 12-18 yang berarti menilai PLN dengan citra yang cukup baik. responden menilai PLN dengan personality, reputation, value ethic, dan corporate identity yang sedang, tidak terlalu baik namun juga tidak terlalu buruk.
33% Sangat Baik 67%
Cukup Baik
Gambar 11. Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Terhadap Citra Perusahaan. Responden menilai PLN dengan personality sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab pada kesejahteraan masyarakat namun sebagian responden menyatakan bahwa PLN belum bisa dikatakan sebagai perusahaan yang dapat dipercaya dan belum belum sepenuhnya melakukan langkah kongkrit untuk memberdayakan masyarakat karena tidak pernah ada kunjungan yang dilakukan perusahaan ke tempat mereka. Cara PLN yang sebenarnya mendorong masyarakat untuk mandiri mengelola PLTMH dinilai lain oleh responden. Reputation PLN pada responden sudah baik, namun responden belum sepenuhnya setuju bahwa PLN konsisten memberdayakan masyarakt dan berupaya mencari tahu kebutuhan masyarakat, hal ini didasarkan oleh pengalaman mereka selama PLTMH mengalami kematian dan peng penggantian gantian mesin yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab masyarakat. Responden menilai PLN sebagai perusahaan dengan
value ethic yang baik, namun penilaian terhadap corporate identity kurang baik.