BAB V Kesimpulan dan Saran
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Garuda Indonesia sebagai pioneer dalam industri penerbangan di Indonesia selalu dihadapkan dengan tantangan baru. Hal ini terjadi karena kini pelanggan Indonesia sudah beralih dari yang bersifat reaktif menjadi proaktif dengan berbagai bentuk perilaku pelanggan yang kerap berubah seiring dengan perkembangan teknologi. Metode reservasi tiket pun kini perlahan namun pasti sudah mulai berubah dari metode konvensional ke arah metode elektronik dimana metode ini dinilai lebih mudah untuk digunakan ketimbang metode sebelumnya. Oleh karena itu penting kiranya untuk mengetahui perilaku pelanggan didalam menjawab perubahan metode reservasi tiket yang sedang gencar terjadi saat ini.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pelanggan Garuda Indonesia dalam mengaplikasikan online booking via internet adalah faktor kebiasaan dalam menggunakan internet dan faktor kepercayaan. Secara keseluruhan dari faktor-faktor diatas dapat dilihat bahwa kosumen dari Garuda Indonesia sendiri cenderung telah siap untuk mengaplikasikan online.
Apabila kita gabungkan dengan data demografis pengguna maskapai Garuda Indonesia, maka dapat dilihat hasilnya seperti tabel 5.1.
Tabel 5.1 Faktor Kesiapan dan Demografis dari Responden Kebiasaan dalam menggunakan internet Siap Tidak Siap
E-ticket Siap
Tidak Siap
Usia
21-50
Diatas 50 tahun
NA
NA
Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa, Profesional, Wiraswasta, Pegawai Swasta
Pegawai BUMN, Ibu rumah tangga, Pensiunan, dan Pegawai Pemerintah
Ibu rumah tangga, Pelajar/Mahasiswa, Wiraswasta, Pegawai Swasta, dan Profesional
Pegawai Pemerintah, Pegawai BUMN, dan Pensiunan
Pendidikan
S3, S2, S1, dan D3
SMU
NA
NA
Pengeluaran
1-2 Juta, 2-4 juta, 4-6 juta, dan >6 juta
< 1juta
NA
NA
85
BAB V Kesimpulan dan Saran Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar pelanggan yang dinilai tidak siap untuk menggunakan online booking adalah pelanggan yang berumur diatas 50 tahun dan mempunyai pekerjaan sebagai pegawai BUMN, ibu rumah tangga, pensiunan dan pegawai pemerintah. Hal ini dapat dimaklumi karena adanya perubahan teknologi yang sangat cepat sehingga responden yang berumur diatas 50 tahun tidak siap untuk mengaplikasikan online booking. Kelompok ini juga cenderung masih belum percaya dengan e-ticket, hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan orang dulu yang menggunakan tiket secara utuh untuk melakukan penerbangan sehingga sangat sulit bagi responden dengan profesi dan pekerjaan yang telah disebutkan tadi untuk menerima sebuah ide baru yang dikenal dengan nama e-ticket dimana tiket tersebut tidak memiliki bentuk utuh seperti layaknya tiket perjalanan biasa. Besar kemungkinan hal ini disebabkan karena pelanggan masih belum sepenuhnya percaya atau mengerti dengan kualitas database Garuda Indonesia, dimana database ini yang menyimpan seluruh data penumpang.
Ketertarikan responden terhadap mengaplikasikan online booking via internet ternyata selaras dengan variabel penggunaan internet dan variabel e-tiket. Semakin sering responden menggunakan internet dan semakin percaya responden terhadap e-ticket, maka semakin kuat ketertarikan responden dalam mengaplikasikan online booking via internet.
Untuk melihat profil responden yang tertarik untuk menggunakan online booking dapat dilihat dari ditabel 5.2.
86
BAB V Kesimpulan dan Saran Tabel 5.2 Ketertarikan dan Demografis dari Responden
Tertarik menggunakan online booking
Tidak Tertarik menggunakan online booking
Jenis kelamin Usia
Tidak Berpengaruh 21-50 tahun
Diatas 50 tahun
Pekerjaan
Pegawai Swasta Wiraswasta, Profesional, Pelajar/Mahasiwa, dan Pegawai BUMN
Pegawai Pemerintah, Ibu Rumah Tangga, dan Pensiunan
Diatas 1 juta
Dibawah 1 juta
Diatas 1 kali
1 kali
Bisnis, Liburan, dan Kunjungan Pribadi
-
Pendidikan Pengeluaran Frekuensi menggunakan GA Tujuan penerbangan
Dari tabel 5.2 dapat dilihat ada sedikit perbedaan dengan tabel kesiapan untuk menghadapi online booking. Tetapi pada umumnya untuk responden yang menyatakan siap menggunakan online booking, juga tertarik untuk menggunakan online booking, begitu pula sebaliknya.
Perilaku dari responden secara keseluruhan ternyata masih lebih memilih Agen Wisata untuk reservasi tiket, dimana kemudian diikuti oleh kantor penjualan Garuda Indonesia, Call Center, dan Online Booking via internet. Dengan demikian, setelah mempertimbangkan kinerja semua atribut tempat reservasi dan penjualan tiket Garuda Indonesia, pelanggan lebih menyukai agen wisata dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini secara tidak langsung juga menunjukan bahwa budaya pelanggan untuk reservasi tiket penerbangan tidak berubah dalam artian bahwa pelanggan tetap lebih menyukai untuk melakukan reservasi dan pembelian tiket pada Agen Wisata ketimbang vendor penjualan tiket lainnya. Agen wisata juga merupakan salah satu vendor ticketing yang mempunyai nilai tambah seperti harga yang kompetitif, ditandai dengan seringnya iklan harga tiket yang diiklankan di media koran. Selain itu untuk faktor pelayanan terhadap pelanggan, agen wisata masih menjadi favorit responden. Ini disebabkan karena banyaknya persaingan yang terjadi diantara agen
87
BAB V Kesimpulan dan Saran wisata yang menyebabkan setiap pekerja agen wisata pun harus dapat memberikan yang terbaik kepada pelanggan.
Tetapi kebiasaan diatas akan sedikit demi sedikit akan berubah apabila era online booking via internet benar-benar terjadi di Indonesia. Ini ditunjukkan dengan data bahwa 20% responden yang biasanya melakukan reservasi tiket dengan menggunakan agen wisata akan berpindah ke online booking. Walaupun hanya 20%, tapi angka ini secara signifikan menunjukan bahwa pelanggan memang menunjukkan ketertarikan untuk melakukan reservasi tiket melalui metode elektronik yang disebut online booking.
5.2 Saran Garuda Indonesia hendaknya tetap pada rencana awalnya untuk meluncurkan online booking. Pada suasana sekarang ini dimana kompetitor Garuda Indonesia semakin menjamur, akan sangat baik apabila Garuda Indonesia mengeluarkan gebrakan terbarunya di dalam menjawab persaingan saat ini melalui online booking. Mempermudah metoda pembayaran akan setiap transaksi yang dilakukan melalui internet. Hal ini disebabkan rencana pada saat ini untuk online booking via internet, Garuda Indonesia hanya memberikan fasilitas reservasi tiket saja dimana untuk pembayaran pelanggan masih diharuskan untuk membayarnya pada ATM yang bekerja sama dengan Garuda Indonesia atau dengan kartu kredit melalui fasilitas Call Centernya. Hal ini tentunya akan menimbulkan kebingungan terutama pada pelanggan yang baru saja mengenal metode elektronik didalam reservasi tiket jasa penerbangan Garuda Indonesia. Hal ini dapat diatasi dengan adanya kerja sama Garuda Indonesia dengan institusi perbankan yang memang juga bisa memberikan layanan proses transaksi melalui internet. Adanya diskon atau harga spesial yang diberikan apabila melakukan reservasi tiket dengan online booking via internet dikarenakan setelah melihat analisa yang diperoleh bahwa pelanggan Garuda Indonesia sebenarnya telah siap dan juga tertarik untuk melakukan reservasi dengan menggunakan online booking. Tetapi pada kenyataannya pada saat reservasi tiket responden masih
88
BAB V Kesimpulan dan Saran cenderung memilih agen wisata sebagai tempat reservasi dikarenakan oleh kebiasaan dari responden, diharapkan dengan adanya promosi-promosi seperti harga spesial dapat meningkatkan minat dari pelanggan untuk melakukan reservasi melalui online booking. Melakukan iklan yang bersifat menginformasikan manfaat lebih yang diberikan oleh online booking, seperti sangat mudah diakses dimana saja, dapat diakses 24 jam, dan dapat membayar dengan kartu kredit atau ATM. Saran untuk penelitian lebih lanjut apabila telah diluncurkannya online booking via internet yaitu dampak dari online booking via internet yang bagi agen wisata.
89