BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang pendidikan dan pelatihan tenaga kerja oleh Secretaria de Estado da Formação Professional e Empregi di Timor Leste (studi tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan) maka dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya kualitas tenaga kerja dan minimnya angka pengiriman tenaga kerja timor leste ke korea selatan dikarenakan proses penyelenggaraan diklat yang diselenggrakan oleh SEFOPE belum memperhatikan langkah-langkah penyelenggaraan diklat dengan baik yaitu mulai dari langkah awal melakukan analisis stratejik sampai dengan langkah terakhir mengevaluasi penyelenggaraan diklat dan hasil diklat belum dilaksanakan dengan baik berdasarkan langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1) Melakukan Analisis Stratejik Analisis stratejik yang dilakukan oleh SEFOPE ini belum dilaksanakan dengan baik terutama dalam melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal maupun eskternal yang mempengaruhi kinerja SEFOPE dalam penyelenggaraan diklat. Sehingga analisis stratejik yang dibuat belum dapat dimanfaatkan oleh lembaga dalam mengidentifikasi kelebihan-kelebihan atau kelemahan-kelemahan lembaga sebagai pedoman untuk menetapkan langkah-langkah selanjutnya dalam penyelenggaraan diklat.
121
122
Seperti dalam melakukan kerjasama dengan pihak Korea untuk mendukung penyelenggaran diklat terhadap calon tenaga kerja SEFOPE kurang memperhatikan kelebihan-kelebihan maupun kelemahan-kelamahan yang dimiliki dan juga kurang adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antara internal untuk menentukan unsur-unsur diklat yang perlu diperhatikan sebagai prioritas dalam mempengaruhi kualitas penyelenggaraan diklat terhadap tenaga kerja. 2) Menetapkan kompetensi yang dibutuhkan SEFOPE belum melakukan analisis terhadap kompetensi-kompetensi apa saja yang masih dibutuhkan oleh unit-unit penyelenggaraan diklat terutama bagi tenaga-tenaga penyelenggaraan diklat sehingga dapat memberikan dukungan yang baik dalam menjalankan tugas dan tanggung mereka sesuai dengan kompetensi yang diberikan. Akibatnya SDM yang dimiliki oleh unit penyelenggaran diklat tersebut kurang memberikan dukungan yang baik dalam penyelenggaran diklat karena SEFOPE sendiri kurang meningkattkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh internal.Namun lebih mengutamakan pihak dari luar. 3) Mengukur Kompetensi saat ini SEFOPE
kurang
melakukan
analisis
secara
mendalam
terhadap
kompetensi yang sudah dimiliki sehingga dapat menyiapkan tenaga-tenaga pengajar yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan diklat tentang “Korea Linguage Training “KLT” sehingga kurang adanya dukungan yang baik antara SDM internal dengan SDM dari luar atau eksternal. Karena materi diklat tentang bahasa maka tetap harus membutuhkan tenaga pengajar dari luar.
123
4) Melakukan Analisis Kebutuhan Diklat SEFOPE belum melakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan diklat dengan membandingkan kompetensi yang telah dimiliki dengan kompetensikompetensi apa saja yang masih dibutuhkan. Analisis kebutuhan diklat yang dilakukan SEFOPE tidak didasarkan pada kemampuan yang telah dimiliki. Akibatnya SDM yang sudah dimiliki tidak dimanfaatkan dengan baik tetapi harus mendatangkan dari luar untuk menyelenggarakan diklat. Sehingga keputusan yang diambil oleh lembaga kurang didasarkan pada kondisi riil tetapi lebih berdasarkan kepada penetapan materi diklat yaitu Bahasa Korea sehingga instruktur internal tidak bisa melakukan kerja sama dengan instruktur eksternal karena kurang manajeman lembaga terhadap SDM yang dimiliki sehingga lebih menggunakan instruktur dari luar. 5) Menyusun Rancangan Teknis Diklat Rancangan diklat yang mempunyai hubungan erat dengan analisis kebutuhan diklat, SEFOPE kurang berperan dalam proses penyusunan diklat, maka rancangan diklat yang dipersiapkan oleh Korea bukan didasarkan pada analisis kebutuhan diklat, melainkan hanya kepada alasan bahwa instruktur Korealah yang akan menjadi instruktur dalam penyelenggaraan diklat. 6) Menyelenggarakan Diklat Dalam penyelenggaraan diklat, proses belajar-mengajar tidak berjalan dengan baik, karena penggunaan bahasa menjadi kendala komunikasi antara instruktur dengan peserta diklat. Walaupun dibantu dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh peserta diklat seperti menggunakan bahasa Indonesia
124
namun tetap saja kurang optimal karena penguasaannya masih minim sekali sehingga menyebabkan komunikasi hanya terjadi satu arah. 7) Evaluasi Evaluasi yang dilakukan oleh SEFOPE hanya sebatas pada ujian akhir pada setiap akhir proses diklat. Evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat dan evaluasi hasil diklat belum dipakai sebagai umpak balik untuk penyempurnaan bagi proses diklat berikutnya.
5.2 Saran Melihat kepada kesimpulan penelitian seperti yang diuraikan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran untuk digunakan sebagai masukan untuk perbaikan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja oleh Secretaria de Estado da Formação Profesional e Emprego selanjutnya, saran-saran tersebut sebagai berikut: 1) Agar kualitas tenaga kerja dalam mendukung pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan ini lebih optimal maka sebelum proses penyelenggaraan diklat diselenggarakan terlebih dahulu harus didahului dengan analisis stratejik yang baik sehingga dapat menghasilkan rumusan stratejik yang tepat sehingga langkah-langkah selanjutnya dapat ditetapkan dengan tepat. 2) Perlunya SEFOPE melakukan pelatihan-pelatihan secara periodik terhadap SDM internal lembaga terutama berkaitan dengan kebutuhan diklat yang ditetapkan sehingga apabila sewaktu-waktu ada perubahan atau tuntutan
125
baru terhadap kualitas pengetahuan dan keterampilan SDM internal cepat terpenuhi dengan baik oleh SEFOPE terutama dalam menjalin proses komunikasi yang baik antar internal dan eskternal sehingga dapat membangun
kerjasama
dan
koordinasi
dalam
mendukung
penyelenggaraan diklatt yang baik. 3) Perlunya SEFOPE melakukan pengukuran secara mendalam terhadap kompetensi-kompetensi
yang
dimiliki
sehingga
keputusan
untuk
menetapkan tenaga pengajar diklat dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan diklat yang ditetapkan oleh Lembaga dan Korea. 4) Perlunya SEFOPE melakukan analisis terhadap kebutuhan diklat dengan membandingkan kompetensi yang dibutuhkan dan kompetensi yang dimiliki dengan baik sehingga dapat menetapkan kebutuhan diklat itu menghasilkan gap kompetensi yang perlu diatasi oleh lembaga sehingga rancangan diklat yang disusun itu tepat. (siapa, apa, bagaimana, dimana, dan mengapa sebuah program diklat itu diperlukan. 5) Hendaknya SEFOPE mengambil alih langsung dalam penyusunan diklat terutama unit berkaitan langsung dengan proses penyelenggaraan diklat sehingga rancangan diklat yang disusun itu mudah untuk diserap oleh peserta diklat dan tersusun dengan bahasa yang mudah dimengerti dan pihak Korea hanya sebagai konsultan atau pendamping. 6) Dalam penetapan instruktur diklat perlu disesuaikan dengan kondisi peserta diklat terutama dalam penggunaan bahasa, perlunya menggunakan bahasa
yang
mudah
dimengerti
oleh
peserta
diklat
sehingga
126
mempermudah mereka untuk memahami atau mengerti materi diklat yang diberikan dan terjalin proses komunikasi yang aktif
antara instruktur
diklat dengan peserta diklat. 7) Perlunya SEFOPE melakukan evalausi terhadap proses penyelenggaran diklat maupun
instruktur diklat. Dan proses evaluasi ini harus terus
dilakukan bukan hanya sekedar pada ujian akhir setelah selesai materi. Dan perlu melakukan juga evalusasi terhadap hasil diklat sehingga SEFOPE bisa mengukur apakah tamatan-tamatan diklat yang dihasilkan itu cukup merespon permintaan yang ditawarkan oleh negara tujuan atau tidak. Jika kurang atau tidak apa yang perlu dilakukan. Oleh karena itu pentingnya melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan sehingga bisa memberikan umpan balik yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan
untuk
melakukan
pembenahan-pembenahan
kedepannya bisa menghasilkan diklat lebih berkualitas.
sehingga