BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan hasil analisis tingkat perkembangan desa 20 desa tergolong kategori tingkat perkembangan sedang, 7 desa termasuk dalam kategori tingkat perkembangan maju dan 1 desa termasuk dalam kategori tingkat perkembangan rendah.
2.
Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor kunci pengembangan kawasan bahwa faktor kunci yang telah ada adalah SDM, LITBANG, akses terhadap faktor produksi, linkages dan iklim usaha. Sedangkan faktor kunci yang belum ada adalah pasar. Namun semua faktor kunci yang ada belum optimal dalam mendukung pengembangan kawasan sebagai kawasan andalan daerah. a. Nilai keterkaitan faktor-faktor kunci SDM dan Modal adalah 4 yang berarti faktor-faktor kunci yang ada sudah cukup akomodatif namun belum optimal dalam mendukung pengembangan kawasan ; nilai keterkaitan faktor-faktor kunci LITBANG, Sarana dan Prasarana dan Linkages adalah 3 yang berarti faktor-faktor kunci yang ada cukup akomodatif namun masih terbatas dalam mengakomodasi pengembangan kawasan ; nilai keterkaitan faktor-faktor kunci bahan baku dan iklim usaha adalah 2 yang berarti keberadaan faktor-faktor kunci yang ada mulai akomodatif terhadap pengembangan kawasan ; nilai keterkaitan faktor-faktor kunci Pasar adalah 0 yang berarti belum ada faktor-faktor kunci pasar yang mengakomodasi pengembangan kawasan.
201
b. Kondisi kawasan yang memiliki ciri-ciri keterkaitan lintas faktor kunci meliputi : (1) keterkaitan antar subsistem (input, proses, output, pemasaran dan jasa pelayanan) masih terbatas dan belum optimal pada semua faktor kunci. Utamanya pada faktor kunci penelitian dan pengembangan (R & D), pasar, SDM, modal, raw material, link dan iklim usaha. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan faktor-faktor kunci untuk pengembangan sektor hulu sampai dengan sektor hilir masih sangat rendah dan terbatas ; (2) keterkaitan antara faktor kunci dalam satu subsistem, menunjukkan bahwa keterkaitan antara faktor kunci dalam satu subsistem paling menonjol pada subsistem input dan proses. Sedangkan pada subsistem output, pemasaran dan jasa pelayanan masih sangat rendah. Dukungan faktor kunci yang terbesar hanya pada sarana dan prasarana, namun hal ini tidak cukup jika tidak didukung oleh faktor-faktor kunci yang lain. c. Secara rata-rata kebijakan dalam pengelolaan kawasan masih belum optimal
dalam
mendukung
pengelolaan
pengembangan
kawasan.
Kebijakan dibidang investasi masih sangat rendah dalam mendukung pengelolaan pengembangan kawasan ; kebijakan dibidang pengembangan kawasan, perdagangan, pembangunan infrastruktur dan pengembangan kelembagaan juga masih belum optimal dalam mendukung pengelolaan pengembangan kawasan. 3.
Strategi pengembangan desa-desa pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan andalan daerah yang mampu bersaing dengan kawasan lainnya adalah sebagai berikut : a. Hasil analisis 4C Diamond Model yang dilanjutkan dengan analisis TOWS diperoleh skor Strategi Agresif (4,448), Strategi Diversifikasi (3,357), Strategi Stabilisasi (2,469), Strategi Defensif (1,378). Maka strategi umum pengembangan adalah Strategi Agresif dengan meningkatkan pemanfaatan sarana dan prasarana informasi, mengintensifkan promosi investasi dan parawisata, meningkatkan pembinaan dan pelatihan bagi UKM, meningkatkan kualitas objek wisata, memperkuat ekuitas merek, meningkatkan akses menuju kawasan, meningkatkan diversifikasi produk kawasan.
202
b. Strategi pengembangan berdasarkan hasil analisis tingkat perkembangan desa berbeda-beda disesuaikan dengan karakteristik desa adalah sebagai berikut : •
Desa-desa dalam kategori memiliki tingkat perkembangan maju, dapat dikembangkan sebagai pusat pengembangan industri baik kecil, menengah dan besar, dapat berperan sebagai pusat penyedia bahan baku pertanian dan peternakan bagi kawasan sekitarnya. Namun yang perlu dibenahi adalah penyediaan fasilitas perdagangan sebagai wadah distribusi bahan baku dan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, jaringan jalan, pembangunan pelabuhan serta fasilitas pendidikan.
•
Desa-desa dalam kategori memiliki tingkat perkembangan sedang, dapat dikembangkan sebagai daerah pengembangan usaha kecil dan menengah, sebagai penyuplai bahan baku bagi kawasan lain utamanya bagi kawasan dalam kategori tingkat perkembangan maju. Perlu dipertimbangkan keterkaitan (linkages) yang saling memperkuat antara desa-desa dalam wilayah ini dengan desa-desa pada kategori maju. Beberapa hal yang perlu dibenahi pada wilayah ini adalah penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan dan jaringan jalan serta armada transportasi laut. Pada kawasan ini pula dapat dikembangkan sektor parawisata berupa ecotourism karena memiliki destinasi wisata bahari yang banyak.
•
Desa-desa dalam kategori memiliki tingkat perkembangan rendah, memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai daerah penyuplai bahan baku hasil laut, berpeluang sebagai daerah tujuan wisata. Selain itu desa ini memiliki peluang sebagai desa pengembangan industri rumah tangga berbasis perikanan dan kelautan. Namun yang perlu dibenahi dan ditingkatkan pada desa ini adalah peningkatan kualitas SDM melalui penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang layak, peningkatan aksesibilitas desa melalui penyediaan jaringan transportasi laut dan pembenahan pelabuhan. Desa ini dapat saling
203
memperkuat dengan desa-desa yang ada pada tipologi II khususnya pada pengembangan ecotourism. 5.2. Saran Scope persaingan antar kawasan dapat dibuat lebih luas, tidak hanya pada tingkat Propinsi Sulawesi Tenggara namun menjangkau scope nasional. Hal ini penting untuk dilakukan karena jumlah pesaing ditentukan oleh seberapa luas suatu daerah menetapkan cakupan persaingan (competitive scope)-nya. Dengan semakin luasnya cakupan persaingan maka strategi yang perlu untuk dikembangkan akan semakin kompleks dan akan menyesuaikan dengan agresiveness dan capability dari para pesaing. Selain itu dengan adanya kecenderungan perubahan pasar yang semakin menembus batas-batas geografis maka penetapan scope persaingan yang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada tingkat propinsi menjadi suatu keharusan yang amat penting bagi daerah. Melalui penetapan positioning statement salah satunya mencerminkan seberapa luas daerah menetapkan cakupan pesaingnya sehingga positioning statement kawasan Muna Bagian Barat kedepan sangat perlu menggambarkan secara implisit cakupan pesaingnya. Positioning yang tepat dan diferensiasi yang kokoh akan menghasilkan brand integrity yang kuat. Oleh karena itu sangat penting dalam riset selanjutnya untuk merumuskan brand integrity yang kuat dan pada gilirannya akan menghasilkan brand image yang kuat dihati pelanggan. Positioning, Diferensiasi dan Brand merupakan intisari dari grand desaign dari strategi pemasaran daerah. Salah satu elemen yang amat penting dari grand desaign tersebut adalah segmentasi. Segmentasi yang perlu dilakukan kedepan adalah segmentasi yang efektif yang mensyarakan 3 (tiga) hal yaitu melihat pasar dari sudut pandang yang unik dan berbeda, mencerminkan perilaku pembelian dan alasan pembelian (reason to buy), memiliki ukuran yang cukup signifikan dan memiliki prospek yang baik untuk berkembang dimasa mendatang. Oleh karena itu perlunya riset pemasaran secara khusus untuk mensegmentasi pelanggan kawasan yang dilakukan secara periodik seiring dengan perubahan perilaku pelanggan, juga termasuk perlu adanya riset untuk mengetahui tingkat
204
kepuasan dan kebutuhan pelanggan kawasan terhadap pelayanan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Muna. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pembangunan daerah di era otonomi daerah adalah mengoptimalkan pembangunan daerah pesisir dan pulaupulau kecil karena demikian besarnya potensi yang dimiliki oleh daerah-daerah tersebut. Namun paradigma pembangunan selama ini yang lebih berorientasi pada pembangunan kawasan-kawasan non pesisir menyebabkan adanya ketimpangan kemajuan antara desa-desa pesisir (termasuk desa pulau kecil) dan desa-desa non pesisir. Paradigma yang telah berpuluh-puluh tahun diadopsi oleh pemerintah daerah menyebabkan identifikasi masalah dan potensi desa-desa pesisir sering kali terabaikan. Sehingga kebijakan dan program pembangunan pada desa-desa pesisir sering kali tidak terarah dan tidak menjawab kebutuhan mendasar masyarakatnya. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui keadaan ekonomi dan tingkat perkembangan desa pesisir sebagai bahan acuan arahan pengembangan yang berkelanjutan. Namun untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dengan desadesa non pesisir maka diperlukan pemahaman terhadap sejauh mana perbandingan tingkat perkembangan desa pesisir dan non pesisir, guna menerapkan kebijakan yang dapat meminimalisir gap (kesenjangan) antara desa-desa tersebut. Untuk itu perlunya riset yang membandingkan tingkat perkembangan desa-desa pesisir dan pulau kecil dengan desa-desa non pesisir.
205