BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan audit dari awal dibentuknya profesi audit adalah mendeteksi kecurangan atas laporan keuangan, namun seiring berkembangnya zaman, tujuan tersebut telah bergeser menjadi pemberian opini wajar dan tidaknya sebuah laporan keuangan. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah menelaah lebih lanjut mengapa opini wajar tanpa pengecualian tidak dapat menjamin sebuah instansi bebas dari fraud. Pada tahap awal, penulis mencoba melihat regulasi audit atas opini, serta melihat apa yang mempengaruhi regulasi tersebut. Hal tersebut kemudian membawa kajian ini kepada peran serta tanggungjawab audit dalam mendeteksi fraud pada laporan keuang. Dari hasil kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa dalam melihat peran dan tanggung jawab auditor terhadap pendeteksian fraud, kita tidak dapat melihat dari perkembangan regulasi audit semata. Karena regulasi pemberian opini auditor tidak mengalami perubahan yang signifikan terkait pendeteksian fraud. Regulasi terkait opini audit hanya berkiblat pada Generally Accepted Accounting Procedure (GAAP), dalam bahasa Indonesia biasa disebut Peraturan Akuntansi Berlaku Umum (PABU). Meskipun seperti halnya BPK, diwajibkan untuk mempertimbangkan undang-undang serta hukum yang berlaku juga, namun pada prakteknya tetap saja
47
sebuah opini tidak dapat menjamin pendeteksian fraud dalam sebuah program audit yang telah dilakukan sebelumnya. Maka saya menyoroti beberapa regulasi audit yang isinya terkait dengan pendeteksian fraud. Dari pengamatan akan regulasi-regulasi yang telah saya bahas pada bab sebelumnya, dapat ditarik sebuah benang merah, bahwa regulasi terkait fraud hampir seluruhnya dibuat atas respon dari skandal fraud yang terjadi sebelumnya. Regulasi-regulasi yang dibuat bukan merupakan tindakan preventif akan kecurangan yang bisa saja dilakukan, namun lebih kepada, pencegahan sebuah kecurangan dilakukan kembali. Dua pendapat bisa saya kemukakan atas hal ini, yang pertama, mengecewakan ketika ternyata profesi dan regulator dalam ranah audit tidak dapat memberikan regulasi yang bersifat inisiatif awal atas pencegahan sebuah kecurangan. Karna pada kenyataanya fraud dengan tipe-tipe baru tetap terjadi, angka keterjadiannya fraud juga ditambah dari fraud tipe lama yang terjadi kembali karena kelalaian maupun kepentingan beberapa pihak semata. Pendapat kedua adalah, seberapapun canggihnya sebuah regulasi, maka pelaku kecurangan tetap akan menemukan cara untuk berada selangkah di depannya. Kenyataannya pelaku fraud selalu saja muncul dengan pola kejahatan yang baru, tidak peduli seberapa tanggung dan lengkap regulasi yang telah disusun. Kemudian, peran serta tanggung jawab auditor eksternal terkait pendeteksian fraud semakin lama semakin, bisa dikatakan longgar. Hal ini, menurut
48
penulis karena regulasi kemudian mengarah terbentuknya profesi-profesi pendukung auditor eksternal. Jika kita menilai dari sisi perkembangan tujuan audit, maka dapat dinilai bahwa tujuan audit memang telah bergeser dari tujuan awalnya. Dimana tujuan awal dibentuknya profesi ini adalah untuk menilai kebenaran informai keuangan. Dengan banyaknya skandal fraud yang kemudian menyeret peran auditor, tanggung jawab auditor untuk mendeteksi fraud kemudian dipertimbangkan dan opini dilengkapi dengan frasa disajikan dengan wajar Mengapa kemudian fraud tidak menjadi tanggungjawab auditor eksternal? Jawabannya sederhana menurut saya, karena pada hakekatnya, fraud sangat sulit dan hampir mustahil untuk dideteksi pada semua skenario terjadinya fraud. Selain itu, fraud biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sangat paham akan situasi dan kondisi sistem akuntansi instansi tersebut, dibandingkan dengan auditor itu sendiri, Oleh karena itu, akan selalu ada kemungkinan untuk auditor dapat, dalam hal ini, dikelabuhi oleh pelaku fraud. Namun tidak dapat dipungkiri, ada juga faktor kelalaian dan kurangnya kecakapan auditor pada beberapa kasus fraud yang terjadi. Keterbatasan tenaga, waktu dan biaya juga menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini. 5.2.
Saran Saran penulis untuk profesi auditor eksternal adalah meningkatkan kualitas
audit dengan cara memasukan fungsi audit investigatif kedalam audit keuangan. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan audit pada masa sekarang memang telah mencapai tingkatan yang membutuhkan pendeteksian fraud.
49
Terutama bagi auditor pemerintah, BPK dalam hal ini, sangat penting melibatkan fungsi audit investigatif dalam pemeriksaan laporan keuangan lembaga pemerintah. Karena pada prakteknya angka kecurangan lembaga atau instansi pemerintah sangat tinggi, bukan hanya disebabkan oleh faktor fraud pada laporan keuangan, namun juga karena 2 jenis fraud lainnya, yaitu korupsi dan penyelewengan atau penyalahgunaan aset. Namun penulis menyadari bahwa hal ini masih terkendala oleh biaya audit yang kemudian dinilai menjadi kurang efektif. Alternatif lain adalah, memberikan sosialisasi keterbatasan audit pada pengguna laporan audit. Sehingga para pengguna laporan audit mengerti bahwa audit memiliki beberapa keterbatasan dalam pendeteksian fraud kemudian dapat lebih waspada pada tindak fraud, dan dapat menggunakan jasa audit investigatif jika dirasa perlu. Karena beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya, maka saran terdapat beberapa saran tambahan bagi regulator audit, yaitu regulator sebaiknya mampu berpikir seperti pelaku fraud,agar regulasi dapat terus diperbaharui bahkan sebelum adanya fraud yang terjadi. Hal ini juga dapat dilakukan dengan cara melibatkan pelaku fraud terdahulu dalam menetapkan regulasi. Seperti Sam Antar dan Barry Minkow, keduanya adalah CEO dari dua perusahaan ternama, Crazy Eddie dan ZZZZ Best yang kemudian menjadi tersangka dalam kejahatan keuangan yang mereka lakukan. Mereka kemudian menjadi aktif menjadi pembicara diberbagai sesi terkait dengan fraud. Barry
50
Minkow bahkan mendirikan Fraud discovery Institute yang membantu FBI dan penegak hukum lain untuk mengungkapkan fraud. Hal ini menjadi tugas untuk regulator, agar belajar untuk berpikir seperti pelaku kecurangan, sehingga regulasi yang dibuat dapat menjadi sebuah alat pencegahan yang optimal. Tulisan ini masih memiliki banyak keterbatasan baik dari segi kedalaman pembahasan dan sumber literatur yang digunakan. Saran penulis untuk penelitian selanjutnya untuk mencari dan menggunakan lebih banyak jurnal yang kredibel dan memberikan informasi yang lebih lengkap sehingga dapat melengkapi setiap kekurangan dari studi literatur pada skripsi ini.
51