150
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka terdapat beberapa hal penting yang menjadi kesimpulan. Pertama, pada periode keseluruhan (2008.I – 2012.IV) perbankan syariah dan perbankan konvensional sama–sama terpengaruh oleh gejolak fluktuasi variabel makroekonomi. Terjadinya hal ini disebabkan karena tidak stabilnya kondisi makroekonomi bangsa Indonesia selama 2008-2012. Hal ini dapat tercermin dari menurunnya kinerja neraca pembayaran, dorongan pada laju inflasi dan tekanan pada nilai tukar rupiah. Keadaan ini diperparah dengan kondisi perbankan Indonesia yang cenderung menunjukkan perkembangan yang semakin menurun. Fakta ini dapat dilihat dari nilai composite CAMEL perbankan syariah dan perbankan konvensional sebagai proksi kinerja perbankan yang menunjukkan tren yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kedua, berdasarkan hasil uji regresi yang dilakukan maka pada periode krisis (2008.I – 2009.IV) perbankan syariah lebih stabil dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada periode krisis CAMEL perbankan syariah tidak terpengaruh oleh variabel makroekonomi, sedangkan CAMEL perbankan konvensional terpengaruh oleh variabel makroekonomi. Peristiwa ini lebih disebabkan oleh karakteristik pembiayaan
151
dari masing – masing perbankan. Untuk perbankan syariah karakteristik eskposure pembiayaannya masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global. Sedangkan karakteristik eksposure pembiayaan perbankan konvensional yang lebih diarahkan kepada aktivitas transaksi valuta asing, sehingga memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global. Fakta inilah yang menyebabkan pada saat terjadi krisis global 2008 perbankan konvensional terkena dampak dari krisis tersebut, sedangkan bank syariah terhindar dari krisis global 2008. Ketiga, berdasarkan hasil uji regresi yang dilakukan pada perbankan syariah dan perbankan konvensional pada periode non–krisis, dihasilkan bahwa bank syariah dan bank konvensional pada periode non – krisis (2011.I-2012.IV) sama–sama tidak terpengaruh oleh variabel makroekonomi. Hal ini terjadi karena industri perbankan di Indonesia pasca krisis global tahun 2008–2009 menunjukkan kinerja yang semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8,0 persen dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5,0 persen. Khusus untuk perbankan syariah, semakin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah juga merupakan salah satu faktor utama meningkatnya kinerja perbankan syariah di Indonesia pasca krisis global.
152
5.2. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, penulis memberikan saran sebagai berikut : a. Bagi Masyarakat dan Investor Masyarakat dan investor tidak perlu lagi takut untuk berinvestasi dibank syariah karena perbankan syariah terbukti lebih stabil dibandingkan perbankan konvensional terutama pada periode krisis. Selain itu, bank syariah juga memberikan rasa aman dari segi religius bagi siapapun yang ingin berinvestasi sesuai prinsip Islam atau syariah. b. Bagi bank Syariah Bank syariah sebaiknya melakukan promosi serta edukasi yang lebih intens dan lebih luas lagi kepada masyarakat mengenai prinsip – prinsip syariah yang dijalankan. Sehingga, masyarakat lebih paham lagi mengenai konsep tentang sistem yang dijalankan oleh bank syariah. c. Bagi peneliti selanjutnya Untuk lebih memperkenalkan lagi mengenai konsep perbankan syariah, maka peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih mengangkat topik mengenai prinsip serta produk – produk dalam perbankan syariah dan mencoba mencari variabel baru yang memiliki potensi mempengaruhi stabilitas perbankan syariah dan perbankan konvensional di Indonesia.
153
5.3. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jumlah sampel bank syariah dalam penelitian ini hanya terbatas pada lima bank saja yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, Bank Mega Syariah dan Bank Panin Syariah. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan mempertimbangkan faktor kelengkapan data laporan keuangan triwulan yang dimiliki oleh bank tersebut. Adapun bank syariah yang lain tidak memiliki kelengkapan data laporan keuangan dari 2008.I – 2012.IV . 2. Untuk kategori pemilihan bank konvensional dalam penelitian ini selain didasarkan pada faktor kelengkapan data laporan keuangan, pemilihan juga didasarkan pada pembatasan jumlah asset dibawah dari Rp. 200 Triliun. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan yang terlalu jauh antara jumlah asset bank syariah dan bank konvensional yang dapat menyebabkan hasil penelitian menjadi bias. Adapun bank – bank kovensional dalam penelitian ini meliputi Bank Danamon, Bank Panin, Bank BII, Bank BTN dan Bank Permata.
154
5.4 Kontribusi Penelitian Penelitian ini berusaha untuk mengeksplore lebih jauh peran serta Islamic Banking (IB) dalam menjaga stabilitas keuangan. Sebagian besar literature atau penelitian tentang bank syariah dan bak konvensional hanya berisi tentang perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional yang diantaranya menyangkut konsep operasi, aspek legalitas, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. Namun, masih sedikit yang membahas peran bank Islam dalam stabilitas keuangan. Padahal mengkaji stabilitas sistem keuangan adalah suatu hal yang sangat penting. Hal ini didasarkan pada fakta penelitian yang dilakukan oleh Laeven dan Valencia (2008) yang menemukan hasil bahwa sepanjang tahun 1970 – 2007 terdapat 447 krisis dan diantaranya adalah krisis keuangan yang terjadi sebanyak 395 krisis. Disini terlihat bahwa mengapa pentingnya suatu Negara untuk mengantisipasi krisis keuangan. Sebab, terjadinya instabilitas dalam sistem keuangan dapat menyebabkan terjadinya krisis yang dapat membuat masyarakat mengalami kesulitan ekonomi. Salah satu contoh terjadinya krisis keuangan global tahun 2008 yang baru – baru ini terjadi, maka mempelajari perbedaan kedua bank tersebut dalam stabilitas keuangan menjadi sangat penting. Terutama untuk mempelajari lebih lanjut mengenai perbankan syariah yang secara teori dan fakta lebih mampu dan teruji untuk tetap stabil baik pada saat kondisi ekonomi suatu Negara dalam keadaan krisis maupun non-krisis.