137
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui keinginan tak sadar yang muncul dalam kesadaran. Mimpi dipandang sebagai sebuah saluran pengaman bagi emosi manusia, emosi yang ditekan selama terjaga dapat dikeluarkan secara sehat melalui mimpi. Mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi dari keinginan-keinginan yang terlarang untuk diungkapkan ketika dalam keadaan terjaga. Freud memandang mimpi sebagai sebuah pemenuhan harapan, setiap mimpi mempunyai arti dan nilai psikis yang dalam interpretasinya tidak selalu sama dalam setiap mimpi. Mimpi juga dapat merupakan perwujudan dari sesuatu yang ditakuti, atau ekspresi dari suatu resolusi, peringatan, pertimbangan terhadap permasalahan. Mimpi mewakili bermacam-macam bentuk pikiran dan cara kerja intelektual. Cara kerja psikoanalitik berhubungan dengan pikiran laten yang merupakan akar mimpi, tetapi berpusat pada proses pikiran bawah sadar manusia. Manifestasi mimpi sebagai produk kerja mimpi yaitu proses mental yang membentuk pikiran laten mimpi menjadi mimpi manifest. Komponen dalam motif aktual yang membentuk mimpi adalah keinginan bawah sadar yang berusaha dipenuhi.
157
138
Interpretasi mimpi berhubungan dengan pikiran laten, residu pada hari sebelumnya, sesuatu di bawah sadar, sesuatu yang di repres sehingga semuanya membentuk mimpi. Sebuah harapan akan membangkitkan mimpi yang diperkuat oleh ingatan masa kanak-kanak. Pengalaman masa kanakkanak memainkan perannya sebagai sumber mimpi dari isi mimpi laten.. Penggabungan faktor-faktor menjadikan sebuah mimpi tampak dapat dipercaya sebagai pengulangan peristiwa di masa kecil. Setiap mimpi akan terhubung dengan pengalaman yang baru saja terjadi, sementara melalui isi laten terhubung dengan pengalaman yang sangat jauh. Bagian dari pikiran sebagai sensor, sensor yang berfungsi mengedit mimpi-mimpi. Jika memimpikan pemenuhan hasrat yang sebenarnya, maka dapat menimbulkan emosi, dan emosi kuat akan membangunkan dari tidur. Oleh karena itu sensor tersebut mengubah isi mimpi yang menyamarkan makna sebenarnya. Proses penyamaran makna ini sebagai transformasi hasrat
atau
“dreamwork”
yang
terdiri
dari
proses:Displacement,
Condentation, Symbolization. Sebuah mimpi selalu mengandung pesan tersembunyi yang terkait dengan seksualitas pemimpi. Seksualitas itu berkaitan dengan tanda-tanda dan hal-hal simbolik yang terus menumpuk dalam semua pengalihan kehidupan sosial dan kultural. Pemahaman terhadap pentingnya penyamaran dan distorsi yang ada dalam mimpi, Freud menunjukkan perlunya memahami peranan represi dan yang direpres adalah ketidaksadaran. Dari satu sudut, si pemimpi dan penganalisis melakukan represi pada ingataningatan seksual yang menyakitkan dan traumatis, dalam wacana ini represi adalah sebentuk defens mechanism. Ketidaksadaran yang paling tinggi
139
merupakan trauma seksual, yaitu yang tidak bisa diucapkan atau disimbolkan, dan yang hanya bisa diketahui melalui pengaruhnya pada yang simbolik maka hal-hal cabul akan merupakan titik singgung antara yang simbolik dengan ketidaksadaran . Simbolisasi tidak menciptakan mimpi namun mimpilah yang menggunakan simbolisasi untuk menampilkan representasi. Representasi terjadi tanpa proses sensor terhadap pembentukan simbol karena simbolisasi itu sendiri telah siap pakai dalam pikiran bawah sadar kita. 2. Konsep kepribadian Sigmund Freud. Kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen yang berinteraksi secara dinamis. Ketiga elemen itu adalah id, ego , dan superego. Pertama,diri hewani yang mengandung inti jiwa yang disebut dengan “id”; kedua, “ego” sebagai diri yang rasional, dan ketiga adalah “superego” sebagai representasi aturan dari masyarakat mengenai apa yang benar dan salah, apa yang baik dan buruk atau sebagai ego ideal. Diri “id” sudah terbentuk sejak manusia itu lahir, sedangkan “ego” dan “ superego” terbentuk sesudahnya dari kebutuhan untuk bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Seringkali “superego” dan “id” berkonflik satu sama lain. Freud memandang jiwa sebagai medan perang yang penuh konflik dengan berbagai komponen kepribadian yang saling berjuang tanpa henti. Perasaan akan tertekan apabila ketika “ego” atau “superego” terlalu mendominasi “id”. Hal ini yang akan membuat perasaan dan emosi yang ditekan dan tidak terekspresikan dengan baik akan menimbulkan kecemasan (anxiety). Individu dalam menghindari kecemasannya biasanya menggunakan defens mechanismdengan ragam bentuknya. Simptom-simptom dapat
140
berkembang menjadi gangguan atau sindroma bagi individu jika dipertahankan terus menerus. Pada mulanya individu berusaha menekan segenap dorongan dan gangguannya, tetapi jika lebih kuat dapat termanifestasi dalam eksternalisasi dalam perilakunya, dan pada akhirnya menjadi suatu gangguan pada individu. 3. Relevansi konsep mimpi dan kepribadian dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Penyimpangan seksual terkait dengan unsur kepribadian dan latar belakang individu. Tahap-tahap perkembangan jiwa menunjukkan inti kelainan apabila dilalui dengan tidak baik, usia empat hingga tujuh tahun dikaitkan dengan sex addiction. Kepribadian anti sosial menjadi latar belakang dalam penyimpangan seksual pada umumnya. Penyimpangan seksual akan berakibat trauma fisik dan psikologis, dan pengalaman penganiayaan seksual menjadi faktor penting bagi terjadinya perilaku seksual menyimpang berikutnya. Fantasi, ide, dan kehendak seksual akibat dari perlakuan yang tidak pada tempatnya akan direpres ke alam bawah sadar untuk ditransformasikan menjadi sikap dan perilaku yang konkrit dalam bentuk displacement kepada sasaran lain, seperti yang sekarang marak terjadi di Indonesia.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan pada peneliti selanjutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik maka
perlu untuk
melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengambil jenis case study. Dengan mengambil contoh salah satu kasus, seperti: histeria, phobia atau
141
kecemasan yang lain dengan tujuan untuk mengetahui dinamika kepribadian manusia serta dapat menggali peran mimpi atau pun keterkaitan kepribadian manusia dengan mimpi yang memungkinkan ada mimpi-mimpi yang khas yang dialami oleh individu. Penelitian lain yang memungkinkan dapat dilakukan adalah dengan model kuantitatif , misalnya mencari pengaruh mimpi terhadap tipe kepribadian, hubungan mimpi dengan kecenderungan gangguan jiwa, analisis mimpi untuk mengurangi kecemasan, dan lain-lain.