107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini terbagi atas dua kelompok. Kesimpulan pertama adalah kesimpulan utama dari penelitian yakni jawaban dari pertanyaan penelitian. Kesimpulan kedua disebut kesimpulan modifikasi lanjutan adalah kesimpulan minor, yakni kesimpulan dari langkah modifikasi lanjutan yang dilakukan sebagai upaya memberikan informasi tambahan tentang potensi peningkatan efisiensi energi dari integrasi pencahayaan alami. Kesimpulan Utama: 1. Sistem pencahayaan yang mengintegrasikan cahaya alami dapat menekan konsumsi energi sektor pencahayaan, penghawaan, dan energi total pada bangunan tinggi perkantoran. Cahaya alami secara langsung menurunkan energi pencahayaan karena lampu dipadamkan di siang hari, sistem penghawaan berkurang bebannya karena panas internal dari lampu berkurang bahkan ditiadakan di siang hari, dan secara kumulatif penurunan energi kedua sektor tersebut mengefisienkan konsumsi energi total. A. Integrasi pencahayaan alami mengurangi energi sektor pencahayaan 19% hingga 66%, Sektor penghawaan 2% hingga 6%, dan konsumsi energi total 7% hingga 20%. B. Pengaturan rasio jendela yang semakin besar dan transmisi visibel semakin tinggi berdampak pada konsumsi energi yakni; pencahayaan semakin baik
108
namun sebaliknya performa sektor penghawaan semakin buruk. Rasio jendela terbesar dengan visibel transmisi tertinggi konsumsi listrik pencahayaan paling efisien dengan 10,15 kWh/m² dan sementara rasio jendela terkecil dengan transmisi visibel terendah konsumsi energi sektor penghawaan paling efisien dengan 37,87 kWh/m². Titik komprominya konfigurasi rasio jendela menengah (WWR 50) dengan transmisi visibel menengah (VT 0,5) sebagai yang terbaik efisiensi energi totalnya dengan 83,3 kWh/m². 2. Window to wall ratio (WWR) atau rasio luasan jendela terhadap dinding dan nilai visible transmittance (VT) atau transmisi visibel (presentase cahaya alami yang diteruskan oleh kaca ke dalam bangunan) dari kaca mempengaruhi performa integrasi pencahayaan alami dalam mengefisienkan konsumsi energi. Rasio jendela yang rendah efektif menggunakan kaca dengan transmisi visibel tinggi, rasio jendela menengah efektif menggunakan kaca dengan transmisi visibel menengah dan tinggi, dan rasio jendela tinggi efektif menggunakan kaca dengan transmisi visibel rendah dan menengah. A. WWR kecil (WWR 10) tidak efektif penerapan integrasi pencahayaan alami karena rasio jendela yang terlalu kecil, kecuali WWR 20 memungkinkan digunakan dengan kaca VT 90. WWR 30 mulai berdampak efektif ketika menggunakan kaca dengan VT menengah hingga VT tinggi (VT 0,4 – 0,9) dengan konsumsi energi 84 kWh/m² hingga 86 kWh/m² atau efisiensi 15% hingga 20%.
109
WR menengahh (WWR 40 dan 50) piliihan terbaik dalam penerrapan integraasi B. WW penccahayaan alaami dengan kaca VT menengah m (V VT 0,5) koonsumsi enerrgi total 84 kWh/m² dengan pressentase efisiensi 21%. WR besar (WW WR 70) efekktif menggunnakan kaca dengan VT menengah m d dan C. WW rendah. Kaca VT T 0,5 adalah yang terbaikk
Gamba r 5. 1 Graffik pemilihhan jenis kaaca berdasaarkan besarran WWR Graafik menunjjukkan piliihan kaca berdasarka b n nilai VT yang memungkiinkan dipillih dalam s rategi inte grasi penc ahayaan allami sebagaai upaya efiisiensi enerrgi bangun an tinggi perkantoran p n
110
Kesimpulan modifikasi lanjutan: 3. Modifikasi rasio bentuk menunjukkan rasio 3:1 adalah yang terbaik dari prforma penetrasi cahaya alami namun terburuk dari performa energi karena menerima panas ekesternal tertinggi. Rasio 1:2 adalah yang terbaik performa energinya karena konfigurasi ini paling seimbang terhadap penerimaan panas dan performa cahaya alami yang cukup baik penetrasinya karena kedalaman ruang yang tidak terlalu tinggi. 4. Modifikasi shading, Penerapan shading jenis overhang dan lightshelf menyebabkan berkurangnya level iluminasi cahaya alami namun mengurangi perolehan panas eksternal sehingga sistem penghawaan menjadi efisien tanpa mengurangi secara signifikan efektifitas cahaya alami. A. Overhang menurunkan energi total 4%. Hal ini disebabkan panas matahari yang terblok oleh overhang sehingga menurunkan nilai perolehan panas eksternal hingga 32,7%. B. Lighshelf Lightshelf menurunkan konsumsi energi total 2%. Penurunan dicapai karena lighshelf mampu menekan perolehan panas hingga 30% . kelebihannya adalah lightshelf mampu merefleksikan cahaya alami karena berfungsi sebagai bidang pantul cahaya sehingga penyebaran cahaya lebih merata. 5. Modifikasi bersifat aplikasi teknologi yang dalam penelitian ini adalah langkah modifikasi tipe sensor pengendalian cahaya alami (daylighting control), tipe
111
lampu, dan tipe tata udara. A. Sensor pengendalian cahaya jenis switch dan steps lebih efektif menurunkan konsumsi energi hingga 69% pada sektor pencahayaan dan 24% pada sektor penghawaan dibandingkan jenis dimming karena iluminasi cahaya alami yang tinggi pada data iklim Jakarta, sehingga cahaya alami tersedia sangat banyak hampir sepanjang hari dan sepanjang tahun. B. Tipe lampu dilihat dari nilai daya listrik dan radiasi fraksinya menentukan seberapa besar efisiensi yang dapa dicapai. Semakin tinggi daya lampu semakin tinggi presentase efisiensi yang diperoleh meskipun energi terendah akan didapatkan oleh lampu dengan daya rendah. Lampu jenis LED dengan daya rendah performa energinya paling efisien hingga 68% dibandingkan lampu T12 dan 32% - 34% dibandingkan lampu T5 dan T8. Sementara tipe lampu menurut level pencahayaan menunjukkan bahwa semakin rendah level pencahayaan yang ditentukan sebagai setpoin semakin tinggi efisiensi energi yang diperoleh. C. Tipe tata udara menentukan tingkat efisiensi konsumsi energi total bangunan yang dapat dicapai. Sistem AC (air conditioning) dengan COP tinggi performa efisiensinya lebih baik hingga 12% dibandingkan COP menegah, dan 34% dibandingkan COP rendah. 5.2. Saran Saran untuk penelitian tahap lanjutan dari penelitian dengan tema yang
112
sejenis sebagai berikut: 1. Penelitian ini adalah tahap awal dalam melihat efisiensi energi terkait integrasi pencahayaan alami. Pencahayaan alami yang disimulasikan pada penelitian ini masih melibatkan pencahayaan langsung dan tidak langsung. Cahaya yang tidak berpotensi menambah perolehan panas adalah cahaya tidak langsung yang berasal dari kubah langit atau cahaya pantulan bola langit. Sementara cahaya langsung yang juga termasuk dalam penelititan ini mengandung muatan kalor (panas) yang akan memberi beban sistem penghawaan dan mengganggu kenyamanan visual karena potensi glare (kesilauan). Tahap selanjutnya disarankan melakukan simulasi lanjutan yang fokus pada pengaturan selubung bangunan disertai komponen-komponen yang mampu mereduksi panas sekaligus mengurangi kesilauan seperti penelitian tentang shading dan efeknya terhadap performa pencahayaan alami dan performa energi. 2. Pembahasan pencahayaan alami tidak bisa terlepas dari keterkaitan antara performa cahaya alami dan perolehan panas yang dibawa cahaya alami ke dalam bangunan. Saran selanjutnya penelitian yang fokus melihat hubungan antara pencahayaan alami terhadap determinasi panas yang ditimbulkan dari cahaya alami terkait efisiensi energi.