BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Karakteristik pendidikan Propinsi Jawa Timur secara umum pada tahun 2007 hingga 2011 didapatkan bahwa partisipasi pada jenjang pendidikan SD dan SMP pemerataan pendidikan mempunyai rata-rata APK dan APM masingmasing sebesar 113,242 dan 97,466 persen untuk SD serta 102,05 dan 85,206 persen untuk SMP, sedangkan jenjang pendidikan SMA sebesar 72,13 dan 53,186 persen. Kondisi pendidikan di Jawa Timur jika ditinjau dari persentase angka putus sekolah dan angka mengulang menunjukkan bahwa pada jenjang pendidikan SD memiliki rata-rata sebesar 0,19 dan 2,692 persen sedangkan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA masing-masing sebesar 0,336 dan 0,142 persen untuk SMP serta 0,81 dan 0,212 persen untuk SMA. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan bahwa angka lulusan jenjang pendidikan SD mengalami kenaikan sebesar 0,93 persen yang ekivalen dengan 3.916.976 orang, pada jenjang pendidikan SMA mengalami kenaikan sebesar 1,34 yang ekivalen dengan 2.483.154 orang, sedangkan tingkat SMA mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen yang ekivalen dengan 975.260 orang. 2. Pada tahun 2007 dan 2011 hasil faktor yang terbentuk mengalami perubahan dari 7 faktor menjadi 4 faktor hal ini membuktikan bahwa faktor-faktor yang terbentuk lebih spesifik dalam urusan pendidikan. Kedua tahun ini memiliki 3 faktor utama yang meliputi infrastruktur pendidikan, kinerja pendidikan, dan hasil proses pendidikan dengan masing-masing nilai kumulatif variasi sebesar 52,342 dan 75,522 persen. Perubahan masalah utama dalam 79
80
3.
urusan pendidikan dari 2007 ke 2011 adalah hasil proses pendidikan yang meliputi drop out dan angka mengulang. Pengelompokkan yang terbentuk dari faktor infrastruktur pendidikan, kinerja pendidikan dan hasil proses pendidikan masing-masing tahun 2007 dan 2011 sebanyak 4 kelompok sedangkan faktor hasil proses pendidikan pada tahun 2007 sebanyak 5 kelompok. Hasil pengelompokkan dari perpaduan antar faktor terbentuk 4 kelompok, dimana faktor kinerja pendidikan merupakan faktor yang paling unggul atau dominan serta cukup penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam hal pemerataan pendidikan di kabupaten/kota Propinsi Jawa Timur. Berikut adalah beberapa ulasan hasil perbandingan urusan pendidikan antara tahun 2007 dan 2011. a. Perubahan struktur pendidikan dapat ditinjau dari hasil analisis faktor, dimana dari ketiga faktor utama pada tahun 2007 variasi terbesar urusan pendidikan yaitu pada infrastruktur pendidikan dengan salah satu variabelnya adalah penduduk berusia 16-18 tahun. Sedangkan pada tahun 2011 variasi terbesar urusan pendidikan yaitu hasil proses pendidikan dengan salah satu variabelnya adalah angka putus sekolah SMA. Namun, jika ditinjau dari perubahan indikatornya diketahui bahwa terjadi penambahan variabel yaitu angka lulusan SMA di faktor infrastruktur pendidikan sehingga menjadi 8 variabel pada tahun 2011. Hal ini membuktikan bahwa makin sejalan liniernya jumlah lulusan SMA dengan variabel penduduk usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun, APBD, guru SD, SMP, dan SMA. Pada faktor kinerja pendidikan terjadi penambahan variabel yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), APK dan APM SD sehingga menjadi 8 variabel pada tahun 2011. Sedangkan pada faktor hasil proses pendidikan terjadi penambahan variabel IPM,
81 angka putus sekolah SD, angka lulusan SD dan SMP sehingga menjadi 9 variabel. b. Masalah utama di 2011 adalah kinerja pendidikan yang sebagian besar kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur memiliki kondisi pertumbuhan ekonomi yang rendah sehingga mempengaruhi partisipasi pendidikan yang rendah pula. Kondisi ini disebabkan oleh persentase drop out di tingkat SMA sangat tinggi jika dibandingkan dengan SD dan SMP, karena biaya sekolah yang tinggi atau belum meratanya dana alokasi pendidikan serta masalah sosial yang dihadapi oleh anak usia SMA seperti kenakalan remaja. Dalam kondisi seperti ini wajib belajar 12 tahun masih perlu adanya perubahan dalam meningkatkan kinerja pendidikan. Daerah yang mempunyai kinerja terendah adalah wilayah Tapal Kuda meliputi Madura, Bondowoso, Situbondo, Jember, Probolinggo hingga Pasuruan. c. Hasil perbandingan antara tahun 2007 dan 2011 menyatakan bahwa perlu adanya perbaikan dan usaha untuk meningkatkan kinerja pendidikan dengan melakukan pemerataan dana alokasi pendidikan atau BOPDA di kabupaten/kota Propinsi Jawa Timur sehingga dapat membantu mengurangi biaya sekolah yang terlalu mahal sehingga partisipasi pendidikan pada setiap jenjang merata sehingga APK dan APM minimal mencapai 95 persen. Secara keseluruhan dari keempat aspek yang saling berhubungan yaitu demografi, ekonomi, sosial, dan sekolah diketahui bahwa variabel APK, APM, angka lulusan SD, SMP dan SMA serta PDRB, IPM, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perlu dipertahankan dan diperhatikan agar tidak menurun. Sedangkan, untuk variabel penduduk usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun, APBD, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), drop out, angka
82 mengulang, serta guru pada masing-masing jenjang pendidikan yaitu SD, SMP dan SMA perlu dilakukan perbaikan agar permasalahan urusan pendidikan dapat teratasi dan pemerataan mutu pendidikan di Propinsi Jawa Timur lebih baik lagi ke depannya. 5.2
Saran Saran yang dapat disampaikan peneliti untuk Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur adalah menanggulangi dan memperkecil drop out dan anak mengulang kelas di setiap jenjang pendidikan agar kualitas pendidikan dapat meningkat khususnya dalam pemerataan kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Berikut adalah beberapa dampak yang diberikan dalam urusan pendidikan pada tahun 2011 agar pemerintah dapat mempertimbangkan jika ingin melaksanakan program wajib belajar 12 tahun. 1. Angka mengulang kelas dan drop out dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan persentase yang cukup tinggi. Pada jenjang pendidikan SD anak mengulang kelas sebesar 0,96 persen yang ekivalen dengan 4.043.330 orang sedangkan drop out sebesar 0,09 persen yang ekivalen dengan 379.062 orang. Pada jenjang pendidikan SMP persentase drop out sebesar 0,11 yang ekivalen dengan 203.841 orang sedangkan angka mengulang sebesar 0,03 persen yang ekivalen dengan 55.593 orang. Sedangkan drop out di tingkat SMA sebesar 0,04 persen yang ekivalen dengan 29.553 orang sedangkan angka mengulang sebesar 0,05 persen yang ekivalen dengan 36.941 orang. 2. Ditinjau dari nilai APK dan APM, dimana selisih antara kedua parameter menunjukkan proporsi siswa yang tertinggal sehingga program paket A, B, dan C merupakan program yang cukup penting untuk meningkatkan persentase APK dan APM agar partisipasi pendidikan di tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA lebih baik lagi. Sedangkan penyebab drop out dan mengulang kelas adalah
83 biaya pendidikan yang terlalu mahal dan seringnya absensi kehadiran yang tidak selalu datang ke sekolah, sehingga pemerintah sebaiknya melakukan pemerataan dana alokasi pendidikan atau BOPDA di setiap kabupaten/kota Propinsi Jawa Timur. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih spesifik seperti menambahkan variabel untuk jenjang pendidikan PAUD, TK, dan Perguruan Tinggi.
84
“Halaman ini sengaja dikosongkan”