BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Non Performing Loan (NPL), dan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (dalam penelitian ini diukur dengan ROA/Return On Asset) Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 5.1
Perkembangan tingkat rasio CAR, FDR, NPL, BOPO, dan profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010.
Bank Syariah Mandiri Kinerja BSM cukup baik terlihat dari peningkatan nilai ROA dari tahun
2006-2009 mengalami peningkatan tiap tahunnya dikarenakan hingga tahun 2010 market share dan DPK BSM yang mencapai 33,31% dan 38,14% dari seluruh Perbankan Syariah di Indonesia. Penurunan yang terjadi di tahun 2010 disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan usaha agar dapat bersaing dengan bank lainnya. Pembiayaan yang meningkat dari tahun 2006-2010 menyebabkan menurunnya rasio kecukupan modal (CAR) BSM, terutama di tahun 2010 sebesar 10,60%. Ekspansi pembiayaan yang signifikan selama tahun 2010 mencapai Rp 7,91 triliun menjadi penyebab penurunan rasio CAR. Tahun 2007-2010, rasio FDR yang terus menurun menunjukan kinerja manajemen dalam mengelola likuiditasnya semakin membaik. Kondisi ini terjadi karena peningkatan dana dari pihak ketiga BSM melampaui pertumbuhan pembiayaan dalam bentuk kredit yaitu sebesar 49,95%.
Kualitas
pembiayaan
BSM
terus
menunjukan
perbaikan.
Rasio
Pembiayaan Bermasalah (NPL) secara gross menurun signifikan dari tahun 20062010 yaitu dari 6,94% di tahun 2006 mencapai 3,52% di tahun 2010. Hal ini dikarenakan BSM kini tidak hanya terfokus pada pembiayaan sektor korporasi yang lebih rentan pada kondisi makro, melainkan pada sektor usaha atau UKM yang marginnya cukup baik. Dari sisi efisiensi, nilai BOPO BSM cenderung menurun dari tahun 2006 hingga 2009 yang dikarenakan oleh keberhasilannya merealisasikan pertumbuhan aktiva produktif. Namun di tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 1,21% dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut dikarenakan pembangunan infrastruktur bisnis dari segi penambahan outlet dan pengembangan karyawan di BSM.
Bank Muamalat Indonesia Selama periode 2006-2010, rasio CAR Bank Muamalat diatas 8%,
meskipun ditahun 2007 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 3,80% dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pembiayaan yang tinggi, terutama pada sektor jasa sebesar 43,36%. Sedangkan peningkatan di tahun 2010 yaitu 13,26% dikarenakan Bank Muamalat melakukan Right Issue di tahun tersebut. Terlihat pada kondisi FDR meningkat dari tahun 2006-2008 dan puncak tertinggi terjadi di tahun 2008 yaitu sebesar 104,41% karena pembiayaan yang cukup tinggi pada sektor UMKM. Melihat kondisi tersebut akhirnya Bank Muamalat menurunkan pembiayaan pada sektor UMKM untuk mengurangi risiko kredit dan mendominasi dana pihak ketiga dari deposito untuk menjaga likuiditas di tahun 2009. Kondisi pembiayaan yang tinggi di tahun 2008, menyebabkan peningkatan rasio NPL dari tahun 2007-2009 yaitu dari 2,96% tahun 2007 menjadi 4,73% di tahun 2009. Hal ini dikarenakan terlalu banyaknya pembiayaan di tahun 2008 pada sektor UMKM tanpa memperhatikan risiko kreditnya. Penurunan yang terjadi di tahun 2008 yaitu 78,94% disebabkan oleh peningkatan pendapatan yang diperoleh dari jasa sebagai mudharib dan bagi hasil dari pembiayaan. Sedangkan peningkatan di tahun 2009 disebabkan oleh beban
usaha yang berasal dari biaya umum dan administrasi serta Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Peningkatan yang disebabkan rasio NPL dan BOPO ditahun 2008-2009 menyebabkan terjadi penurunan ROA yang cukup signifikan dari tahun 2008 ke 2009 yaitu sebesar 2,60% menjadi 0,45%.
Bank Mega Syariah Rasio CAR dari tahun 2006-2010 berfluktuasi yang cenderung meningkat.
Meskipun di tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan oleh ekspansi dan pembiayaan yang tinggi di tengah meningkatnya BUS di Indonesia, nilai CAR Bank Mega Syariah masih diatas 8%. Bank Mega Syariah dapat dikatakan likuid, terlihat dari rasio FDR yang cenderung menurun hingga tahun 2010. Penurunan pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Mega Syariah bertujuan untuk mengurangi risiko kredit Secara keseluruhan selama 5 tahun, kondisi kredit bermasalah Bank Mega Syariah masih dibawah standar kesehatan bank yaitu sebesar 5%. Hal tersebut terjadi karena sedikitnya pembiayaan yang diberikan sehingga risiko kredit bermasalah pada bank jauh lebih rendah dibandingkan BSM dan Bank Muamalat. Nilai rasio BOPO yang meningkat di tahun 2008 dan 2010 yaitu sebesar 89,03% dan 88,86% disebabkan oleh peningkatan beban operasional, perluasan produk, biaya pelatihan karyawan, dan penambahan kantor cabang sehingga menyebabkan menurunnya profitabilitas Bank Mega Syariah di tahun tersebut yaitu sebesar 0,98% dan 1,90%. Selain itu disebabkan karena menurunnya pembiayaan pada tahun tersebut sehingga mengurangi pendapatan operasional Bank Mega Syariah.
5.2
Pengaruh tingkat rasio CAR, FDR, NPL, dan BOPO terhadap profitabilitas pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah periode 2006-2010. D. Uji Asumsi Klasik Setelah terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik, disimpulkan bahwa penelitian dinyatakan terbebas dari asumsi klasik. E. Secara Parsial Berdasarkan uji T yang telah dilakukan untuk menjelaskan variabel profitabilitas (ROA) dari variabel independen yaitu CAR, FDR, NPL, dan BOPO, hanya terdapat dua variabel yaitu NPL dan BOPO yang berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Penjelasan sebagai berikut: a. Hasil uji hipotesis Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai rasio CAR terhadap ROA, dimana probabilitas > 0,05 (0,317 > 0,05) atau – ttabel £ thitung £ ttabel yaitu -2,160 < -1,040 < 2,160 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil dari koefisien determinasi, pengaruh CAR terhadap ROA hanya sebesar sebesar 0,077 atau 7,7% artinya hubungan CAR dengan ROA sebesar 7,7% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas ketiga Bank Umum Syariah yang diteliti. b. Hasil uji hipotesis Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai rasio FDR terhadap ROA, dimana probabilitas > 0,05 (0,428 > 0,05) atau – ttabel £ thitung £ ttabel yaitu -2,160 < 0,818 < 2,160 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil dari koefisien
determinasi, pengaruh FDR terhadap ROA hanya sebesar 0,049 atau 4,9% artinya hubungan FDR dengan ROA sebesar 4,9% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini mengindikasikan bahwa likuidnya jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas ketiga Bank Umum Syariah yang diteliti. c. Hasil uji hipotesis Non Performing Loan (NPL) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dengan arah hubungan keduanya negatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai rasio NPL terhadap ROA, dimana probabilitas < 0,05 atau (Probabilitas 0,024 < 0,05) atau thitung < - ttabel, yaitu - 2,552 > -1.771 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil dari koefisien determinasi, pengaruh NPL terhadap ROA sebesar 0,334 atau 33,4% artinya hubungan NPL dengan ROA sebesar 33,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini mengindikasikan
bahwa
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas ketiga Bank Umum Syariah yang diteliti. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan menurunkan tingkat profitabilitas bank. d. Hasil uji hipotesis Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dengan arah hubungan keduanya negatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian nilai rasio BOPO terhadap ROA, dimana probabilitas < 0,05 (0,01< 0,05) atau thitung < - ttabel, yaitu – 4,353 < - 1,771 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil dari koefisien determinasi, pengaruh BOPO terhadap ROA sebesar 0,593 atau 59,3% artinya hubungan BOPO dengan ROA sebesar 59,3% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan bank untuk mengukur
tingkat efesiensi dalam melakukan kegiatan operasinya, memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas ketiga Bank Umum Syariah yang diteliti. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tidak efisien bank dalam mengelola biayanya sehingga mampu menurunkan tingkat profitabilitas bank tersebut. F. Secara Simultan Hasil uji hipotesis secara bersama-sama (simultan) Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (dalam penelitian ini diukur dengan ROA/Return On Asset) menunjukan H0 ditolak. Hal ini dapat dilihat dari Fhitung ³ Ftabel yaitu 10,856 > 3,478 atau nilai sig. kurang dari 0,05, yaitu 0,005 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Non
Performing Loan (NPL), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap profitabilitas sebesar 81,3%, sedangkan sisanya 18,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi permodalan, likuiditas, pengelolaa kredit dan biaya akan menentukan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. 5.3
Saran Setelah mengamati dan menganalisa hasil penelitian, penulis melihat
terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan masukan kepada pihak yang berkepentingan antara lain: 1. Pihak Perbankan a. Untuk meningkatkan dan menjaga profitabilitas di tahun mendatang, diharapkan ketiga Bank Umum Syariah tersebut mampu menjaga rasio CAR dengan standar baru yang ditetapkan Bank Indonesia di tahun 2012 yaitu sebesar 10%. Mengelola pembiayaan berupa kredit untuk
menjaga likuiditas sehingga Rasio Kredit Bermasalah (NPL) tidak melebihi 5% dan disisi lain mampu meningkatkan profitabilitas bank yang diperoleh dari pendapatan operasionalnya. b. Untuk mengefektifkan kegiatan pemasarannya karena dilihat dari biaya operasional yang telah dikeluarkan cukup besar sehingga diharapkan mampu meningkatkan market share pada masing-masing bank untuk menciptakan daya saing yang positif antar Bank Umum Syariah. c. Melakukan pelatihan dan pengembangan pada Sumber Daya Manusia agar mampu meningkatkan kinerja Bank Umum Syariah menjadi lebih optimal. d. Melakukan pendanaan dengan go public dan terdaftar di BEI namun tetap mengikuti syariat islam, dimana bertujuan untuk pengembangan dan ekspansi bank agar lebih mudah dikenal dan dijangkau masyarakat. 2. Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan meneliti lebih dalam mengenai perbankan syariah, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: a. Sebaiknya judul penelitian bisa lebih dikembangkan lagi, misalnya dengan menggunakan semua aspek dari CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity), serta akan lebih baik lagi menggunakan peraturan Bank Indonesia yang baru yaitu dengan mempertimbangkan aspek Sensitivity to Market Risk. Dapat pula dengan menambahkan faktor ekonomi seperti inflasi dan nilai tukar dalam memprediksi Return On Asset bank tersebut. b. Jumlah bank yang dijadikan sampel penelitian dapat lebih banyak lagi, melihat dari jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia yang meningkat dan kelengkapan data di tahun mendatang dapat terpenuhi. Karena semakin banyak variabel, data dan jangka waktu penelitian akan memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal.