BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah didapat di lapangan, dan sebagaimana yang sudah diuraikan dalam pembahasan BAB IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan kemampuan memainkan alat musik YF sebagai individu tunanetra ternyata tidak jauh berbeda dengan individu awas pada umumnya. Keterbatasan yang dimilikinya tentunya membuat sedikit hambatan baginya dalam hal proses belajarnya. Namun, bukan berarti individu tunanetra tidak dapat memiliki skill atau keahlian dalam bidang tertentu, terutama dalam bidang musik. 2. Cara YF dalam mengembangkan kemampuan musiknya adalah dengan lebih banyak mengandalkan indera pendengaran, indera perabaan, orientasi, dan ingatan. Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan yang dimilikinya membuatnya tidak mampu mempelajari musik dengan media visual pada umumnya, seperti menggunakan partitur not balok. Namun, YF sebagai individu tunanetra, belajar dengan mendengar, mengingat dan kemudian menirukan nada-nada yang telah didengarnya. Selain itu juga dengan menggunakan media Braille, yaitu membaca lagu melalui sebuah partitur yang disajikan dengan huruf Braille. Penguasaan letak nada-nada dilakukan dengan teori orientasi menggunakan clue, landmarks, dan measurement. 114
115
3. Hambatan yang dialami oleh YF lebih kepada visualisasi. Pada awal belajar keyboard, atau alat musik lainnya suka terjadi kesalahan menekan tuts sehingga menimbulkan suara yang sumbang (fals). Namun, dengan proses belajar yang berkesinambungan, YF mulai hafal letak-letak tuts tersebut dengan tepat, sehingga tidak lagi melakukan kesalahan. Hambatan berikutnya lebih kepada masalah mengoperasikan keyboardnya. Begitu banyaknya tombol-tombol program pada keyboard membuatnya mengalami kebingungan dalam mengoperasikan keyboard tersebut. Hal ini juga teratasi dengan melakukan orientasi yang tepat menggunakan landmarks taktual. Dimana tombol-tombol yang ada dihafalkan fungsinya sesuai dengan ciri khas bentuk tombolnya. 4. Strategi yang dapat digunakan guru atau orangtua untuk meningkatkan kemampuan bermusik individu tunanetra adalah dengan lebih menekankan media audio dalam mempelajari musik, daripada menggunakan media visual. Hal ini disebabkan individu tunanetra pada umumnya memiliki kelebihan dalam hal pendengaran, mereka lebih mudah menangkap bunyi-bunyian yang didengar di sekitar mereka. Namun, disesuaikan juga dengan kemampuan anak. Tidak semua anak tunanetra lebih suka mengandalkan pendengaran
116
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru-guru musik Sekolah Luar Biasa a) Diharapkan dapat memberikan pengajaran musik sesuai dengan tahapan perkembangan anak tunanetra. Jangan memaksakan pelajaran yang anak belum dapat melakukannya. Oleh karena anak tunanetra memiliki hambatan untuk menggunakan fungsi kognitif secara optimal, maka pelajaran musik yang diberikan ada baiknya diajarkan sedikit demi sedikit dan dilakukan dengan pengulangan. b) Jika terdapat lebih dari satu anak yang belajar, diharapkan guru menggunakan prinsip pembelajaran individual. Dengan proses pembelajaran individual, maka masing-masing anak akan dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi masingmasing. c) Pada umumnya anak tunanetra lebih mengandalkan fungsi pendengaran dalam mempelajari musik, dibandingkan dengan menggunakan fungsi visual. Oleh karena itu, dalam mengajarkan musik, guru diharapkan lebih menggunakan media audio daripada media visual. Hal ini dikarenakan kebanyakan anak tunanetra lebih banyak yang mengandalkan pendengaran dalam mempelajari musik. Namun, apabila penggunaan media audio kurang efektif, maka dapat disertai dengan pemberian notasi Braille.
117
d) Memberi dukungan kepada anak yang mengalami kesulitan dalam mempelajari musik, agar tidak mudah menyerah dan tetap berjuang untuk belajar walaupun dalam keterbatasan penglihatan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan pujian kepada anak apabila anak dapat mengikuti setiap tahapan proses pembelajaran, karena hal ini dapat menambah semangat dan kepercayaan diri anak tunanetra dalam mempelajari musik. 2. Bagi orangtua yang memiliki anak tunanetra a) Untuk melatih kepekaan mendengar nada, orangtua diharapkan sering memperdengarkan berbagai macam jenis musik dalam rumah, sejak anak masih kecil. Caranya dapat dilakukan dengan memasang suatu lagu melalui kaset atau CD player, kemudian mengajak anak bernyanyi bersama dengan orangtua. b) Membelikan barang atau mainan yang berhubungan dengan musik. Contohnya, orangtua membelikan anak keyboard mini. Biarkan anak mengenali bentuk keyboard tersebut dengan cara meraba setiap bagian keyboard tersebut. Biarkan anak menekan-nekan tuts keyboard tersebut secara tidak beraturan dan biarkan anak tersebut mendengarkan nada-nada yang dihasilkan oleh tuts yang ditekannya. Setelah itu, orangtua dapat mengajarkan nada-nada C D E F G A B C atau do re mi fa sol la si do, sambil memegang tangan anak dan menekan tuts sesuai dengan nada yang disebutkan.
118
c) Mengajarkan anak agar mengetahui dimana letak suatu nada tanpa bantuan orangtua. Caranya adalah dengan berpatokan pada dua tuts hitam dan tiga tuts hitam. Contohnya, untuk mengetahui nada C, arahkan tangan anak untuk meraba dua tuts hitam. Kemudian orangtua mengarahkan tangan anak ke tuts putih di sebelah kiri dua tuts hitam dan memberitahu bahwa tuts tersebut adalah nada C. Di sebelah kanan C ada nada D. Di sebelah kanan D, ada nada E, dan seterusnya. Pada awalnya, proses belajar selalu dilakukan dengan cara tangan orangtua memegang tangan anak dan mengarahkannya untuk menekan tuts nada yang dimaksud. Bimbingan ini dilakukan terus menerus sampai anak sudah mulai dapat melakukan sendiri, tanpa perlu didampingi oleh orangtua lagi. d) Memberi semangat dan dukungan kepada anaknya untuk dapat mengasah keterampilan yang dimilikinya dalam bidang apapun. Selain itu, dengan memberikan pujian berupa kata-kata atau hadiah (reward) berupa barang apabila anak dapat melakukan suatu tahapan proses pembelajaran dalam keterampilan tertentu. 3. Bagi penelitian berikutnya diharapkan melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih dari satu untuk melihat perbedaan kemampuan bermusik individu tunanetra, sehingga dapat mengetahui lebih banyak lagi cara-cara individu tunanetra dalam mempelajari musik, serta memberikan saran yang lebih lengkap mengenai pengembangan kemampuan bermusik para penyandang ketunanetraan.