75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1
1.
Kesimpulan
PT. Bank BRISyariah merupakan bank baru dalam industri perbankan. BRISyariah berhasil mencatat sebagai bank ketiga terbesar berdasarkan aset. Bank syariah sendiri memiliki fungsi yang sama dengan bank konvensional, yaitu bersama-sama secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektorsektor perekonomian nasional.
2.
Dalam fungsi bank sebagai sarana intermediary, maka BRISyariah harus dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentu dana pihak ketiga dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Pemberian kredit merupakan pendapatan bank yang biasa disebut pendapatan operasional. Untuk hal penghimpunan dana dan penyaluran dana kepada nasabah BRISyariah dalam posisi meningkat setiap tahunnya atau termasuk kedalam kategori baik.
3.
Pendapatan yang didapat dari kegiatan bank lainnya seperti layanan jasa seperti transfer, inkaso, ataupun pembayaran dan pembelian yang dimiliki oleh BRISyariah dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 meningkat, namun menurun pada tahun 2013. Namun demikian pendapatan yang didapatkan
75
76
melalui layanan jasa bank ini yang biasa disebut fee based income belum mencapai target yang ditentukan direksi PT. BRISyariah. 4.
Menurunnya fee based income disebabkan karena ketatnya persaingan di antara bank-bank syariah dalam melayani nasabahnya. Selain itu juga disebabkan karena masih barunya pihak BRISyariah dalam dunia perbankan sehingga fee based income belum menjadi fokus utama dalam perusahaan.
5.
Fee based income didapatkan melalui jaringan distribusi channel yang dimiliki oleh bank. Distribusi channel yang meliputi distribusi langsung (kantor cabang dan pusat) dan tidak langsung (ATM, mobile banking, sms banking, dan internet banking) sudah memadai namun belum cukup luas untuk mencakup masyarakat pelosok seperti dengan visinya yakni melayani segmen menengah kebawah. Untuk itu maka diperlukan distribusi channel atau alat lainnya yang dapat menjangkaunya yaitu branchless banking melalui agen.
6.
Branchless banking melalui agen ini nantinya akan bekerja sama dengan pihak ketiga yang akan disebut sebagai agen retail yang membantu nasabah dalam melakukan transaksi. Sehingga bank melalui agen sebagai distribusi channel bank, dapat melayani calon nasabah yang belum terkena layanan bank dengan membantu para calon nasabah agar dapat memahami dasar atas penggunaan produk-produk perbankan dan pengetahuan akan fungsi serta manfaatnya.
7.
Branchless banking melalui agen merupakan alat pembantu bank untuk meluaskan distribusi channelnya. Sehingga pemetaan tempat dalam pemilihan lokasi agen branchless banking ini harus sangat tepat, dari agen-agen ini akan
77
diposisikan pada toko-toko retail seperti supermarket, alfamart, indomart, dan loket PPOB. 8.
Kegunaan Branchless banking melalui agen untuk bank, yaitu akan mengurangi biaya dalam pelayanan servis (seperti meringankan kepadatan dalam pelayanan di cabang dan membangun perbankan di area baru yang tidak terjangkau oleh bank). Retail agen memiliki alasan yang kuat mengapa agen retail dilibatkan dalam pihak ketiga untuk perluasan bisnis kerja bank. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan transaksi yang dilakukan seperti transfer, pembayaran dan lainnya maka bank akan mendapatkan pendapatan. Dari agent retail ini bisnis “jemput bola” ke calon nasabah dilakukan, karena dari pelanggan agen retail dapat berkembang guna turut berpartisipasi kedalam jasa keuangan. Sehingga perluasan bisnis ini akan mengakibatkan peningkatan terhadap laba perusahaan.
V.2
1.
Saran
Bank harus mempertimbangkan serta meperhatikan manajemen risiko yang akan dihadapi jika nantinya mengembangkan produk branchless banking melalui agen ini. Adapun beberapa persyaratan minimum manajemen risiko yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a.
Pengawasan aktif oleh Dewan Direksi. Pengawasan aktif ini paling kurang mencakup tentang pemberian arahan dan evaluasi atas proyek dimaksud, penetapan strategi dan kebijakan terkait implementasi rencana
78
proyek dimaksud, serta pengawasan terhadap operasional kegiatan agen dan pihak-pihak terkait lainnya. b.
Kecukupan dan kelayakan terkait dengan kebijakan dan prosedur.
c.
Kecukupan proses identifikasi, pemantauan, pengendalian risiko serta sistem informasi terkait dengan manajemen risiko. Pada proses ini bank wajib melakukan proses manajamen risiko terkait dengan proyek yang dijalankan. Pelaksanannya harus tepat waktu serta didukung oleh sistem yang informatif dan akurat. Kemudian dalam identifikasi dan pengukuran risiko ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni risiko yang terkait dengan penggunaan jasa (risiko operasional) seperti fraud, risiko, likuiditas, risiko reputasi, hukum dan kepatuhan. Yang kedua adalah risiko yang terkait dengan teknologi yang bersumber dari kelemahan infrastruktur dan aplikasi serta kurangnya pemahaman tentang penyedia jasa teknologi, user (nasabah ataupun agennya) terhadap hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Sebagai upaya mitigasi risiko maka bank sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut: 1)
Menetapkan batasan setiap kegiatan agen.
2)
Penyusunan SOP/petunjuk manual dengan baik. SOP wajib mencakup petunjuk operasional dan produk, limit, sistem dan form yang akan digunakan.
3)
Memiliki mekanisme pengaduan nasabah dan penanganannya.
79
4)
Memiliki prosedur alterfnatif jika sistem yang terdapat di agen memiliki gangguan.
5)
Terdapat catatan di form yang akan diisi oleh calon nasabah bahwa calon nasabah bersedia data pribadinya diketahui oleh agen yang bertindak sebagai bank.
6)
Pemberian edukasi terkait dengan pengamanan yang harus dilakukan oleh agen.
2.
Melakukan persyaratan agen branchless banking yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
3.
Jika nantinya branchless banking melalui agen ini dijalankan maka harus disesuaikan dengan produk dan kaidah syariah