BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Tren penggunaan kamera DSLR Cinematography dimulai pada tahun 1998
yakni tepatnya waktu itu meluncurnya kamera canon seri 5d mark ii kelas professional yang mampu merekam video dengan kualitas Full HD 1920 x 1080 dan sudah menggunakan sensor kamera full frame. Kemudian pada tahun 2010, Canon mengeluarkan kamera DSLR untuk kelas pemula seri 550d yang bisa merekam video dengan kualitas HD 1920 x 1080 dengan harga yang terjangkau. Masyarakat pun yang pada tahun itu demam dengan tren fotografi, banyak yang memiliki kamera tersebut. Film “Act of Valor” tahun 2012 yang diketahui menggunakan kamera dslr sebagai alat produksi, merupakan titik pengakuan dunia perfilman internasional bahwa kamera DSLR memang mampu untuk menghasilkan video yang berkualitas. Selain itu tren tersebut terjadi juga karena pakar sinematographer yang bernama Vincent laforet dan Phillip Bloom mereka awalnya mengetes kamera dslr canon untuk video kemudian karyanya tersebut di unggah ke youtube. Sedangkan di Indonesia, dunia periklanan dan perfilman dibuat geger oleh iklan Citra Lotion karya Jay Sugiarto yang pada waktu itu bisa membuat visual yang begitu bagus menurut teman-teman sinematographer berbekal menggunakan kamera dslr 5d mark ii.
97
98
Inovasi teknologi kamera memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan sinematografi di Indonesia. Berkembangnya minat yang sama di bidang sinematografi dengan menggunakan kamera DSLR di Indonesia, sehingga lahirlah komunitas DSLR Cinematography Indonesia (DCI) yang saat ini memiliki anggota sebanyak 33.000 orang. Komunitas tersebut menggunakan sosial media facebook sejak tahun 2010. Di dalam komunitas tersebut baik sinematografer atau videografer professional, pemula dan bahkan yang baru minat diterima dengan baik oleh sesama anggota lainnya. Keuntungan dan kerugian yang penulis dapatkan dari informan sangat menarik, karena memiliki pandangan yang berbeda-beda. Walau pada prinsipnya keuntungan dari menggunakan kamera dslr yang utama yakni harganya ekonomis sehingga terjangkau oleh masyarakat. Adapun keuntungan lainnya yang dapat penulis rangkum yakni: 1. Harganya Ekonomis Harga kamera dslr saat ini sangat terjangkau, seperti kamera Canon 550d bisa dibeli dengan harga relatif murah. 2. Interchangeable Lens Lensa bisa diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan. Jenis, merek dan harganya pun bervariasi dari yang original sampai yang 3rd party tersedia di toko kamera. Seperti seri lensa tele, macro, fish eye dan lain-lain.
99
3. Cinematic Kamera dslr sangat memungkinkan untuk menghasilkan gambar dengan kesan cinematic karena untuk mendapatkan DOF nya sangat mudah. 4. Ringkas Ukuran fisiknya yang ringkas membuat kamera dslr biasanya minimal dipakai di industri perfilman untuk second camera adegan tabrakan, atau adegan kejar-kejaran dll. 5. Media Simpan Praktis DSLR sudah menggunakan memory card tipe SD dan CF untuk media simpannya. Itu sangat mempermudah penggunanya untuk transfer data. 6. Biaya sewa murah Karena harga kamera dslr relatif terjangkau, maka berpengaruh juga terhadap biaya sewa kamera di rental-rental. 7. Mudah didapatkan Sejak minat fotography bertambah, para produsen kamera berlomba-lomba untuk produksi kamera murah dengan spesifikasi yang sepadan. 8. Compact dan handy Keuntungan ini sangat berpengaruh cukup besar di dunia perfilman. Karena dengan kamera yang seringan dan sekecil ini, sang kameraman mampu shoot angle sesulit mungkin bahkan kalau ada adegan mengumpat di dalam lemari, kita bisa meletakkan kamera tersebut di dalam lemari
100
Sedangkan, kerugiannya yang dapat penulis rangkum dari hasil wawancara yakni: 1. Cepat panas dan Hang Tiba-tiba Kerugian pertama menggnakan kamera dslr yakni cepat panas atau over heating. Panas berlebihan yang terjadi, menurut beberapa orang kamera dslr tidak kuat karena pada dasarnya kamera still fotografi. 2. Gambarnya Tipis Menurut hasil wawancara, bapak Benny dan bapak Chandra mengatakan bahwa kekurangan dari kamera dslr yakni gambarnya “tipis”. 3. Batterai cepat habis Kapasitas batterai kamera dslr lebih kecil jika dibandingkan dengan kamera video pada umumnya. 4. Batterai cepat habis Batterai standar kamera dslr belum bisa memenuhi kebutuhan videografi dengan jangka waktu panjang. 5. Zooming dan focus susah Kamera dslr belum dilengkapi motor servo seperti kamera video pada umumnya, sehingga untuk melakukan zooming itu susah karena lensa yang digunakan pun untuk saat ini masih manual. 6. Perlu aksesoris tambahan Kamera dslr untuk kebutuhan filming dll untuk memudahkan penggunanya direkomendasikan bisa menggunakan alat bantu tambahan.
101
Alur kerja pada pasca produksi (workflow) pasca shooting dengan menggunakan kamera digital lebih singkat dibandingkan kamera konvensional. Alurnya tidak jauh berbeda dengan workflow kamera konvensional. Tetapi perbedaan yang kecil tersebut sangat menghemat waktu dan biaya. Karena pada tahap transfer media untuk melakukan offline edit, ketika menggunakan kamera konvensional melalui tahap processing dan telecine. Sedangkan pada alur kerja kamera digital tidak melalui tahap tersebut, setelah dilakukan shooting. Kita bisa melompati kedua tahap tersebut lansung ke tahap offline edit hanya dengan transfer data menggunakan memory card yang biasa digunakan kamera digital seperti SD card, CF card.
5.2.
Saran
5.2.1. Saran Akademis Penulis berharap dengan adanya penelitian ini, pihak civitas akademika dapat mempertimbangkan untuk menerapkan kamera dslr cinematography di dalam kurikulum pembelajara, khususnya program studi broadcasting. Sehingga mahasiswa dapat mengikuti perkembangan teknologi yang bisa mempermudah kebutuhan video baik itu kepentingan tugas kegiatan perkuliahan maupun kepentingan pribadi.
5.2.2. Saran Praktis
102
Penulis berharap penelitian ini berguna bagi pembaca sebagai informasi
baru seputar teknologi di bidang kamera dan sinematografi dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pembaca.
Penulis berharap bagi pembaca yang baru memulai menggunakan kamera
dslr dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan secara teknis dalam menggunakan kamera dslr.