116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan dan analisis data tentang konsep perlawanan makna dalam epigram berbahasa Inggris, kesimpulan yang bisa diperoleh akan disampaikan dalam bab ini. Selain itu, beberapa saran yang bisa penulis berikan akan disampaikan juga dalam bab ini dengan harapan agar penelitian ini menjadi pemantik penelitian tentang relasi makna dalam kajian Semantik dikemudian hari. 5.1. Kesimpulan Bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatunya berpasangan-pasangan dapat diamati dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah aspek bahasa. Melalui hasil penelitian terhadap aneka konsep perlawanan makna pada epigram berbahasa Inggris, berbagai bentuk perlawanan makna dapat diamati, diteliti, dan disimpulkan sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Tiga hal utama yang menjadi bahan diskusi pada tesis ini adalah bentuk perlawanan makna pada tataran unit kebahasaan, aneka konsep perlawanan makna, dan fungsi perlawanan makna. Pembahasan pertama tentang tataran unit kebahasaan yang mengandung perlawanan makna menghasilkan setidak-tidaknya lima tataran. Tataran yang pertama adalah morfem sebagai unit kebahasaan yang terkecil yang tidak memiliki makna namun mampu membedakan makna kata. Meskipun demikian, tidak semua bahasa memiliki perlawanan makna pada tataran morfem atau sulit menemukan perlawanan makna pada tataran tersebut, seperti bahasa Indonesia. 116
117
Tataran kata merupakan tataran perlawanan makna yang kedua. Tataran ini merupakan tataran yang paling populer dan mudah ditemukan. Bahkan penyebutan “perlawanan kata” lebih dikenal daripada “perlawanan makna” untuk menunjukkan antonimi, misalnya. Padahal, yang berlawanan adalah makna yang terkandung, bukanlah bentuknya. Berikutnya adalah tataran frasa, klausa, dan kalimat. Pada tataran frasa, perlawanan makna yang biasa muncul adalah frasa benda atau nomina. Hal itu dikarenakan pembentukan frasa benda lebih sering terjadi daripada pembentukan frasa yang lainnya seperti frasa kerja, sifat, atau keterangan. Meskipun tidak semua jenis frasa muncul dalam pembahasan tetapi diyakini bahwa semua jenis frasa mampu menunjukkan perlawanan makna. Pada tataran klausa, peran konjungsi cukup siginifikan dalam menyampaikan atau menunjukkan perlawanan makna. Selain itu, sebagai pembeda antara klausa dan kalimat, konjungsi juga memiliki andil dalam menentukan makna yang terkandung dalam pasangan yang berlawanan makna. Yang terakhir, tataran kalimat, merupakan tataran unit kebahasaan yang ditandai oleh tanda baca titik (.). tanda baca tersebut pada dasarnya memiliki peran yang sama dengan konjungsi pada tataran klausa. Pembahasan kedua adalah tentang aneka konsep perlawanan makna yang bisa diketahui melalui epigram berbahasa Inggris. Konsep-konsep tersebut adalah konsep perlawanan makna Direksional, Reversif, dan Implikatif yang tergolong ke dalam Logic Negation. Dalam menguak perlawanan maknanya, diperlukan
118
analisis yang mendalam dan melibatkan beberapa unsur kebahasaan, baik intrinsik maupun ekstrinsik, karena perlawanan maknanya ada dalam karakteristik pasangan unit kebahasaan. Jenis kedua yang masuk dalam kategori Linguistic Negation adalah konsep perlawanan makna Mutlak, Gradasi, Komplementer, Hierarkial, dan Majemuk. Pada kategori ini, perlawanan makna mampu secara langsung diketahui melalui berbagai tataran unit kebahasaan. Semua konsep perlawanan makna tersebut dibedakan oleh penanda atau karakter. Artinya, masing-masing konsep memiliki karakter tersendiri yang membedakan satu konsep dengan konsep lainnya. Bahkan, dalam satu kategori, misalnya Logic Negation, ketiga konsep tersebut meskipun sama-sama menuntut untuk
memaknai
unit
kebahasaan
lebih
mendalam
agar
ditemukan
perlawanannya, semuanya berbeda karakter. Konsep perlawanan makna Direksional menekankan pada perlawanan arah, Reversif mengacu pada hubungan logis yang identic dengan sebab-akibat, dan Implikatif fokus pada sesuatu di balik bentuk unit kebahasaan yang berlawanan makna. Pada Linguistic Negation juga berlaku demikian. Seperti yang dijelaskan oleh berbagai ahli bahasa di Indonesia, konsep perlawnan Mutlak merupakan perlawanan makna yang mengandung nilai “benar” dan “salah”. Lain halnya dengan konsep perlawanan makna gradasi yang mengedepankan adanya rentang atau skala makna antara unit kebahasaan yang berlawanan. Pada konsep perlawanan Komplementer, suatu unit kebahasaan bisa hadir hanya karena ada unit kebahasaan lain yang berlawanan makna. Keduanya muncul secara bersama-
119
sama sehingga saling melengkapi. Konsep perlawanan makna Majemuk merupakan konsep yang menyuguhkan satu unit kebahasaan yang berlawanan makna dengan beberapa unit kebahasaan lain. Sementara itu, konsep perlawanan makna Hierarkial tidak ditemukan dalam epigram berbahasa Inggris yang menjadi data dalam penelitian ini. Tetapi, diyakini bahwa perlawanan itu memungkinkan terjadi. Pembahasan ketiga dalam penelitian ini adalah tentang fungsi perlawanan makna yang menghasilkan beberapa fungsi antara lain adalah perlawanan makna sebagai
alat
untuk
mengekspresikan
diri,
mempengaruhi
orang
lain.
Menunjukkan kualitas, menunjukkan hubungan resiprokal, membicarakan topik tertentu, mendeskripsikan progresifitas, menceritakan suatu keadaan, untuk berimajinasi, dan untuk menajamkan opini. Fungsi-fungsi tersebut tersebar dalam berbagai bentuk perlawanan makna dan berbagai konsep perlawanan makna. Meskipun demikian, fungsi mendasar dari perlawanan makna adalah membuat ide atau gagasan terartikulasikan melalui pilihan bahasa yang sederhana, menarik, dan sarat makna.
120
5.2. Saran Dari telaah penelitian ini yang tertuang dalam setiap bab, penulis dengan segala keterbatasannya memberikan beberapa saran untuk mengembangkan topik penelitian ini. Saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Peneliti yang berminat untuk meneliti hubungan perlawanan makna dalam bahasa Inggris, dianjurkan untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin dan dari berbagai sumber baik tertulis maupun lisan. Data tersebut akan lebih baik bila diperoleh dari native speaker. 2. Unsur ekstrinsik dan instrinsik bahasa dalam menganalisis perlawanan makna hendaklah mulai diperhatikan agar mencapai kesatuan makna. 3. Berbagai formulasi masalah dapat diperluas seperti topik yang terkandung dalam perlawanan makna, tema pembicaraan, dan sebagainya melalui objek penelitian berupa percakapan. 4. Selain itu, konsep perlawanan makna yang terkandung di dalam infiks atau sufiks mampu menambah khasanah kajian perlawanan makna karena di dalam penelitian ini hanya prefiks yang menjadi pusat pembahasan dalam tataran morfem.