BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen daya dukung lingkungan dalam optimasi penggunaan lahan berdasarkan pendekatan telapak ekologis di Kabupaten Gresik adalah tingkat biokapasitas dan telapak ekologis wilayah Kabupaten Gresik. Dari penelitian ini juga didapatkan beberapa kesimpulan antara lain : 1. Biokapasitas lahan yang tersedia untuk penduduk Kabupaten Gresik sebesar 319.179,06 gha. Prosentase terbesar biokapasitas berasal dari jenis lahan pertanian dengan prosentase 53.92 % atau 172.092.25 gha. Dan prosentase biokapasitas terkecil adalah dari jenis lahan hutan sebesar 0.17%. Biokapasitas lahan terbangun sebesar 23.88% atau sebesar 76,231.41 gha sedangkan biokapasitas lahan peternakan dan perikanan yang masing-masing sebesar 3.39% dan 0.17%. Kondisi biokapasitas lebih banyak tersebar pada wilayah perdesaan sedangkan wilayah perkotaan Gresik memiliki biokpasitas kecil. 2. Kondisi telapak ekologis di Kabupaten Gresik mencapai 1.639.282,63 gha dalam rangka pemenuhan kebutuhan konsumsi sumberdaya alam penduduk Kabupaten Gresik. Prosentase tertinggi terdapat pada telapak ekologis lahan pertanian sebesar 73%. Dan prosentase terkecil adalah telapak ekologis lahan peternakan sebesar 0.09%. Sedangkan prosentase telapak ekologis lahan kehutanan, perikanan dan lahan terbangun masing-masing sebesar 20%, 25 dan 5%. Sebaran telapak ekologis berbanding terbalik dengan kondisi biokapasitas dimana wilayah perkotaan memiliki telapak ekologis yang sangat besar daripada wilayah perdesaan. 217
218
3. Diketahui bahwa kondisi daya dukung lingkungan Kabupaten Gresik secara keseluruhan mengalami keadaan sangat defisit (severe deficit) dimana tingkat telapak ekologis atau konsumsi sumberdaya alam jauh lebih besar daripada kapasitas lahan dalam menyediakan sumberdaya alam. Masing-masing wilayah kecamatan dapat di golongkan kedalam 2 kategori kondisi defsisit yaitu sangat defisit (severe deficit) yang banyak didominasi oleh kecamatan perkotaan dan wilayah perdesaan dengan produktivitas lahan rendah antara lain Kecamatan Driyorejo, Menganti, Kebomas, Manyar, Gresik, Duduksampeyan, Sidayu dan Ujungpangkah. Yang kedua adalah wilayah dengan kondisi defisit sedang (moderat deficit) antara lain Kecamatan Balongpanggang, benjeng, Kedamean, Cerme, Bungah, Dukun, Panceng, Sangkapura dan Tambak. 4. Arahan optimasi penggunaan lahan masing-masing kategori lahan berdasarkan kajian telapak ekologis di Kabupaten Gresik antara lain : a. Lahan pertanian dipertahankan seperti arahan pada RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030, dialokasikan sebesar 26.614,74 ha dengan peningkatan produktifitas lahan sawah di wilayah potensial seperti Balongpanggang, Dukun, Benjeng, Cerme, Bungah, Wringinanom, Tambak dan Sangkapura. b. Lahan perikanan dipertahankan sesuai alokasi RTRW Kabupaten Gresik sebesar 17.399 ha dan perlu dilakukan peningkatan produktifitas lahan budidaya perikanan tambak atau kolam di wilayah-wilayah yang memiliki luas lahan perikanan besar seperti Kecamatan Sidayu, Ujungpangkah, Bungah, Manyar c. Lahan kehutanan produksi dipertahankan sesuai kondisi eksisiting sebesar 3.086,08 ha sedangkan hutan konservasi ditingkatkan sesuai arahan RTRW Kabupaten Gresik sebesar 21.130,17 ha. Luas lahan tersebut dapat dialokasikan dari penurunan alokasi lahan kering sesuai RTRW Kabupaten Gresik melalui pemanfatan hutan rakyat
219
dan pemanfaatan kembali kayu bekas sebagai bahan kontruksi perumahan yang dapat mengurangi kebutuhan lahan kehutanan yang besar. d. Lahan peternakan dikembangkan mengikuti arahan tata ruang sebesar 14.420,94 ha. Potensi lahan kering yang besar di setiap wilayah kecamatan juga dapat dibudidayakan sebagai kategori lahan lain yang bersifat kombinasi seperti budidaya lahan kering untuk lahan sawah, hutan rakyat, atau kolam ikan. e. Luasan lahan terbangun sebisa mungkin dikendalikan sesuai alokasi RTRW Kabupaten Gresik sebesar 44.524,30 ha dengan mengkonversi lahan pertanian dan perikanan yang sudah tidak produktif. Selain itu pertumbuhan lahan terbangun harus diminimalkan dampak pencemaran lingkungannya terutama di wilayah pesisir yang pada kondisi eksisting mempengaruhi produksi perikanan dan tangkapan laut. f. Pertumbuhan lahan terbangun juga dapat memicu pertumbuhan konsumsi telapak ekologis yang meningkat sehingga perlu pengendalian pertumbuhan penduduk dan konsumsi energi terutama di wilayah perkotaan. 5.2. Rekomendasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi pemerintah Kabupaten Gresik dalam melakukan pembangunan yang berorientasi lingkungan. Hasil penelitian dapat menjadi rumusan kebijakan penataan ruang di Kabupaten Gresik baik penataan ruang kawasan perdesaan maupun kawasan perkotaan yang saling memiliki ketergantungan. Dari penelitian ini nampak peran kawasan perdesaan sebagai sumber supply sumberdaya alam Kabupaten Gresik sehingga kebijakan penataan ruang harus dapat mewadahi hubungan supply dan demand sumberdaya alam antara wilayah perkotaan dan perdesaan.
220
Selain itu perlu dilakukan pembangunan wilayah perdesaan yang mengarah pada basis wilayah perdesaan itu sendiri salah satunya melalui pembangunan agropolitan dan minapolitan sehingga biokapasitas lahan masing-masing kategori lahan telapak ekologis dapat ditingkatkan tanpa mengurangi embangunan ekonomi kawasan perdesaan.Kawasan perkotaan juga perlu dikendalikan pertumbuhannya sehingga pembangunannya dapat serah dengan lingkungan (pembangunan yang berkelanjutan) dan defisit ekologis di wilayah perkotaan tidak semakin besar. Pada taraf individu masyarakat Kabupaten Gresik perlu melakukan perubahan pola konsumsi hemat sumberdaya alam. Sebisa mungkin melakukan, mengurangi konsumsi dan produksi limbah (reduce), penggunaan kembali (reuse) dan mendaur ulang (recycle) limbah disekitar. 5.3. Kelemahan Studi Dalam pelaksanaannya, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan antara lain : 1. Tidak adanya data spesifik seperti konsumsi energi listrik per kecamatan sehingga digunakan data asumsi dari data lain yang relevan. 2. Penelitian terkait seperti daya rosot CO2 belum pernah dilakukan spesifik di Kabupaten Gresik sehingga digunakan asumsi dari hasil penelitian sejenis di wilayah lain. 3. Penelitian ini tidak memasukkan perhitungan emisi gas rumah kaca lain yang juga mempengaruhi telapak ekologis lahan hutan dan kebutuhan lahan penyerap karbon. 4. Tidak memasukkan data impor dan ekspor sumberdaya alam dan pertumbuhan penduduk keluar/masuk dalam perhitungan telapak ekologis sehingga arus biokapasitas dan telapak ekologis masuk dan keluar wilayah Kabupaten Gresik tidak dapat diketahui.
221
5. Dalam perhitungan telapak ekologis ketersediaan dan konsumsi lahan terbangun diasumsikan sama sehingga tidak mampu mengukur kebutuhan lahan terbangun secara rinci untuk optimasi lahan. 5.4. Saran Studi Lanjutan Beberapa saran untuk studi lanjutan baik sebagai penyempurnaan penelitian ini maupun sebagai kelanjutan hasil temuan penelitian ini di Kabupaten Gresik antara lain : 1. Memasukkan data yang lebih komprehensif dalam perhitungan telapak ekologis seperti arus ekspor dan impor, perhitungan emisi gas rumah kaca lain, pertumbuhan penduduk dan konsumsi lain sebagai jejak ekologis. 2. Melakukan penelitian mengenai optimalisasi alokasi luas masing-masing jenis penggunaan lahan perkotaan sehingga nilai defisit ekologis kawasan perkotaan dapat diturunkan baik melalui pendekatan sistem maupun target pengurangan (goal programming). 3. Melakukan penelitian terkait upaya penggurangan defisit ekologis pada wilayah-wilayah yang sudah mencapai kondisi sangat defisit (severe deficit) terutama wilayah perdesaan di wilayah bagian Utara Kabupaten Gresik. 4. Penelitian terkait hubungan antara kondisi defisit ekologis suatu wilayah dengan pola pertumbuhan wilayah secara acak (sprawl) atau kompak (compact) di kawasan perkotaan. 5. Penelitian terkait faktor khas yang mempengaruhi perbedaan biokpasitas wilayah berdasarkan tipologi kondisi biokapasitas masing-masing wilayah melalui teknik Geographic Weight Regression (GWR) atau Geographic Weight Ordinal Logistic Regression (GWOLR) terutama pada wilayah perdesaan. 6. Penelitian terkait pola aliran supply dan konsumsi telapak ekologis baik di dalam internal maupun ekternal wilayah Kabupaten Gresik.
222
“Halaman ini sengaja dikosongkan”