BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Landasan utama dalam penyutradaraan film dokumenter dengan tipe gaya interaktif, sutradara harus melakukan pendekatan yang lebih intim kepada subjek agar mendapatkan informasi yang diinginkan. Dengan demikian subjek dalam film tersebut bisa menyampaikan pendapat dan pandangan mereka terhadap permasalahan yang diangkat oleh filmmaker-nya. Lalu ketika memasuki proses editing, pernyataan-pernyataan subjek tersebut dapat dirangkai atau disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan jalan cerita sesuai yang diinginkan sutradara. Dalam pembuatan film dokumenter, pembuat berhasil menemukan kesimpulan – kesimpulan terkait teknik penyutradaraan dan cerita film yakni : 1. Film dokumenter Lipsync in My Life menerapkan pendekatan naratif, dimana menjadikan subjek utama sebagai suatu kendaraan cerita. Film ini diceritakan
berdasarkan
kesaksian
dan
pernyataan-pernyataan
yang
diungkapkan langsung oleh subjek utama. 2. Tipe gaya interaktif dalam film dokumenter Lipsync in My Life mengharuskan seorang sutradara berinteraksi dengan subjek untuk bercerita yaitu dengan cara menjadi lawan bicaranya. Hal ini sangat efektif dilakukan karena
73
74
subjek menjadi merasa lebih dekat dan nyaman saat dilontarkan beberapa pertanyaan dari sutradara. 3. Bentuk film dokumenter Lipsync in My Life merupakan potret kehidupan seorang waria yang bekerja sebagai lipsinger club malam di Jakarta. Potret kehidupan ditandai dengan aktifitas sehari-harinya serta konflik batin yang diutarakan oleh subjek. 4. Film dokumenter Lipsync in My Life terdiri dari struktur tiga babak penuturan. Pada bagian awal ditampilkan suasana malam ibukota Jakarta, tepatnya di
moonlight discotique untuk merangsang keingintahuan
penonton. Lalu pada bagian tengah, dikisahkan bagaimana profil, latar belakang kehidupan, aktifitas sehari-hari, serta konflik batin subjek. Di bagian akhir, subjek utama mengungkapkan harapan hidupnya. 5. Voice Over dalam film dokumeter tipe gaya interaktif dapat digunakan sebagai sudut pandang orang pertama. Disinii voice over sebagai subjek utama, namun ini dilakukan hanya untuk pengantar soundbite subjek. Film dokumenter yang berjudul “Lipsync in My Life” merupakan sebuah karya dokumenter yang mengangkat potret kehidupan seorang waria yang bekerja sebagai lipsinger di club malam Jakarta. Cerita film difokuskan pada konflik batin yang dirasakan oleh waria dalam hidupnya tersebut. Berikut kesimpulan dari cerita film: 1. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia diciptakan dengan jenis kelamin pria dan wanita. Di film dokumenter Lipsync in My Life diperlihatkan bahwa sesungguhnya di dunia ini terdapat beberapa manusia yang mengalami
75
gangguan identifikasi jenis (transeksual), yaitu ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Mereka terlahir sebagai pria secara fisik, namun memiliki jiwa dan perasaan seperti wanita atau biasa disebut sebagai waria. 2. Film dokumenter ini juga memperlihatkan sekilas fenomena kaum gay atau homosekual yang ada di Jakarta, dimana jumlah kaum gay di Indonesia meningkat tiap tahunnya. 3. Karya dokumenter ini memperlihatkan adanya pementasan hiburan di club malam yaitu penampilan para lipsinger yang masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat awam. 4. Dalam dokumenter ini juga ditampilkan realita kehidupan sehari-hari seorang waria yang berprofesi sebagai lipsinger. 5. Tipe gaya interaktif serta teori dan konsep Cinema Verite yang digunakan dalam film dokumenter ini menghasilkan gambar yang sederhana dan apa adanya, sehingga dapat membuat penonton seolah-olah ikut masuk ke dalam peristiwa tersebut. 6. Cerita yang diangkat dalam film ini sangat menarik sehingga memberikan sesuatu yang berbeda dan baru kepada penonton dibandingkan dengan film dokumenter lainnya. 7. Konflik batin yang dirasakan oleh seorang waria sejak masa kecilnya hingga dewasa membuat ia merasa diasingkan oleh lingkungan.
76
8. Film ini menggambarkan bahwa sulitnya mendapatkan pekerjaan untuk seorang waria. Hal ini terdapat dalam diungkapkan oleh subjek utama yang memiliki pendidikan hanya sampai SMP serta kondisi fisik seperti sekarang. 9. Pada dasarnya seorang waria juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harapan berkeluarga seperti manusia normal lainnya.
5.2 Saran Berikut adalah saran yang ditemukan oleh peneliti selama proses pembuatan film Lipsync in My Life: 1. Pembuatan skripsi aplikatif berupa film dokumenter, dibutuhkan persiapan dalam memahami kondisi dan situasi yang terjadi di lapangan. 2. Proses awal dalam pembuatan film dokumenter adalah menentukan ide yang menarik dan unik. Setelah itu memilih dan menetapkan subjek utama yang memiliki karakter kuat. 3. Dalam tahap pra-produksi, seorang sutradara harus memikirkan hal-hal atau resiko yang akan terjadi selama proses produksi suatu film. Baik itu dari segi perizinan tempat, kebersediaan narasumber untuk diangkat kisah hidupnya, hingga hal-hal lain diluar dugaan. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif konsep film untuk mengantisipasi jika terjadi hal tersebut. 4. Film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, berdasarkan peristiwa nyata (realita). Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di
77
depan nanti, oleh karena itu seorang film maker harus selalu membawa alat perekam agar tidak melewati kejadian-kejadian tersebut. 5. Pendekatan
dengan
narasumber
dapat
dilakukan
dengan
menjaga
komunikasi yang baik antara sutradara dengan narasumber. 6. Sutradara ikut terjun langsung ke lapangan agar bisa merasakan apa yang terjadi dan dirasakan oleh narasumber. Hal ini dapat memudahkan sutradara dalam mendapatkan informasi tanpa ada unsur paksaan kepada narasumber. 7. Hal finansial juga menjadi perhatian seorang dokumentarian karena dalam proses pembuatan film documenter dibutuhkan kemampuan untuk mengelola keuangan. Kemampuan seorang dokumentarian dalam mengelola finansial dapat membantu dalam mengatasi masalah-masalah finansial yang mungkin akan menjadi hambatan kedepannya.