101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang sudah dilakukan mengenai Orientasi Manajemen Kualitas dan Komitmen Pemeliharaan Mesin, studi pada perusahaan percetakan di Kota Surakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis deskriptif variabel menunjukkan bahwa variabel pemahaman terhadap konsumen memiliki tingkat skor tanggapan yang tinggi ( tabel IV.2.1.1). Hal ini membuktikan bahwa perusahaan percetakan di Kota Surakarta telah melakukan orientasi manajemen kualitas.
Orientasi
percetakan
di
manajemen
Kota
Surakarta
kualitas
dilakukan
perusahaan
melalui
pemahaman
terhadap
konsumen percetakan. Pemahman konsumen dilakukan dengan memahami keinginan konsumen, memahami prioritas kebutuhan konsumen dan merespon keinginan konsumen percetakan di Kota Surakarta 2. Hasil analisis deskriptif variabel menunjukkan bahwa variabel tanggung jawab kualitas memiliki tingkat skor tanggapan yang tinggi (tabel IV.2.2.1). Hal ini membuktikan bahwa perusahaan percetakan di Kota Surakarta telah melakukan orientasi manajemen kualitas. Orientasi manajemen kualitas dilakukan perusahaan percetakan di Kota Surakarta melalui tanggung jawab kualitas. Perusahaan melakukan
tanggung
jawab
101
kualitas
dengan
meningkatkan
102
pemahaman pegawai pentingnya kualitas, penerapan visi kualitas dalam organisasi, dan edukasi kualitas ke pegawai yang dimiliki. 3. Hasil analisis deskriptif variabel menunjukkan bahwa variabel upaya pencegahan kerusakan memiliki tingkat skor tanggapan yang tinggi (tabel IV.2.3.1). Hal ini membuktikan bahwa perusahaan percetakan di Kota Surakarta telah melakukan orientasi manajemen kualitas. Orientasi manajemen kualitas dilakukan perusahaan percetakan di Kota Surakarta melalui upaya pencegahan kerusakan. Perusahaan memiliki
upaya
pencegahan
pengendalian selama pencegahan
kerusakan
proses produksi,
kerusakan,
dan
dengan
melakukan
memahami pentingnya
memahami
alternative
tindakan
pencegahan kerusakan. 4. Hasil analisis deskriptif variabel menunjukkan bahwa variabel pengendalian pada proses memiliki tingkat skor tanggapan yang tinggi (tabel IV.2.4.1). Hal ini membuktikan bahwa perusahaan percetakan di Kota Surakarta telah melakukan orientasi manajemen kualitas.
Orientasi
manajemen
kualitas
dilakukan
perusahaan
percetakan di Kota Surakarta melalui pengendalian pada proses. Perusahaan memahami proses produksi dengan memahami masalah yang muncul selama proses produksi, mengutamakan perbaikan proses, dan memahami pentingnya kualitas proses produksi. 5. Hasil analisis deskriptif variabel menunjukkan bahwa variabel komitmen pemeliharaan mesin memiliki tingkat skor tanggapan yang tinggi (tabel IV.2.5.1). Hal ini membuktikan bahwa perusahaan percetakan
di
Kota
Surakarta
telah
melakukan
komitmen
103
pemeliharaan mesin.. Perusahaan memiliki komitmen pemeliharaan mesin dengan melakukan kesiapan berproduksi mesin, meminimalkan waktu perbaikan, pengecekan hasil produksi sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang direncanakan, dan menjaga ketangguhan mesin produksi. 6. Pemahaman terhadap konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tanggung jawab kualitas, yang berarti hipotesis 1 diterima dan konsisten dengan penelitian Wu, et al. (2004). Hal ini mengindikasikan semakin tinggi pemahaman terhadap konsumen yang dimiliki perusahaan percetakan maka akan semakin tinggi pula tingkat
tanggung
jawab
kualitas
yang
dilakukan
perusahaan
percetakan. 7. Pengendalian pada proses memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya tanggung jawab kualitas, yang berarti hipotesis 2 diterima dan konsisten dengan penelitian Wu, et al. (2004). Hal ini mengindikasikan semakin tinggi pengendalian pada proses yang dimiliki perusahaan percetakan maka akan semakin tinggi pula tingkat tanggung jawab kualitas yang dilakukan perusahaan percetakan. 8. Pengendalian pada proses memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya pencegahan kerusakan, yang berarti hipotesis 3 diterima dan konsisten dengan penelitian Wu, et al. (2004). Hal ini mengindikasikan semakin tinggi pengendalian pada proses yang dimiliki perusahaan percetakan maka akan semakin tinggi pula tingkat upaya
pencegahan
percetakan.
kerusakan
yang
dilakukan
perusahaan
104
9. Tanggung jawab kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya pencegahan kerusakan, yang berarti hipotesis 4 diterima dan konsisten dengan penelitian Wu, et al. (2004). Hal ini mengindikasikan semakin tinggi tanggung jawab kualitas yang dimiliki perusahaan percetakan maka akan semakin tinggi pula tingkat upaya pencegahan kerusakan yang dilakukan perusahaan percetakan. 10. Tanggung jawab kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen pemeliharaan mesin, yang berarti hipotesis 5 diterima dan konsisten dengan penelitian Wu, et al. (2004). Hal ini mengindikasikan semakin tinggi tanggung jawab kualitas yang dimiliki perusahaan percetakan maka akan semakin tinggi pula tingkat komitmen pemeliharaan mesin yang dilakukan perusahaan percetakan. 11. Upaya pencegahan kerusakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen pemeliharaan mesin, yang berarti hipotesis 6 diterima dan konsisten dengan penelitian Wu, et al. (2004). Hal ini mengindikasikan semakin tinggi upaya pencegahan kerusakan yang dimiliki perusahaan percetakan maka akan semakin tinggi pula tingkat komitmen
pemeliharaan
mesin
yang
dilakukan
perusahaan
percetakan. 5.2. Keterbatasan Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan. Keterbatasan dari penilitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya partisipasi responden dalam menjawab kuesioner yang disampaikan kepada responden dengan pertanyaan terbuka. Beberapa responden menjawab jawaban skoring dengan lengkap
105
namun tidak memberikan jawaban pada pertanyaan terbuka. Keterbatasan ini menyebabkan jawaban beberapa responden tidak dapat dikonfirmasi dengan baik dan tidak dapat memberikan masukan secara lengkap. Hal tersebut terjadi karena pasrtisipasi responden dalam melengkapi jawaban kuesioner masih rendah. Selain itu responden beranggapan jawaban yang diberikan pada pertanyaan skoring
sudah mewakili jawaban atas kondisi
perusahaan mereka. 2) Variabel independen yang dipilih dan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel – variabel orientasi manajemen kualitas yang terdiri dari pemahaman terhadap pelanggan, tanggung jawab kualitas, upaya pencegahan kerusakan, dan pengendalian pada proses. Nilai R-Square atau koefisien determinasi pada variabel komitmen pemeliharaan mesin yang tergolong masih sedang ( 0,562 ). Dapat diprediksi ada beberapa variabel lain yang mempengaruhi
komitmen
pemeliharaan
mesin
yang
tidak
dijelaskan dalam penelitian ini. Masih ada variabel independen lain yang berpengaruh terhadap variabel komitmen pemeliharaan mesin, antara lain human activity, admin activity dan technical activity (Hastings, 2010). Human activity dapat tercapai dengan baik melalui skill pekerja yang baik serta komitmen pekerja di dalam perusahaan. Admin activity dapat tercapai dengan baik melalui perencanaan kerja, manajmeen beban kerja dan control biaya selama proses produksi. Sedangkan technical activity dapat tercapai melalui kondisi perlatan yang baik, reliability dan
106
maintainability serta sistem logistik dalam perusahaan yang baik pula
5.3. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1.1 Saran bagi Akademisi a) Melakukan penelitian pada sektor bisnis perusahaan percetakan dan dilakukan pada daerah lain. Hal ini bertujuan untuk memberikan referensi atau karakteristik bisnis percetakan serta dapat dijadikan perbandingan karakteristik bisnis untuk penelitian selanjutnya. b) Melakukan penelitian serupa pada sektor bisnis selain percetakan sehingga dapat memberikan perbandingan karakteristik antara satu bisnis dengan bisnis yang lain. c) Penelitian ini menggunakan responden perusahaan percetakan yang mayoritas memproduksi cetakan sesuai pesanan ( Product by order ). Penelitian selanjutnya dapat menganalisa pemahaman terhadap konsumen yang dilakukan oleh perusahaan percetakan dengan sistem produksi tanpa mengikuti pesanan. Serta penelitian selanjutnya melakukan analisis pemahaman terhadap konsumen pada sektor bisnis lain yang tidak memproduksi sesuai pesanan d) Melakukan penelitian pada sektor jasa yang tidak memproduksi barang namun mempertimbangkan komitmen pemeliharaan mesin
107
seperti perusahaan taksi, penerbangan, rumah sakit, perhotelan dan lain sebagainya. e)
Menambah item dimensi pemahaman terhadap konsumen, tanggung jawab kualitas, upaya pencegahan kerusakan, dan pengendalian pada proses yang masing masing hanya berjumlah 3 indikator. Untuk itu pada penelitian selanjutnya diharapkan menambah atribut dimensi pemahaman terhadap konsumen dari referensi penelitian-penelitian sebelumnya.
f)
Menambah item dimensi komitmen pemeliharaan mesin dengan menambahkan atribut dimensi komitmen pemeliharaan mesin dari referensi penelitian-penelitian sebelumnya.
g)
Menambah variabel penelitian yang berpengaruh terhadap komitmen pemeliharaan mesin. Hastings (2010) menyatakan terdapat faktor yang mempengaruhi komitmen antara lain human activity, admin activity, dan technical activity. Menurut Narine dan persuad (2003) terdapat pula faktor lain yang dapat mempengaruhi komitmen pemeliharaan mesin, yaitu arahan strategi baru yang dikembangkan perusahaan. Arahan yang diberikan selama proses produksi akan membantu setiap elemen dalam perusahaan untuk meningkatkan komitmen pemeliharaan mesin yang dimiliki.
h)
Meningkatkan jawaban
atas
partisipasi pertanyaan
responden yang
dalam
memberikan
diberikan.
Peningkatan
partisipasi responden dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan forum percetakan Kota Surakarta, birokrat yang diwakili
108
dinas terkait, atau dengan melakukan Forum Group Discussion (FGD)
1.2 Saran bagi Pelaku Usaha Percetakan Hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat terlihat pentingnya peran orientasi manajemen kualitas terhadap komitmen pemeliharaan mesin. Oleh karena itu, pelaku usaha percetakan diharapkan mempertahankan kondisi orientasi manajemen kualitas di dalam unit bisnisnya yang mayoritas sudah pada kondisi yang tinggi. Sedangkan orientasi manajemen kualitas dibangun melalui empat variabel yang terdiri dari pemahaman terhadap konsumen, tanggung jawab kualitas, upaya pencegahan kerusakan. dan pengendalian pada proses. Untuk itu dalam meningkatkan komitmen pemeliharaan mesin, pelaku usaha percetakan
harus
menerapkan
orientasi
manajemen
kualitas
di
dalam
perusahaannya. Pemahaman terhadap konsumen dapat dilakukan melalui 3 cara. Pertama adalah memahami keinginan konsumen. Memahami keinginan konsumen dapat dilakukan melalui riset pasar, interview kepada konsumen dan diskusi sesama mitra bisnis. Dari kegiatan tersebut
perusahaan dapat
memahami keinginan konsumen seperti jenis kertas, jenis cetakan, harga, atau desain layout yang diharapkan. Kedua adalah memahami prioritas kebutuhan konsumen. Perusahaan diharapkan mampu menentukan prioritas kebutuhan konsumen dalam menghasilkan produk. Perusahaan dapat berfokus pada perbaikan bahan baku, berfokus pada kualitas cetakan, atau berfokus pada desain yang semakin dinamis. Ketiga adalah merespon keinginan konsumen
109
dengan menentukan kebijakan penentuan kualitas hasil cetakan yang akan diproduksi. Peningkatan tanggung jawab kualitas dapat dilakukan melalui 3 cara. Pertama adalah membangun sikap pegawai terhadap kualitas. Beberapa tindakan sikap pegawai terhadap kualitas adalah mengikuti prosedur produksi sesuai rencana dan meminimalisir produk cacat selama proses produksi. Kedua adalah dengan menerapkan visi kualitas produk selama proses produksi berlangsung. Ketiga adalah melakukan edukasi kualitas kepada pegawai. Perusahaan dapat melakukan edukasi pegawai dengan pelatihan kerja yang mengedepankan kualitas dan pendampingan kepada pegawai. Peningkatan upaya pencegahan kerusakan dapat dilakukan melalui 3 cara. Pertama dengan melakukan pengendalian selama proses produksi. Pengendalian dapat dilakukan dengan inspeksi rutin dan pengawasan di setiap proses
produksi.
Kedua
adalah
meningkatkan
pemahaman
pentingnya
pencegahan kerusakan. Bagi sebuah perusahaan, biaya pencegahan lebih mudah dijangkau daripada biaya perbaikan keseluruhan. Ketiga adalah memahami alternatif tindakan mencegah kerusakan. Alternatif tindakan yang bisa dilakukan adalah pengecekan mesin secara rutin, pemilihan bahan baku terbaik, dan pemilhihan prosedur terbaik yang diterapkan dalam proses produksi. Peningkatan pengendalian pada proses dapat dilakukan melalui 3 cara. Pertama memahami masalah yang mungkin muncul selama proses produksi, seperti mesin rusak, bahan baku datang terlambat, atau pemadaman listrik secara tiba – tiba. Kedua adalah mengutamakan perbaikan proses produksi
110
dengan melakukan analisa serta evaluasi terhadap proses yang sudah berjalan. Ketiga adalah dengan memahami pentingnya kualitas proses produksi. Komitmen pemeliharaan mesin dapat dilakukan melalui 5 cara. Pertama adalah dengan meningkatkan kesiapan mesin dalam berproduksi. Kesiapan mesin berproduksi dilakukan dengan meminimalisir waktu persiapan produksi. Kedua
adalah
meminimalisir
waktu
perbaikan
mesin.
Ketiga
adalah
meningkatkan ketangguhan mesin yang dapat diukur melalui lamanya waktu mesin beroperasi normal sebelum terjadinya kerusakan. Keempat adalah kemampuan produksi mesin sesuai dengan kualitas yang direncanakan. Dan yang kelima adalah meningkatkan kemampuan produksi mesin sesuai dengan kuantitas yang direncanakan.
111
DAFTAR PUSTAKA Al-Hammad, Assaf. 1997. The effect of faulty design on building maintenance. Journal of Quality in Maintenance Engineering, Vol. 3 No. 1, 1997, pp. 29-39 Al-Najjar, B., dan I. Alsyouf. 2003. Selecting the Most Efficient Maintenance Approach Using Fuzzy Multiple Criteria Decision Making. International Journal of Production Economics 84 (1): 85–100. Astutik. 2014. “Pengaruh Jumlah Persediaan Bahan Baku, Kapasitas Mesin Dan
Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Volume Produksi Pada Cv Sanyu Paint Tropodo – Sidoarjo. Tidak dipublikasi Ben-Daya, M., dan S. O. Duffuaa. 1995. Maintenance and Quality: The Missing Link.Journal of Quality in Maintenance Engineering 1 (1): 20–26. Dahlgaard, J. J., K. Kristensen, dan G. Kanji. 1998. Fundamentals of Total Quality Management. London: Chapman & Hall. Crosby, P. B. 1982. Quality is Free. New York: The New American Library Inc. Chanaka. 2014. Strategic Openness In Quality Control: Adjusting Npd Strategic Orientation To Optimize Product Quality. International Journal Of Industrial Engineering Chongwatpol. 2014. Prognostic Analysis Of Defects In Manufacturing. Industrial Management & Data Systems Vol. 115 No. 1, 2015 pp. 64-87 Dean, J. W., dan D. E. Bowen. 1994. Management Theory and Total Quality: ImprovingResearch and Practice Through Theory Development. Academy of Management Review 19 (3): 392–418. Djarwanto. 1998. Statistik Sosial Ekonomi. Yogyakarta : BPFE Douglas, T. J., dan W. Q. Judge. 2001. Total Quality Management Implementation and Competitive Advantage: The Role of Structural Control and Exploration. Academy of Management Journal 44 (1): 158–169. Ghozali, Imam, 2008. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hackman, J. R., dan R. Wageman. 1995. Total Quality Management: Empirical, Conceptual, and Practical Issues. Administrative Science Quarterly 40 (2):
112
309–342. Hansson, J., F. Backlund, dan L. Lycke. 2003. Managing Commitment: Increasing the Odds for Successful Implementation of TQM, TPM or RCM.” International Journal of Quality &Reliability Management 20 (9): 993–1008. ISO 9001:2000(E). Quality Management Systems – Requirements. Jaca, C., E. Viles, R. Mateo, dan J. Santos. 2012. Components of Sustainable Improvement Systems: Theory and Practice. The TQM Journal 24 : 142–154. Kaplan, R. S., dan D. P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. Boston, MA: Harvard Business School Press. Khan. 2010. Evaluating the Deming Management Model of Total Quality in Telecommunication Industry in Pakistan – An Empirical Study. International Journal of Business and Management Vol. 5, No. 9; September 2010 Kurnis. 2010. “Pengaruh Pengalaman, Pendidikan Dan Usia Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di SPBU Ngembat Padas Gemolong Sragen”. Tidak dipublikasi Kotler, Keller. (2009). Marketing Management 13th Edition. Pearson Education. Maletic, Gomiscek ( 2013 ), “The Impact of Quality Management Orientation on Maintenance Performance”, International Journal of Production Research Vol.52 No.6, 2013 Menguc, auh. 2016. “When Does (Mis)Fit in Customer Orientation Matter for Frontline Employees’ Job Satisfaction and Performance?” American Marketing Association ISSN; 0022-2429 Muchiri, P. N., L. Pintelon, H. Martin, dan A.-M. De Meyer. 2010. “Empirical Analysis of Maintenance Performance Measurement in Belgian Industries.” International Journal of Production Research 48 (20): 5905–5924. Parida, A., dan G. Chattopadhyay. 2007. “Development of a Multi-criteria Hierarchical Framework for Maintenance Performance Measurement (MPM).” Journal of Quality in Maintenance Engineering 13 (3): 241–258. Pheng, Wee. 2001. Improving maintenance and reducing building defects through ISO 9000. Journal of Quality in Maintenance Engineering, Vol. 7 No. 1, 2001, pp. 6-24.
113
Prajogo, D. I. 2005. “The Comparative Analysis of TQM Practices and Quality Performance Between Manufacturing and Service Firms.” International Journal of Service Industry Management 16 (3): 217–228. Render, Heizer, 2004. Operation Management. Pearson Sekaran, Uma dan Bougie, Roger, 2013. “Research Methods for Business: A Skill-Building Approach, 6th Edition”. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Setiawan. 2009. Analisis Proses Perawatan Mesin Dengan Metode Total Productive Maintenance Dalam Kaitannya Dengan Tingkat Defect Dan Breakdown Yang Tinggi Pada Pt. Fmi Jakarta. Jumal Riset Manajemen & Bisnis. Volume 4, lrlo 1, Juni 2009 Simoes, J. M., C. F. Gomes, dan M. M. Yasin. 2011. “A Literature Review of Maintenance Performance Measurement: A Conceptual Framework and Directions for Future Research.” Journal of Quality in Maintenance Engineering 17 (2): 116–137. Vecchi, A., dan L. Brennan. 2009. “Quality Management: A Cross-cultural Perspective.” Cross Cultural Management: An International Journal 16 (2): 149–164 Willmott, P. 1994. “Total Quality with Teeth.” The TQM Magazine 6 (4): 48–50. Witell, Antoni. 2005. “Continuous improvement in product development Improvement programs and quality principles” International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 22 No. 8, 2005 pp. 753-768 Wu, J. S., D. Zhang, and R. G. Schroeder. 2011. “Customization of Quality Practices: The Impact of Quality Culture.” International Journal of Quality & Reliability Management 2 (3): 263–279 Yulihantoro. 2002. “Pengaruh Beban Kerja, Jumlah Pegawai, Dan Waktu Standar Terhadap Disiplin Kerja Pada Bagian Tata Usaha, Kepegawaian, Dan Keuangan”. Tidak dipublikasi
114
Materi Revisi 1. Konsistensi kalimat 2. Keefektifan kalimat ( S-P-O-K ) 3. Penulisan Bahasa Asing cetak miring ( Italic ) 4. Terkait data mutakhir jumlah percetakan di Surakarta, disperindag ( dinas industry dan perdagangan ) surakarta dan BPS Surakarta terakhir mengupdate jumlah percetakan di Kota Surakarta tahun 2006 = 23 Unit, 2008 = 36 Unit, 2010 = 53 Unit. Selanjutnya mulai 2011 – sekarang. Jumlah industry percetakan dijadisatukan dalam data BPS dan Disperindag dalam Industri pengolahan tanpa dicacah kedalam industry percetakan. 5. Dan belum ada forum bisnis atau kelompok bisnis percetakan yang menaungi kelompok percetakan di Surakarta sampai saat ini. 6. Keterbatasan jawaban kuesioner – masalah pada responden, bukan pada model kuesioner yang disajikan ( hal 105 – 106 ) 7. Saran aplikatif penelitian selanjutnya pada percetakan yang tidak berproduksi sesuai pesanan ( non by order), dan jenis perusahaan lain yang juga non by order ( hal 107 ) 8. Saran aplikatif penelitian selanjutnya pada perusahaan jasa, contohnya taksi, penerbangan, perhotelan, dan penerbangan. Dimana memerlukan orientasi manajemen kualitas dan juga komitmen pemeliharaan mesin ( hal 107 )