BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Kartu pos sekarang mulai menunjukkan bahwa keberadaannya tidak serta merta dilupakan. Anggota Postcrossing berjumlah 504.717 orang (Postcrossing, 2014) cukup menggambarkan seberapa banyak jumlah penggemar kartu pos. Tidak hanya di Negara – Negara seperti Belanda, Jerman, Amerika, dan banyak Negara lain, Indonesia juga memiliki banyak sekali penggemar kartu pos. Hal ini cukup mengejutkan dikarenakan di era modern seperti ini, ternyata muncul kembali golongan masyarakat yang mencintai kartu pos bukan sebagai alat komunikasi, namun sebagai hobi yang dapat memberikan kebermanfaatan. Mereka terwadahi dalam suatu komunitas yang dinamakan Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI). Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini merupakan pemilihan yang tepat. Data di lapangan dapat diperoleh dari observasi yang dilakukan di dalam komunitas, dan ketika diadakan meet up. Serta, menggunakan wawancara sebagai teknik penggalian data kepada informan yang berasal dari Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI). Sebanyak 16 orang dalam komunitas ini menjadi informan penelitian ini, termasuk pendiri dari KPI. Ditemukan beberapa temuan penting terkait pembentukan jaringan sosial dan temuan penting lain yang mendukung penelitian ini. Temuan penting ini adalah sebagai berikut :
73
a. Pembentukan jaringan sosial tersebut dibentuk oleh dinamika antara kehidupan offline dan online di antara penggemar kartu pos. Pembagian tersebut dikarenakan mereka dipertemukan pada awalnya di jejaring media sosial, yaitu Facebook. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan di dunia maya menjadi salah satu bagian yang juga berpengaruh di dalam hal pembentukan ini. Pembentukan bisa diawali dari saling mengirimkan kartu pos. Lalu kehidupan atau pertemuan (meet up) di dunia nyata juga menjadi faktor penunjang lain yang cukup kuat di dasarkan pada alasan bahwa kerekatan emosi yang telah terbentuk di dunia maya mengakrabkan suasana ketika para penggemar kartu pos tersebut bertemu. Kemudian bisa dikatakan bahwa akan semakin kuat ikatan yang terbentuk. b. Proses transfer pengetahuan tersebut dihasilkan dari seberapa kuat ikatan yang dibentuk. Dalam hal ini kedua jenis ikatan tersebut sama – sama saling berpengaruh dalam proses transfer pengetahuan. Hal ini berkaitan dengan scoop dan deepness dalam pengetahuan. c. Ada dua penemuan penting di dalam penelitian ini, yaitu munculnya sifat scoop dan deepness dalam proses transfer pengetahuan yang dilandasi oleh kuat atau lemahnya ikatan. Keduanya jelas memiliki perbedaan karakteristik. Scoop merupakan keberagaman pengetahuan yang diperoleh anggota komunitas dari hasil jalinan banyaknya ikatan lemah yang dimiliki. Contohnya adalah, scoop memungkinkan anggota mendapatkan bermacam – macam pengetahuan seperti pengetahuan tentang suatu Negara, kebudayaan tertentu, dan lain sebagainya, tetapi sifat dari scoop adalah tidak membahasnya secara mendalam. Sementara deepness 74
merupakan kedalaman suatu pengetahuan yang didapatkan dari ikatan kuat yang dimiliki. Seorang anggota komunitas bisa mendalami suatu pengetahuan yang didapatkan. Contohnya adalah seorang apoteker dalam komunitas ini mendapatkan pengetahuan tentang dunia kesehatan dari anggota lain yang berprofesi sebagai dokter. Kesamaan minat merupakan salah satu penentu dalam berfungsinya deepness ini sendiri. d. Proses mendapatkan informasi tersebut adalah dari seringnya proses interaksi dan komunikasi yang mereka lakukan setiap hari. Apalagi intensitas mereka mengunjungi komunitas mereka tersebut di Facebook sangatlah sering. Banyak dari mereka mengatakan bahwa, mereka mengunjunginya hampir di setiap waktu. Hal tersebut semakin ditunjang dari pertambahan jumlah anggota yang semakin hari semakin banyak, serta semakin banyak pula info yang dibagikan dalam komunitas tersebut. Apabila cara perolehan pengetahuan tersebut dituliskan satu persatu, maka didapat hasil sebagai berikut : 1. Transfer pengetahuan didapat dari interaksi dan komunikasi yang terus menerus di antara penggemar kartu pos. 2. Transfer pengetahuan didapat dari setiap info yang di tuliskan dalam komunitas tersebut di Facebook. 3. Transfer pengetahuan didapat dari setiap komentar yang masuk di antara penggemar terhadap info yang ditulis oleh salah satu anggota. e. Pengetahuan yang didapatkan di dalam komunitas tersebut membawa kebermanfaatan dari diri mereka. Beberapa memaknai bahwa pengetahuan baru yang didapat tersebut digunakan untuk bahan penelitian ketika ia 75
menjadi dosen, yang lainnya mengatakan bahwa pengetahuan ini bisa membawa manfaat yang baik karena dengan itu ia bisa memposisikan dirinya untuk menerima kehadiran dan pilihan hidup orang lain dengan lebih baik. Suatu penelitian yang dilakukan tidak akan luput dari hambatan di lapangan.Beberapa hambatan yang membuat penelitian ini memiliki keterbatasan. Hal yang menjadikan keterbatasan adalah KPI Jogjakarta tidak memiliki agenda rutin untuk mengadakan meet up. Sehingga observasi tidak cukup mendalam untuk mengetahui proses interaksi dan komunikasi mereka di dunia nyata. Selebihnya tidak ada hambatan yang cukup berarti dalam penelitian ini. B. SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka terdapat beberapa saran yang bisa diterapkan untuk kebaikan di masa mendatang : 1. Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut yang menjadikan kartu pos sebagai sebuah hadiah untuk membentuk sebuah solidaritas di antara penggemar kartu pos. 2. Apabila di masa mendatang diadakan penelitian sejenis, penggunaan mix method menjadi hal yang patut dipertimbangkan. Dengan alasan bahwa, jumlah anggota Postcrossing dan anggota KPI Jogja dapat diketahui dengan pasti. Hal lainnya adalah, penelitian ini bersifat kualitatif postivistik, dan bukan kualitatif naturalistik. Dengan begitu data yang didapat bisa lebih mendalam. 3. Meningkatkan aktivitas di dalam komunitas seperti mengedukasi masyarakat untuk kembali menggunakan kartu pos sebagai sebuah hobi 76
yang bermanfaat. Mengingat bahwa kegiatan berkirim dan menerima kartu pos merupakan kegiatan positif yang bisa membawa kebaikan. 4. Bagi anggota komunitas itu sendiri perlu ditingkatkan kegiatan – kegiatan yang bisa menambah keeratan di antara mereka. Kegiatan tersebut bisa berupa kegiatan Round Robin yang lebih sering dan beragam jenisnya. Selain itu sebaiknya anggota komunitas mengenyahkan perasaan canggung dan malu agar tidak terjadi gap senior dan junior 5. Perlu dilakukan adanya peresmian sehingga komunitas ini menjadi komunitas yang berbadan hukum dan dilindungi oleh lembaga tertentu. Dengan begitu eksistensi dari komunitas ini akan terjaga dan kegiatan – kegiatan positif yang ada di dalamnya bisa mendapat dukungan dari pemerintah 6. Komunitas ini perlu mengadakan agenda rutin untuk pertemuan (meet up) di dunia nyata. Bisa juga pertemuan rutin ini diadakan setiap tahun di Jakarta sebagai ibukota Indonesia. Selain itu pertemuan rutin 3 bulan sekali bisa digalakkan di kota masing – masing, seperti Yogyakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, Palembang, dan kota – kota lainnya. Mengingat komunitas ini membawa kartu pos sebagai sebuah benda yang dapat mencatat dan menyimpan sejarah, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan keberlangsungan komunitas – komunitas seperti ini.
77