BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Narapidana hukuman mati dapat terlibat dalam kasus karena telah memiliki pengalaman hidup yang negatif. Pengalaman hidup yang negatif sebelum terlibat dalam kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai menjadikan narapidana hukuman mati memiliki disfungsi keluarga. Disfungsi keluarga dapat menjadi penyebab terhadap kehidupannya menjadi tidak baik. Pengalaman hidup yang negatif lainnya seperti lingkungan pergaulan yang buruk. Lingkungan pergaulan yang buruk dimaksudkan dengan pengalamnnya suka bermain dengan orang yang tidak jelas, mabuk – mabukan, bermain tidak pulang semalaman, balapan liar, ingin menikah muda, bermain perempuan dan melakukan hubungan seksual. Narapidana hukuman mati memiliki pengalaman pernah tersandung perkara hukum sebelum terlibat dalam kasus. Perkara hukum yang mengharuskan dipenjara selama delapan bulan. Vonis hukuman mati yang ditujukan pada narapidana hukuman mati memberikan dampak gangguan psikologis dan kesehatan fisik. Gangguan psikologis yang di alami oleh narapidana hukuman mati adalah menjadi sering terlihat mental drop, stres berat, melamun, sulit tidur, nafsu makan berkurang perasaan takut, mengalami kepanikan dan tidak memiliki keberdayaan untuk melakukan aktivitas. Narapidana hukuman mati mengaku menyesal terhadap perbuatannya dan sering menangisi yang telah terjadi. Narapidana hukuman mati merasa tertekan dengan hukuman yang diterima dan menjadi menderita. Pikiran yang dirasakan oleh narapidana hukuman mati menjadi lemah, tegang, dan rapuh.
161
162
Sesama narapidana lainnya sering melihat dalam kondisi bingung dan linglung. Narapidana hukuman mati pernah terlihat tertawa, marah, dan berbicara dengan dirinya sendiri. Selain itu, pernah terlihat mendekati tempat sampah dan memakan makanan sisa. Dampak yang diterima oleh narapidana hukuman mati juga menyangkut tentang kesehatan fisik. Dampak kesehatan fisik yang dirasakan oleh narapidana hukuman mati menjadi lemas dan pusing. Keadaan fisik yang menjadi lemas mengakibatkan narapidana hukuman mati menjadi tidak dapat banyak bergerak. Keadaan lainnya yang dirasakan menjadi pusing disebabkan karena terus memikirkan hukuman yang diterima. Sesama narapidana lainnya menduga narapidana hukuman mati memiliki daya pendengaran yang berkurang. Narapidana hukuman mati melakukan sejumlah usaha dengan beberapa keterampilan baru dalam menghadapi permasalahan. Usaha yang dilakukan oleh narapidana hukuman mati terfokus ke dalam masalah dan emosional dirinya. Dalam usaha yang terfokus pada masalah, narapidana hukuman mati dapat melakukan aktivitas seperti bekerja, membuat kegiatan. Pekerjaan yang dilakukan seperti bercocok tanam, bersihbersih, dan mencabut rumput. Pekerjaan yang dilakukan dianggap sebagai kegiatan positif untuk narapidana hukuman mati. Selain itu, narapidana hukuman mati mendapatkan sejumlah dukungan. Dukungan yang diperoleh berasal dari teman sesama narapidana, pacar, istri, orangtua, keluarga dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana hukuman mati merasa jika tidak dibesuk orangtua selama dua minggu dapat melemahkan psikologisnya. Gangguan psikologis yang terjadi pada narapidana hukuman mati adalah kembali menjadi sulit tidur dan sedih. Narapidana lainnya menduga bahwa narapidana hukuman mati ada kemungkinan untuk menyakiti dirinya dengan cara membenturkan kepala ke tembok. Dukungan yang diberikan kepada narapidana hukuman mati biasanya berupa fisik dan non fisik. Dukungan berupa fisik didapatkan saat besukan seperti uang dalam bentuk voucher, makanan, dan rokok. Dukungan non fisik yang
163
diberikan seperti do’a, nasihat, dan saran. Narapidana hukuman mati mengakui bahwa dukungan keluarga lainnya yang diberikan dengan dicarikan pengacara. Pengacara yang dicarikan untuk menjembatani hukuman yang diperoleh. Usaha yang dilakukan narapidana hukuman mati terhadap masalah juga terfokus pada emosionalnya. Usaha yang dilakukan narapidana hukuman mati dengan cara mengabaikan masalah dan meningkatkan religiusitasnya. Narapidana hukuman mati merasa santai terhadap masalahnya dan tidak terus memikirkan masalahnya. Narapidana hukuman mati menganggap tidak ada cara lain selain meningkatkan religiusitas kepada Allah SWT. Narapidana hukuman mati dikuatkan oleh beberapa hal sebelum menjadi resilien. Hal tersebut adalah belajar dari pengalaman, harapan tinggi yang realistik, dan merefleksikan diri. Pembelajaran bagi narapidana hukuman mati adalah berubah menjadi lebih baik, tidak ingin mengulangi perbuatannya dan ingin dikenal dengan citra yang baik. Narapidana hukuman mati memiliki harapan untuk dapat membanggakan orangtua, dihadirkan saksi baru dalam persidangan berikutnya dan hidup mandiri. Narapidana hukuman mati telah melakukan refleksi diri. Refleksi diri yang dilakukan mengarah pada mengoreksi diri, membenahi kekurangan diri, menyadari kesalahan dan perbuatannya serta mensyukuri kehidupan saat ini. Narapidana hukuman mati juga memiliki kepedulian untuk menolong dan menceritakan masalah hidupnya kepada sesama narapidana. Perjalanan yang panjang terhadap narapidana hukuman mati memunculkan identitas positif. Identitas positif muncul pada narapidana hukuman mati adalah sifat ramah, sopan, tegas dan santun terhadap siapapun. Sikap dan pikiran narapidana hukuman mati menghadapi masalah dengan lebih dewasa. Selain itu, narapidana hukuman mati lebih kreatif, rajin, dan semangat dalam beraktivitas. Narapidana hukuman mati telah dikenal dengan pribadi yang baik dan rajin ibadah.
164
Narapidana hukuman mati memiliki sumber resiliensi dari luar dirinya. Sumber resiliensi dari luar diri narapidana hukuman mati seperti mendapatkan akses pelayanan dan diberikan semangat. Akses pelayanan yang didapatkan dari Lembaga Pemasyarakatan meliputi pekerjaan, menonton televisi, dan makanan sehari – hari. Semagat yang diberikan kepada narapidana hukuman mati berasal dari ibu atau istri, keluarga, dan teman sesama narapidana. Keluarga memberikan semangat kepada narapidana hukuman mati saat waktu besukan. Sedangkan teman sesama narapidana memberikan semangat saat berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Tujuan diberikan semangat agar narapidana hukuman mati semangat menjalani kehidupannya. Sumber resiliensi yang berasal dari dalam diri narapidana hukuman mati adalah bertanggungjawab atas konsekuensi dan penuh akan harapan, iman serta kepercayaan. Sumber resiliensi narapidana hukuman mati selanjutnya dari kemampuan interpersonal seperti memiliki kemampuan pemecahan masalah, mendapatkan hubungan yang dapat dipercaya, mengekspresikan perasaan dan mengatur emosi. Kemampuan pemecahan masalah narapidana hukuman mati mengarah pada mengkritisi hukuman yang diterima. Narapidana hukuman mati telah mendapatkan hubungan yang dapat dipercaya. Hubungan dimaksudkan pada teman sesama narapidana yang dapat membuat menjadi lebih tenang dan mencurahkan perasaan dan pikirannya. Keadaan narapidana hukuman mati saat ini dianggap pikiran, perasaan, hati, dan spiritualnya telah menjadi normal. Narapidana hukuman mati merasa sudah dapat lebih bebas, lega dalam menghadapi masalah, mengatur emosi dan mengungkapkan perasaannya. Narapidana hukuman mati telah menganggap Lembaga Pemasyarakatan sebagai surge keluarga, rumah, dan dusun barunya sendiri. Narapidana hukuman mati sudah terlihat tidak memikul beban yang berat. Narapidana hukuman mati menganggap
165
dirinya menjadi role models, memiliki otonomi diri, dapat melihat sisi terang kehidupan, memiliki keinginan hidup yang baik dan produktif.
B.
SARAN
Saran yang diajukan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian ini sebagai pengembangan kajian berikutnya adalah: 1. Saran bagi narapidana hukuman mati Narapidana hukuman mati diharapkan terus meningkatkan kemampuan resiliensi yang dimilikinya. Narapidana hukuman mati diharapkan dapat memberikan contoh untuk tahan terhadap masalah kepada sesama narapidana lainnya. 2. Saran bagi petugas Lembaga Pemasyarakatan Petugas Lembaga Pemasyarakatan dapat mendukung peningkatan resiliensi narapidana hukuman mati. Dukungan yang dapat diberikan dengan menghadirkan psikiater, psikolog, dan praktisi kesehatan jiwa untuk membantu meningkatkan resiliensinya dan memperhatikan kesejahteraan psikologisnya. 3. Saran bagi penelitian selanjutnya Peneliti lain dapat mencoba untuk mengeksplorasi dinamika psikologis resiliensi pada narapidana hukuman mati dengan memperhatikan kasus yang berbeda dan jenis kelamin yang berbeda. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat meneliti narapidana hukuman mati mengenai dinamika psikologis lainnya.