18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu Udara Terdapat tiga lokasi taman yang dipilih dalam kawasan Menteng ini yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Tiga lokasi taman dibedakan atas tipe vegetasi yang ada serta kondisi sosial lingkungan taman.
5.1.1 Taman Menteng Kondisi eksisting Taman Menteng saat ini merupakan hasil sayembara Dinas Pertamanan yang kemudian dilakukan penyesuaian, baik penyesuaian anggaran maupun kondisi lapang. Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola hal ini dikarenakan permintaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menginginkan penambahan jumlah vegetasi di dalam taman. Kondisi vegetasi yang ada merupakan vegetasi yang baru ditanam sejak pembuatan taman pada 2007. Vegetasi yang ada saat ini adalah berupa pohon peneduh, pohon pengarah, semak, serta rumput. Vegetasi yang ditanam dipilih berdasarkan dari kemampuan menyerap polutan, karakter taman, serta nilai kelangkaan. Menurut DPU (2008), kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pertamanan adalah (1) karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat (2) jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang dan (3) kecepatan tumbuh cepat dan jarak tanam sesuai dengan jenis tanaman. Desain penanaman pada Taman Menteng telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu, 1. Terdapat hamparan rumput. Meskipun pada kenyataan hamparan rumput yang cukup luas hanya ditemui pada lokasi eks-lapangan bola, secara keseluruhan daerah nonperkerasan pada taman terdapat rumput yang tumbuh dengan baik. Pada beberapa lokasi yang terdapat kerapatan pohon cukup tinggi, rumput tumbuh kurang baik karena kurang mendapat cahaya matahari dan terlalu lembab.
19
2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Menteng cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang sesuai dengan rencana tapak. Namun saat pengamatan banyak ditemui tanaman yang seharusnya tidak ditanam sehingga dikhawatirkan nantinya akan mempengaruhi kondisi fisik tanaman ketika dewasa. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Banyak sekali semak berbunga yang indah yang ditanam di Taman Menteng. Semak berbunga banyak ditanam sebagai batas psikologis jalan setapak/areal perkerasan dengan areal rumput. 4. Terdapat penanaman yang memberikan focal point. Beberapa lokasi dalam taman terdapat pola penanaman yang menarik seperti pada plaza air mancur di bagian utara dan areal duduk-duduk dekat gedung parkir. Pemilihan softscape dan hardscape secara keseluruhan sesuai dengan ikon Taman Menteng sebagai taman kota yang mampu mengakomodasi kebutuhan warga kota Jakarta.
Gambar 9 Salah satu focal point dalam Taman Menteng
Fasilitas yang terdapat di Taman Menteng yaitu bangku taman, lampu taman, tempat sampah, sarana olahraga, taman bermain anak-anak, jalan setapak/jogging track, kolam air mancur, instalasi sprinkler, bangunan
rumah
kaca, monumen
kenangan Persija, bangunan koramil, kantor pengelola, tempat parkir, musala dan
20
toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang cukup baik. Kegiatan yang umum dilakukan di Taman Menteng antara lain berolah raga (basket, futsal, voli, sepak bola), duduk-duduk, dan bermain (di taman bermain anak-anak). Setiap minggu lapangan olahraga yang ada selalu ramai oleh aktivitas olahraga yang penggunaanya dikelola oleh pihak pengelola taman.
(a)
(b)
Gambar 10 Contoh hardscape Taman Menteng: (a) rumah kaca dan (b) plaza (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) Berdasarkan hasil pengamatan, Taman Menteng memiliki banyak jenis pohon peneduh antara lain menteng (Baccaurea racemosa Muell.), bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana), dan ki hujan (Samanea saman). Desain penanaman Taman Menteng banyak menggunakan tanaman berbunga serta tanaman dengan warna daun menarik seperti bunga kana (Canna hybrida), bawang brojol (Zephyranthes sp.), pucuk merah (Syzygium oleana), daun telo (Ipomoea batatas), soka (Ixora sp.), serta mawar (Rossa sp.). Dari pengamatan diketahui bahwa populasi damar (Agathis alba Foxw.) cukup banyak dan rapat ditanam pada bagian timur taman. Diameter kanopi pohon damar saat pengamatan yaitu sekitar 1 meter karena kondisi pohon yang belum dewasa. Bentuk tajuknya yang kolumnar serta ditanam dengan jarak tanam sekitar 3 meter diduga akan membuat kerapatan tajuk pohon pada saat pohon mencapai usia dewasa.
21
Tabel 2 Beberapa jenis vegetasi di Taman Menteng Kelompok Tanaman Tanaman Peneduh (pohon)
Nama Tanaman
Nama Latin
Lingkar Batang 45 cm 45 cm 50 cm 25 cm 30 cm 30 cm 35 cm 25 cm 20 cm 200 cm 25 cm 20 cm 30 cm 50 cm
Jumlah Tanaman 4 btg 12 btg 35 btg 35 btg 19 btg 31 btg 27 btg 30 btg 34 btg 20 btg 10 btg 200 btg 45 btg 28 btg
Asam kranji Menteng Biola cantik Bunga kupu-kupu Bintaro Dadap merah Kayu manis Sawo kecik Tabebuia Kelapa sawit Mindi Damar Jatimas Trembesi
Pithecellobium dulce Baccaurea racemosa Ficus lyrata Bauhinia blakeana Cerbera manghas Erythrina cristagali Cinnamomum burmanii Manilkara kauki Tabebuia chrysanta Elaeis guinensis Melia azedarach Agathis alba Cordia sebestana Samanea saman
Tanaman Hias
Pakis haji Bunga tasbih Kamboja kuburan Bawang brojol Lili paris Pandan wangi Pucuk merah Krimbosa Sambang darah Hanjuang Ubi hias
Cycas rumphii Canna hybrida Plumeria rubra Zephyranthes sp. Chlorophytum sp. Pandanus amaryllifolius Syzygium oleana Tabernaemontana sp. Excoecaria cochinchinensis Cordyline sp. Ipomoea batatas
24 btg 1.300 plb 38 btg 1.200 m2 2.000 m2 2.000 m2 62 btg 292 btg 434 btg 1.800 btg 6.286 m2
Tanaman Penutup Tanah
Rumput gajah
Axonopus compressus
8.134 m2
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010)
Sawo kecik (Manilkara kauki Dubard) yang merupakan tanaman khas Jakarta ditanam di sepanjang jalan setapak taman sebagai pengarah. Bentuk tajuknya yang piramidal berfungsi sebagai pengarah dalam taman. Di beberapa bagian dibuat planter box yang ditanami beringin karet (Ficus elastica Roxb.) dan kamboja kuburan (Plumeria rubra) sebagai aksen. Tanaman menteng (Baccaurea racemosa) sebagai asal mula nama kawasan Menteng, merupakan tergolong tanaman yang cukup jarang ditemui. Tanaman ini dapat dijumpai di sisi timur taman. Di sisi utara dan barat taman terdapat tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang memiliki bunga berwarna kuning serta bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana) yang memiliki bunga berwarna ungu.
22
Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola, pemilihan jenis tanaman yang cukup beragam didasarkan pada keinginan untuk menjadikan Taman Menteng sebagai ruang publik Jakarta yang kaya akan jenis tanaman. Pengunjung taman diharapkan dapat menikmati suasana asri taman serta aneka jenis tanaman baik yang umum ditemui maupun langka.
(a) (b) Gambar 11 Penggunaan semak berbunga dan berdaun menarik di tiap sudut Taman Menteng: (a) bunga tasbih (Canna hybrida) dan Excoecaria cochinchinensis
Gambar 12 Peta Taman Menteng berdasarkan citra Google Earth 2010
23
5.1.2 Taman Suropati Taman Suropati merupakan taman bergaya formal yang memiliki jenis vegetasi peneduh yang usianya sudah tua. Lebar kanopi pepohonan yang ada rata-rata berukuran 8 meter atau lebih. Desain penanaman yang ada telah memenuhi standar perancangan penanaman pada taman publik yaitu, 1. Terdapat hamparan rumput. Pada tapak terdapat hamparan rumput yang cukup luas. Pola taman yang berbentuk geometrik membentuk ruang-ruang yang cukup untuk ditanami hamparan rumput dan dapat dimanfaatkan untuk ruang aktivitas pengunjung. 2. Terdapat tanaman penaung yang cukup. Jumlah tanaman penaung di Taman Suropati cukup banyak dan ditanam dengan jarak penanaman yang sesuai sehingga membentuk kanopi antarpohon yang rindang. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal. Untuk menciptakan nilai estetik taman, terdapat beberapa jenis tanaman groundcover yang ditanam massal pada planter box seperti jenis Marantha sp. dan Alpinia zerumbet. 4. Terdapat penanaman yang memberikan vocal point. Pada jejeran mahoni di tepi jalan raya terdapat Scindapsus aureus yang merambat sehingga menguatkan kesan asri pada Taman Suropati.
Fasilitas yang terdapat di Taman Suropati antara lain bangku taman, lampu taman, kolam air mancur, jalan setapak/ jogging track, kandang burung dan ayam, tempat sampah, pos polisi Taman Suropati, dan toilet umum. Areal parkir memanfaatkan Jalan Taman Suropati yang berbatasan langsung dengan taman. Kegiatan yang umum dilakukan di taman ini antara lain duduk-duduk, berolah raga (jogging), mengamati satwa, dan bermain alat musik. Taman Suropati didominasi oleh mahoni (Swietenia mahagoni) yang memberikan ciri khas pada taman ini. Pohon mahoni yang ada memiliki tajuk yang besar dan bersinggungan sehingga menimbulkan kesan asri pada taman. Taman ini mengalami sedikit perubahan desain pada awal 2010 yaitu berupa perkerasan pada plaza, planter box, lampu taman, bangku taman, dan penambahan batu refleksi.
24
Penambahan planter box dilakukan pada axis taman yang diisi oleh tanaman berupa marantha (Marantha sp.). Selain itu di sisi barat dan timur ditambahkan planter box yang menyatu dengan bangku taman. Planter box yang menyatu dengan bangku taman diisi oleh alpinia (Alpinia zerumbet) dan sambang darah (Excoecaria cochinchinensis Lour.). Hamparan rumput berupa rumput gajah (Axonopus compressus Beauv.) ditanami pada area nonperkerasan. Tabel 3 Beberapa jenis vegetasi di Taman Suropati Kelompok Tanaman Tanaman Peneduh
Tanaman Hias
Nama Tanaman
Nama Latin
Mahoni Ketapang Kelapa Sawo Kecik
Swietenia mahagoni Terminalia catappa Cocos nucifera Manilkara kauki
Sirih gading Marantha Alpinia Lili paris Sambang darah
Scindapsus aureus Marantha sp. Alpinia zerumbet Chlorophytum comosum Excoecaria cochinchinensis
Lingkar Batang 120 cm 80 cm 50 cm 50 cm
Tanaman Rumput gajah Axonopus compressus Penutup Tanah Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010)
9
Jumlah Tanaman 125 btg 2 btg 9 btg 5 btg 60 m2 60 m2 36 m2 10 m2 36 m2 9.748 m2
Gambar 13 Pemilihan pohon penaung, desain formal, dan hamparan rumput yang luas menjadi ciri dari Taman Suropati
25
Gambar 14 Peta Taman Suropati berdasarkan citra Google Earth 2010
5.1.3 Taman Situ Lembang Taman Situ Lembang memiliki danau kecil/situ yang airnya berasal dari mata air. Badan air berupa situ memiliki luas 8600 m2 atau sekitar 58% dari total luas taman yang memiliki luas 14.930 m2. Lanskap taman yang berada tepat di tengah permukiman membuat kondisi taman cukup tenang karena relatif jauh dari sumber kebisingan. Hal ini menimbulkan kesan taman yang agak tertutup dari jalan raya sehingga membatasi akses langsung taman dari jalan raya. Lanskap sekitar taman diisi oleh hunian yang melingkari Jalan Lembang. Desain penanaman pada Taman Situ Lembang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kondisi hamparan rumput terbatas di sekeliling situ. Keberadaan situ yang terletak di tengah taman menyebabkan hamparan rumput yang ditanam pada taman menjadi terbatas. Situ juga memengaruhi aspek kenyamanan karena air sebagai softscape memberikan efek menenangkan. Jalur sirkulasi pengunjung dalam taman memakai perkerasan yang melingkari situ. 2. Tanaman penaung terdapat di batas terluar dan beberapa di dekat situ. Jumlah tanaman penaung di Taman Situ Lembang relatif cukup untuk membentuk kanopi
26
pohon yang bersinggungan dengan pohon lain dan menjadikan daerah di bawah kanopi nyaman sebagai tempat aktivitas duduk-duduk dan bermain. 3. Terdapat groundcover/semak yang ditanam massal pada beberapa titik. Groundcover yang ditanam di taman ini yaitu rumput gajah serta ubi hias. Luasan groundcover yang ada tidak begitu banyak karena adanya badan air di tengah taman. Pada Taman Situ Lembang ini ditanam nusa indah dan spider lily sebagai semak. Selain untuk fungsi keindahan, semak juga berguna untuk fungsi batas psikologis yang membatasi taman dengan lingkungan luar. 4. Terdapat sejumlah planter box di tepi taman yang ditanami beberapa jenis tanaman seperti lili paris, bugenvil, dan palem phoenix sebagai penambah nilai estetika taman.
Tabel 4 Beberapa jenis vegetasi di Taman Situ Lembang Kelompok Tanaman Tanaman Peneduh
Nama Tanaman
Nama Latin
Lingkar Batang 200 cm 150 cm 20 cm 300 cm
Mahoni Ketapang Tabebuia Beringin
Swietenia mahagoni Terminalia catappa Tabebuia chrysanta Ficus benjamina
Tanaman Hias
Kamboja kuburan Nusa indah Spider lily Pisang hias Bugenvil Ubi hias
Plumeria rubra Mussaenda sp. Hymenocallis speciosa Heliconia psittacorum Bougainvillea sp. Ipomoea batatas
6 btg 40 btg 20 m2 20 m2 10 plb 10 m2
Tanaman Air
Teratai
Nymphaea lotus
18 m2
Tanaman Penutup Tanah
Rumput gajah
Axonopus compressus
8.000 m2
Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009) dan Pengamatan Lapang (2010)
Jumlah Tanaman 58 btg 1 btg 15 btg 2 btg
27
Fasilitas yang terdapat di Taman Situ Lembang antara lain bangku taman, areal memancing, jalan setapak/jogging track, tempat sampah, tempat bermain anakanak, dan toilet. Seluruh fasilitas berada dalam kondisi yang baik dan terawat. Di taman ini tidak terdapat areal parkir sehingga areal parkir memanfaatkan Jalan Lembang. Hal ini tidak begitu mengganggu kondisi jalan karena jalan umumnya selalu dalam keadaan sepi. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung adalah dudukduduk, memancing, berolahraga (jogging), bermain, dan melihat-lihat. Taman ini ramai dikunjungi pada saat istirahat siang hingga menjelang sore.
Gambar 15 Taman Situ Lembang dengan elemen air sebagai focal point serta vegetasi penaung di sekeliling situ
Gambar 16 Peta Taman Situ Lembang berdasarkan citra Google Earth 2010
28
Pepohonan di Taman Situ Lembang terutama menyebar di area pinggir situ. Rata-rata usia pohon yang ada relatif tua seperti pohon mahoni (Swietenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), dan beringin (Ficus benjamina). Terdapat pula tanaman baru yang ditanam seperti glodogan tiang (Polyalthia longifolia), dan tabebuia (Tabebuia chrysanta). Kanopi pohon mahoni, ketapang, dan beringin cukup luas dan saling bersinggungan sehingga di beberapa titik dalam taman menjadi teduh.
5.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, pendidikan, tempat tinggal, tujuan, dan motivasi. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner di tiga taman telah didapat 90 orang responden dengan masingmasing taman sebanyak 30 orang. Diharapkan dengan mengetahui karakteristik responden akan dapat diketahui hubungan tiap karakteristik dengan jawaban responden terhadap kenyamanan taman. Kuisioner dibagikan kepada pengunjung taman bersamaan dengan waktu pengambilan data suhu udara dan kelembaban yaitu pada pukul 12.30-13.30. Dari hasil penyebaran kuisioner di tiga taman didapatkan pengunjung taman adalah 67,8% laki-laki dan 32,2% perempuan. Responden didominasi oleh kelompok umur 15-25 tahun dengan persentase sebesar 63,3%. Kelompok umur 46-55 tahun merupakan kelompok responden paling sedikit dengan 7,7%. Pendidikan terakhir rata-rata pengunjung adalah SMA sebesar 45,5%. Responden yang berasal dari luar wilayah Kecamatan Menteng sebesar 90% dengan tujuan rekreasi (75,5%). Daya tarik pengunjung datang ke taman adalah suasana taman/lanskap taman (66,8%). Secara umum tampak bahwa jenis kelamin laki-laki mendominasi responden taman sebanyak 67,8 %. Pada waktu siang hari kebanyakan pekerja yang umumnya laki-laki mengunjungi taman untuk beristirahat sejenak. Selain pekerja, pelajar SMA juga banyak mengunjungi taman. Kelompok umur 15-25 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak mengunjungi taman. Fasilitas olahraga yang cukup lengkap di Taman Menteng diduga meningkatkan minat pengunjung terutama kelompok usia remaja (15-25 tahun). Sebanyak 90% responden ketiga taman berasal dari luar
29
wilayah Menteng. Lokasi Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang yang termasuk wilayah Jakarta Pusat sebagai pusat pemerintahan memudahkan aksesibilitas menuju ketiga taman. Rekreasi merupakan tujuan utama pengunjung sebesar 75,5%. Sebagai pusat pemerintahan, wilayah Kecamatan Menteng umumnya didominasi oleh struktur bangunan. Lanskap masing-masing taman yang cukup menarik dengan dominasi vegetasi penaung dan suasana yang asri diduga memengaruhi jawaban responden sebanyak 66,8% bahwa lanskap taman sebagai daya tarik utama.
5.3 Analisis Iklim Mikro di Tiga Lokasi Penelitian Kawasan Menteng termasuk ke dalam tipe iklim tropis. Dari data BPS (2009) didapat bahwa suhu udara tertinggi mencapai 33,4°C pada bulan Oktober dan suhu udara terendah 24°C pada bulan Februari. Rata-rata suhu udara selama tahun 2008 di Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah 25,2°C. Curah hujan rata-rata adalah 159,1 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan bulan Februari sebesar 677,6 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 9,5 mm dengan kelembaban rata-rata 68%-79%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,3 km/jam (BPS, 2009). Ketiga lokasi memiliki karakteristik iklim mikro yang relatif sama. Pada Taman Menteng, penutupan vegetasi penaung belum memiliki tutupan kanopi pohon yang cukup masif karena kondisi fisik tanaman yang masih muda dan belum mencapai ukuran optimal. Kondisi vegetasi penaung pada Taman Suropati memiliki penutupan vegetasi yang cukup masif hampir meliputi seluruh taman karena usia pepohonan yang relatif tua, sementara di Taman Situ Lembang kondisi pohon masif hanya pada batas terluar taman dan didominasi oleh badan air. Hal inilah yang akan diamati bagaimana pengaruh tutupan vegetasi terhadap kenyamanan iklim mikro taman. Berdasarkan hasil pengukuran di tiga lokasi diperoleh nilai rata-rata suhu udara dan kelembaban (Tabel 5).
30
Tabel 5 Rata-rata suhu udara dan kelembaban Taman Menteng, Suropati, dan Situ Lembang Taman Menteng
Taman Suropati
Taman Situ Lembang
P I
P II
P III
Rata-rata
Suhu udara (°C)
34,0
34,2
33,6
34,0
Kelembaban (%)
51,4
45
58,2
51,6
Suhu udara (°C)
33,9
33,3
33,6
33,6
Kelembaban (%)
53,2
54,5
48,9
52,2
Suhu udara (°C)
34,5
34,3
34,3
34,4
Kelembaban (%)
48,8
46,6
48,0
47,8
Kelembaban udara yang diamati pada tiap taman merupakan kelembaban nisbi (relatif) yaitu membandingkan kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Handoko, 1994). Kelembaban udara di Taman Suropati merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan Taman Menteng (51%) dan Taman Situ Lembang (48%) yakni sebesar (52%). Jarak tanam antar pohon yang tepat, pemilihan pohon penaung yang sesuai, serta kondisi kanopi yang saling bersinggungan sehingga menciptakan keteduhan berperan meningkatkan nilai kelembaban udara dalam taman. 5.3.1 Iklim Mikro pada Taman Menteng Nilai suhu udara rata-rata Taman Menteng berada di antara nilai suhu udara rata-rata Taman Suropati (33,6°C) dan Taman Situ Lembang (34,4°C) yaitu 33,9°C. Faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan tidak hanya berasal dari suhu udara tetapi juga dari kelembaban, intensitas penyinaran matahari, serta pergerakan udara (angin). Adanya perkerasan membuat suhu udara di beberapa titik di Taman Menteng menjadi lebih panas. Areal bermain basket, futsal, voli, jalan setapak, plaza, bangunan pengelola, serta display rumah kaca merupakan bagian dari hardscape Taman Menteng. Sementara itu bagian taman yang tidak mengalami perkerasan seperti areal bermain anak dan hamparan rumput merupakan bagian dari softscape.
31
Gambar 17 Lokasi titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban pada Taman Menteng Dengan luas total taman 24.546 m2 (Dinas Pertamanan DKI Jakarta 2008), Taman Menteng memiliki luas tutupan kanopi pohon sebesar 11.676 m2. Luas tutupan kanopi tiap grid diperoleh dari citra satelit Google Earth 2010. Luas tutupan kanopi tiap grid dihitung dengan cara digitasi dari citra. Dari pemetaan tapak taman dengan grid 20 x 20 meter didapat 61 titik pengambilan data suhu udara dan kelembaban. Gambar 17 menunjukkan pembagian grid di Taman Menteng. Dari tiga kali pengamatan, didapatkan persamaan regresi linier. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon dengan fungsi y = -0,004x + 34,86 dan R2 = 0,775; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,026x + 46,44 dan R2 = 0,885. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,005x + 35,18 dan R2 = 0,727; untuk faktor kelembaban didapat y
32
= 0,025x +39,38 dan R2 = 0,809. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = 0,002x + 34,11 dan R2 = 0,757; untuk faktor kelembaban y = 0,026x + 53,23 dan R2 = 0,848. Perbedaan koefisien x disetiap pengukuran terjadi karena saat pengambilan data suhu udara dan kelembaban, faktor klimatik lain seperti angin dan radiasi matahari turut memengaruhi nilai yang didapat. Koefisien x untuk setiap persamaan menunjukkan bahwa dengan menambah 1 m2 luas tutupan kanopi pohon dalam taman akan memengaruhi faktor suhu udara atau kelembaban. Nilai R2 menunjukkan koefisien determinasi, yaitu seberapa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap perubahan nilai suhu udara maupun kelembaban dalam taman. Grafik hubungan suhu udara dan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng serta data pengambilan suhu udara dan kelembaban disajikan dalam gambar lampiran 1 – 6 serta tabel lampiran 4 – 9. Setiap hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon maupun hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon menghasilkan persamaan regresi linier dan nilai R2.
35,0 34,8 34,6 y = -0,004x + 34,72 R² = 0,801
Suhu ( C)
34,4 34,2 34,0 33,8 33,6 33,4 33,2 33,0 32,8 0
50
100
150
200
250
300
350
400
Luas Tutupan (m2)
Gambar 18 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan
33
58,0
Kelembaban (%)
56,0 54,0 52,0 50,0
y = 0,025x + 46,55 R² = 0,864
48,0 46,0
44,0 0
50
100
150
200
250
300
350
400
Luas Tutupan (m2)
Gambar 19 Hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng selama tiga kali pengamatan Gambar 18 dan 19 menunjukkan tiga kali pengamatan suhu udara dan kelembaban dalam Taman Menteng. Dari hasil perhitungan rata-rata tiga kali ulangan, didapatkan bahwa persamaan regresi linier hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = -0,004x + 34,72 dengan R2 = 0,801. Persamaan regresi linier hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = 0,025x + 46,55 dengan R2 = 0,864. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sebesar 80% penurunan suhu udara dipengaruhi oleh luas tutupan kanopi pohon, dan 86% peningkatan kelembaban dalam taman dipengaruhi oleh luas tutupan pohon. Selain faktor suhu udara dan kelembaban, faktor angin dan radiasi matahari juga berperan. Angin seringkali berhembus cukup kencang dan terkadang matahari tertutup awan sehingga memengaruhi data.
34
a.
b. Gambar 20 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Menteng
35
Penutupan vegetasi dalam Taman Menteng memengaruhi distribusi suhu udara maupun kelembaban. Gambar 20 menunjukkan pola persebaran suhu udara (a) dan kelembaban (b) dalam Taman Menteng. Pada area yang kurang terdapat tutupan kanopi pepohonan, suhu udara cenderung lebih tinggi dan kelembaban lebih rendah. Sebaliknya pada daerah yang banyak terdapat kanopi pepohonan suhu udara cenderung lebih rendah dan kelembaban menjadi lebih tinggi. Fluktuasi suhu udara dalam tapak cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh unsur cuaca lain seperti lama penyinaran matahari dan angin. Kondisi kanopi pohonpohon penaung yang ada belum cukup dewasa sehingga kerapatan yang kurang menyebabkan polusi yang terkonsentrasi di jalan yang berbatasan dengan taman turut memengaruhi iklim mikro Taman Menteng. Selain unsur cuaca dan kanopi pohon, lanskap di sekitar taman juga turut memengaruhi suhu udara dalam taman. Berdasarkan pengamatan lapang, bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin merupakan bagian dari koridor biru Kali Gresik (Gambar 21). Pohon yang digunakan di areal yang berbatasan langsung dengan jalan adalah pohon tabebuia (Tabebuia chrysanta) yang kondisi tajuknya kurang masif. Pada bagian daerah milik jalan (damija) telah ada pohon eksisting berupa beringin (Ficus benjamina) dan menjadikan pedestrian yang ada menjadi nyaman. Formasi pohon beringin juga membantu mengurangi polusi asap serta bising dari kendaraan yang melintas.
Gambar 21 Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan Prof. Moh. Yamin
36
Grid yang berada di bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin ini yaitu grid nomor 54 – 61. Suhu udara rata-rata tertinggi berada pada grid ke-61. Grid ini merupakan grid yang dekat dengan persimpangan Jalan HOS Cokroaminoto dengan Jalan Prof. Moh Yamin sehingga suhu udara menjadi lebih tinggi. Areal ini didominasi perkerasan dan merupakan welcome area yang menuju axis Taman Menteng. Nilai kelembaban untuk bagian ini berkisar dari 40 – 60%. Pada bagian yang mendapat kanopi beringin nilai kelembaban menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Pada bagian welcome area yaitu grid ke-61, nilai kelembaban kecil karena tidak adanya kanopi pohon yang cukup masif untuk meningkatkan kelembaban. Area menjadi lebih silau karena tidak ada groundcover. Selain itu, terdapat bangunan display rumah kaca di grid yang berbatasan yang turut memengaruhi iklim mikro bagian ini.
Gambar 22 Bagian taman yang berbatasan dengan Jalan HOS Cokroaminoto
Bagian taman yang berbatasan langsung dengan Jalan HOS Cokroaminoto (Gambar 22) sama halnya dengan bagian yang berbatasan langsung dengan Jalan Prof. Moh. Yamin yang dipengaruhi oleh lanskap jalan. Bagian ini juga berhadapan dengan area pelayanan yaitu pertokoan dan hotel. Vegetasi yang digunakan pada bagian ini yaitu pucuk merah (Syzygium oleana), tabebuia (Tabebuia chrysanta), mahoni (Swietenia mahagoni), kamboja kuburan (Plumeria rubra), dan palem raja (Roystonea regia). Pucuk merah yang termasuk jenis semak ini ditanam sebagai aksen atau penambah estetika. Pucuk merah ditanam bersama dengan kamboja
37
kuburan. Kamboja kuburan juga memberikan nilai estetika. Begitu pula tabebuia yang ada memiliki tajuk yang tidak masif dan ditanam berjauhan sehingga tanaman ini hanya berfungsi sebagai aksen. Palem raja ditanam sejajar dengan trotoar sebagai pengarah. Mahoni yang ada belum mencapai ukuran dewasa. Dengan lebar tajuk sekitar 1,5 meter dan tinggi 2,5 meter, mahoni ini belum mampu memberikan naungan dan tajuk yang masif. Keberadaan groundcover di bagian ini seperti rumput gajah (Axonopus compressus), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), dan ubi hias (Ipomoea batatas) membantu mengurangi silau serta melembutkan struktur dari dominasi penggunaan elemen keras. Nilai suhu udara di bagian ini cukup bervariasi. Pada area yang dekat dengan pintu masuk gedung parkir taman memiliki nilai suhu udara tertinggi. Area ini hampir seluruhnya adalah perkerasan dan tidak terdapat vegetasi penaung. Hanya terdapat groundcover yang menjadi batasan jalan masuk parkir dengan taman yaitu Suhu udara terendah terdapat di area yang terdapat pohon trembesi dan mahoni. Kelembaban di bagian ini tertinggi berada di grid yang memiliki suhu udara terendah yaitu di grid ke-45. Adanya vegetasi penaung cukup mampu menurunkan suhu udara serta meningkatkan nilai kelembaban. Area olahraga merupakan area dengan perkerasan terluas di Taman Menteng. Di area ini terdapat lapangan basket, voli, dan futsal. Grid yang merupakan bagian dari area olahraga yaitu grid ke-2, 8, 11, 20, 23, 36, 39, dan 52. Bentuk lapangan yang berorientasi utara-selatan menjadikan area permainan tidak terganggu oleh sinar matahari ketika pagi dan sore hari. Saat siang hari yang terik pantulan sinar dari perkerasan cukup mengurangi kenyamanan, namun dengan adanya barisan pepohonan peneduh di sekitarnya mampu meningkatkan kualitas visual, kenyamanan, serta mengontrol angin. Jenis yang ditanam di sekitar area tersebut yaitu trembesi (Samanea saman), kamboja kuburan (Plumeria rubra), bintaro (Cerbera manghas), dadap merah (Erythrina cristagalli), biola cantik (Ficus lyrata), dan damar (Agathis alba). Trembesi mendominasi area disekitar lapangan. Dengan adanya trembesi, luas tajuk trembesi yang cukup luas dan bersifat menaungi mampu memengaruhi kenyamanan di sekitar lapangan.
38
Pada bagian yang berbatasan dengan Jalan Kediri ditanami vegetasi penaung seperti menteng (Baccaurea racemosa), damar (Agathis alba), trembesi (Samanea saman), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis). Pohon menteng ditanam sebagai batas terluar taman dengan Jalan Kediri. Damar ditanam secara massal dengan jarak tanam sekitar 1,5 meter. Diantara tanaman damar terdapat beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam sejajar. Trembesi ditanam sejajar pada bagian yang dekat dengan area lapangan. Untuk groundcover digunakan rumput gajah. Kanopi yang ada belum mencapai ukuran maksimal namun sudah cukup membuat naungan yang memberikan kenyamanan di bagian ini. Suhu udara di bagian ini lebih rendah sekitar 1-2°C dibandingkan dengan areal lapangan olahraga. Meskipun berbatasan dengan Jalan Kediri, bagian ini tetap nyaman karena Jalan Kediri merupakan jalan lingkungan kompleks perumahan yang rendah intensitas kendaraannya. Hal ini berbeda dengan bagian yang berbatasan dengan Jalan Prof. Moh. Yamin dan Jalan HOS Cokroaminoto yang memiliki intensitas kendaraan tinggi. Axis yang berupa jalur sirkulasi di Taman Menteng ini memiliki tanaman pengarah yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) yang ditanam berkesinambungan. Selain berfungsi sebagai pengarah, dari segi fungsi penanaman tanaman ini juga dapat berfungsi sebagai peneduh karena bentuk tajuk V dari sawo kecik mampu memberikan naungan. Saat pengamatan ukuran sawo kecik belum mencapai maksimal sehingga saat siang hari yang terik area axis terasa kurang nyaman. Selain sawo kecik, terdapat pula beringin karet (Ficus elastica) sebagai penaung serta beberapa jenis groundcover. Pada bagian axis terdapat tiga buah kolam air mancur. Keberadaan elemen air ini dapat mengurangi kesan kaku dari dominasi perkerasan axis. Jalur sirkulasi yang ada dalam Taman Menteng cukup banyak. Setiap jalur sirkulasi selalu memadukan jenis vegetasi penaung, pengarah, semak rendah, maupun groundcover yang menarik. Ruang-ruang yang terbentuk dengan adanya jalur sirkulasi ditanamai dengan berbagai jenis pohon peneduh seperti khaya (Khaya senegalensis), matoa (Pometia pinnata Forst.), kayu manis (Cinnamomum burmanii Bl.), biola cantik (Ficus lyrata), asam kranji (Pithecellobium dulce Benth), damar
39
(Agathis alba), dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Pada bagian tengah taman terdapat lapangan rumput mini football. Dengan adanya tegakan pohon akan menciptakan semakin banyak naungan sehingga suhu udara menjadi lebih rendah serta mengontrol nilai kelembaban.
5.3.2 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Menteng Dari hasil kuisioner, jumlah pengunjung Taman Menteng berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 53% dan pengunjung jenis kelamin perempuan sebesar 47%. Pengunjung Taman Menteng didominasi oleh usia remaja (15-25 tahun) sebanyak 70%, usia 26 – 35 tahun sebesar 13%, usia 36 – 45 tahun sebesar 7%, dan usia > 46 tahun sebesar 10%. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung adalah SMA 60%, SMP 27%, dan Perguruan Tinggi 13%. Tujuan berekreasi pengunjung sebesar 73%. Pengunjung usia remaja mengunjungi Taman Menteng saat istirahat sekolah maupun hari libur. Kegiatan yang umum dilakukan adalah berolahraga dan bersantai. Saat dilakukan pengisian kuisioner, sebagian besar responden melakukan pengisian pada tempat yang relatif teduh, seperti di bawah kanopi pohon. Kondisi ini cukup memengaruhi jawaban responden terhadap kenyamanan iklim mikro Taman Menteng. Saat pengumpulan data kuisioner, kondisi cuaca saat siang hari (pukul 12.30-13.30) sangat panas sehingga pengunjung Taman Menteng umumnya banyak berkumpul di area yang relatif teduh seperti di tepi lapangan olahraga, bangku taman yang ternaungi pohon, serta area dekat gedung pengelola Taman Menteng.
5.3.2.1 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Untuk mengetahui apakah jenis kelamin memengaruhi respon kenyamanan di Taman Menteng digunakan uji chi-square. Untuk mengetahui kaitan antara respon kenyamanan dengan data diri responden, digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : Kenyamanan taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H1 : Ada hubungan antara kenyamanan taman dengan faktor jenis kelamin Dari hasil perhitungan nilai harapan (Tabel 17) didapatkan nilai probabilitas = 0,54; chi-tabel = 3,84; chi-hitung = 0,36. Karena Chi-hitung (0,36) < Chi-tabel (3,84)
40
maka tidak ada hubungan antara kenyamanan di Taman Menteng dengan faktor jenis kelamin pengunjung (terima Ho). Tabel 6 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin No.
Jenis Kelamin
Pilihan Jawaban
Laki-laki 11
Perempuan 11
Jumlah 22
1.
Nyaman
2.
Tidak Nyaman
5
3
8
Jumlah
16
14
30
Perempuan 10,27
Jumlah 22
Tabel 7 Nilai harapan No.
Jenis Kelamin
Pilihan Jawaban
1.
Nyaman
Laki-laki 11,73
2.
Tidak Nyaman
4,27
3,73
8
Jumlah
16
14
30
Tabel 6 menunjukkan bahwa 73% responden (22 orang) merasa nyaman dengan iklim mikro Taman Menteng, diikuti oleh 27% responden (8 orang) menyatakan tidak nyaman. Proporsi persepsi kenyamanan ditinjau dari jenis kelamin cukup sebanding. Aktivitas yang banyak terjadi di Taman Menteng umumnya merupakan aktivitas olahraga yang banyak dilakukan oleh pengunjung usia remaja. Selain aktivitas olahraga, aktivitas bermain dan duduk-duduk umum dilakukan oleh pengunjung. Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase pendapat rasa nyaman oleh responden laki-laki (68%) lebih kecil dari responden perempuan (78%). Aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki umumnya banyak dan lebih aktif sehingga produksi perspirasi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Fasilitas olahraga di taman ini umumnya digunakan oleh pengunjung laki-laki dibandingkan perempuan. Saat melakukan pengisian kuisioner maka pendapat pribadi tentunya akan juga memengaruhi jawaban dari responden laki-laki.
41
5.3.2.2. Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Menteng adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 0,36 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H0 Tabel 8 Respon kenyamanan berdasarkan usia No.
Pilihan Jawaban
Usia (tahun) 15-25
26-35
36-45
46-55
Jumlah
1.
Nyaman
16
2
1
3
22
2.
Tidak Nyaman
7
1
0
0
8
Jumlah
23
3
1
3
30
Tabel 9 Nilai Harapan No.
Pilihan Jawaban
Usia (tahun) 15-25
26-35
36-45
46-55
Jumlah
1.
Nyaman
16,86
2,2
0,73
2,2
22
2.
Tidak Nyaman
6,13
0,8
0,27
0,8
8
Jumlah
23
3
1
3
30
Adanya fasilitas berupa lapangan futsal, voli, dan basket serta latar belakang Taman Menteng yang awal mulanya merupakan Stadion Persija diduga memengaruhi dominasi pengunjung berusia remaja. Tabel 8 menunjukkan bahwa Taman menteng didominasi oleh responden berusia remaja (15-25 tahun). Pada hari libur sering diadakan turnamen olahraga serta berbagai acara komunitas sosial. Pengunjung umumnya menyukai tempat – tempat di bawah naungan pohon seperti di sekitar areal lapangan dan daerah di sekitar axis taman. Sistem keamanan yang baik, penerangan yang cukup, serta bukaan taman yang memudahkan akses keluar-masuk taman menjadikan Taman Menteng selalu ramai dikunjungi setiap hari.
42
5.3.2.3 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H0 Dari perhitungan chi-square diketahui bahwa tidak ada hubungan antara faktor pendidikan responden terhadap persepsi kenyaman di Taman Menteng. Responden sebagian besar berpendidikan SMA, diikuti oleh SMP, dan Perguruan Tinggi. Tabel 10 Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan No.
Pilihan Jawaban
Pendidikan SMP
SMA
Akad
PT
Jumlah
1.
Nyaman
8
12
-
2
22
2.
Tidak Nyaman
1
5
-
2
8
Jumlah
9
17
-
4
30
Tabel 11 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Pendidikan SMP
SMA
Akad
PT
Jumlah
1.
Nyaman
6,6
12,46
-
2,93
22
2.
Tidak Nyaman
24
4,53
-
1,06
8
Jumlah
9
17
-
4
30
5.3.2.4 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor tempat tinggal responden adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal
43
Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,29 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H0 Dari perhitungan diketahui bahwa tempat tinggal responden tidak berhubungan dengan kenyamanan dalam Taman Menteng. Tabel 12 Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal No.
Pilihan Jawaban
Tempat Tinggal Kec. Menteng
1. 2.
Nyaman Tidak Nyaman Jumlah
7 7
Luar Kec. Menteng 15 8 23
Jumlah 22 8 30
Tabel 13 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Tempat Tinggal Kec. Menteng
1. 2.
Nyaman Tidak Nyaman Jumlah
5,13 1,89 7
Luar Kec. Menteng 16,87 6,13 23
Jumlah 22 8 30
5.3.2.5 Tujuan dan Motivasi Responden Taman Menteng Sebanyak 22 responden (73%) menyatakan memiliki tujuan untuk berekreasi di Taman Menteng dan 8 responden (27%) memiliki tujuan di luar rekreasi. Taman kota sejatinya merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi untuk berelaksasi dari rutinitas kota. Hal yang menarik responden untuk datang (motivasi) ke Taman Menteng adalah suasana Taman Menteng (60%), lokasi yang mudah dicapai (20%), tidak dipungut biaya (13%), dan fasilitas taman (7%). Dapat dikatakan bahwa faktor lanskap taman menjadi hal utama yang menarik responden datang ke Taman Menteng.
44
5.3.3 Iklim Mikro pada Taman Suropati Taman Suropati memiliki luas taman 16.328 m2 dengan tutupan kanopi sebesar 3.944,2 m2 dan dibuat grid sebanyak 13 titik pengambilan data (Gambar 23). Luas kanopi pohon di taman ini adalah 3.944,2 m2. Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon yaitu y = -0,003x + 34,99 dan R2 = 0,769; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,037x + 42,00 dan R2 = 0,821. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,003x + 34,23 dan R2 = 0,88; untuk faktor kelembaban didapat y = 0,029x + 45,64 dan R2 = 0,872. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,36 dan R2 = 0,846; untuk faktor kelembaban y = 0,032x + 39,02 dan R2 = 0,871.
Gambar 23 Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban di Taman Suropati Gambar 24 dan 25 merupakan suhu udara dan kelembaban dari tiga kali pengamatan di Taman Suropati. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap penurunan suhu udara sekitar 96%, dan besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap peningkatan kelembaban sekitar
45
90%. Faktor angin hendaknya dipertimbangkan untuk mengatur suhu udara dan kelembaban dalam taman yang cukup tinggi. 34,00 33,90
Suhu ( C)
33,80 33,70
y = -0,003x + 34,53 R² = 0,962
33,60 33,50 33,40 33,30 33,20 200
250
300 Luas Tutupan (m2)
350
400
Gambar 24 Hubungan suhu udara rata-rata dari tiga kali pengamatan dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati 58,0 57,0 Kelembaban (%)
56,0 55,0 54,0
y = 0,032x + 42,21 R² = 0,901
53,0 52,0 51,0
50,0 49,0 48,0 200
250
300
350
400
Luas Tutupan (m2)
Gambar 25 Hubungan kelembaban rata-rata dari tiga kali pengamatan dengan luas tutupan kanopi pohon pada tiap grid di Taman Suropati
46
a.
b. Gambar 26 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Suropati
Lanskap Taman Suropati dan sekitarnya terdapat banyak pohon dengan kanopi cukup rapat sehingga sirkulasi udara kurang. Dengan pemangkasan yang tepat
47
maka sirkulasi udara (angin) dan sinar matahari akan mampu menyeimbangkan iklim mikro taman. Dari hasil rata-rata tiga kali ulangan, didapatkan persamaan regresi linier hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Suropati adalah y = -0,003x + 34,53 dengan R2 = 0,962. Persamaan regresi linier hubungan kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Menteng adalah y = 0,032x + 42,21 dengan R2 = 0,901. Gambar 26 menunjukkan pola persebaran suhu udara dan kelembaban di dalam Taman Suropati. Taman Suropati secara umum memiliki perbedaan suhu udara antartitik yang tidak terlalu jauh. Pada area yang terbuka tanpa kanopi pohon, terjadi sedikit perbedaan suhu udara. Kelembaban di dalam taman ini juga relatif sama. Pada bagian yang tidak mendapat kanopi pohon nilai kelembaban menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian yang mendapat naungan pohon. Rataan suhu udara udara di Taman Suropati dari hasil pengamatan adalah 33,6°C dan rataan kelembaban 52%. Lanskap di sekitar Taman Suropati berupa perumahan serta jalan raya (Jalan Diponegoro). Perumahan tersusun rapi dengan pohon peneduh berkanopi cukup besar. Pada bagian selatan taman berbatasan dengan pulau jalan (traffic island) Diponegoro. Pulau jalan Diponegoro menghubungkan jalan arteri Jalan Diponegoro – Jalan Imam Bonjol serta beberapa jaringan jalan kolektor dari kompleks perumahan. Mahoni (Swietenia mahagoni), yang merupakan vegetasi khas dari Taman Suropati, memiliki kanopi pohon cukup besar. Tajuk antarpohon yang saling bersinggungan dengan jarak tanam yang sesuai menimbulkan naungan yang memberikan kenyamanan termal. Selain mahoni, terdapat pula pohon kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catappa), serta sawo kecik (Manilkara kauki). Hamparan rumput gajah yang ada berperan dalam mengurangi silau serta menambah kelembaban dalam taman. Pada beberapa pohon terdapat tanaman memanjat seperti sirih belanda (Scindapsus aureus), monstera (Monstera deliciosa), dan beberapa jenis philodendron. Rataan nilai suhu udara untuk Taman Suropati berkisar dari 33,1 – 34,4°C serta rataan nilai kelembaban berkisar dari 46 – 59 %.
48
Taman Suropati mengalami sedikit perubahan desain taman, yaitu penambahan planter box, bangku taman, serta area batu terapi. Planter box dibuat pada bagian axis taman dan diisi dengan hamparan marantha dan sirih gading sebagai groundcover. Silau matahari yang masuk dapat direduksi dengan adanya hamparan groundcover. Di sisi timur dan barat taman juga ditambah dengan planter box yang diisi lili paris, sambang darah, serta alpinia. Meskipun groundcover yang ada tidak memberikan naungan, penggunaan groundcover juga berfungsi mengisi ruang axis taman, membentuk massa, serta menjadi focal point taman. Di Taman Suropati tidak terdapat vegetasi berbunga, hanya ada groundcover berwarna daun menarik yang ditampilkan oleh marantha, sambang darah, dan alpinia. Penggunaan elemen air berupa dua bolah kolam air mancur di sisi timur dan barat taman juga membantu memberikan kesan nyaman dalam taman (Gambar 27). Lanskap taman yang nyaman juga dibantu dengan adanya vegetasi penaung lain di luar taman. Vegetasi tersebut berasal dari permukiman di sekitar Jalan Taman Suropati dari jenis beringin dan mahoni. Pohon-pohon tersebut memiliki diameter tajuk yang besar dan bersinggungan dengan pohon dari Taman Suropati.
(a) (b) Gambar 27 Salah satu sudut di Taman Suropati: (a) area kolam air mancur dan (b) planter box di bagian axis taman
49
5.3.4 Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Suropati Sebanyak 25 orang responden menyatakan iklim mikro Taman Suropati tergolong nyaman, 5 orang responden menyatakan tidak nyaman. Responden yang didapat dari Taman Suropati sebagian besar adalah laki-laki sebesar 83%, dan sisanya sebesar 17% adalah perempuan. Pengunjung Taman Suropati 53% merupakan usia 15 – 25 tahun, 16% berusia 26 – 35 tahun, 16% berusia 36 – 45 tahun, dan 15% berusia > 46 tahun. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung taman 57% adalah SMA, 27% Perguruan Tinggi, 13% SMP, dan 3% Akademi. Sebanyak 63% pengunjung memiliki tujuan datang ke Taman Suropati untuk berekreasi dan 37% bertujuan untuk studi.
5.3.4.1. Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor jenis kelamin responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 0,048 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan dalam Taman Suropati tidak berhubungan dengan jenis kelamin pengunjung . Tabel 14 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin No.
Pilihan Jawaban
1.
Nyaman
2.
Tidak Nyaman
Jenis Kelamin Laki-laki 19
Perempuan 6
Jumlah 25
1
4
5
20
10
30
50
Tabel 15 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Jenis Kelamin
1.
Nyaman
Laki-laki 16,67
Perempuan 8,33
2.
Tidak Nyaman
3,33
1,67
5
20
10
30
Jumlah 25
5.3.4.2 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden .Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor usia H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor usia Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 2,42 Tabel 16 Respon atas kenyamanan berdasarkan usia No.
Pilihan Jawaban
Usia (tahun) 15-25
26-35
36-45
46-55
Jumlah
1.
Nyaman
16
2
1
3
22
2.
Tidak Nyaman
7
1
-
-
8
Jumlah
23
3
1
3
30
Tabel 17 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Usia (tahun) 15-25
26-35
36-45
46-55
Jumlah
1.
Nyaman
16
2
1
3
22
2.
Tidak Nyaman
7
1
-
-
8
Jumlah
23
3
1
3
30
Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan Taman Suropati tidak berhubungan dengan faktor usia.
51
5.3.4.3. Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden di Taman Suropati adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 4,48 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H0 Dari perhitungan diketahui bahwa kenyamanan Taman Suropati tidak berhubungan dengan faktor latar belakang pendidikan pengunjung.
Tabel 18 Respon atas kenyamanan berdasarkan pendidikan No.
Pilihan Jawaban
Pendidikan
1.
Nyaman
SMP 8
SMA 12
Akad -
PT 2
Jumlah 22
2.
Tidak Nyaman
1
5
-
2
8
Jumlah
9
17
-
4
30
Tabel 19 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Pendidikan
1.
Nyaman
SMP 6,6
SMA 12,47
Akad -
PT 2,93
Jumlah 22
2.
Tidak Nyaman
2,4
4,53
-
1,06
8
Jumlah
9
17
-
4
30
5.3.4.4 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 7,87
52
Didapatkan chi-hitung > Chi-tabel terima H1 Tabel 20 Respon atas kenyamanan berdasarkan tempat tinggal No.
Pilihan Jawaban
Tempat Tinggal Kec. Menteng
1.
Nyaman
7
Luar Kec. Menteng 15
2.
Tidak Nyaman
-
8
8
Jumlah
7
23
30
Jumlah 22
Tabel 21 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Tempat Tinggal Kec. Menteng
1.
Nyaman
5,13
Luar Kec. Menteng 16,87
2.
Tidak Nyaman
1,86
6,13
8
Jumlah
7
23
30
Jumlah 22
Dari perhitungan diketahui bahwa jawaban kenyamanan terhadap Taman Suropati memiliki hubungan dengan faktor tempat tinggal responden. Responden yang berasal dari wilayah Menteng (7 responden) seluruhnya menyatakan bahwa Taman Suropati tergolong nyaman. Lingkungan tempat tinggal cukup memengaruhi persepsi mengenai kenyamanan iklim mikro taman.
5.3.4.5 Tujuan dan Motivasi Responden Taman Suropati Sebanyak 19 responden (63%) Taman Suropati memiliki tujuan untuk berekreasi, sisanya sebanyak 11 responden (37%) menyatakan memiliki tujuan selain berekreasi, salah satunya yaitu belajar bermain alat musik. Motivasi responden untuk datang ke taman ini adalah suasana taman (70%), diikuti dengan aksesibilitas (17%), tidak dipungut biaya (10%), dan nilai sejarah (3%). Meskipun bernilai historis tinggi, tidak terlalu banyak responden yang memerhatikan aspek sejarah taman. Banyaknya pengunjung yang berasal dari luar Kecamatan Menteng diduga karena lokasi taman yang berada pada jalur arteri Jalan Diponegoro – Jalan Imam
53
Bonjol. Umumnya mereka datang ke Taman Suropati untuk beristirahat. Pada harihari tertentu beberapa komunitas seni budaya rutin berkumpul di taman ini. Rekreasi yang umum dilakukan antara lain duduk-duduk dan jogging. Kegiatan pendidikan di taman ini yaitu bermain alat musik dan perkumpulan komunitas seni budaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pos polisi Taman Suropati, taman ini selalu ramai dikunjungi dari siang hingga larut malam. Pengunjung mulai ramai pada sore hari sekitar pukul 17.00. Pada hari Sabtu/Minggu banyak pula pengunjung yang menghabiskan waktu berkumpul. Sistem keamanan yang baik, lampu penerangan taman yang cukup, serta bukaan taman yang luas diduga menjadi faktor penting yang menjadikan Taman Suropati selalu dikunjungi setiap hari.
5.3.5
Iklim Mikro pada Taman Situ Lembang Taman Situ Lembang (Gambar 28) dengan luas 14.700 m2 dibagi menjadi 8
titik pengambilan data. Luas tutupan vegetasi sebesar 1.074,5 m2. Luas tutupan yang dibentuk dari tajuk pepohonan pada Taman Situ Lembang dibentuk oleh formasi mahoni (Swietenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), dan beringin (Ficus benjamina) pada area sekitar badan air (situ).
Gambar 28 Titik lokasi pengambilan data suhu udara dan kelembaban udara di Taman Situ Lembang
54
Pengamatan I menunjukkan persamaan regresi linier antara suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon yaitu y = -0,003x + 34,87 dan R2 = 0,901; persamaan regresi linier kelembaban dengan luas tutupan kanopi pohon adalah y = 0,027x + 45,05 dan R2 = 0,897. Pengamatan II menghasilkan persamaan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,63 dan R2 = 0,918; untuk faktor kelembaban didapat y = 0,025x + 43,22 dan R2 = 0,897. Pengamatan III menghasilkan persamaan suhu udara degnan luas tutupan kanopi pohon y = -0,002x + 34,36 dan R2 = 0,817; untuk faktor kelembaban y = 0,029x + 44,01 dan R2 = 0,817. Regresi rata-rata suhu udara di Taman Situ Lembang adalah y = -0,002x + 34,7 dan R2 = 0,936; regresi rata-rata kelembaban y = 0,027x + 44,09 dan R2 = 0,891 (Gambar 34). Saat pengamatan, sinar matahari cukup terik memantul di permukaan badan air. Menurut Brown dan Gillespie (1995) untuk mengurangi silau akibat pantulan badan air dapat menggunakan semak yang penempatannya disesuaikan pada penggunaan tapak. Taman Situ Lembang menjadikan keberadaan badan air (situ) sebagai focal point taman sehingga tidak ada batas tanaman dari tepi air ke dalam area taman. Suhu udara di Taman Situ Lembang berkisar antara 34,3 – 35°C dengan kelembaban berkisar antara 44 – 52 %. Elemen air cukup memengaruhi kenyamanan dalam taman. Menurut Todd dalam Margareta (2007), posisi suatu tapak terhadap elemen air memengaruhi efek penyejukan air terhadap iklim mikro tapak. Pergerakan air yang terjadi serta adanya air muncrat di tengah danau menambah kesan nyaman dari Taman Situ Lembang. Pengaruh badan air dalam Taman Situ Lembang cukup memengaruhi distribusi suhu udara dan kelembaban. Badan air (situ) merupakan area yang memiliki suhu udara tertinggi dengan kelembaban lebih rendah jika dibandingkan dengan area yang tertutup dengan kanopi pepohonan. Badan air menerima sinar matahari langsung sehingga suhu udara area air cukup tinggi. Perbedaan suhu udara permukaan yang tinggi dengan area terluar tapak yang memiliki suhu udara rendah menimbulkan terjadinya pergerakan udara (angin). Dengan adanya angin yang sering
55
bertiup keluar-masuk tapak, kondisi iklim mikro yang secara aktual tidak nyaman menjadi lebih nyaman (Gambar 29 dan 30). 34,8 34,7
Suhu ( C)
34,6
y = -0,002x + 34,70 R² = 0,936
34,5 34,4 34,3 34,2 34,1 0
50
100
150
200
250
Luas Tutupan (m2)
Gambar 29 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan
51,0 50,0
Kelembaban (%)
49,0 48,0 y = 0,027x + 44,09 R² = 0,891
47,0 46,0 45,0 44,0 43,0 0
50
100
150
200
250
Luas Tutupan (m2)
Gambar 30 Hubungan suhu udara dengan luas tutupan kanopi pohon di Taman Situ Lembang selama tiga kali pengamatan
56
Gambar 29 dan 30 menunjukkan bahwa besar pengaruh luas tutupan kanopi pohon terhadap suhu udara sebesar 93% dan 89% terhadap kelembaban. Meskipun Taman Situ Lembang memiliki badan air yang cukup luas, namun suhu udara dalam taman tetap tinggi.
a. b. Gambar 31 Pola garis isoterm (a) dan isohigro (b) di Taman Situ Lembang 5.3.6
Analisis Data Hasil Kuisioner Taman Situ Lembang Pengunjung Taman Situ Lembang sebagian besar adalah laki-laki sebesar
83%, dan sisanya sebesar 17% adalah perempuan. Pengunjung Taman Suropati 67% merupakan usia 15 – 25 tahun, 17% berusia 26 – 35 tahun, dan 17% berusia 36 – 45 tahun. Latar belakang pendidikan terakhir pengunjung taman 47% adalah SMP, 23% Perguruan Tinggi, SMP 20%, dan 10% Akademi. Sebanyak 90% pengunjung memiliki tujuan datang ke Taman Situ Lembang untuk berekreasi dan 10% bertujuan untuk studi.
5.3.6.1 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Jenis Kelamin Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor jenis kelamin responden di Taman Situ Lembang adalah sebagai berikut:
57
H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor jenis kelamin H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor jenis kelamin Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 5,88 Didapat chi-hitung > Chi-tabel terima H1 Dari perhitungan diketahui bahwa jawaban kenyamanan Taman Situ Lembang memiliki hubungan dengan jenis kelamin responden. Pengunjung Taman Situ Lembang saat siang hari umumnya laki-laki, sebagian besar beraktivitas memancing. Karena kebiasaan mereka memancing pada siang hari diduga memengaruhi respon mereka yang biasa terpapar matahari dengan suhu udara cukup tinggi. Mereka relatif toleran dengan suhu udara yang cukup tinggi sehingga mereka merasa biasa dengan kondisi suhu udara yang tinggi di siang hari. Perempuan usia >26 tahun umumnya jarang mengunjungi taman ini di siang hari. Mereka biasa datang pada waktu sore bersama anaknya menemani bermain di area bermain anak. Responden perempuan seluruhnya memilih untuk singgah di tempat yang relatif teduh dengan naungan pepohonan.
Tabel 22 Respon kenyamanan berdasarkan jenis kelamin No.
Pilihan Jawaban
1.
Nyaman
2.
Tidak Nyaman
Jenis Kelamin Laki-laki 19
Perempuan 6
Jumlah 25
1 20
4 10
5 30
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Tabel 23 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Jenis Kelamin
1.
Nyaman
16,67
8,33
25
2.
Tidak Nyaman
3,33
1,67
5
20
10
30
58
5.3.6.2 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Usia Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor usia responden di Taman Situ Lembang adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor usia H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor usia Chi-tabel = 7,81 Chi-hitung = 0,56 Didapatkan chi-hitung < Chi-tabel terima H0 Dari perhitungan didapatkan bahwa jawaban kenyamanan terhadap Taman Situ Lembang tidak berhubungan dengan usia responden. Tabel 24 Respon kenyamanan berdasarkan usia No.
Pilihan Jawaban
Usia (tahun) 15-25
26-35
36-45
46-55
Jumlah
1.
Nyaman
15
5
4
-
24
2.
Tidak Nyaman
5
-
1
-
6
Jumlah
20
5
5
-
30
Tabel 25 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Usia (tahun) 15-25
26-35
36-45
46-55
Jumlah
1.
Nyaman
16
4
4
-
24
2.
Tidak Nyaman
4
1
1
-
6
Jumlah
20
5
5
-
30
5.3.6.3 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Pendidikan Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor pendidikan responden di Taman Situ Lembang adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor pendidikan H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor pendidikan Chi-tabel = 3,84
59
Chi-hitung = 7,87 Didapatkan chi-hitung > Chi-tabel terima H1 Dari perhitungan didapatkan bahwa ada hubungan jawaban kenyamanan terhadap Taman Situ Lembang memiliki hubungan dengan pendidikan responden. Responden dengan pendidikan SMP hampir seluruhnya menyatakan tidak nyaman dengan taman dibandingkan dengan responden dengan pendidikan Perguruan Tinggi, Akademi, dan SMA. Tabel 26 Respon kenyamanan berdasarkan pendidikan No.
Pilihan Jawaban
Pendidikan
1.
Nyaman
SMP 1
SMA 14
Akad 3
PT 6
Jumlah 24
2.
Tidak Nyaman
4
2
-
-
6
Jumlah
5
16
3
6
30
Tabel 27 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Pendidikan
1.
Nyaman
SMP 4
SMA 12,8
Akad 2,4
PT 4,8
Jumlah 24
2.
Tidak Nyaman
1
3,2
0,6
1,2
6
Jumlah
5
16
3
6
30
5.3.6.4 Hubungan Kenyamanan dengan Faktor Tempat Tinggal Responden Hipotesis untuk hubungan kenyamanan dengan faktor tempat tinggal responden di Taman Situ Lembang adalah sebagai berikut: H0 : Kenyamanan dalam taman tidak berhubungan dengan faktor tempat tinggal H1 : Ada hubungan antara kenyamanan dalam taman dengan faktor tempat tinggal Chi-tabel = 3,84 Chi-hitung = 7,87 Didapat chi-hitung > Chi-tabel terima H1 Dari perhitungan didapatkan bahwa ada hubungan antara jawaban kenyamanan terhadap Taman Situ Lembang dengan tempat tinggal responden.
60
Responden yang tinggal di Kecamatan Menteng, yang berpendapat tidak nyaman terhadap iklim mikro Taman Situ Lembang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tinggal di luar Kecamatan Menteng. Hal inilah yang memengaruhi perhitungan chi-square. Tabel 28 Respon kenyamanan berdasarkan tempat tinggal No.
Pilihan Jawaban
Tempat Tinggal Kec. Menteng
1.
Nyaman
5,6
Luar Kec. Menteng 18,4
2.
Tidak Nyaman Jumlah
1,4 7
4,6 23
Jumlah 24 6 30
Tabel 29 Nilai harapan No.
Pilihan Jawaban
Tempat Tinggal Kec. Menteng
1.
Nyaman
3
Luar Kec. Menteng 21
2.
Tidak Nyaman Jumlah
4 7
2 23
Jumlah 24 6 30
5.3.6.5 Tujuan dan Motivasi Responden Taman Situ Lembang Sebanyak 27 responden (90%) menyatakan bahwa tujuan mereka datang ke Taman Situ Lembang adalah untuk berekreasi. Taman Situ Lembang menyediakan fasilitas memancing serta taman bermain anak yang cukup menarik. Motivasi utama pengunjung datang adalah karena suasana taman (70%), diikuti oleh aksesibilitas (23%), dan fasilitas taman (7%). Meskipun fasilitas dalam taman cukup lengkap, suasana taman tetap menjadi motivasi responden datang ke taman ini. Aktivitas yang umum dilakukan pengunjung di Taman Situ Lembang adalah memancing, dudukduduk, dan bermain.
61
5.4 Analisis THI Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Untuk mengetahui pengaruh dari suhu udara dan kelembaban terhadap kenyamanan secara kuantitatif digunakan Temperature Humidity Index (THI). Metode ini menggunakan faktor suhu udara dan kelembaban udara. Tingkat kenyamanan merupakan serangkaian kondisi dari beberapa faktor. Hasil dari beberapa faktor inilah yang memengaruhi nilai THI. Berdasarkan Laurie (1990), nilai THI yang dikategorikan nyaman adalah antara 21 – 27. Dari hasil perhitungan pada masing-masing lokasi taman didapat hasil THI sebagai berikut:
Tabel 30 Nilai THI di masing-masing taman No.
Lokasi
Nilai THI
1.
Taman Menteng
30,64
2.
Taman Suropati
30,36
3.
Taman Situ Lembang
30,76
Dari hasil perhitungan, didapat bahwa nilai THI untuk Taman Situ Lembang merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan Taman Menteng (30,64) dan Taman Suropati (30,3) dengan nilai 30,76. Nilai THI ketiga taman tersebut melebihi selang nilai kenyamanan THI yaitu 21 – 27. Suhu udara di Taman Menteng berkisar antara 33,5– 34,2°C dengan kelembaban 45 – 58%, Taman Suropati 33,3 – 33,8°C dengan kelembaban 48 – 54%, dan Taman Situ Lembang 34,3° – 34,4° C dengan kelembaban 46 – 49%. Berdasarkan data BPS 2009, Suhu udara rata-rata wilayah Kecamatan Menteng adalah sebesar 27,3°C pada bulan Maret, 28°C pada bulan April, dan 28,9°C pada bulan Mei. Kelembaban pada bulan Maret adalah 78%, bulan April sebesar 78% dan bulan Mei sebesar 71%. Jika dihitung dengan THI, maka THI Kecamatan Menteng pada bulan Maret sebesar 26,09, bulan April sebesar 26,8 dan pada bulan Mei sebesar 27,22. Tren peningkatan THI menunjukkan bahwa pada bulan-bulan tersebut Jakarta tengah mengalami peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban karena termasuk ke dalam musim kemarau. THI di masing-
62
masing taman lebih tinggi jika dibandingkan dengan THI Kecamatan Menteng. Kondisi THI tentunya tidak bersifat seragam dalam satu lokasi namun tergantung kepada lokasi/tapak yang spesifik. Laurie (1990) juga menyatakan bahwa iklim ideal bagi manusia adalah suhu udara dengan nilai 27 - 28°C dan nilai kelembaban 40 – 75%. Jika dibandingkan dengan hasil pengamatan suhu udara, maka seluruh taman tergolong memiliki kenyamanan yang kurang. Nilai kelembaban setiap taman tergolong nyaman jika dibandingkan dengan standar Laurie. Mayoritas responden berpendapat bahwa ketiga taman memiliki kondisi iklim mikro yang tergolong nyaman meskipun saat dilakukan penelitian kondisi termal cukup panas. Kondisi vegetasi penaung di Taman Menteng belum mencapai pertumbuhan optimal sehingga tutupan kanopi atas permukaan lahan masih kurang cukup untuk menghadirkan kesan teduh dalam taman. Namun pada beberapa bagian lokasi taman kondisi vegetasi penaung yang ada sudah mampu memberikan naungan dan memberikan kenyamanan. Barisan pohon di sisi timur lapangan olahraga memiliki kondisi kanopi yang cukup masif sehingga banyak pengunjung yang berteduh di bawahnya. Taman Suropati memiliki kanopi vegetasi penaung yang masif sehingga keberadaan pengunjung tersebar di seluruh taman karena kondisi iklim mikro yang relatif nyaman. Meskipun suhu udara aktual cukup tinggi, faktor iklim yang lain seperti angin diduga memengaruhi iklim mikro taman menjadi lebih nyaman. Selain itu lanskap sekitar Taman Suropati juga mendukung dalam menciptakan suasana taman yang nyaman karena terdapat banyak vegetasi penaung. Taman Situ Lembang dipengaruhi oleh badan air (situ) yang mendominasi luas taman sehingga kelembaban menjadi cukup tinggi. Meskipun suhu udara udara relatif tinggi, cukup banyak angin yang berhembus. Lanskap sekitar Taman Situ Lembang yang didominasi oleh kompleks permukiman yang asri juga mendukung suasana taman.
63
5.5 Rekomendasi untuk Meningkatkan Kenyamanan Iklim Mikro 5.5.1 Taman Menteng Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa lebih dari 70% responden menyatakan nyaman dengan kondisi iklim mikro Taman Menteng. Dari data suhu udara dan kelembaban yang diperoleh menunjukkan bahwa iklim mikro taman tergolong tidak nyaman untuk faktor suhu udara, namun untuk faktor kelembaban dikategorikan nyaman. Manusia secara umum lebih toleran terhadap kelembaban yang tinggi daripada terhadap suhu udara yang tinggi. Dari persamaan regresi linier untuk Taman Menteng diketahui bahwa dibutuhkan luas tutupan kanopi pohon sebesar 1000 m2 untuk menurunkan suhu udara sebesar 4°C. Suhu udara rata-rata Taman Menteng dari tiga kali pengamatan adalah 34°C. Untuk memodifikasi suhu udara dalam taman agar dapat menjadi nyaman (27°C) dapat digunakan persamaan regresi linier yang didapat dari hubungan penutupan kanopi pohon dengan suhu udara saat pengamatan yaitu y = -0,004x + 34,72, dengan nilai x sebagai luas tutupan kanopi pohon yang dibutuhkan dan y sebagai nilai suhu udara. Nilai y1 yaitu nilai suhu udara rata-rata dari pengamatan sebesar 34°C. Nilai y2 yaitu nilai suhu udara yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan, dimisalkan y2 yaitu 27°C. Persamaan regresi linier dimasukkan nilai y1 dan y2. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai x1 = 180 dan x2 = 1.930. Selisih x1 dan x2 merupakan luas tutupan kanopi pohon yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu udara Taman Menteng, yaitu sebesar 1.750 m2. Luas Taman Menteng yaitu 24.546 m2 dengan luas tutupan kanopi pohon 11.677 m2. Dengan penambahan luas tutupan kanopi pohon sebesar 1.750 m2 maka diharapkan suhu udara dalam Taman Menteng akan turun menjadi 27°C. 5.5.2 Taman Suropati Taman Suropati memiliki kondisi vegetasi penaung dengan kanopi yang cukup luas. Berdasarkan standar Laurie, taman Taman Suropati tergolong tidak nyaman, namun dari kelembaban tergolong nyaman. Sebanyak 83% responden Taman Suropati menyatakan nyaman dengan kondisi iklim mikro Taman Suropati. Dari total luas 16.328 m2, taman ini memiliki tutupan kanopi sebesar 3.944,2 m2. Dari
64
persamaan regresi linier didapatkan bahwa dengan penambahan luas tutupan kanopi pohon sebesar 1000 m2 akan menurunkan suhu udara sebesar 3°C dan menambah kelembaban 32%. Jika dilakukan penambahan tersebut, maka suhu udara dalam taman akan menjadi sekitar 30°C. Untuk memodifikasi suhu udara dalam Taman Suropati agar dapat menjadi nyaman (27°C) dapat digunakan persamaan regresi linier yang didapat dari hubungan penutupan kanopi pohon dengan suhu udara saat pengamatan yaitu y = -0,003x + 34,53, dengan nilai x sebagai luas tutupan kanopi pohon yang dibutuhkan dan y sebagai nilai suhu udara. Nilai y1 yaitu nilai suhu udara rata-rata dari pengamatan sebesar 33,6°C. Nilai y2 yaitu nilai suhu udara yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan, yaitu 27°C. Persamaan regresi linier dimasukkan nilai y1 dan y2. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai x1 = 310 dan x2 = 2.510. Selisih x1 dan x2 merupakan luas tutupan kanopi pohon yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu udara yaitu sebesar 2.200 m2. Dengan penambahan luas tutupan kanopi pohon sebesar 2.200 m2 maka diharapkan suhu udara dalam Taman Suropati akan turun menjadi 27°C.
5.5.3 Taman Situ Lembang Badan air (situ) merupakan elemen utama dari Taman Situ Lembang yang memiliki luas 14.700 m2 dengan luas tutupan kanopi pohon 1.074,5 m2. Responden yang menyatakan nyaman dengan kondisi iklim mikro taman yaitu sebesar 83%. Kondisi Taman Situ Lembang memiliki sedikit vegetasi penaung. Untuk memodifikasi suhu udara dalam taman agar dapat menjadi nyaman (27°C) dapat digunakan persamaan regresi linier yang didapat dari hubungan penutupan kanopi pohon dengan suhu udara saat pengamatan yaitu y = -0,002x + 34,70, dengan nilai x sebagai luas tutupan kanopi pohon yang dibutuhkan dan y sebagai nilai suhu udara. Nilai y1 yaitu nilai suhu udara rata-rata dari pengamatan sebesar 34,4°C. Nilai y2 yaitu nilai suhu udara yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan, yaitu 27°. Persamaan regresi linier dimasukkan nilai y1 dan y2. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai x1 = 150 dan x2 = 3.850. Selisih x1 dan x2 merupakan luas
65
tutupan kanopi pohon yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu udara Taman Situ Lembang, yaitu sebesar 3.700 m2. Dengan penambahan luas tutupan kanopi pohon sebesar 3.700 m2 maka diharapkan suhu udara dalam Taman Situ Lembang akan turun menjadi 27°C. Keberadaan badan air yang diduga akan meningkatkan kenyamanan justru tidak berpengaruh banyak terhadap kondisi iklim mikro taman. Faktor penyinaran matahari yang cukup terik di siang hari meningkatkan suhu udara permukaan badan air sehingga mengurangi kenyamanan taman. Pantulan matahari dari permukaan air menimbulkan silau bagi sebagian pengunjung. Penambahan jenis vegetasi penaung dengan kondisi tajuk cukup masif di bagian taman yang banyak digunakan pengunjung dapat dilakukan untuk menambah keteduhan dalam taman. Berdasarkan kuisioner, responden menyatakan bahwa peran angin dalam meningkatkan kenyamanan cukup penting karena efek pendinginan (evaporate cooling) membantu memodifikasi iklim mikro taman. Dengan mengatur komposisi tanaman di Taman Situ Lembang, angin akan dapat dimanipulasi sehingga kenyamanan mikro akan tercapai.