BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian 1.
Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012 – 2013 yang terdiri dari 16 sub sektor industri. Terdapat sebanyak 104 namun ada 6 data perusahaan yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Penentuan sampel menggunakan purposive Judgement Sampling yaitu dengan kriteria perusahaan yang terdaftar di BEI, tidak delisting selama periode 2012 – 2013, laporan keuangan dalam mata uang rupiah, laporan keuangan dan tahunan dapat diakses bebas di internet dan media lain, serta perusahaan yang melaporkan Annual Report berupa Sustainability report berturut-turut, dimana dalam sampel ini disyaratkan perusahaan yang melaporkan kegiatan CSR nya dalam tahun 2012 – 2013. Tabel 4.4 Kriteria Pemilihan Sampel Keterangan No 1 Data awal sampel penelitian 2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan CSR 3 Perusahaan yang menggunakan mata uang USD Data yang memenuhi kriteria dan dapat diolah
Jumlah 104 (2) (4) 96
Sumber : Data penelitian diolah 2015
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
2.
Variabel penelitian Dari pengumpulan data maka selanjutnya dilakukan tabulasi dan analisis. Beberapa variabel yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :
1.1
Corporate Social Responsibility (CSR) CSR diukur menggunakan Corporate Social Disclosure Index (CSDI), mengacu pada pengukuran versi G4 yang di released oleh GRI pada tanggal 22 Mei tahun 2013. Berbeda dengan versi sebelumnya yang jumlah indikatornya ada 78 item, pada versi terbaru ini terdapat total 91 item pengungkapan serta terbagi menjadi enam indikator sebagai berikut : Tabel 5.1 Item Pengungkapan Informasi CSR No 1 2 3 4 5 6
Indikator Ekonomi Lingkungan Ketenagakerjaan dan pekerjaan yang layak
Hak Asasi Manusia Masyarakat Tanggung Jawa Produk Jumlah Sumber : GRI G4 2013
1.2
Jumlah 9 34 16 12 11 9 91
Earning Response Coefficient (ERC) Diperoleh dari regresi antara Cummulative Abnormal Return (CAR) dan Unexpected Earnings (UE). Perhitungan UE dengan menggunakan asumsi random walk seperti yang telah banyak dilakukan dan digunakan dalam penelitian sebelumnya, misalnya (Ali, 1994, dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Variabel ini dihitung sebagai perubahan dari laba per
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun 2013 dikurangi dengan laba per saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun 2012, dibagi dengan harga per lembar saham pada 31 Desember 2012. Sedangkan Cummulative Abnormal Return (CAR) dihitung secara harian selama periode 15 bulan untuk masing-masing tahun, dalam penelitian ini periodenya adalah 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Maret 2013 dan 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Maret 2014. Mengacu pada penelitian sebelumnya (Sayekti dan Wondabio; 2007), model yang digunakan adalah market-adjusted model yang mengasumsikan bahwa pengukuran expected return saham perusahaan yang terbaik adalah return indeks pasar (pincus at all 1993 dalam Sayekti dan Wondabio; 2007). 1.3
Size Ukuran perusahaan diukur menggunakan total asset, sebelum dianalisa maka total asset yang dalam bentuk nominal di log natural (ln) terlebih dahulu.
1.4
Leverage Diukur menggunakan rasio yaitu Debt to Equity Ratio, dengan rumus total hutang perusahaan dibagi dengan total asset.
1.5
Growth Diukur dengan menggunakan perubahan Price to book value (PBV) masing-masing perusahaan. Variabel PBV berguna untuk melihat seberapa besar pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap variabel earning response coefficient (ERC).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
1.6
Beta Beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Volatilitas merupakan fluktuasi dari return-return suatu sekuritas dalam suatu periode waktu tertentu.
B. Hasil Penelitian 1.
Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, serta standar deviasi suatu data. Menurut Sugiyono (2004) dalam Prayitno (2014:30), analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Berdasarkan tabel 5.2, diketahui jumlah sampel (N) adalah 96 data perusahaan, variabel yang diteliti adalah CSDI (Corporate social disclosure index), ERC (Earning response coefficient) yang merupakan regresi antara CAR (Cummulative abnormal return) dan UE (Unexpected earnings), serta size, leverege, growth serta beta sebagi variabel kontrol.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Tabel 5.2 Analisis Statistik Deskriptif N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
ERC
96
-1.16700
1.70703
.0000000
.45470194
Size
96
11.65
14.87
13.0997
.78241
Lev
96
.15
7.72
1.5998
2.04866
Growth
96
.00
46.63
4.9449
7.63899
Beta
96
-1.55
4.11
1.0541
1.01348
CSRI
96
.01
.36
.1063
.10113
Valid N (listwise)
96
Sumber : Data penelitian diolah 2015
Berdasarkan analisis statistik deskriptif, Rata-rata CSRI dari ke 96 sampel perusahaan adalah 0,1063, memiliki nilai minimum sebesar 0,01 dan nilai maksimum 0,36. Nilai maksimum tersebut juga terbilang kecil karena masih belum mendekati 1 yang berarti bahwa perusahaan dianggap belum melakukan 3 fokus utama pengungkapan dari indikator GRI. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa CSR yang diungkapkan perusahaan pada sampel penelitian masih sangat rendah yaitu rata-rata hanya sebesar 0,1063 atau 10,63%, lebih kecil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) dimana rata-rata pengungkapan CSR adalah sebesar 20,17%, Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan perhatian perusahaan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunanya. Hal ini tentu menimbulkan kontradiksi karena saat ini konsep CSR semakin berkembang. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut alasan perusahaan melakukan pelaporan CSR – nya pada laporan tahunan perusahaan. Dari total pengungkapan perusahaan yang paling banyak melaporkan kegiatan CSR nya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
adalah PT. Telkom Indonesia (TLKM) yaitu sebesar 0,3626 sedangkan tingkat pelaporan CSR tersendah adalah sebesar 0,0110 atau hanya 1% saja. Variabel selanjutnya yaitu earnings response coefficient, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ERC 0,00000 sedangkan standar deviasinya sebesar 0,454701, hal ini mengindikasikan adanya penyimpangan data yang cukup tinggi karena standar deviasi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata. Artinya informasi laba direaksi kecil oleh investor. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan alasan perusahaan mengungkapkan laporan CSR nya. Karena ketika laba perusahaan rendah tetapi pengungkapan informasinya tinggi maka hal ini akan menjadi beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, disisi lain investor tidak akan merespon laporan tersebut. Perusahaan dengan tingkat ERC tertinggi adalah PT. Arwana Citra Mulia (ARNA) pada tahun 2012, dengan nilai ERC sebesar 170,703, perusahaan dengan tingkat ERC tinggi maka mengindikasikan bahwa kualitas laba perusahaan tersebut baik dan menjadi tujuan investor untuk melakukan investasi. Sedangkan untuk perusahaan dengan tingkat ERC terendah adalah PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,00471. Kualitas laba rendah kemungkinan yang terjadi adalah perusahaan kurang memberikan perhatian terkait laporan-laporan lain diluar laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
2.
Uji Korelasi (Pearson Correlation) Uji Koefisien pearson correllation adalah uji statistik untuk menguji dua variabel yang berdata rasio ataupun data kuantitatif yang berisi angka riil yaitu data sesungguhnya yang diambil langsung dari angka asli, dalam hal ini adalah CSRI dan ERC. Hasil uji korelasi dari dua variable penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.3 Uji Korelasi Keterangan Pearson ERC Correlation CSRI Sig. (1-tailed) ERC CSRI N ERC CSRI
ERC 1,000 -,345 . ,000 96 96
CSRI -,345 1,000 ,000 . 96 96
Sumber: Data penelitian diolah 2015
Dari hasil uji korelasi, menunjukkan bahwa nilainya signifikan pada 0.000, artinya bahwa ada hubungan antara CSR disclosure terhadap ERC walaupun rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa CSR berpengaruh terhadap ERC. 3.
Analisa Regresi Berganda
3.1 Uji Asumsi Klasik 3.1.1 Uji Normalitas Normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis parametrik. Normalitas data merupakan hal yang penting karena dengan data yang terdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Untuk melakukan pengujian normalitas data peneliti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
dalam hal ini menggunakan one sample Kolmogrov Test dan Grafik Normal Probability Plot dengan menggunakan program SPSS 22.
Gambar 5.1 Grafik Normal P-Plot Sumber : Data penelitian diolah 2015
Tabel 5.4 One Sample Kolmogrov Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data penelitian diolah 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96 ,0000000 ,40412194 ,062 ,058 -,062 ,611 ,850
61
Dengan melihat grafik normal plot, dapat disimpulkan bahwa pada grafik tersebut terlihat titik-titik menyebar pada sekitar garis diagonal (Gambar 5.1). Dalam grafik ini ditunjukkan bahwa model regresi tidak menyimpang dari asumsi normalitas. Serta besarnya nilai kolmogrof semirnov adalah 0.611 dan signifikan pada 0.850, besarnya asymp. Sig 2-talied adalah > 5% artinya data residual terdistribusi normal.
3.1.2 Uji Multikolinearitas Untuk
mendeteksi
apakah
model
regresi
linier
mengalami
multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas. Pada bagian Coefficients, diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel independen lebih kecil dari pada 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diantara variabel independen tersebut tidak ada korelasi atau tidak terjadi Multikolinearitas pada model regresi linier. Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
CSRI
,797
1,255
Size
,498
2,008
Lev
,547
1,829
Growth
,912
1,097
Beta
,910
1,099
Sumber : Data penelitian diolah 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
3.1.3 Uji Autokorelasi Pengujian Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW), yaitu jika nilai DW terletak antara dL dan (4 – dU) atau dL ≤ DW ≤ (4 – dU) berarti bebas dari Autokorelasi, sebaliknya jika nilai DW < dL atau DW > (4 – dU) berarti terdapat Autokorelasi. Nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin Watson, yaitu nilai dL ; dU ; α ; n ; (k – 1). Keterangan: n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel, dan α adalah taraf signifikan. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.6 Durbin Watson Model Summaryb
Model
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
1 ,458 ,210 ,166 a. Predictors: (Constant), Beta, CSRI, Lev, Growth, Size b. Dependent Variable: ERC
,41519582
Durbin-Watson 2,008
Sumber : Data penelitian diolah 2015
Tabel Model Summary menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 2,008 dan nilai tersebut terletak antara dL dan (4-DU) atau 1,560 < 2,008 < 2,222 maka dapat disimpulkan bahwa dalam regresi linier ini tidak terdapat autokorelasi atau bebas dari autokorelasi.
3.1.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik scatterplot, jika titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari grafik scatterplot, jelas bahwa tidak ada pola
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
tertentu karena titik menyebar tidak beraturan diatas dan dibawah sumbu 0 pada sumbu Y. Hasil uji heteroskedastisitasbisa dilihat pada gambar grafik scatterplot berikut :
Gambar 5.2 Grafik Scatterplot Sumber : Data penelitian diolah 2015
3.2 Uji Kesesuaian Model (F-test) Uji kesesuaian model digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikan yang telah ditentukan dalam penelitian ini yaitu sebesar 10%. Menurut Sarwono dan Jonatan (2013), dalam praktik penelitian atau riset umumnya digunakan tingkat signifikansi/probabilitas/alpha adalah sebesar 1% (0,01) yang terkecil, 5% (0,05), dan 10% (0,1) yang terbesar. Jika peneliti menginginkan tingkat keyakinan sebesar 95%, maka signifikansi akan sebesar 5%, dan jika peneliti menginginkan tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
keyakinan sebesar 90%, maka signifikansi akan sebesar 10%. Sehingga dalam penelitian ini apabila tingkat signifikansi uji F lebih kecil dari 10%, maka terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen, sebaliknya jika hasil uji F tingkat signifikansinya lebih besar dari 10%, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 5.7 Uji Kesesuaian F - Test Anova b Sum of
Model 1
Squares
Regression
df
Mean Square
4.127
5
.825
Residual
15.515
90
.172
Total
19.642
95
F
Sig. 4.788
.001a
a. Predictors: (Constant), Beta, CSRI, Lev, Growth, Size b. Dependent Variable: ERC
Sumber : Data penelitian diolah 2015
Dari hasil uji F didapatkan angka F hitung sebesar 4,788 dan nilai sig = 0,001, lebih mendekati 0,05 maka (p < 0,05) artinya semua variable independen yaitu CSR, Size, Leverage, Growth dan Beta secara simultan atau bersamaan berpengaruh terhadap variabel ERC (Y).
3.3 Uji Hipotesis (t-test) Peneliti telah melakukan uji hipotesis semua variabel dalam penelitian dengan menggunakan uji t-test. Uji t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dan variabel kontrol secara individual (partial) dalam menerangkan variasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
variabel dependen dalam hal ini ERC. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda diperoleh sebagai berikut : Tabel 5.8 Analisis Regresi Linear Berganda ERC Model Beta
Std. Error
T
Sig
Kontanta
1.074
0.967
1.111
0.270
CSRI
-1.444
0.472
-3.061
0.003
Size
-0.070
0.077
-0.908
0.366
Lev
0.022
0.028
0.774
0.441
Growth
0.010
0.006
1.727
0.088
Beta
-0.083
0.044
-1.883
0.063
Sumber : Data penelitian diolah 2015
Sehingga persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini adalah : Y
= 1,074 -1,444 X1-0,070 X2+ 0,022 X3 + 0,010 X4 -0,083 X5 + e
ERC
= 1,074 - 1,444CSRI - 0,070SIZE+ 0,022LEV + 0,010GROWTH – 0,083BETA + e
Kesimpulan dari tabel diatas yangdapat dijelakan adalah : 1. CSRI didapatkan p = 0,003 (p < 0,01) artinya secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah yang negatif terhadap ERC pada alfa 1% dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%, signifikan pada 0,003. Dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel CSRI sebesar -1,444 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point pengungkapan CSR
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
maka akan mengurangi nilai ERC sebesar 1,444. Sedangkan kontanta menunjukkan hasil 1,074 artinya jika tidak ada pengungkapan CSR maka ERC adalah sebesar nilai tersebut. 2. Size didapatkan p = 0,366 (p > 0,05) artinya secara parsial tidak berpengaruh terhadap ERC. Nilai signifkansi variabel size adalah sebesar 0,366 dan koefisien sebesar -0,070 artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadat ERC. 3. Leverage didapatkan p = 0,441 (p > 0,05) artinya secara parsial tidak berpengaruh terhadap ERC 4. Growth didapatkan p = 0,088 (p < 0,1) artinya secara parsial berpengaruh terhadap ERC pada alfa 10% dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%. 5. Beta didapatkan p = 0,063 (p < 0,1) artinya secara parsial berpengaruh terhadap ERC, seperti halnya growth, variabel beta berpengaruh pada signifikansi 10% dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel CSRI serta variabel kontrol growth dan beta yang berpengaruh terhadap ERC. Jika dilihat dari sudut pandang pengungkapan CSR artinya dalam hal ini investor dapat mempertimbangkan informasi CSR sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
3.4 Uji Koefisien Determinasi (R-Square) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Ayu, 2013). Atau lebih sederhana dapat dijelaskan merupakan kemampuan variabel bebas untuk berkontribusi terhadap variabel tetapnya dalam satuan persentase. Hasil uji koefisien determinasi dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 5.9 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Adjusted
R Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
1
,458a
,210
,166
,41519582
2,008
a. Predictors: (Constant), Beta, CSRI, Lev, Growth, Size b. Dependent Variable: ERC
Sumber :Data sekunder diolah 2015
Tabel koefisien determinasi diatas dapat menjelaskan bahwa persamaan regresi dari nilai adjusted R-Squarea dalah sebesar 0,166, artinya adalah sebesar 16,6% hubungan variabel dependen (ERC) dapat dijelaskan oleh CSRI, size, leverege, growth dan beta sedangkan sebesar 83,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel ERC yang tidak diuji dalam penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
4. Pembahasan Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan menunjukkan bahwa seberapa besar pengungkapan tanggung jawab sosial, melalui kegiatan sosial dilingkungan dan masyarakat sekitarnya. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan program SPSS 22, dapat diketahui bahwa corporate social responsibility disclosure berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap keresponan laba. Hal ini dapat dilihat dengan nilai koefisien β corporate social responsibility bernilai negatif sebesar -1.444, dengan nilai tstatistik -3.061 dengan nilai signifikan atau probabilitas 0.003 (p < 0,01) artinya dengan tingkat kesalahan mendekati 1%, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 99%. Hasil analisis ini mendukung teori stakeholder yang menyatakan bahwa investor akan lebih memperhitungkan perusahaan yang telah melakukan tanggung jawab sosilanya. Begitupun dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai keadilan, sesuai hasil penelitian artinya perusahaan memiliki legitimasi dari lingkungan dan masyarakat sehingga berdampak pada minat investor untuk berinvestasi yang pada akhirnya kelangsungan hidup perusahaan akan tercapai. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh terhadap keresponan laba. Hasil regresi menunjukkan pengungkapan CSR berpengaruh negatif signifikan terhadap keresponan laba. Artinya, semakin besar luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan maka ERC perusahaan akan semakin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan perusahaan pada laporan tahunan. Dalam hal ini laba bukan lagi menjadi informasi utama yang dilihat dalam melakukan keputusan investasi, melainkan ada faktor lain dan salah satunya adalah laporan pengungkapan CSR. Informasi laba yang diumumkan perusahaan seringkali bias karena ketidaktepatan pelaporan dan adanya praktik manajemen laba. Oleh sebab itu informasi CSR dapat mengurangi ketidakpastian informasi laba yang terkadang bias. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) serta penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Purwaningsih (2012), yang menemukan bukti bahwa Corporate Social Responsibility Disclosure berpengaruh negatif terhadap Earning Response Coefficient. Pengujian variabel kontrol size dan leverege terhadap ERC secara parsial tidak memiliki pengaruh. Sesuai dengan hasil statistik deskriptif, rasio leverage perusahaan sampel terbilang tinggi. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan modal, sehingga jika terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholder.
Sedangkan variabel beta berpengaruh terhadap ERC, hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan yang diteliti memiliki risiko yang tinggi. Perusahaan dengan risiko tinggi maka akan menghasilkan return yang tinggi pula pula, namun investor sebagai pihak yang mengharapkan tingkat return yang tinggi harus mempertimbangkan dengan hati-hati dan lebih waspada terhadap keputusan investasinya pada perusahaan dengan nilai beta yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
tinggi. Sedangkan growth menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Dalam penelitian ini investor bereaksi positif terhadap nilai saham perusahaan pada sampel penelitian sehingga mempunyai nilai yang berpengaruh terhadap ERC. Hal ini terjadi karena perusahaan yang terus menerus tumbuh memiliki kemudahan dalam menarik modal yang merupakan sumber pertumbuhan serta memiliki kemungkinan pertumbuhan yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan nilai growth rendah memiliki kemungkinan bertumbuh yang lebih rendah. Oleh karena itu perusahaan dengan nilai growth rendah harus lebih meningkatkan kinerjanya karena para investor tentu cenderung lebih menyukai perusahaan-perusahaan dengan tingkat growth opportunuties yang tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan masih sangat rendah karena masih dibawah 30% dari 100% total pengungkapan. Tingkat rata-rata pengungkapan CSR dari perusahaan sampel adalah sebesar 10,63% hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran perusahaan dalam pelaporan tanggung jawab sosialnya masih rendah. Hasil ini menunjukkan penurunan perhatian perusahaan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunanya dibanding dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007), dimana tingkat pengungkapan CSR perusahaan pada tahun 2005 dari 106 perusahaan yang diteliti memiliki tingkat rata-rata pengungkapan adalah sebesar 0,201751 atau 20%. Hal ini tentu menimbulkan kontradiksi karena saat ini konsep CSR semakin berkembang. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
lanjut alasan perusahaan melakukan pelaporan CSR – nya pada laporan tahunan perusahaan. Dengan tingkat rata-rata pengungkapan CSR yang hanya 10% tersebut ternyata dapat menarik minat investor untuk berinvestasi, semakin tinggi pengungkapan CSR artinya semakin tinggi pula apresiasi investor. Dari hasil penelitian ini ternyata investor memberikan perhatian khusus terhadap pelaporan CSR perusahaan untuk melakukan keputusan investasi, terbukti dengan hasil penelitian bahwa pelaporan CSR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keresponan laba (ERC).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/