BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1 Distribusi Pencemaran Logam Berat
Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu antara Dayeuhkolot sampai Nanjung. Gambar 5. 1 memperlihatkan wilayah penelitian.
Gambar 5. 1 Peta lokasi penelitian
Keterangan: batasan segmen pengambilan sampel air dan sedimen Gambar 5. 2 menunjukkan anak-anak sungai yang mengalir ke Sungai Citarum sepanjang segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung. Terlihat adanya aliran masuk dari 9 (sembilan) anak sungai yang mengalir menuju Sungai Citarum. Anak-anak sungai tersebut adalah Sungai Cisangkuy, Sungai Ciputat, Sungai Citepus, Sungai
5-1
Cangkudu, Sungai Ciranjeng, Sungai Cimariuk, Sungai Cikambuiy, Sungai Muara Ciwideiy dan Sungai Citarum Lama.
PETA DAS CITARUM BAGIAN HULU Waduk Jatiluhur Cikapundung SW Waduk Cirata
Cihaur SW
Waduk Saguling
Ci tar u m Ri ve r
Kabupaten Sumedang
Kota Bandung
Citarum River
Citarik SW
Ciminyak SW
Kabupaten Bandung
Ciwidey SW Cirasea SW Kabupaten Garut
Cisangkuy SW
Gambar 5. 2 Peta DAS Citarum Hulu beserta masukkan anak sungai
Selain anak-anak sungai tersebut, sumber pencemaran yang terjadi di Sungai Citarum berasal dari limbah cair yang dibuang ke sungai oleh beberapa industri yang terdapat di sepanjang Sungai Citarum dan buangan dari aktivitas domestik penduduk sekitar Sungai Citarum. Industri-industri yang terdapat di sepanjang Sungai Citarum terutama segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung ini antara lain industri kertas dan tekstil.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa industri-industri tersebut membuang limbah cairnya langsung ke parit-parit pembuangan yang secara langsung atau tidak langsung, parit-parit tersebut mengalir ke badan Sungai Citarum. Sebagian besar limbah cair industri ini akan bercampur dengan limbah
5-2
cair domestik ataupun mengalir ke saluran irigasi seperti nampak pada Gambra 5. 3.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. 3 Sumber pencemaran titik di Badan Air Sungai Citarum (a) Saluran irigasi yang bermuara ke Badan Air Sungai Citarum (b) Masukan Anak sungai ke Badan Air Sungai Citarum (c) Buangan cair industri yang memasuki Badan Air Sungai Citarum
5. 1. 1 Lokasi Pengambilan Sampel 1
Titik pertama pengambilan sampel, tepat terletak di bawah jembatan Dayeuhkolot. Wilayah ini didominasi oleh pemukiman dan pertanian. Titik ini juga padat oleh lalu lintas kendaraan bermotor. Di jembatan ini hampir setiap saat terjadi kemacetan lalu lintas. Lokasi pengambilan sampel 1 ditunjukkan oleh Gambar 5. 4.
Gambar 5. 4 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 1
Dari pengamatan lapangan, di sekitar wilayah ini tidak dijumpai kegiatan industri. Namun, masuknya limbah cair yang berasal dari kegiatan industri di wilayah
5-3
Majalaya kemungkinan besar turut mempengaruhi kualitas air di lokasi ini. Limbah cair yang masuk ke badan Sungai Citarum sebelum lokasi pengambilan sampel 1 ini dapat menambah beban konsentrasi pencemaran di lokasi ini, walaupun di sekitar lokasi ini tidak terdapat industri. Adapun debit yang terukur di wilayah ini Qmax = 230 m3/detik dan Qmin = 2,55 m3/detik (Dinas PSDA Jawa Barat, 2007).
5. 1. 2 Lokasi Pengambilan Sampel 2 Adanya aliran masuk dari Sungai Cisangkuy dengan debit 0,82 m3/detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 2 dapat mempengaruhi beban konsentrasi pencemaran pada badan air Sungai Citarum. Pada Sungai Cisangkuy ini, terdapat industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke Sungai Cisangkuy yang pada akhirnya bermuara ke perairan Sungai Citarum. Lokasi pengambilan sampel 2 ditunjukkan pada Gambar 5. 5.
Gambar 5. 5 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 2
Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian serta masukkan dari Sungai Cisangkuy yang membawa sebagian besar hasil buangan cair industri yang masuk ke badan Sungai Cisangkuy tersebut.
5-4
Tabel 5. 1 berikut menunjukkan kualitas Sungai Cisangkuy yang akan memasuki perairan Sungai Citarum.
Tabel 5. 1 Kualitas Sungai Cisangkuy (BPLHD Kota Bandung, 2007) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Kromium (Cr)
0,04
0,003
0,01
5. 1. 3 Lokasi Pengambilan Sampel 3
Kehadiran Balai Besar Pulp dan Kertas sebelum lokasi pengambilan sampel perlu diperhatikan. Buangan dari Balai Besar Pulp dan Kertas ini memasuki perairan Sungai Citarum. Gambar 5. 6 menunjukkan keberadaan industri kertas.
Gambar 5. 6 Balai penelitian kertas
Adapun lokasi pengambilan sampel untuk titik 3 didominasi oleh kegiatan industri. Namun, di beberapa tempat nampak kawasan pertanian juga mendominasi daerah ini seperti ditunjukkan pada Gambar 5. 7.
5-5
Gambar 5. 7 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 3
5. 1. 4 Lokasi Pengambilan Sampel 4
Lokasi pengambilan sampel 4 juga terletak setelah masukkan dari buangan cair industri. Industri yang terdapat tepat sebelum lokasi pengambilan sampel 4 ini adalah industri tekstil. Industri tekstil ini tentunya akan memberikan pengaruh bagi kualitas perairan di Sungai Citarum, sehingga peningkatan pencemaran logam berat perlu diperhatikan.
Dari Gambar 5. 8, nampak bahwa limbah cair langsung dibuang ke Sungai Citarum dengan debit 6 L/detik dari sisi kanan dan menghasilkan warna merah.
Gambar 5. 8 Buangan industri tekstil di Badan Air Sungai Citarum
5-6
5. 1. 5 Lokasi Pengambilan Sampel 5
Berdasarkan peta tata guna lahan dan observasi lapangan, diketahui bahwa kondisi tata guna lahan pada lokasi pengambilan sampel 5 didominasi oleh pertanian. Diperoleh adanya aliran masuk ke badan air Sungai Citarum bersumber dari Irigasi Cibedug yang memasuki perairan Sungai Citarum dari sisi kanan seperti nampak pada Gambar 5. 9.
Gambar 5. 9 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 5
Adanya aliran masuk dari Irigasi Cibedug ke badan air Sungai Citarum tentunya akan mempengaruhi beban konsentrasi pencemaran di Sungai Citarum. Berbagai aktivitas pertanian dan beberapa aktivitas domestik akan memberikan pengaruh bagi tingkat pencemaran di lokasi 5 ini. Selain itu, diketahui bahwa terdapat beberapa industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke saluran irigasi Cibedug.
5. 1. 6 Lokasi Pengambilan Sampel 6
Masuknya Sungai Citarum Lama dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 6 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. Lokasi pengambilan sampel 6 ditunjukkan pada Gambar 5. 10 yang masih didominasi oleh kegiatan pertanian.
5-7
Gambar 5. 10 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 6
5. 1. 7 Lokasi Pengambilan Sampel 7 Masuknya Sungai Cicangkudu dengan debit 0,38 m3/detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 7 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian dan pemukiman. Lokasi pengambilan sampel 7 ditunjukkan pada Gambar 5. 11.
Gambar 5. 11 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 7
Tabel 5. 2 menunjukkan kualitas Sungai Cicangkudu yang akan memasuki perairan Sungai Citarum.
5-8
Tabel 5. 2 Kualitas Sungai Cicangkudu (BPLHD Kota Bandung, 2007) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Kromium (Cr)
0,013
0,001
0,01
5. 1. 8 Lokasi Pengambilan Sampel 8 Masuknya Sungai Cirajeng dengan debit 1,35 m3/detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 8 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. Lokasi pengambilan sampel 8 ditunjukkan pada Gambar 5. 12. Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian.
Gambar 5. 12 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 8
Tabel 5. 3 menunjukkan kualitas Sungai Cirajeng yang akan memasuki perairan Sungai Citarum.
5-9
Tabel 5. 3 Kualitas Sungai Cirajeng (BPLHD Kota Bandung, 2007) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Kromium (Cr)
0,01
0,0017
0,01
5. 1. 9 Lokasi Pengambilan Sampel 9 Masuknya Sungai Cikambuy Hilir dengan debit 0,44 m3/detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 9 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. Lokasi pengambilan sampel 9 ditunjukkan pada Gambar 5. 13. Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian.
Gambar 5. 13 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 9
Tabel 5. 4 menunjukkan kualitas Sungai Cikambuy Hilir yang akan memasuki perairan Sungai Citarum.
Tabel 5. 4 Kualitas Sungai Cikambuy Hilir (BPLHD Kota Bandung, 2007) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Kromium (Cr)
0,01
0,001
0,01
5-10
5. 1. 10 Lokasi Pengambilan Sampel 10
Lokasi pengambilan sampel 10 juga terletak setelah masukkan dari buangan cair industri. Industri yang terdapat tepat sebelum lokasi pengambilan sampel 10 ini adalah industri tekstil. Industri tekstil ini tentunya akan memberikan pengaruh bagi kualitas perairan di Sungai Citarum akibat buangan cairnya yang memasuki perairan Sungai Citarum dengan debit 3 L/detik dari sisi kiri. Gambar 5. 14 menunjukkan kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 10. Selain keberadaan industri tekstil ini, lokasi ini juga didominasi oleh pemukiman penduduk.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. 14 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 10 (a) Industri tekstil (b) Limbah cair tekstil yang memasuki Badan Air Sungai Citarum (c) Limbah cair tekstil yang memasuki Badan Air Sungai Citarum
5. 1. 11 Lokasi Pengambilan Sampel 11 Masuknya Sungai Ciwidey dengan debit 7,62 m3/detik dari sisi kanan sebelum lokasi pengambilan sampel 11 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum.. Lokasi pengambilan sampel 11 ditunjukkan pada Gambar 5. 15. pada Gambar 5. 15 nampak bahwa kegiatan pertanian juga mendominasi wilayah ini.
5-11
Gambar 5. 15 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 11
Tabel 5. 5 menunjukkan kualitas Sungai Ciwidey yang akan memasuki perairan Sungai Citarum.
Tabel 5. 5 Kualitas Sungai Ciwidey (BPLHD Kota Bandung, 2007) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu)
Kadmium (Cd)
Kromium (Cr)
0,01
0,001
0,01
5. 1. 12 Lokasi Pengambilan Sampel 12
Masuknya Sungai Citarum Lama dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 12 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. Lokasi pengambilan sampel 12 ditunjukkan pada Gambar 5. 16.
5-12
Gambar 5. 16 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 12
Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 12 didominasi oleh kegiatan pertanian serta masukkan dari Sungai Citarum Lama yang membawa sebagian besar hasil buangan cair industri yang masuk ke badan Sungai Citarum Lama tersebut.
5. 1. 13 Lokasi Pengambilan Sampel 13
Lokasi pengambilan sampel 13 merupakan titik terakhir dalam menentukan lokasi-lokasi pengambilan sampel air dan sedimen di badan air Sungai Citarum pada penelitian ini. Lokasi ini terletak tepat di bawah Jembatan Katapang.
Gambar 5. 17 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 13
5-13
5. 2 Kualitas Air dan Sedimen Daerah Penelitian Kualitas air merupakan parameter-parameter yang dapat mempengaruhi kehidupan biota air. Parameter-parameter tersebut meliputi : sifat fisika (temperatur, warna, dan kekeruhan) dan sifat kimia (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, dan amoniak). Pada penelitian ini, analisa parameter air yang dilakukan meliputi : •
Kondisi temperatur
•
Kondisi pH
•
Kandungan oksigen terlarut
•
Kandungan logam berat yakni Cu, Cd, dan Cr
Sedangkan untuk sedimen, analisa parameter yang dilakukan meliputi kondisi pH dan kandungan logam berat Cu, Cd, dan Cr.
Pada analisis kualitas air dan sedimen Sungai Citarum, digunakan baku mutu air kelas I yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang diperuntukkan bagi air baku air minum serta Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000, Tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu Air pada Sungai Citarum dan anak-anak sungainya.
5. 3 Parameter Langsung untuk Sampel Air
5. 3. 1 Temperatur
Temperatur air merupakan parameter penting karena dapat mempengaruhi kehidupan akuatik, aktivitas biologi, dan mempengaruhi kelarutan gas-gas dan viskositas air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Temperatur juga mempunyai peranan penting dalam mengendalikan ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran temperatur tertentu (batas atas dan batas bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya (Jati, 2006 dalam Saktia, 2007)
5-14
Peningkatan temperatur perairan sebesar 10°C mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik antara 2-3 kali lipat. Peningkatan temperatur ini disertai dengan penurunan kadar oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan temperatur juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran temperatur optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20°C - 30°C (Effendi , 2003 dalam Saktia, 2007).
Pengukuran temperatur pada saat sampling dilakukan secara langsung dengan menggunakan termometer.
Gambar 5. 18 menunjukkan terdapat stratifikasi thermal pada hampir seluruh titik pengambilan sampel. Terdapat kecenderungan adanya penurunan temperatur seiring dengan bertambahnya kedalaman. Temperatur yang lebih tinggi terukur pada bagian atas (permukaan). Hal ini dikarenakan bagian permukaan mengalami kontak langsung dengan sinar matahari. Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki temperatur yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil daripada lapisan bawah (Effendi, 2003).
Temperatur Air Sampling I
Temperatur Air Sampling II 30
T e m p e r a tu r A i r (C )
T e m p e r a t u r A i r (C )
28 27
28
26
26
25 24
24
23 22
22
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
5
Lokasi Atas Sisi Kiri
Atas Sisi Tengah
6
7
8
9
10
Lokasi Atas Sisi Kanan
Atas Sisi Kiri
5-15
Atas Sisi Tengah
Atas Sisi Kanan
11
12
13
Temperatur Air Sampling I
Temperatur Air Sampling II 30
28
T e m p e r a tu r ( C )
T e m p e r a tu r (C )
29 27 26 25 24 23 22
28 26 24 22
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
5
Lokasi Baw ah Sisi Kiri
Baw ah Sisi Tengah
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Baw ah Sisi Kanan
Baw ah Sisi Kiri
Baw ah Sisi Tengah
Baw ah Sisi Kanan
Gambar 5. 18 Temperatur air pada setiap titik pengambilan sampel
Hasil pengukuran temperatur air berada pada kisaran 23°C - 29°C. Kisaran temperatur tersebut masih berada pada kisaran aman dan mendukung organisme akuatik serta dapat ditoleransi oleh mikroalgae perairan tropis (Boney, 1995 dalam Prihantini, 2006 dalam Saktia, 2007).
Tingkat kecerahan juga turut memberikan pengaruh pada penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Tingkat kecerahan yang berkisar antara 60 cm – 110 cm menunjukkan bahwa cahaya matahari akan sulit untuk melakukan penetrasi lebih dari kedalaman 1,5 meter. Pada perairan alami, sekitar 53% cahaya matahari yang masuk akan mengalami transformasi menjadi panas dan sudah mulai menghilang (extinction) pada kedalaman satu meter dari permukaan air (Wetzel, 1975 dalam Saktia, 2007).
5. 3. 2 Derajat Keasaman
pH adalah derajat keasaman yang sangat dipengaruhi oleh alam sekitar sungai dan juga air limbah yang masuk. pH merupakan parameter kimiawi yang mempengaruhi kehidupan akuatik. Organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan diri pada kisaran pH yang sempit antara 6,5 – 8,3 (Jati, 2006 dalam Saktia, 2007). Pengukuran pH dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan alat pH Meter. Prinsip pengukuran pH yaitu elektroda gelas mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+ dalam air secara potensiometri.
5-16
Dari Gambar 5. 19 nampak bahwa nilai pH pada sampling pertama mempunyai kisaran yang lebih besar, yakni antara 4,3 – 9,3, jika dibandingkan dengan nilai pH pada pengambilan sampel kedua yang hanya berkisar antara 7,3 – 8,2.
pH Air Sampling II
pH Air Sampling I 8.5
10 9 8
pH
8
pH
7 6
7.5
5 4 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
7
13
1
2
3
4
5
6
Lokasi Atas Sisi Kiri
7
8
9
10
11
12
13
11
12
13
Lokasi
Atas Sisi Tengah
Atas Sisi Kanan
Atas Sisi Kiri
Atas Sisi Tengah
Atas Sisi Kanan
pH Air Sampling II
pH Air Sampling I 8.5
10 9
8
pH
pH
8 7
7.5
6 5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
7
13
1
2
3
4
5
Lokasi Baw ah Sisi Kiri
Baw ah Sisi Tengah
6
7
8
9
10
Lokasi
Baw ah Sisi Kanan
Baw ah Sisi Kiri
Baw ah Sisi Tengah
Baw ah Sisi Kanan
Gambar 5. 19 pH air pada setiap titik pengambilan sampel
Kadar pH erat kaitannya dengan karbon dioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbon dioksida bebas. (Mackereth et al, 1989)
Lind, 1979 dalam Pratiwi, 2006 dalam Saktia, 2007 menyebutkan bahwa nilai pH optimum bagi kehidupan fitoplankton adalah 6 – 8. pH air Sungai Citarum pada umumnya berkisar antara 6 - 8 kecuali pada lokasi Jolok dan Sapan. Pada lokasi ini, pH air masing-masing adalah 5,9 dan 8,2. pH air anak-anak sungai pada umumnya netral, yaitu berkisar antara 7 - 8 kecuali pada beberapa lokasi, pH air bersifat basa (> 8) terjadi di Sungai Cirasea (8,4), Sapan (8,2), Cipalasari (8,5), Cisuminta / IPAL Cisirung (9,8), Cibeureum (9,1), Curug Geugeuh (9,5), Cibogo (8,3), Cibodas (10,3), dan Cimahi (8,9) (BPLHD Kabupaten Bandung, 2001).
5-17
5. 3. 3 Kandungan Oksigen Terlarut
Nilai oksigen terlarut pada waktu dua kali pengambilan sampel berkisar antara 3,5 mg/L sampai 6,2 mg/L. Menurut PP nomor 82 tahun 2001, baku mutu untuk sumber air baku air minum, kadar maksimum oksigen terlarut yang boleh ada di perairan adalah 6 mg/L.
DO Air Sampling I
DO Air Sampling II
6
6.5 6
DO
DO
5.5 5
5.5 5 4.5
4.5
4 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
5
6
7
Lokasi Atas Sisi Kiri
Atas Sisi Tengah
Atas Sisi Kanan
Atas Sisi Kiri
DO Air Sampling I
9
10
11
12
13
Atas Sisi Tengah
Atas Sisi Kanan
DO Air Sampling II
6 5.5
6.5
5 4.5
5.5
6
DO
DO
8
Lokasi
4 3.5
5 4.5 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
5
Baw ah Sisi Kiri
Baw ah Sisi Tengah
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi
Lokasi Baw ah Sisi Kanan
Baw ah Sisi Kiri
Baw ah Sisi Tengah
Baw ah Sisi Kanan
Gambar 5. 20 DO air pada setiap titik pengambilan sampel
5. 4 Analisis Logam Berat terhadap Air
Untuk mengetahui konsentrasi tembaga (Cu), kadmium (Cd), dan kromium (Cr) yang terkandung pada air Sungai Citarum antara Dayeuhkolot sampai Nanjung, dilakukan pengambilan sampel sejumlah 13 titik sampel dengan masing-masing titik dilakukan pengambilan sampel air di bagian tepi kanan dan kiri serta di bagian tengah badan sungai. Sedangkan untuk kedalamannya, di tiap-tiap pengambilan sampel air, dibagi atas dua kedalaman air, yakni bagian atas dan dasar sungai sebelum sedimen.
5-18
5. 4. 1 Tembaga Pada Air
Logam berat tembaga merupakan unsur logam berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Tembaga memasuki perairan melalui peristiwa alamiah ataupun sebagai akibat dari aktivitas manusia. Aktivitas manusia, seperti buangan industri, merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan perairan. Tembaga banyak digunakan pada industri yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna seperti industri tekstil. Dalam kondisi normal, keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam bentuk ion Cu+.
Cu di Air Sisi Kiri Konsentrasi (ppm)
1.8 1.5 1.2 0.9 0.6 0.3 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kiri Atas
Sisi Kiri Bawah
Cu di Air Sisi Tengah
Konsentrasi (ppm)
200
150
100
50
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Tengah Atas
5-19
Sisi Tengah Baw ah
Cu di Air Sisi Kanan Konsentrasi (ppm)
2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kanan Atas
Sisi Kanan Bawah
Gambar 5. 21 Profil pencemaran tembaga pada air di pengambilan sampel I
Cu di Air Sisi Kiri Konsentrasi (ppm)
2 1.6 1.2 0.8 0.4 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kiri Atas
Sisi Kiri Bawah
Cu di Air Sisi Tengah
Konsentrasi (ppm)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Tengah Atas
5-20
Sisi Tengah Baw ah
13
Cu di Air Sisi Kanan Konsentrasi (ppm)
1.6 1.2 0.8 0.4 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kanan Atas
Sisi Kanan Bawah
Gambar 5. 22 Profil pencemaran tembaga pada air di pengambilan sampel II Konsentrasi logam berat tembaga yang terdapat di air Sungai Citarum untuk dua kali pengambilan sampel adalah 0,02 ppm sampai 187,6 ppm. Gambar 5. 21 menunjukkan konsentrasi logam berat tembaga pada air di waktu pengambilan sampel pertama. Konsentrasi tembaga yang diperoleh berkisar antara 0,02 ppm sampai 187,6 ppm dengan rata-rata 2,79 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel kedua, konsentrasi tembaga pada air berkisar antara 0,03 ppm sampai 1,72 ppm dengan rata-rata 0,24 ppm yang ditunjukkan oleh Gambar 5. 22.
Pada umumnya, konsentrasi Cu yang terlarut dalam badan perairan adalah 0,002 ppm sampai 0,005 ppm. Menurut PP nomor 82 tahun 2001, baku mutu tembaga
untuk sumber air golongan A adalah 0,02 ppm. Sedangkan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 39 tahun 2000, baku mutu tembaga untuk sumber air sebagai air baku air minum adalah 1 ppm. Bila dalam badan perairan terjadi peningkatan kelarutan Cu, sehingga melebihi nilai ambang yang seharusnya, maka akan terjadi peristiwa ”biomagnifikasi” terhadap biota-biota perairan.
Konsentrasi logam berat tembaga terbesar terdapat pada titik 5-2-b yakni di titik yang terletak setelah masukkan dari Irigasi Cibedug. Titik ini terletak di sisi tengah badan air Sungai Citarum dan terletak di bagian bawah sebelum sedimen. Diduga logam berat tembaga ini berasal dari proses korosi dari tembaga yang mengandung aluminium pada perpipaan yang digunakan sebagai saluran irigasi
5-21
(Prima, 2006). Namun, keberadaan beberapa industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke saluran Irigasi Cibedug (BPLHD, 2007) turut memberikan pengaruh pada konsentrasi tembaga di air Sungai Citarum mengingat pada akhirnya irigasi Cibedug ini bermuara ke Sungai Citarum. Dalam penelitian Oginawati (2007) disebutkan bahwa penggunaan logam berat Cu adalah pada industri tekstil dan pelapisan logam. Di industri tekstil, logam berat Cu ini digunakan sebagai bahan baku pewarnaan sedangkan pada industri pelapisan logam, logam Cu merupakan bahan baku proses industrinya (Djanarto, 1992 dalam Oginawati, 2007).
Tembaga (Cu) sering digunakan manusia untuk industri dan pertanian. Produksi Cu saat ini telah meningkat sehingga semakin banyak Cu yang berakhir di lingkungan. Sungai-sungai menyimpan Cu yang berasal dari limbah yang mengandung Cu. Selain itu, keberadaan Cu di dalam tanah akibat turunnya hujan merupakan sumber terbesar dari tingginya konsentrasi Cu di suatu perairan permukaan (Lenntech, 2005 dalam Tjokronegoro, 2007).
Dalam lingkungan perairan, perjalanan tembaga dapat mengalami beberapa proses diantaranya adalah pembentukan kompleks, penyerapan air dalam oksida logam, tanah liat, bahan organik dan bioakumulasi. Pada lingkungan perairan, konsentrasi tembaga tergantung pada pH (Leckie and James, 1974 dalam Connell, 1995). Tembaga dapat larut di air pada kisaran pH 8,1 dan paling banyak terdapat dalam bentuk Cu(OH)2 yaitu sekitar 90% (Zirino dan Yamamoto dalam Connell, 1995). Kecenderungan profil di atas yakni konsentrasi logam berat tembaga pada bagian bawah sungai lebih tinggi daripada konsentrasi logam berat di bagian atas. Hal ini terjadi akibat adanya penguapan air sungai yang disertai dengan menguapnya logam berat yang terdapat di bagian atas.
Konsentrasi tembaga yang terukur pada sampel bersifat fluktuatif. Garam-garam tembaga divalen, misalnya tembaga klorida, tembaga sulfat dan tembaga nitrat
5-22
bersifat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan tembaga karbonat, tembaga hidroksida dan tembaga sulfida bersifat tidak mudah larut dalam air (Effendi, 2003 dalam Saktia, 2007).
5. 4. 2 Kadmium Pada Air
Logam berat kadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Logam berat kadmium di perairan bersumber dari electroplating, pupuk fosfat, pigmen, air buangan dan air hujan.
Di dalam air, kadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada perairan tawar alami adalah sekitar 0,0001 ppm – 0,01 ppm (McNeely et al., 1979).
Menurut WHO, konsentrasi kadmium maksimum pada air yang diperuntukkan bagi air minum adalah 0,005 ppm. Pada perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perairan dan peternakan, konsentrasi maksimum kadmium sebaiknya tidak melebihi 0,05 ppm. Untuk melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik, perairan sebaiknya memiliki konsentrasi kadmium sekitar 0,0002 ppm (Moore, 1991).
5-23
Cd di Air Sisi Kiri Konsentrasi (ppm)
0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kiri Atas
Sisi Kiri Bawah
Cd di Air Sisi Tengah 0.8
Konsentrasi (ppm)
0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Tengah Atas
Sisi Tengah Bawah
Cd di Air Sisi Kanan Konsentrasi (ppm)
0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Kanan Atas
Sisi Kanan Bawah
Gambar 5. 23 Profil pencemaran kadmium pada air di pengambilan sampel I
5-24
Cd di Air Sisi Kiri Konsentrasi (ppm)
0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kiri Atas
Sisi Kiri Bawah
Cd di Air Sisi Tengah 0.14
Konsentrasi (ppm)
0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sis i Tengah Atas
Sis i Tengah Bawah
Cd di Air Sisi Kanan Konsentrasi (ppm)
0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Kanan Atas
Sisi Kanan Bawah
Gambar 5. 24 Profil pencemaran kadmium pada air di pengambilan sampel II
Dari Gambar 5. 23 dan Gambar 5. 24, nampak bahwa konsentrasi logam berat kadmium di waktu pengambilan sampel yang pertama berkisar antara 0,01 ppm sampai 0,68 ppm dengan rata-rata 0,05 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan
5-25
sampel yang kedua, rata-rata konsentrasi logam berat kadmium pada air adalah 0,06 ppm dengan kisaran konsentrasi antara 0,003 ppm sampai 0,13 ppm.
Berdasarkan PP nomor 82 tahun 2001, baku mutu kadmium bagi sumber air baku untuk air minum adalah 0,01 ppm. Sedangkan menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 39 tahun 2000, kadar maksimum kadmium yang diijinkan ada pada Sungai Citarum adalah sebesar 0,005 ppm.
Kadmium yang terukur pada sampel berasal dari beberapa sumber seperti limbah industri tekstil yang membuang limbahnya ke Badan Air Sungai Citarum. Selain itu, kadmium merupakan salah satu senyawa pembentuk pestisida (Sutarto, 2007) mengingat wilayah sekitar lokasi pengambilan sampel juga didominasi oleh area pertanian. Kadmium merupakan bahan aditif dan bahan baku tinta dalam industri kertas (Djanarto, 1992 dalam Oginawati, 2007).
Konsentrasi kadmium tertinggi diperoleh pada lokasi pengambilan sampel 5 yang merupakan aliran masuk dari Irigasi Cibedug. Diketahui bahwa pada Irigasi Cibedug ini terdapat beberapa industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke saluran irigasi ini. Menurut Klein et al (1974), jenis industri tekstil pada umumnya mengandung 30 ppm Cd di air buangannya.
Dari profil di atas, diperoleh pula kecenderungan bahwa konsentrasi kadmium di bagian bawah sungai lebih tinggi daripada konsentrasi logam berat kadmium di bagian atas.
5. 4. 3 Kromium Pada Air
Dalam badan perairan, logam berat kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium (Cr) secara alamiah dapat terjadi disebabkan oleh faktor fisika, seperti erosi (pengikisan) yang terjadi pada
5-26
batuan mineral. Disamping itu, debu-debu dan partikel-partikel Cr yang ada di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masukan kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga. Logam berat kromium terbentuk dari hasil akhir krom electroplating, industri penghasil kromat, industri mobil, pesawat, lokomotif, tanning, fotografi dan lain-lain.
Cr di Air Sisi Kiri Konsentrasi (ppm)
1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kiri Atas
Sisi Kiri Bawah
Cr di Air Sisi Tengah 3.5
Konsentrasi (ppm)
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Tengah Atas
5-27
Sisi Tengah Bawah
Cr di Air Sisi Kanan Konsentrasi (ppm)
0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kanan Atas
Sisi Kanan Bawah
Gambar 5. 25 Profil pencemaran kromium pada air di pengambilan sampel I
Cr di Air Sisi Kiri Konsentrasi (ppm)
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1
2
3
4
5
6
7
Lokasi
Sisi Kiri Atas
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
Sisi Kiri Bawah
Cr di Air Sisi Tengah 0.16
Konsentrasi (ppm)
0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Tengah Atas
5-28
Sisi Tengah Bawah
Cr di Air Sisi Kanan Konsentrasi (ppm)
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kanan Atas
Sisi Kanan Bawah
Gambar 5. 26 Profil pencemaran kromium pada air di pengambilan sampel II
Dari Gambar 5. 25 dan Gambar 5. 26, kisaran konsentrasi kromium untuk waktu pengambilan sampel pertama dan kedua berturut-turut adalah 0,05 ppm sampai 3 ppm dan 0,05 ppm sampai 0,58 ppm. Berdasarkan PP nomor 82 tahun 2001, baku
mutu kromium bagi sumber air baku untuk air minum adalah 0,05 ppm. Sedangkan menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 39 tahun 2000, kadar maksimum kromium yang diijinkan ada pada Sungai Citarum adalah sebesar 0,05 ppm. Sedangkan standar normal dari kandungan Cr yang terlarut dalam perairan
adalah 0,04 ppm. (Pearce, 1969)
Logam berat kromium merupakan logam berat yang digunakan dalam berbagai industri seperti industri tekstil yang banyak terdapat di sekitar DAS Citarum, industri pelapisan logam, karet dan kulit. Pada industri tekstil, logam berat Cr digunakan sebagai bahan baku pewarnaan (Djanarto, 1992 dalam Oginawati, 2007).
Dari profil di atas, diperoleh pula kecenderungan bahwa konsentrasi kromium di bagian bawah sungai lebih tinggi daripada konsentrasi logam berat kromium di bagian atas.
5-29
5. 4. 4 Tembaga, Kadmium, dan Kromium Pada Air
Gambar 5. 27 dan Gambar 5. 28 menunjukkan profil pencemaran Cu, Cd dan Cr di air untuk bagian atas dan bawah.
Air Sisi Kiri Atas 1.05
Konsentrasi (ppm)
0.9 0.75 0.6 0.45 0.3 0.15 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
11
12
13
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
Konsentrasi Cd
Air Sisi Tengah Atas
Konsentrasi (ppm)
1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
5-30
Konsentrasi Cd
Air Sisi Kanan Atas 2.4
Konsentrasi (ppm)
2.1 1.8 1.5 1.2 0.9 0.6 0.3 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
Konsentrasi Cd
Gambar 5. 27 Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen atas di waktu pengambilan sampel I
Air Sisi Kiri Atas 0.3
Konsentrasi (ppm)
0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
11
12
13
Lokasi Kons entras i Cu
Kons entrasi Cr
Kons entrasi Cd
Air Sisi Tengah Atas 0.4
Ko nsen trasi (p pm)
0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
5-31
Konsentrasi Cd
Air Sisi Kanan Atas
Ko n se n tras i (p p m)
0.3
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
Konsentrasi Cd
Gambar 5. 28 Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen atas di waktu pengambilan sampel II
Dari Gambar 5. 27 dan Gambar 5. 28, nampak bahwa konsentrasi logam berat tembaga di hampir seluruh titik dan di tiap-tiap segmen, berada pada konsentrasi tertinggi dibandingkan dengan dua logam berat lainnya. Di segmen bawah pun, konsentrasi logam berat tembaga juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedua logam berat yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 5. 29 dan Gambar 5. 30.
Air Sisi Kiri Bawah 1.6
Konsentrasi (ppm)
1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
5-32
Konsentrasi Cd
11
12
13
Air Sisi Tengah Bawah
Konsentrasi (ppm)
200
150
100
50
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
11
12
13
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
Konsentrasi Cd
Air Sisi Kanan Bawah 0.35
Konsentrasi (ppm)
0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
Konsentrasi Cd
Gambar 5. 29 Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen bawah di waktu pengambilan sampel I
Air Sisi Kiri Bawah 1.8
Konsentrasi (ppm)
1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
5-33
Konsentrasi Cd
11
12
13
Air Sisi Tengah Bawah
Konsentrasi (ppm)
0.4
0.3
0.2
0.1
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
11
12
13
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
Konsentrasi Cd
Air Sisi Kanan Bawah 1.6
Konsentrasi (ppm)
1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lokasi Konsentrasi Cu
Konsentrasi Cr
Konsentrasi Cd
Gambar 5. 30 Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen bawah di waktu pengambilan sampel II
Tembaga merupakan unsur logam yang banyak digunakan dalam industri tekstil. Tembaga pada industri tekstil digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan warna. Keberadaan unsur tembaga dengan konsentrasi yang tinggi di perairan Sungai Citarum ini disebabkan karena di sepanjang badan air terdapat banyak industri tekstil yang membuang buangan industrinya ke badan air Sungai Citarum. Disamping itu, masukkan anak-anak sungai yang berada di segmen antara Dayeuhkolot sampai Nanjung juga merupakan sungai-sungai yang menjadi tempat pembuangan buangan beberapa industri tekstil di sekitar alirannya.
5-34
Disamping digunakan sebagai bahan baku pembuatan warna di industri tekstil, keberadaan logam berat tembaga di perairan Sungai Citarum juga diperoleh dari penggunaan pipa irigasi dari bahan aluminium yang telah mengalami korosi (Prima, 2006).
5. 5 Parameter Langsung untuk Sampel Sedimen
5. 5. 1 Derajat Keasaman
Untuk dua waktu pengambilan sampel, nilai pH sedimen berturut-turut di waktu pengambilan sampel pertama dan kedua berada pada rentang 5,8 sampai 6,9 dan 6,4 sampai 6,9 seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.31 berikut.
pH Sedimen Sampling I
pH Sedimen Sampling II 7.2
6.5
6.9
pH
pH
7
6
6.6
5.5
6.3 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
2
3
4
5
6
Lokasi Sisi Kiri
Sisi Tengah
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kanan
Sisi Kiri
Sisi Tengah
Sisi Kanan
Gambar 5. 31 pH sedimen pada setiap titik pengambilan sampel
Rata-rata nilai pH sedimen untuk pengambilan sampel pertama adalah 6,6, sedangkan rata-rata nilai pH untuk pengambilan sampel yang kedua adalah 6,7.
5. 6 Analisis Logam Berat terhadap Sedimen
Salah satu sifat dari logam berat adalah kemampuannya untuk terakumulasi. Akumulasi logam berat dapat terjadi di tubuh makhluk hidup dan juga ada kalanya suatu logam berat terakumulasi di tanah atau sedimen. Akumulasi adalah pemupukan pencemar secara terus menerus. Gambar 5. 32 merupakan profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada sedimen Sungai Citarum antara Dayeuhkolot sampai Nanjung.
5-35
Cu di Sedimen
Konsentrasi (ppm )
5 4 3 2 1 0 0
2
4
6
8
10
12
14
Lokasi Sisi Kiri
Sisi Tengah
Sisi Kanan
Cd di Sedimen
K onse ntras i (ppm )
0.2
0.16
0.12 0.08
0.04
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kiri
Sisi Tengah
Sisi Kanan
Cr di Sedimen K o ns e ntr a s i (p pm )
4 3 2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Kiri
Sisi Tengah
Sisi Kanan
Gambar 5. 32 Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada sedimen di tiap segmen di pengambilan sampel I
5-36
Cu di Sedimen 6
K onsentrasi (ppm )
5 4 3 2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
10
11
12
13
Lokasi Sisi Kiri
Sisi Tengah
Sisi Kanan
Cd di Sedimen
K ons e ntra s i (ppm )
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Kiri
Sisi Tengah
Sisi Kanan
Cr di Sedimen K o ns e ntr a s i (p pm )
4.2 3.6 3 2.4 1.8 1.2 0.6 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi Sisi Kiri
Sisi Tengah
Sisi Kanan
Gambar 5. 33 Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada sedimen di tiap segmen di pengambilan sampel II
5-37
Konsentrasi tertinggi untuk logam berat tembaga, kadmium, dan kromium pada sedimen Sungai Citarum antara Dayeuhkolot sampai Nanjung berturut-turut adalah 52,2 ppm, 1,88 ppm, dan 36 ppm. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan pada tahun 1973 terhadap endapan di Sungai Ottawa dan Rideau di kanada, ditemukan kandungan kromium sebesar 20-22 ppm. Logam berat kromium yang terdapat pada sedimen di kedua sungai tersebut berasal dari buangan industri dan buangan rumah tangga. Selain dari logam berat kromium (Cr) juga ditemukan logam-logam lain seperti logam Cd, Hg, Zn dan Cu (Oliver, 1973).
Pada keseluruhan profil di atas, diperoleh konsentrasi logam berat yang makin tinggi di titik terakhir pengambilan sampel. Namun, konsentrasi logam berat turun di beberapa tempat dan mengalami peningkatan di titik berikutnya akibat adanya masukkan dari sumber pencemar seperti anak-anak sungai dan buangan cair industri di sepanjang DAS Citarum.
5. 7 Perbandingan Antara Konsentrasi Logam Berat di Air dengan Sedimen
5. 7. 1 Analisis Logam Berat Tembaga
Gambar 5. 34 menunjukkan perbandingan konsentrasi logam berat tembaga antara air dan sedimen Sungai Citarum untuk dua kali pengambilan sampel.
5-38
Cu di Air dan Sedimen Sisi Kiri 4.5
Konsentrasi (ppm)
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Cu di Air dan Sedimen Sisi Tengah
Konsentrasi (ppm)
175 150 125 100 75 50 25 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Cu di Air dan Sedimen Sisi Kanan 5.5
Konsentrasi (ppm)
5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Gambar 5. 34 Profil pencemaran tembaga di air dan sedimen
5-39
13
Dari Gambar 5. 34, konsentrasi logam berat tembaga yang terdapat di air Sungai Citarum untuk dua kali pengambilan sampel adalah 0,02 ppm sampai 187,6 ppm. Pada waktu pengambilan sampel pertama, konsentrasi tembaga di air bagian atas berkisar antara 0., 2 ppm sampai 2,2 ppm dan antara 0,02 ppm sampai 187,6 ppm untuk air di bagian bawah. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel kedua, konsentrasi tembaga di air berkisar antara 0,03 ppm sampai 0,36 ppm di bagian atas dan antara 0,05 ppm sampai 1,72 ppm untuk air di bagian bawah.
Kisaran konsentrasi logam berat tembaga pada sedimen di waktu pengambilan sampel pertama adalah 1,6 ppm sampai 4,4 ppm. Sedangkan di waktu pengambilan sampel kedua, konsentrasi tembaga di sedimen berkisar antara 1,9 ppm sampai 5,6 ppm.
Konsentrasi tembaga di perairan bergantung pada interaksi antara sedimen dan air (www.Agmin.com.au). Di alam, logam tembaga ini akan membentuk kompleks dan dapat menyerap air membentuk metal oksida, tanah liat, dan bahan organik serta dapat mengakibatkan bioakumulasi (EHC 200, 1998 dalam Prima, 2006).
Dari Gambar 5. 34 nampak bahwa hampir keseluruhan konsentrasi tembaga di sedimen lebih besar jika dibandingkan konsentrasi tembaga di air. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa tembaga yang dibuang ke air akan cenderung untuk mengendap atau diserap oleh sedimen (EHC 200, 1998 dalam Prima, 2006).
5. 7. 2 Analisis Logam Berat Kadmium
Di dalam air, kadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada perairan tawar alami adalah sekitar 0,0001 ppm – 0,01 ppm (McNeely et al., 1979).
Menurut WHO, konsentrasi kadmium maksimum pada air yang diperuntukkan bagi air minum adalah 0,005 ppm. Pada perairan yang diperuntukkan bagi
5-40
kepentingan perairan dan peternakan, konsentrasi maksimum kadmium sebaiknya tidak melebihi 0,05 ppm. Cd di Air dan Sedimen Sisi Kiri 0.22
Konsentrasi (ppm)
0.2 0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
12
13
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Cd di Air dan Sedimen Sisi Tengah 0.7
K o n se n tras i (p p m )
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
5-41
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Cd di Air dan Sedimen Sisi Kanan
Konsentrasi (ppm)
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Gambar 5. 35 Profil pencemaran kadmium di air dan sedimen
Dari Gambar 5. 35, nampak bahwa konsentrasi logam berat kadmium di waktu pengambilan sampel yang pertama berkisar antara 0,01 ppm sampai 0,07 ppm di bagian atas dan antara 0,01 ppm sampai 0,68 ppm di bagian bawah. Rata-rata konsentrasi kadmium di air untuk waktu pengambilan sampel pertama adalah 0,05 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel yang kedua, rata-rata konsentrasi logam berat kadmium pada air adalah 0,06 ppm dengan kisaran konsentrasi antara 0,003 ppm sampai 0,1 ppm di bagian atas dan 0,003 ppm sampai 0,13 ppm di bagian bawah. Kisaran konsentrasi logam berat kadmium sampel pertama dan kedua berturut-turut adalah 0,06 ppm sampai 0,16 ppm dan 0,017 ppm sampai 0,23 ppm.
Kadmium yang terukur pada sampel air berasal dari beberapa sumber seperti limbah industri tekstil yang membuang limbahnya ke Badan Air Sungai Citarum. Selain itu, kadmium merupakan salah satu senyawa pembentuk pestisida (Sutarto, 2007) mengingat wilayah sekitar lokasi pengambilan sampel juga didominasi oleh area pertanian.
5-42
Dari Gambar 5. 35, nampak bahwa konsentrasi logam berat kadmium di sedimen memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan konsentrasi kadmium di air di hampir seluruh titik.
5. 7. 3 Analisis Logam Berat Kromium
Pada badan perairan, masuknya kromium (Cr) secara alamiah terjadi akibat faktor fisika, seperti erosi (pengikisan) yang terjadi pada batuan mineral. Disamping itu, debu-debu dan partikel-partikel Cr yang ada di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masukan kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga. Logam berat kromium terbentuk dari hasil akhir krom electroplating, industri penghasil kromat, industri mobil, pesawat, lokomotif, tanning, fotografi, dan lain-lain. Standar normal konsentrasi kromium yang terlarut dalam perairan adalah 0,04 ppm (Pearce, 1969).
Cr di Air dan Sedimen Sisi Kiri 3
Konsentrasi (ppm)
2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
5-43
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
13
Cr di Air dan Sedimen Sisi Tengah 3.6
Konsentrasi (ppm)
3.2 2.8 2.4 2 1.6 1.2 0.8 0.4 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
12
13
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Cr di Air dan Sedimen Sisi Kanan 3
Konsentrasi (ppm)
2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Lokasi I Air Atas
I Air Bawah
I Sedimen
II Air Atas
II Air Bawah
II Sedimen
Gambar 5. 36 Profil pencemaran kromium di air dan sedimen
Dari Gambar 5. 36, kisaran konsentrasi kromium untuk waktu pengambilan sampel pertama di bagian atas dan bawah berturut-turut adalah 0,05 ppm sampai 0,3 ppm dan 0,05 ppm sampai 3 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel yang kedua, diperoleh kisaran konsentrasi di bagian atas dan bawah berturut-turut adalah 0.05 ppm sampai 0.16 dan 0.05 ppm sampai 0,58 ppm.
Dari Gambar 5. 36, diperoleh kisaran konsentrasi logam berat kromium pada sedimen di waktu pengambilan sampel pertama 0,5 ppm sampai 3,1 ppm dan antara 0,61 ppm sampai 3,75 ppm di waktu pengambilan sampel yang kedua.
5-44
Seperti halnya dua logam berat yang sebelumnya, konsentrasi kromium pada sedimen yang lebih tinggi jika dibandingkan konsentrasi kromium pada air.
Salah satu sifat dari logam berat adalah kemampuannya untuk terakumulasi. Akumulasi logam berat dapat terjadi di tubuh makhluk hidup dan juga ada kalanya suatu logam berat terakumulasi di tanah atau sedimen. Akumulasi adalah pemupukan pencemar secara terus menerus. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut di air. Hampir seluruhnya, konsentrasi logam berat di sedimen jauh lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat di air. Hal ini terjadi karena sedimen cenderung mengakumulasikan logam berat sehingga kandungan logam berat di sedimen akan terus ada dan meningkat karena adanya paparan yang terus menerus. Sedangkan pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air.
Konsentrasi logam berat pada air, akan turut mempengaruhi konsentrasi logam berat yang ada pada sedimen. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut di air. Hampir seluruhnya, konsentrasi logam berat di sedimen jauh lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat di air. Hal ini terjadi karena sedimen cenderung mengakumulasikan logam berat sehingga kandungan logam berat di sedimen akan terus ada dan meningkat karena adanya paparan yang terus menerus. Sedangkan pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air.
5-45